Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN

KOMUNIKASI
BENCANA
September 2023
PENANGGULANGAN BENCANA
PENANGGULANGAN BENCANA
Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
dan rehabilitasi.

MITIGASI ;
Istilah yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk
mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana
itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan risiko jangka
panjang (Tamitiadini, dkk., 2019)

MITIGASI
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No. 24 Tahun 2007)
KONSEP DASAR RISIKO BENCANA
Risiko didefinisikan secara sederhana sebagai kemungkinan sesuatu
yang buruk akan terjadi, serta dampak dari kejadian tersebut. (Coppola
and Maloney, 2019)

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat


bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat (UU No. 24 Tahun 2007)
KONSEP RISIKO
Bentuk penanganan bencana
(lamanya waktu penanganan)
• Emergency or acute disaster area, bencana yg dipicu alam, teknologi, sosial
politik, dsb.
Tindakan penanganan kategory urgent (extra ordinary) short term
action.

• Chronic disaster area, bencana yg memiliki dampak jangka panjang. Contoh


kelaparan, kontaminasi radioaktif, pandemi.
Tindakan penanganan : medium/long term.

(Porifiev dalam Quarantelli, 1998)


FILOSOFI MENYIKAPI BENCANA
• Jauhkan masyarakat
dari bencana
• Jauhkan bencana dari
masyarakat
• Hidup harmoni dengan
bencana
• Tumbuhkembangkan
kearifan lokal

Nugroho,
PRINSIP-PRINSIP MITIGASI
1. Kejadian bencana merupakan
titik awal upaya mitigasi bagi
rencana berikutnya atau
melakukan pembangunan
kembali secara lebih baik.
2. Upaya mitigasi merupakan
aktivitas kompleks sehingga
perlu melibatkan banyak pihak
3. Mitgasi aktif lebih efektif
4. Prioritas kelompok rentan
5. Evaluasi berkelanjutan.

Sumber : theconversation.com
Azas dan prinsip PB

1. Ilmu pengetahuan : harus berdasar pada pengetahuan yang disusun


secara sistematis menurut metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan perihal bencana tersebut
2. Profesional : memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya
3. cepat dan tepat : dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan
secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan
SIKLUS MANAJEMEN BENCANA

Balcik et al, 2010 (in Tay HL, 2022)


Mitigasi Bencana

1. Mitigasi Struktural adalah upaya menghadapi bencana dengan pembangunan


fisik sepetimembuat waduk, setu, tanggul, mendirikan dinding beton,
mengeruk sungai dll untuk pencegahan banjir. Membangun rumah tahan
gempa, menyiapkan shelter evakuasi tsunami, dll.

2. Mitigasi Non Struktural adalah dengan Menyusun regulasi, menyiapkan


panduan, melatih masyarakat melalui sosialisasi, peningkatan kapasitas, dan
pemberian informasi tentang bencana serta melakukan simulasi secara
berkala.
Upaya mitigasi masyarakat
1. Mempersiapkan masyarakat di daerah rawan bencana → informasi
potensi bencana
2. Peningkatan kapasitas, pelatihan, simulasi dan pembiasaan menghadapi
situasi bencana secara tepat dan berkelanjutan
3. Kekeliruan dalam mengkomunikasikan informasi dapat menimbulkan
ketidakpastian sehingga dapat memperburuk situasi.
4. Perlunya pendekatan lintas budaya.

• untuk mengintegrasikan karakter masyarakat kawasan rawan bencana


dengan regulasi, bisa tercapai dengan baik jika kedua belah pihak mampu
menciptakan komunikasi kohesif yang menghasilkan pemahaman
bersama.
• persoalannya dalam kondisi darurat bencana, membuka sinyal komunikasi
untuk menangani korban dengan cepat, tidak mudah untuk dilaksanakan.
Sebab, lembaga pemerintah dibelenggu oleh peraturan, sedangkan
masyarakat, selain tetap berpijak kepada nilai setempat, juga dikuasai oleh
pesan– pesan dari sumber yang tidak jelas nilai faktualnya. (Susanto dalam
Budi, 2011: 17)
KESIAPSIAGAAN
(PREPAREDNESS)
Dalam UU No. 24 Taun 2007, Kesiapsiagaan merupakan bagian dari fase pra bencana
dalam sistem penanggulangan bencana, yang meliputi :
1. Situasi tidak ada bencana
2. Situasi terdapat potensi bencana
Pemberdayaan Pemuka Pendapat dalam
Komunikasi Bencana

1.Pemberdayaan komunikasi pemuka pendapat dalam penanganan bencana


dipengaruhi secara nyata oleh keragaman kelompok masyarakat. Bila tokoh
masyarakat banyak terlibat dalam penanganan bencana di lingkungannya,
kemudian menjadi fasilitator sosial dan kompak dengan kelompoknya, maka
proses penanganan bencana di lingkungannya relatif lebih cepat dan berhasil.
2.Penanganan bencana merupakan kegiatan yang mensinergikan program
pemerintah dan partisipasi masyarakat korban bencana, sehingga faktor-faktor
tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan program penanganan bencana di
masyarakat. Peran pemuka pendapat juga diperlukan dalam kegiatan
penanganan bencana oleh lembaga non pemerintah yang biasanya cenderung
partisipatif dan melibatkan banyak pihak dalam masyarakat. Pemberdayaan
komunikasi pemuka pendapat dalam penanganan bencana perlu ditingkatkan,
karena pemuka pendapat banyak berperan dalam kegiatan penanganan
bencana (Badri, 2008).
Risk Communication and
Resilience
Resilience, resiliensi (KBBI)
1. kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit;
Tangguh
2. kemampuan sistem atau komunitas yang terpapar bahaya untuk
melawan, menyerap, mengakomodasi, beradaptasi, mengubah, dan
pulih dari efek bahaya secara efisien dan tepat waktu, dilakukan
melalui pelestarian dan pemulihan fungsi dan struktur dasar
esensial dengan pengelolaan risiko

Ketangguhan merupakan kesadaran yang terinternalisasi dalam sebuah


komunitas sehingga menghasilkan kesiapsiagaan dan kapasitas yang
tinggi dalam menghadapi bencana (Nugroho)
Risk Communication and
Resilience
1. SFDRR menyoroti pentingnya mengkomunikasikan
risiko dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk
respon yang efektif
2. Terdapatkorelasi antara komunikasi risiko dengan upaya
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat
dalammenghadapi bencana
3. Ketangguhan bencana komunitas merupakan hasil dari
kapasitas komunitas yang secara efektif
mengkomunikasikan dan mengelola risiko baik saat
respon maupun pemulihan dari bencana (Comfort et al.,
2010)
Sistem Peringatan Dini
Elemen sisterm peringatan dini yang saling berhubungan:
1. Pengetahuan risiko bencana, terhadap ancaman dan kerentanan
masyarakat, berdasarkan pengumpulan data dan kajian risiko
bencana
2. Monitoring dan kapasitas peringatan untuk mendeteksi, memantau dan
menganalisis gejala bahaya, memprediksi perubahan bahaya/ancaman,
memprediksi dan menyampaikan peringatan bahaya dan kemungkinan
konsekwensinya..
3. Diseminasi and komunikasi dari pihak berwenang, waktu yang tepat,akurat,
dan penyampaian peringatan yang disertai aksi yang berkaitan dengan
informasi dampak serta menyediakan informasi kesiapsiagaaan bagi
masyarakat yang berisiko..
4. Pengetahuan kemampuan respon, merencanakan dan mampu bertindak
dengan benar dan tepat waktu oleh pihak berwenang dan masyarakat yang
berisiko.
(Basher R, 2006)
four areas for improvement in EWS
1. Menyediakan jejaring komunikasi efektif untuk menempatkan riset
kedalam praktek.;
2. Membangun proses pembuatan keputusan yang efektif untuk
mendefinisikan akuntabilitas dan tanggung jawab;
3. Mengakui pentingnya persepsi risiko dan kepercayaan untuk respon
yang efektif.;
4. Mempertimbangkan perbedaan pendekatan teknokratis dan
prisipasif.
(Garcia and Fearnley, 2012)
FLOOD EARLY WARNING SYSTEM (FEWS)

DIMS
DATA
Valid (Disaster
DATA
INPUT PROS Information
ES Management
Systems)
Petabencana
.Id

Laporan Secara
Berkala Dalam
BANJIR Bentuk Tabular Dan
SIB (Sistem Peta
Informasi Banjir)

PUSDATIN BPBD
Validasi Melalui
Konfirmasi
Ke Lurah
& TRC BPBD

JAKI
BENCANA Publikasi Melalui
Website, Media Sosial,
LAINNYA
Email, Petabencana.Id
dan SIB
(Kebakaran,
Pohon
Tumbang,
Longsor,
Puting Tidak
Beliung Dll)
Jakarta Siaga Valid
112

Acuan Untuk Sebagai Data


Tidak Diproses Penanganan Untuk Bpbd
MEDIA SOSIAL Pengungsi & Maupun PD
(Whatsapp,
Distribusi Terkait Dalam
Twitter, Facebook,
Web) Peralatan-logistik Rencana Pb

TRC
BPBD
Presentation title

19
STATUS SIAGA PINTU
AIR
FLOOD EARLY WARNING SYSTEM (FEWS)

DATA DATA DATA


INPUT PROSES OUTPUT

SIAGA 1

AWAS
SIAGA 2

INFO SIAGA 3 SIAGA


TINGGI MUKA AIR
WASPADA
SIAGA 4
NORMAL

Whatsapp Media Sosial


(Group Member) Twitter, Facebook, Website

(untuk Publik)

Sumber: DSDA
Disaster Warning System (DWS)
UPT PUSDATIN
BPBD DKI JAKARTA Area & Sungai Tertentu
Yang Berpotensi Banjir

SMS BLAST

SEPANJANG SUNGAI
TERTENTU YANG
BERPOTENSI BANJIR
(KONFIRMASI 112)
SMS Broadcast Peringatan Dini Banjir
PENYEBARLUASAN INFORMASI PERINGATAN DINI OLEH MEDIA
MAINSTREAM
ALUR PELAYANAN NOMOR DARURAT
JAKARTA SIAGA 112

1
1
2

Dispatch
ke PD terkait Petugas
datang Agent
Masyarakat Agent Memastikan
Dan
Menelpon Menerima kedaruratan
mengatasi
112 Call tertangani
kedaruratan

Laporan
Pembuatan
ditutup
Tiket
Kedaruratan
Pelaporan
teratasi
Komunikasi Risiko yang Efektif
Dalam
mengkomunikasikan
sebuah resiko yang
efektif, sangat penting
untuk mengenali siapa
audiens nya dan
berempati terhadap
audiens

Sumber : scdf
Lokal wisdom
1. Korban Gempa tsunami Aceh, 26 Desember 2004

• Tinggi tsunami 7-10 m,


dg kecepatan 300-800
km/jam (Saatcioglu M
Dkk 2005)
• Aceh : 300.000 jiwa
• Simeulue : 7 jiwa
• Smong, sangat erat kaitannya dengan Tsunami Early
Warning System, dengan cara tradisional
• Smong : naiknya gelombang air laut yang bergulung-
gulung diatas normal. Diikuti butiran air yang sangat
tinggi serta suara gemuruh dari laut. Kemudian
melanda seluruh pemukiman penduduk, sebelumnya
didahului terjadinya linon dengan kekuatan besar.
• Tanda-tanda datangnya Smong : surutnya air laut
sepanjang puluhan mil dari pantai, disertai suara
gemuruh.

(Gadeng et al, 2018) Sumber :


LINON
Enggelmon Sao curito (Dengarlah sebuah cerita)
Inang maso semonan (pada masa jaman dulu)
Manoknop sao fano (tenggelam satu tempat)
Wila dasesewan (Begitulah mereka ceritakan)
Unenne Alek Linon (Diawali dengan gempa)
Besang bakatne Malli (Disusul ombak yang besar sekali) Tsunami wave that
Manoknop Sao hampong (Tenggelam seluruh kampung)
Tibo-tibo Mawi (Tiba-tiba saja)
struck Aceh had the
Anga linonne Malli (Kalau gempanya kuat)
Uwek surui sahuli (Disusul air surut sekali)
height of 7-10 meter
Mahea mihawali (Segera cari) with the speed of 500-
Fanome singa tenggi (Tempat kalian yang lebih tinggi)
Ede Smong kahanne (Itulah Smong namanya) 800 km/hour
Turiang da nenekta (Sejarah nenek moyang kita)
Miredem teher ere (Ingatlah ini betul-betul)
(Saatcioglu, M. Dkk., 2005)
Pesan dan navida (Pesan dan nasihatnya)

Sumber : okenzone.com
Contoh Kasus Dampak Kesalahan Komunikasi Bencana

Penelitian University of Hawaii


Pada bencana tsunami di Hilo tahun 1946 dan 1960 terjadi kesalahan prosedur
dan koordinasi pemerintah dalam mengantisipasi bencana tsunami.
Pihak berwenang dalam hal ini dinas pertahanan sipil, kepolisian di Hawaii dan
Hilo mengalami miskomunikasi dan koordinasi sehingga pemberitahuan kepada
warga Hilo terlambat diberitakan.
Selain itu ditemukan juga bahwa media massa melakukan kesalahan dalam
menyampaikan berita kepada publik tentang tsunami.
Media menyampaikan berita melalui radio di Hawaii bahwa tidak akan ada
gelombang tsunami dalam satu jam ke depan. Masyarakat juga diketahui
memiliki pengetahuan yang sangat rendah tentang bencana tsunami. Hal itulah
yang dianggap menjadi salah satu sebab banyaknya korban yang tewas pada
dua bencana alam tersebut (Johnston, 2013).
Silent tsunami in sunda strait

Sumber : setkab.go.id

Sumber : The Jakarta Post


COMMUNICATING TO SAVE LIVE
The success or failure of humanitarian action can depend on good
communication
(Gunawardene and Noronha, 2007)

“The right message at the right time from the right person
can save lives.” —Barbara Reynolds, PhD CDC Senior Crisis
and Risk Communication Advisor.
Good communication in a disaster zone depends on many factors. Rapid
access to the disaster zone, professional human resource capacity and
readily available communications technology are among them
(Gunawardene and Noronha, 2007)
DWS KALI KRUKUT - 2020
1. Alat peringatan dini banjir Kali Krukut, baru diaktifkan
setelah banjir melanda wilayah Cipinang Melayu, Jakarta
Timur
2. SOP aktivasi peringatan dini banjir Kali Krukut, apabila
pos pantau Krukut Hulu mencapai titik siaga 3, 2, atau 1.
3. Banjir Jakarta Tahun 2020 merupakan kejadian banjir
yang pemicu utamanya adalah hujan lokal ekstrem.
4. Wilayah Cipinang Melayu dan sekitarnya merupakan
area cekung sehingga mudah tergenang.
Penugasaan pertemuan ke-2
Ceritakan penanggulangan bencana yang
pernah dilakukan di daerah anda, dan
analisa bagaimana manajeman komuniikasi
yang dilakukan!

Kirimkan ke: tikayulianti.lec@gmail.com


Maksimal Selasa, 26 September 2023 pukul
13.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai