Bencana Untuk
Perempuan Lebih
Berdaya
Disampaikan Oleh: dr. Tuty Sahara, M.Si
Obat Baper, Jumat, 8 April 2022
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik Pelayanan Kesehatan Reproduksi
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan
(pasal 71UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan)
Pelayanan KB (Kontrasepsi)
Kesehatan reproduksi yang bertujuan untuk : (PP RI Nomor 61 tahun Krisis kesehatan akibat
2014 ):
(1) Menjamin pemenuhan hak kesehatan reproduksi setiap orang yang bencana
diperoleh melalui pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan dapat
dipertanggungjawabkan;
(2) Menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar mampu Alat dan Obat Kontrasepsi BKKBN
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu
BENCANA di INDONESIA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
(Permenkes No 75 Tahun 2019 tentang Penanggulangan
Krisis Kesehatan)
1
UU Nomor 36 Tahun 2009
Terjadinya situasi krisis Pelayanan dasar merupakan hak
kesehatan tiap WNI, salah satunya pelayanan
Hambatan dalam pelayanan 4 2 KB dan kesehatan Reproduksi
KBKR berpotensi meningkatkan
risiko kesakitan dan kematian
pada ibu
3
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
Jaminan adanya pemenuhan hak reproduksi setiap orang
melalui pelayanan yang aman, bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan
Apa itu KRISIS KESEHATAN ??
Tanggap Darurat
Krisis Kesehatan
Serangkaian
Serangkaian kegiatan yang dilakukan kegiatan yang
dengan segera untuk memperbaiki, dilakukan dengan
memulihkan, dan/atau membangun segera pada saat
Kembali sarana dan prasarana serta kejadian akibat
bencana
fasilitas pelayanan kesehatan
DAMPAK BENCANA?
krisis kesehatan,
hilangnya tempat tinggal, dan rusaknya
fasilitas umum termasuk fasilitas
kesehatan dan sarana vital lainnya.
Trauma Kejiwaan
Sebagian korban bencana menunjukkan gejala trauma
kejiwaan yang beragam seperti reaksi ketakutan
W. Widayatun (2016)
Mengapa PEREMPUAN lebih rentan?
• Ketimpangan Akses
Dalam perspektif gender, perempuan banyak menjadi korban dalam situasi bencana karena memiliki
akses yang lebih rendah terhadap sumber daya seperti sarana toilet dan air bersih selama di shelter
pengungsian dibanding laki laki. Selain itu, kurangnya sarana prasarana mempersulit untuk memenuhi
kebutuhan perempuan seperti menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui anak.
• Kekerasan Pasca Bencana
Di tempat pengungsian, keterbatasan ruang privasi membuat banyak perempuan merasa tidak nyaman.
Tempat penampungan yang kurang privasi bisa memicu timbulnya kekerasan seksual pada perempuan.
• Kebutuhan Minimum: Air
Sulit untuk seorang perempuan yang sedang menstruasi atau ibu nifas merasa aman dan nyaman
dengan kondisi tidak ada air dalam situasi bencana. Selain itu, kecukupan air minum akan lebih
berpengaruh pada kuantitas air susu pada ibu yang sedang menyusui bayi. Kualitas air susu ibu
sebagai pemasok utama bagi bayi di pengungsian tidak bisa diabaikan.
• Trauma
Tidak semua kebutuhan perempuan bertumpu pada kebutuhan fisik saja. Perempuan yang kehilangan
suami, kehilangan anak, atau anak perempuan yang kehilangan orang tua atau keluarganya akan
mengalami trauma psikologis yang relatif panjang.
Pentingkah pelayanan kontrasepsi dalam situasi bencana/krisis?
DAMPAK TIDAK TERSEDIANYA PROGRAM KB DAN
KESEHATAN REPRODUKSI DI KONDISI BENCANA
• Angka kebutuhan KB yang tidak tepenuhi
(unmet need) KB tergolong tinggi
• Terjadinya putus pakai sebagai peserta
KB
• Terdapatnya konsekuensi penyebaran
IMS/HIV
• Terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan yang dapat berakhir dengan
aborsi tidak aman dan peningkatan risiko
kesakitan dan kematian akibat kehamilan
dan persalinan
• Peningkatan risiko kesakitan dan
kematian pada kelompok perempuan dan
remaja perempuan
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PELAYANAN KONTRASEPSI
pada Krisis Kesehatan Akibat Bencana
KEBIJAKAN
1 2 3
STRATEGI
1 2 3
Penggerakan akseptor,
melalui kegiatan KIE Mengoptimalkan
dan konseling oleh pelayanan
petugas kontrasepsi pada
lapangan/PKB/PLKB, krisis kesehatan
penggerakan menggunakan
masyarakat, dan berbagai metode
peningkatan akses pelayanan
PERATURAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2020
BAB V PENDANAAN
TUJUAN
(1) Menyediakan pelayanan KB dan
Kesehatan Reproduksi
• Program Bangga Kencana pada Krisis Kesehatan akibat Bencana dilakukan oleh BKKBN dan
Perwakilan BKKBN 🡪 TIM SIAGA BENCANA 🡪 Tingkat Pusat dan Tingkat Provinsi.
• TIM SIAGA BENCANA bertugas melaksanakan pelayanan Program Bangga Kencana pada
Krisis Kesehatan akibat Bencana secara efektif, konvergen, dan terintegrasi dengan
melibatkan lintas sektor.
• Susunan Tim siaga Bencana atas:
Ketua
Tanggap
Pra Krisis Darurat Pasca Krisis
PELAYANAN KB DAN
KESEHATAN REPRODUKSI
Sumber
Pendanaan
Langkah-
Langkah pada
Setiap Tahapan
Krisis
Kesehatan
SISTEM KLUSTER DAN
STRUKTUR KLUSTER
KESEHATAN
Klaster Bencana di Tingkat Nasional
Klaster
Klaster Klaster Klaster
Klaster Klaster Klaster Kesehatan Klaster
Pencarian & Pengungsian & Sarana &
Ekonomi Logistik Pemulihan KEMENTERIAN Pendidikan
Penyelamatan Perlindungan Prasarana
KESEHATAN
Pencegahan kehamilan
yang tidak dikehendaki BKKBN
Struktur Sub Klaster Kesehatan Reproduksi di Tingkat Pusat
Kementerian Kesehatan
Sekretaris Jenderal
BKKBN Pusat
(Koordinator)
KRISIS KESEHATAN :
Bencana dan Non Bencana (Wabah)
PPAM
Kesehatan Reproduksi
Paket Pelayanan
Kegiatan, koordinasi, perencanaan dan logistik. Pelayanan kesehatan reproduksi yang
Paket tidak berarti sebuah kotak tetapi mengacu diberikan kepada penduduk
pada strategi yang meliputi koordinasi, terdampak
perencanaan, pasokan logistik dan kegiatan-
kegiatan kesehatan seksual dan reproduksi
Awal Minimum
Dilaksanakan sesegera dengan melihat hasil Dasar, terbatas
penilaian kebutuhan awal
Sasaran PPAM
Kesehatan
Reproduksi
Penduduk yang merupakan kelompok rentan
kesehatan reproduksi:
bayi baru lahir
•
ibu hamil
•
ibu bersalin
•
ibu pascapersalinan
•
ibu menyusui
•
anak perempuan
•
remaja
•
1. Kondisi
Fasilitas
Kesehatan
2. Kondisi Tenaga
Kesehatan Pemberi
Layanan Kesehatan
Reproduksi
3
9
Pelayanan Kontrasepsi sebagai
bagian dari PPAM Kesehatan
Reproduksi pada Krisis Kesehatan
3. Memastikan masyarakat
mengetahui tentang ketersediaan
alokon untuk Pasangan Usia Subur
(PUS)
Berpartisipasi dalam melindungi para pengungsi wanita dan anak anak terhadap kemungkinan terjadinya
kekerasan berbasis gender di wilayah bencana
Berpartisipasi dalam memantau ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang aman dan bermutu,
khususnya pelayanan kontrasepsi bagi Pasangan Usia Subur yang membutuhkannya di wilayah bencana
Turut serta dalam mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, melalui kontribusi pemberian
materi KIE kepada para pengungsi bersama petugas lini lapangan dan tetap menggunakan kontrasepsi
Turut serta membantu para penyedia layanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya, seperti penanganan kelahiran darurat di wilayah bencana
Turut serta dalam mengurangi dampak terjadinya bencana, khususnya dalam menjaga stabilitas
perekonomian para pengungsi melalui pemberdayaan unit ekonomi keluarga sejahtera
REVIU HASIL STUDI
Studi Hapsari dkk (2009) mengidentifkasi temuan menarik berkaitan dengan kebutuhan
pelayanan keluarga berencana (KB) paska bencana gempa bumi di Bantul (Yogyakarta)
pada tahun 2006.
• Satu tahun paskagempa, mereka yang menggunakan alat KB suntik dan implant
cenderung menurun, sebaliknya mereka yang menggunakan pil KB dan metode pantang
berkala cenderung meningkat.
• Studi ini juga menunjukkan bahwa prevalensi kehamilan tidak direncanakan lebih tinggi
dijumpai pada mereka yang sulit mengakses pelayanan KB dibandingkan mereka yang
tidak mengalami kendala.
Hapsari, E. D., Widywati, Nisman, W. A., Lusimalasari, L., Siswishanto, R. dan Matsuo, H. 2009. Change in Contraceptive
Methods Following the Yogyakarta Earthquake and Its Association with the Prevalence of Unplanned Pregnancy.
Contraception, 79, 316-322.