Anda di halaman 1dari 14

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

PENGARUH JENIS PELARUT DALAM EKSTRAKSI DAUN KELOR (Moringa


oleifera) TERHADAP DAYA MORTALITAS LARVA (Aedes aegypti)

Tiara Larasati, , Ratna Mustika Yassi, Eko Malis


Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas PGRI Banyuwangi
Email korespondensi*: tiaralarasati@gmail.com

ABSTRAK

Aedes aegypti termasuk vektor dari penyakit serius seperti malaria, , demam dengue,
demam berdarah dengue, filariasis, dan arbovirus yang menyebabkan masalah cukup besar.
Tindakan pencegahan dari timbulnya penyakit ini salah satunya dengan memberantas sarang
nyamuk dan membunuh nyamuk dewasa dengan larvasida sintetis. Ddun kelor merupakan
salah satu tanaman yang memiliki fungsi larvasida. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa alami daun kelor(Moringa oleifera) pada mortalitas
larva Aedes aegypti dan mengetahui pelarut yang optimum terhadap ekstraksi daun kelor
(Moringa oleifera ) pada mortalitas larva Aedes aegypti.
Ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan mengambil kandungan
senyawa fenolik yang terdapat pada daun kelor (Moringa oleifera), dengan menggunakan
pelarut etanol, metanol, etil asetat, n-heksan, dan aquadest. Selanjutnya dilakukan uji
fitokimia dan uji kuantitatif menggunakan Spektroskopi UV-Vis pada kandungan esktrak
daun kelor.
Ekstrak yang paling banyak terfiltrat/ ekstraksi sebanyak 190 ml perolehan ekstraksi
etanol dan metanol, sedangkan pada etil asetat dan n-heksan 165 ml lalu pada aquades 145
ml.Pada uji kualitatif fitokimia alur pengujian dilakukan mulai dari uji flavonoid dengan
penambahan NaOH 10% dan membentuk jingga. pada uji alkaloid menggunakan preaksi
Mayer terjadi endapan putih-bening dan pada Dragondorf hingga timbul warna jingga terang.
Uji tanin menggunakan FeCl3 1% dengan hasil positif terdeteksi warna biru gelap-hitam,
semua ekstrak menunjukkan hasil yang positif dalam uji ini.Data UV-VIS memberikan signal
pada flavonoid terbanyak diperoleh oleh etil asetat 5,6% dan pada metanol 3,4%. Kadar tanin
pada aquadest sebagai blanko sebesar 1,34%, dan terbesar pada bagian etanol mencapai
1,06%. Pemakaian ekstraksi dalam pengamatan mortalitas hidup larva memberikan hasil
positif terbanyak pada ekstrak etanol, metanol, dan aquadest dengan data kematian sebesar
masing- masing 6-8 ekor sedangkan pada etil asetat dan n- heksan masing-masing 1 ekor
setiap counter larva. Pengamatan cukup baik dilakukan dengan efek kematian larva terhadap
ekstrak.

Kata Kunci: Daun kelor (Moringa oleifera), Pelarut, UV-VIS, Aedes aegypti

12
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

1. PENDAHULUAN aegypti terhadap temefos sudah


ditemukan dibeberapa negara, seperti
Berbagai upaya dilakukan untuk Brazil, Bolivia, Argentina, Kuba, French
menekan peningkatan penderita DBD di Polynesia, Karibia, dan Thailand.
Indonesia. Tindakan pencegahan dari Berdasarkan hal tersebut, dibutuhkan
timbulnya penyakit ini salah satunya suatu inovasi untuk menggunakan bahan
dengan memberantas sarang nyamuk dan alternatif yang dapat digunakan sebagai
membunuh nyamuk dewasa. Tindakan larvasida dan juga ramah lingkungan.
membunuh nyamuk dewasa tidak efisien Bahan aktif tersebut bisa didapatkan dari
sehingga lebih dianjurkan untuk tumbuhan yang berisi berbagai fitokimia
membunuh larva nyamuk dengan bioaktif berpotensi sebagai larvasida
larvasida atau mencegah cucukan (Aradilla, 2009).Salah satu tanaman yang
(Poorwosudarmo, 1993, hal. 24).Pada memiliki fungsi biolarvasida adalah
tahun 2014 sampai pertengahan bulan kelor.Seluruh bagian dari tanaman kelor
desember tercatat penderita DBD di 34 dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan
provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 maupun obat-obatan.
orang, dan 641 diantaranya meninggal Kelor dengan nama latin (Moringa
dunia. Angka tersebut lebih rendah oleifera )awalnya banyak tumbuh di
dibandingkan tahun sebelumnya, yakni India, namun kini kelor banyak
tahun 2013 dengan jumlah penderita ditemukan di daerah beriklim tropis. Pada
sebanyak 112.511 orang dan jumlah beberapa Negara kelor dikenal dengan
kasus meninggal sebanyak 871 penderita sebutan benzolive, drumstick tree, kelor,
(Depkes, 2005).Penggunaan larvasida marango, mlonge, mulangay, nebeday,
merupakan cara yang paling umum sajihan, dan sajna (Fahey,2005).Budidaya
digunakan oleh masyarakat untuk daun kelor di dunia internasional
mengendalikan pertumbuhan vektor merupakan program yang sedang
tersebut (Aradilla, 2009). Larvasida yang digalakan. Terdapat beberapa julukan
sering ditemui di lapangan adalah abate untuk pohon kelor, diantaranya The
(bahan aktif temefos 1%). Pada tahun Miracle Tree, Tree for Life, dan Amazing
1980, temefos 1% (abate) ditetapkan Tree. Julukan tersebut muncul karena
sebagai bagian dari program bagian pohonkelor mulai dari daun, buah,
pemberantasan massal aedes aegypti di biji, bunga, kulit batang, hingga akar
Indonesia (Daniel, 2008). Pada sumber memiliki manfaat yang luar biasa.
lain menyatakan resistensi larva Aedes Daun kelor mengandung berbagai zat

13
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

kimia yang bermanfaat. Fitokimia dalam semuanya merupakan antioksidan


kelor adalah tannin, steroid dan (Kasolo J,N, 2010). Antioksidan didalam
triterpenoid, flavonoid, saponin, daun
antarquinon, dan alkaloid, dimana
kelor mempunyai aktivitas cincin heterosiklik. Tanin adalah senyawa
menetralkan radikal bebas sehingga metabolit sekunder yang terdapat pada
mencegah kerusakan oksidatif pada beberapa tanaman. Tanin mampu
sebagian besar biomolekul dan mengikat protein, sehingga protein pada
menghasilkan proteksi terhadap tanaman dapat resisten terhadap degradasi
kerusakan oksidatif secara signifikan oleh enzim protease di dalam silo ataupun
(Sreelatha, rumen (Kondoet al., 2004).Saponin
2009).Terutamadaunnyakelor(MoringaOl adalah senyawa aktif permukaan yang
eifera) yang paling kuat dan menimbulkan busa bila dikocok
tinggimengandungantioksidandibandingk dengan air. Beberapa saponin bekerja
anbagian-bagianlainnya. sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis
Flavonoid adalah suatu kelompok saponin yaitu glikosida triterpenoid dan
senyawa fenol terbesar yang ditemukan di glikosida struktur steroid tertentu yang
alam.Alkaloid adalah sebuah golongan mempunyai rantai spirotekal. Kedua
senyawa basa bernitrogen yang saponin ini larut dalam air dan etanol,
kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonya
tetumbuhan (tetapi ini tidak disebut sapogenin, diperoleh dengan
mengecualikan senyawa yang berasal dari hidrolisis dalam suasana asam atau
hewan). Asam amino, peptida, hidrolisis memakai enzim
protein,nukleotid, asam nukleik, gula (Robinson,1991).
amino dan antibiotik biasanya tidak Ekstrak merupakan sediaan pekat
digolongkan sebagai alkaloid. Dan yang diperoleh dengan menarik zat aktif
dengan prinsip yang sama, senyawa netral dari simplisia nabati atau simplisia
yang secara biogenetik berhubungan hewani menggunakan pelarut yang
dengan alkaloid termasuk digolongan ini sesuai. Metode penarikan zat aktif ini
(Hersipa, 2011).Alkaloid sesungguhnya berupa pemisahan senyawa di mana
adalah racun, senyawa tersebut komponen-komponen terlarut dari suatu
menunjukkan aktivitas phisiologi yang campuran dipisah dari komponen yang
luas, hampir tanpa terkecuali bersifat tidak larut dengan pelarut sesuai,
basa; lazim mengandung Nitrogen dalam sedangkan proses perpindahan massa zat

14
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

aktif yang semula berada dalam sel yang kualitatif, dengan cara mengukur
ditarik oleh cairan penyari sehingga transmitan ataupun absorban suatu
didapatkan zat aktif larut dalam penyari cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.
disebut dengan penyarian. Pembuatan Aedes aegypti Salah satu nyamuk
ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang merupakan vektor dari berbagai
yang terdapat di dalam simplisia terdapat macam penyakit, adalah Aedes aegypti.
dalam bentuk yang mempunyai kadar Taksonomi Aedes aegypti Adalah sebagai
yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berikut (Sudarto, 1972). Nyamuk Aedes
berkhasiat tersebut dapat diatur aegypti mula-mula banyak ditemukan di
dosisnya.Metode maserasi merupakan kota-kota pelabuhan dan dataran rendah,
penyarian sederhana yang dilakukan kemudian menyebar ke pedalaman.
dengan cara merendam sejumlah serbuk Penyebaran nyamuk Aedes aegypti
simplisia dalam larutan penyari yang terutama dengan bantuan manusia,
sesuai selama beberapa hari dalam mengingat jarak terbang rata-rata yang
temperatur kamar dan terlindung cahaya. tidak terlalu jauh, yaitu sekitar 40 – 100
Maserasi digunakan untuk menyari meter. Meskipun jarak terbang Aedes
simplisia dengan komponen kimia yang aegypti bisa mencapai 2 km namun jarang
mudah larut dalam cairan penyari sekali terbang sampai sejauh itu karena
(Kristiani & Halim, 2014, hal. 14- tiga hal penting yang dibutuhkan untuk
18).Skrining fitokimia adalah tahap berkembang biak terdapat dalam satu
pendahuluan dalam suatu penelitian rumah, yaitu tempat perindukan, tempat
fitokimia yang bertujuan untuk mendapatkan darah, dan tempat istirahat
memberikan gambaran tentang (Sudarto, 1972).Siklus hidup nyamuk
golongansenyawa yang terkandung dalam Aedes aegypti secara sempurna yaitu
tanaman yang sedang diteliti. Metode melalui 4 empat stadium , yaitu telur ,
skrining fitokimia dilakukan dengan larva, pupa, dan dewasa (Sudarto, 1972;
melihat reaksi pengujian warna dengan Aradilla, 2009).
menggunakan suatu pereaksi warna. Hal Pengunaanbahankimia yang
penting yang berperan penting dalam seringdipakaiadalahinsektisida,
skrining fitokimia pemilihan pelarut dan Insektisida adalah suatu bahan yang
metode ekstraksi (Kristanti, mengandung persenyawaan kimia
2008).Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk memberantas dan
digunakan untuk menganalisa suatu mengendalikan serangga (Soedarto,
senyawa baik kuantitatif maupun 2011).World Health Organization (WHO)

15
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

mengklasifikasikan pestisida atas dasar Insektisida nabati berasal dari senyawa


toksisitas dalam bentuk formulasi padat hasil metabolisme sekunder tumbuhan
dan cair (WHO,1993). Kelas IA(amat dengan aktivitas biologis tertentu.
sangat berbahaya), Kelas IB(amat Kardinan dalam (Naria, 2005)
berbahaya), Kelas II (cukup berbahaya), menyebutkan senyawa longan sianida,
Kelas III (agak berbahaya). Penggunaan saponin, tanin, flavonoid, alkaloid,
pestisida sintetis di seluruh dunia selalu steroid, dan minyak atsiri adalah senyawa
meningkat dan penggunaan pestisida dalam tumbuhan yang dapat berfungsi
campuran juga sangat banyak ditemukan sebagai insektisida.Apabila insektisida ini
diareal pertanian. Berdasarkan toksisitas diaplikasikan akan membunuh organisme
dan golongan, pestisida organik sintetik sasaran dan residunya cepat
dapat digolongkan menjadi hilang,sehingga tidak mencemari
Organofosfat, Karbamat, Organoklorin. lingkungan dan relatif aman bagi
Adapun senyawa yang paling efektif organisme bukan sasaran (Naria, 2005).
untuk membunuh larva Aedesaegypty Penelitian dilakukan untuk
adalah Abate(Temefos 1%), namun mengetahuipengaruhjenispelarutanEkstra
pengunaan Abate banyak berdampak sidaunkelor(MoringaOliefera)
negative seperti resistensi terhadap terhadapdayamortalitas larva
pemakaian dan saat berkontak dengan (AedesAegypty).pelaruttersebutadalahestr
manusia. Abate dapat mengakibatkan aketanol 70%, methanol, etilasetat, n
keracunan yang membuat sakit kepala, heksana dan aquadest. Pada penelitan ini,
iritasi, dan hilang ingatan. Selain itu, yang akan diamati antara lain adlah rata-
Abate juga sangat beracun bagi beberapa rata mortalitas larva Aedes Aegypty, Hasi
hewan air. optimasil yang diperoleh dari proses
Insektisida nabati diartikan sebagai ekstraksi digunakan sebagai Insektisida
bahan kimia beracun yang secara alami alami untu kmembunuh larva nyamuk
diekstrak dari tanaman, Insektisida ini (AedesAegypty) terhadap ekstrak.
juga dikenal sebagai insektisida alami
(natural occuring insecticides).

2. Metodologi mempergunakan antara lain neraca


2.1 Alat dan Bahan analitik, pipet tetes, gelas ukur 100 ml,
1. Alat corong pemisah, erlenmeyer, papan plat
Dalam penelitian ini tetes porselen, nampan plastik, loyang

16
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

aluminium, 15 wadah plastik (sebagai dengan rasio 1:20 dengan kurun waktu 3
kontainer), beker glass, kain (sebagai x 24 jam.
pelindung agar nyamuk dewasa tidak
terbang keluar), blender atau juicer, 2.2.3 Uji Fotokimia
batang pengaduk kaca, ekstraktor Uji Flavonoid
(peralatan maserasi), kertas saring Hasil ekstraksi→Teteskan pada plat
whatman no 1, kertas label, pisau, labu tetes→Tambahkan NaOh 10%, positif
takar 50 ml, pipet volume, sarung tangan, bila larutan mengendap jinggga.
beaker glass, cawan porselen, jam
(penghitung waktu). Uji Alkaloid
2. Bahan Hasil ekstraksi→Tambahkan pada
Dalam penelitian ini mempergunakan papan plat, beri pereaksi Mayer dan
antara lain ekstrak etanol 70% , metanol, Dragodorf→Hasil positif akan
etil asetat, n-heksana, dan aquadest membentuk endapan putih (Mayer) dan
(teknis) pada daun kelor; NaOH 10% (uji jingga terang-coklat pada (Dragondorf).
flavonoid), pereaksi Mayer, pereaksi
Dragendorf (uji alkaloid), FeCl3 1% (uji Uji Tanin
tanin), larva Aedes aegypti instar III; fish Hasil ekstraksi→Tambahkan pada
food untuk makanan larva. papan plat, beri tetesan larutan FeCl3
1%→Hasil positif akan memebentuk
2.2.Metode Penelitian warna kebiruan hingga hitam.
2.2.1 Tahap Pembuatan Ekstrak
Kasar Daun Kelor 2.2.4 TeknikAnalisis Data
Daun kelor segar→ Dipisahkan A. Kadar air =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
bagian daun dan batang
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ

Diangin→anginkan dalam loyang→ B. Rata-rata kematian larva =


Pengovenan 70-80oC selama ± 2jam. 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

2.2.2 Tahap Maserasi


3. Hasil dan Pembahasan
Penyerbukan (blender), lalu
Pembahasan
penimbangan ekstrak kasar sebanyak
Komponen yang terkandung dalam
masing-masing 10g→Menyiapkan pelarut
daun kelor (Moringa oleifera) diantaranya
sebanyak 200 ml pada setiap
flavonoid, alkaloid, dan tanin dan masih
variasinya→Melakukan proses maserasi
banyak zat kimia lainnya. Penelitian ini
17
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

berdasarkan literatur yang membahas tersedia. Berdasarkan keterangan diatas


biolarvasida alami dengan pengaruh senyawa-senyaa dalam daun kelor cukup
komponen zat dalam bahan utama. tertarik dalam basis pelarut yang
Komponen zat yang mempengaruhi digunakan. Sesuai dengan metode dasar
dalam biolarvasida alami adalah maserasi merupakan proses penarikan
senyawa-senyawa bioaktif dan fenolik suatu senyawa pada bahan aktif yang
seperti diatas diuji melalui pelarut yang telah
Proses ekstraksi peneliti ditentukan. Berbagai macam senyawa
menggunakan metode maserasi yang yang terkandung dalam daun kelor
dilakukan selama 3x24 jam. Bahan (Moringa oleifera) hanya senyawa fenolik
utama daun akan diperoleh ekstrak kasar (alkaloid, flavonoid, dan tanin) yang
yang akan diproses dengan melakukan fokus diteliti dalam penelitian ini.
maserasi. Pada akhir proses maserasi Senyawa tersebut berkaitan dengan
filtrat akan dipisahkan dengan residunya pengaruh daya biolarvasida yang akan
menggunakan corong dan kertas saring dikembangkan lebih lanjut. Pada
Whatmaan no 1. Filtrat/ ekstrak yang penelitian biolarvasida kelor dalam
dihasilkan pada masing-masing pelarut bagian daunnya belum terverifikasi
tentu berbeda, hal ini disebabkan karena sebagai bahan yang dapat diuji sebagai
pengaruh kepolaran dalam pelarut yang biolarvasida alami, maka dalam
digunakan dan senyawa yang terkandung penelitian kali ini merupakan penelitian
dalam daun kelor. Dalam proses maserasi pendahuluan sebagai asas dasar
pembagian rasio 1:20 dimaksudkan pemikiran awal.
dengan menimbang 10 gram masing-
masing ekstrak kasar yang di dapat lalu
dilarutkan dalam 200 ml pelarut yang

Pelarut Optimum Ekstrak


250

200

150

100

50

0
Pelarut Aquadest Etanol Methanol Etil Asetat n-Heksana

Series 1 Series 2

18
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

Berdasarkan data pengamatan banyaknya mikroorganisme yang masuk


kualitatif (grafik di atas )mendapatkan dalam wadah sehingga lebih cepat
hasil data pelarut yang optimum etanol membusuk dibanding dengan lainnya.
dan methanol dengan mencapai batas Maka dari itu filtrat yang di peroleh
filtrat utama 190 ml sedangkan ethil hanya 145 ml lebih sedikit.
asetat dan n-hexan memperoleh 165 ml, Pengujian yang dilakukan
pada aquades lebih sedikit perolehannya berdasarkan uji kualitatif, kuantitatif dan
sebanyak 145 ml. Pemakaian variasi uji mortalitas larva. Pada uji kualitatif
pelarut dalam uji ini memberikan refrensi menggunakan metode Skrining fitokimia
sebagai acuan pengambilan data yang dan pada kuantitatif mengidentifikasi
paling optimum dalam mengekstrak senyawa menggunakan alat
senyawa yang terkandung di dalam daun spektrofotometer UV-VIS pada lab
kelor (Moringa oleifera). Etanol dan CDAST Jember. Skrining fitokimia
metanol paling banyak mengekstrak adalahpemeriksaan komponen kimia
karena senyawa tersebut termasuk secara kualitatif untuk mengetahui
senyawa yang lebih polar dari pada etil golongan senyawa yang terkandung
asetat dan n-heksan. Kepolaran senyawa dalam suatu tumbuhan.Pemeriksaan
tersebut akan menarik beberapa dilakukan pada senyawa fenolik yang
kandungan bioaktif yang terdapat pada memiliki khasiat biolarvasida alami
daun kelor. Senyawa bioaktif yang seperti alkaloid, flavonoid, dan tanin.
diinginkan terbawa dalam proses ini Pada uji di penelitian ini yang pertama
adalah aenyawa flavonoid, alkaloid, dan yaitu flavonoid, selanjutnya uji alkaloid
tanin sebagai tujuan uatamanya. Aquadest dan terakhir tanin.
termasuk dalam deretan kepolaran yang Uji flavonoid dengan penambahan
sangat polar, namun dalam proses NaOH 10% pada masing-masing plat
maserasi aquades dan ekstrak kasar tetes pengamatan. Bila terpositif
membentuk reaksi pembusukan yang flavonoid warna akan berubah menjadi
mengakibatkan filtrat yang didapat tidak kekuningan, jingga samapi kemerahan.
tersaring dengan baik. Hal ini terjadi Flavonoid merupakan pigmen yang
karena bagian pembusukan berada di paling sering banyak di temukan pada
leher wadah yang yang terpisah dengan tumbuhan mulai dari fungus sampai
bagian kental (filtrat) dan menghalangi angiospermae. Pada tumbuhan tingkat
keluarnya filtrat yang didapat. Dan tinggi flavonoid baik ditemukan pada
pembusukan mungkin terjadi karena bagian negative maupun bunga flavonoid

19
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

merupakan senyawa fenolik yang bersifat berbagai jenis tanaman. Untuk melakukan
fenol. Senyawa fenol yang akan bereaksi identifikasi tanin dalam suatu simplisia
dengan NaOH 10% akan membentuk dapat dilakukan dengan berbagai metoda
garam natrium fenolat. Fenol memiliki identifikasi. Proses indentifikasi ini
gugus –OH dalam benzenya, saat ikatan bertujuan untuk mengetahui benar atau
hidogen-oksigennya pada fenol terputus tidaknya suatu simplisia mengandung
maka Na menggantikan posisi H dalam tanin. Selain itu karena tanin sangat
benzene dan membentuk garam natrium beraneka ragam jenisnya, maka dengan
fenolat. proses identifikasi ini kita juga dapat
Uji Alkaloid menggunakan preaksi meprediksi jenis tanin apakah yang
Mayer dan Dragondrof. Pada preaksi dikandung dalam simplisia yang diuji.
Mayer larutan ketika ditetesi berwarna Metode-metode yang kerap
bening atau memudar dari warna asli nya. digunakan dalam proses identifikasi tanin
Dilakukan dua pengamatan agar dapat antara lain adalah: Uji Goldbeater’s skin,
membandingkan hasilnya. Alkaloid Uji Warna dan Pengendapan, Uji Larutan
bersifat basa karena adanya pasagan Gelatin, Identifikasi Breamer’s,
elektron bebas pada atom nitrogennya Identifikasi dengan Reagen Bromin,
mampu membentuk senyawa kompleks Identifikasi dengan Phenazone,
dan tidak larut dalam logam berat. Identifikasi Mitchell’s, dan Uji Senyawa
Hasil yang diperoleh pada pereaksi Katekin. Seperti senyawa fenol lainnya
Mayer (endapan putih- kuning) untuk tanin akan bereaksi dengan garam Besi
sampel fraksi dan kristal larutan bening (III). Larutan sampel akan memberikan
yang menandakan reaksi negatif atau warna intesif merah, biru, unggu atau
pereaksi meyer tidak mampu menarik hijau, dari kompleks triaryloksi yang
senyawa alkaloid dalam sampel yang menandakan adanya senyawa fenol dalam
disebabkan pereaksi yang digunakan sampel tersebut.
untuk menguji terlalu sedikit sehingga uji Uji Tanin yang menggunakan preaksi
yang dihasilkan negatif. Pada tabel uji FeCl3 besi (III) klorida memberikan hasil
alkaloid dengan pengujian menggunakan positif denganwarna kehitaman yang
preaksi mayer negatif. Hasil positif pada kuat. Hal ini terjadi karea tanin yang
uji dengan preaksi Dragondorf pada terhidrolisa seperti gallotanin dan
perubahan warna sampai jingga-coklat. ellgitanin akan memberikan endapan
Uji Tanin merupakan senyawa berwarna biru.
polifonel yang banyak terkandung dalam Dalam skrining fitokimia

20
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

mendapatkan hasil dari uji kualitatif, tabel 2, 3, dan 4.


diantaranya dapat terdeteksi flavonoid, Pada uji kuantitatif yang dilakukan di
alkaloid, dan tanin dari beberapa pelarut Lab CDAST Jember menggunakan
yang terekstrak. Berdasarkan pengujian spektrofotometri UV-VIS.
kualitatif terlihat bagian pelarut yang Pengidentifikasian senyawa yang
lebih polar yang mendekati deteksi dilakukan hanya flavonoid dan taninnya
positif, seperti aquadest, etanol, dan saja
metanol. Keterangan dapat dilihat dalam
.

Konsentrasi berdasarkan µg/ml


6

0
Aquadest Etanol Methanol Etil Asetat n-Heksana

Tanin Flavonoid

Data Grafikhasil UV-VIS asam galat. Perolehan hasil data yang


Flavonoid danTanin menyatakan bahwa kandungan flavonoid
Pada pengidentifikasian senyawa pada ekstrak daun kelor 1,6 µg/ml pada
ekstrak alkaloid tidak termasuk di aquadest, 2,7 µg/ml pada etanol, 3,4
identifikasi secara kuantitatif karena µg/ml pada methanol, 5,6 µg/ml pada
minimnya bahan pendeteksi yang akan ethyl asetat dan n-hexan 0,45 µg/ml.
memberikan signal baik pada ekstrak. Perolehan hasil data pada tanin lebih
Panjang gelombang yang telahditentukan rendah dibanding perolehan kadar
oleh lab CDAST UNEJ diantaranya pada flavonoid data pertama aquadest 1,3
kandungan flavonoid mulai 325 nm -510 µg/ml, etanol 1,06 µg/ml, methanol 1,03
nm serta kurva standart yang digunakan µg/ml, ethyl asetat 0,8 µg/ml dan n-hexan
quercetin dan tanin 325 nm -725 nm 0,1 µg/ml.
dengan menggunakan kurva standart Berdasarkan informasi di atas
21
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

disimpulkan bahwa flavonoid lebih mengandung temefos 1% di dalamnya.


dominan dalam daun kelor. Namun masih Kematian rata-rata pada setiap
banyak lagi senyawa bioaktif yang dapat pelarut dapat dilihat dalam perhitungan
terdeteksi lebih lanjut bilamana penelitian bagian lampiran B. Pada blanko
dilakukan lebih dalam lagi. Dalam konsentrasi 4000 - 5000 ppm
penelitian ini dapat diperhatikan pada mendapatkan hasil kematian hanya
data yang muncul pada pelarut ekstraksi dengan 30 menit pertama sudah
etil asetat dapat lebih baik mengekstrak memberikan efek racun pada seluruh
kandungan flavonoid yang mencapai larva yang diamati. Hal ini dapat
batas 5,6%. Hal ini memungkinkan dipertimbangkan dalam penelitian
bahwa senyawa flavonoid secara baik selanjutnya.
tertarik dalam proses maserasi
berlangsung. Flavonoid juga merupakan 4. Kesimpulan
senyawa polifenol sehingga bersifat Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik
senyawa fenol, karena itu warnanya beberapa kesimpulan sebagai berikut:
berubah bila ditambahkan basa atau 1. Ekstrak daun kelor (Moringa
amoniak. Flavonoid kurang polar seperti oleifera) terbuki positif
(isoflavones, flavones, flavones mengandung flavonoid, alkaloid,
termetilasi, dan flanol) yang terekstraksi dan tanin. Namun yang sangat
dengan chloroform, dichloromethane, besar kandungan kimianya yaitu
diethyl ether, atau ethyl acetat, sedangkan flavonoid dan tanin. Zat fenolik
flavonoid glycosides dan aglikon yang tersebut sudah mampu
lebih polar terekstraksi dengan alkohoh memberikan efek biolarvasida
atau campuran alkohol air. alami terhadap larva Aedes
Bagian pada daun setelah di teliti aegypti instar III.
ternyata mengandung senyawa bioaktif 2. Berdasarkan penelitian pengaruh
salah satunya senyawa-senyawa fenolik. pelarut yang digunakan dapat
Flavonoid, alkaloid, dan tanin merupakan mengekstraksi dengan baik, hal
zat yang dapat meracuni larva Aedes ini di tunjukan pada data
aegypti instar III sehingga dapat pengamatan yang menyatakan
digunakan sebagai salah satu upaya pelarut etanol, metanol
pencegahan penyakit Demamberdarah. mengekstrak sebanyak 190 ml.
Pada lingkungan sekitar biasanya Perolehan flavonoid yang
masyarakat menggunakan Abate yang terkandung dalam ekstrak daun

22
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

kelor( Moringa oleifera) sebesar Serasah Daun Rhizosporamucronatapada


Ekosistem TambakTumpangsari, Purwakarta.
5,6 µg/ml menggunakan pelarut Skripsi.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
ethyl asetat, dan tanin 1,06 µg/ml
Amirth, Pal, Singh, 2002. A Trestie on
dengan pelarut ethanol. Untuk Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.
efek kematian larva dapat Anshory, I. d. (2003). Acuan Pelajaran
disimpulkan bahwa ekstrak daun Kimia. Jakarta: Erlangga.

kelor dapat menjadi alternatif baru Aradilla, A. S. (2009). Skripsi, Uji Efektivitas
Larvasida Ekstrak Etanol daun
dalam bidang biolarvasida alami. Mimba(Azhadirachta indicia) terhadap larva
Pencapaian data pengamatan Aedes aegypti. Ilmiah kedokteran ,
Universitas Diponegoro, Fakultas
mortalitas sebesar 10,3% pada Kedokteran, Semarang, hal 11-12.
penggunaan pelarut aquadest,
Ariningsih, K. 2004. Penambahan Sumber
sedangkan pada abate / Temefos Tanin yang Berbeda dalam Perebusan Telur
Asin terhadap Kualitas Mikrobiologi Selam
1% sebesar 13%. Hal ini dapat Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Peternakan.
dikatakan ekstrak dapat memberi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

efek racun cukup baik. Astuti, D. (2008). Upaya Pemantauan


Nyamuk Aedes aegypti ,Warta, Vol.2(11),
hal 90-98.
Saran
Bahang, Z. (2011). Siklus Hidup Aedes
Berdasarkan hasil-hasil penelitian aegypti Vektor. Jakarta.
dapat di tarik beberapa saran sebagai Behera, & et.al. (2012). UV-Visible
berikut:Penelitian lebih lanjut terhadap Spectrophotometric Method Development
and Validation Of Assay Of Paracetamol
pemakaian ekstrak sebagai biolarvasida Tablet Formulation. Journal Analytical and
Bioanalytical ,Vol 3 (6), hal 1-6.
alami, seperti pengujian zat bioaktif lebih
banyak lagi dan kontrol positif pada Burger,I., Burger,B,V. Albrecht,C.F.
Spicies,H.S.C. and Sandor.P.,1998.
mortalitas yang ditingkatkan pada waktu Triterpenoid saponin From Bacium
maupun jumlah pembiakannya. gradivlona Var. Obovatum
Phytochemistry.Vol 49. hal 2087-2089.

Chumark, P. K. (2008). The in vitro and ex


vivo antioxidant properties,hypolipidaemic
Daftar Pustaka and antiatheroschlerotic activities of water
extract of Moringa oleifera Lam. Leaves. J.
Ethnopharmacol, Vol. 90 (116), hal 439- 446.

Achmad, H. (1993). Materi Pokok Kimia D., C. In C. D, Intisari Kimia Farmasi Edisi
Dasar I. Universitas Terbuka. Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Achmadi. (2011). Atlas Entomologi
Kedokteran. Jakarta: EGC. Daniel. (2008). “Ketika Larva dan Nyamuk
Dewasa Sudah Kebal Terhadap Insektisida” .
Ahadi, M. R. 2003. Kandungan Tanin Jurnal FARMACIA , Vol 7 (7), hal 114-117.
Terkondensasidan Laju Dekomposisi pada
23
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Depkes RI.


2008, Modul: Pelatihan Bagi pelatih Irawati, S., 2010, Memanfaatkan Kekayaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD Flora di Daerah Tropis sebagai Alternatif
Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Solusi untuk Menurunkan Angka Kasus DBD
Perilaku (KPP)/Communication For di IndonesiaJurnal UI Untuk Bangsa Seri
Behavioral Impact (COMBI), Direktorat Kesehatan, Sains, dan Teknologi,Vol. 1, hal.
Jenderal Pengendalian Penyakit dan 39-49.
Penyehatan Lingkungan, DepkesRI, Jakarta.
Jayanegara, A. & E. Palupi. 2010. Condensed
Depkes, 2. R. (2005). Pencegahan dan tannin effect on nitrogent digestion in
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di ruminantia meta-analysis from invitro and
indonesia, Jakarta: Depkes RI 2005. invivo studies, Med. Pet. edisi 2010: hal 176-
181.
Deaville, E. R.,Givens,D. I.andHarvey, I. M.
2010. Chesnut andMimosa tannin silages: Kasolo J.N, B. G. (2010). Phytochemicals
Effect in sheep differ for apparent and Uses of Moringa Oleifera Leaves in
digestibilty, nitrogen utilitationand losses. Ugandan rural Communities. Madicinal Plant
Anim. Feed Sci. Technol. Vol 157: 129-138. Reseacrch ,Vol 4 (9), hal 753-757.

Duke, J. (2001). Moringa Oleifera Lam. Kim Nio, Ocy.1989. Zat-zat toksik yang
Duke, J.A. (Ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka secara alamiah ada pada tumbuhan nabati.
Utama,Vol.2(1), hal 214-217. Cermin Dunia Kedokteran, Vol 58, hal 315-
330.
Djojosumarto, P., 2008, Pestisida dan
Aplikasinya, Agromedia Pustaka, Jakarta. hal Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia
207-208. Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Fahey, J. (2005). Moringa Oleifera: A Kristanti, Alfinda Novi. (2008). Buku Ajar
Review of the Medical Evidence for Its Fitokimia.Surabaya: Universitas Airlangga,
Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic hal 35-40.
Properties Part 1. Trees for Life , Vol 1(2),
hal 5-30. Kristiani, V., & Halim, F. I. (2014). Pengaruh
Konsentrasi Etanol Dan Waktu Maserasi, .
Gandahusada, Srisasi, Henry D. Illahude, dan Universitas Katolik Widya
Wita Pribadi, 2000, Parasitologi Kedokteran, Mandala:SurabayaRepository, Vol.4 (2), hal
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 14-18.
Jakarta. hal 248- 249.
Kumala, N. (2016). Potensi Ekstrak Daun
Harbone, J. (1987). Penuntun Cara Modern Kelor (Moringa oleifera)sebagai
Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB, hal Hepatoprotektor pada Tikus Putih (Rattus
123-129. Novergicus) yang Diinduksin Paracetamol
Dosis Toksis. Ilmiah Kedokteran ,Vol 5 (1),
Hendratno, S. (2009). Panduan Kuliah hal 58-59.
Mahasiswa Entomologi: Diktat Kuliah
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Kondo, M., N. Naoki, K. Kazumi &H. O.
Semarang. pers. Yokota. 2004a . Enhanced lactic acid
fermentation of silage by the addition of
Hesse, M. 1981. Alkaloid Chemistry. green tea waste. J. Sci. Food Agric. Vol 84:
Toronto: John Wiley and Sons, Inc. hal 728 –734.

Hasibuan, R., 2012, Insektisida Pertanian, Naria, E., 2005, Insektisida Nabati untuk
Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Rumah Tangga, Universitas Sumatera Utara,
hal 62. Medan. hal 29.
Noshirma, M., & willa, R. w. (2016).
Iskandar. (1985). Pemberantasan Serangga Larvasida Hayati yang digunakan dalam
dan Binatang Pengganggu.Jakarta: Pusdiknes upaya pemberantasan, Universitas Kristen
24
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2021 ISSN: 2685-7065

Maranantha: Bandung, hal 33-36. Kedokteran. Jakarta: EGC, hal 18.

Matsjeh, S. 2002. Kimia Hasil Alam Sudjadi. (1988). Metode Pemisahan.


Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Universitas Gadjah Mada, Fakultas Farmasi,
Falvonoid, Terpenoid dan Alkaloid. hal 167-177.
Jogjakarta: Jurusan Kimia FMIPA UGM. hal
431-463. Tippler, P. A. (1991). Fisika Untuk Sains dan
Teknik, Jilid 1. Jakarta, Erlangga Jilid 1.
Maldonado, R. A. P. 1994. The Chemical
Nature and Biologycal Activity of Tannins in Underwood, A.L and R.A Day, Jr. (1986).
Forages Legumes Fed to Sheep and Goat. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga .
Thesis. Departement of Agriculture Australia.
University of Quensland Australia, Australia. Yoshiki Y, Kudo & Okobo K,1998.
Relationship Between Cemical Structure and
Morrisey JP dan Ousbon AE, 1999. Fungal Biologica Activities of Triterpenoid Saponin
Resistence to Plant Antibiotic as a from Soybean (Reviw). Biosience
Mechanism of Phatogenesis. Mikrobiologi Biotechnology and Biochemistry. Vol 62. hal
and molecular biologi. Vol 63, hal 708-729. 2291-2292.

Poorwosudarmo. (1993). Demam Berdarah Trisna T.L (2018).


Dengue pada Anak. JAKARTA: UI press. PengaruhJenisPelarutDalamEkstraksiDaunKe
lor (MoringaOliefera)
Rajanandh, M.G. (2012). Moringa Oleifera A TerhadapDayaMortalitas Larva
Herbal Medicine:A Pre Clinical Report . (AedesAegypty), Skripsi. Prodi Kimia,
Asian Pasific Journal of Tropical Disease, FakultasMIPA Universitas PGRI
2(SUPPUL2), hal 709- 795. BanywangiAgustus 2018.

Robinson, T. (1991). The Organic


Constituens of higher Plants. University of
Massachusetts Edisi VI: Bandung, ITB, hal
191-216.

Roloff, A. H. Weisgerber, U. Lang , B.


Stimm (2009). Moringa oleifera Lamk.
WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA
(1785). Vol 12(3), hal 1-8.

Sastrohamidjojo, H. (1991). Kromatografi.


Kromatografi edisi II : Liberty, Yogyakarta,
hal 26-36.

Sastrohamidjojo, H. (1992). Pektroskopi


Inframerah Edisi I Cetakan I: Liberty,
Yogyakarta, hal 13.
Susanti, C. M. E. 2000. Autokondensat tanin
sebagi perekat kayu lamina. Jurusan IPK.
Program pasca sarjana IPB. Bogor. Desertasi
Soedarto, 2011, Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran, Sagung Seto, Jakarta, hal 318-
319.
Sreelatha, S. P. (2009). Antioxidant Activity
and Total Phenolic Content of Moringa
Oleifera Leaves in two Stage of Maturnity:
Plant foods , Vol 64(3), hal 303-311.

Sudarto. (1972). Atlas Entomologi


25

Anda mungkin juga menyukai