Anda di halaman 1dari 43

METODE PEMBELAJARAN

TAHFIDZUL QUR’AN
Proses Pembelajaran Tah dzul Qur’an

fi

Metode Menambah Hafalan Baru


Umur emas dalam menghafal adalah masa kanak-kanak dan
remaja.

Anak yang belum mumayyiz: mendengar.

Anak pasca mumayyiz: mendengar, membaca, memahami.

Menghafal semenjak kecil seperti memahat di atas batu.

Survei di Saudi menyimpulkan anak-anak yg ikut halaqah lebih


bagus dalam prestasi di sekolah formal.

Kemampuan memori otak manusia setara 1 juta GB

Menghafal seperti latihan otot.

Banyak otak anak-anak kita yg penuh oleh memori sampah.

Para ulama menghindari memasukkan dalam hati kecuali hal-hal


yang bermanfaat.

Langkah-langkah menghafal baru


1.Talqin (membenarkan bacaan dan membiasakan ayat yang akan
dihafal)

2.Hifdz (menghafal)

3.Rabt (menggabungkan)

4.Tasmi’ (Setorah hafalan)

1. Talqin
1. Talqin (1)
Talqin adalah kegiatan guru membaca ayat untuk ditirukan oleh
muridnya.

Kalau siswa di halaqah jumlahnya banyak makan menggunakan


metode Talqin Jama’i, yaitu semua murid menirukan dalam waktu
yang bersamaan.

Adapun kalau siswa sedikit maka menggunakan metode Talqin


Fardi, yaitu mentalqin murid satu per satu.

1. Talqin (2)
Mengenalkan ayat yang akan dihafal dan mengikat ingatan dengan
hal-hal unik pada ayat-ayat tersebut:

Jumlah ayat yang akan Blok ayat-ayat sesuai


dihafal dengan mind mapping
Nomer halaman Blok warna
Halaman kanan atau kiri Ayat-ayat
Kandungan ayat Mutasyabihat (mirip)

1. Talqin (3)
Murid membaca dari mushaf dengan disimak oleh gurunya dan
diyakinkan bahwa bacaan sudah benar.

Faidah Talqin untuk membiasakan mendengar ayat yang akan dihafal,


dengan bacaan yang benar, dan menirukan kefasihan dan bacaan
bagus dari gurunya.

Memberikan penekanan apabila ada ayat-ayat mutasyabihat pada


hafalan baru tersebut agar selalu diingat.

2. Hifdz (Menghafal)
2. Hifdz (Menghafal) (1)
Mengkondisikan tempat:

kondusif, jauh dari hal2 yang mengalihkan konsentrasi.

Ruang tertutup.

Siswa tidak keluar dari halaqah.

Memastikan semua murid dalam pantauan dan penglihatan


guru.

2. Hifdz (Menghafal) (2)


Sebelum memulai hafalan baru harus membaca dulu hafalan
sebelumnya dengan tidak melihat kepada mushaf. Tujuannya
agar bersambung dengan hafalan baru yang akan dihafal.

Menggunakan satu mushaf.

2. Hifdz (Menghafal) (3)


Ketika menghafal, mengerahkan semua kemampuan:
Mata: melihat kepada mushaf Hati: fokus dan konsentrasi dengan
hafalan yang dibaca.
Telinga: mendengar dalam talqin
bersama guru, serta menghafal Tangan: menulis ayat yang akan
dengan suara keras agar telinga dihafal.
ikut mendengar. Bisa ditambah
dengan mendengar kepada suara Pakaian: memakai seragam atau
murottal pakaian yang rapi.

Mulut: mengulang hafalan dengan


banyak agar mulut juga hafal.

2. Hifdz (Menghafal) (4)


Jangan bosan dengan banyaknya mengulang. Walaupun sudah
hafal harus tetap mengulang-ulang (minimal 20 kali dengan
keadaan sudah hafal).
Macam-macam hafalan
Hafalan Hati: hafal urutan bacaan dan urutan ayat serta
tempat-tempat dan posisi ayat.

Hafalan Mulut: hafal hanya di dalam mulut tanpa mengingat


tempat-tempat dan posisi ayat.

Dua macam hafalan ini harus dikuatkan karena saling mendukung.


،‫ وتارة يكون في الكتابة بالبنان‬،‫ وتارة يكون في اللسان‬،‫والعلم تارة يكون في األذهان‬
.‫ والرسمي يستلزمهما من غير عكس‬،‫ذهني ولفظي ورسمي‬
“Dan ilmu itu kadang di dalam kiran, atau di lisan dan kadang di
dalam menulis dengan jari. Fikiran, lisan dan penulisan. Dengan
menulis, ilmu didapat dengan keduanya ( kiran dan lisan) tapi
tidak sebaliknya”

–Ibnu Katsir dalan tafsir surat Al ‘Alaq: 5


fi
fi
‫وأول ما يبتدئ به حفظ القرآن‬
‫العزيز فهو أهم العلوم‪ ، ‬وكان السلف ال يعلمون الحديث والفقه إال ملن حفظ القران‪ ،‬وإذا‬
‫حفظه فليحذر من االشتغال عنه بالحديث والفقه وغيرهما اشتغاال يؤدى إلى نسيان شئ‬
‫منه أو تعريضه للنسيان ‪ :‬وبعد حفظ القرآن يحفظ من كل فن مختصرا ‪ ،‬ويبدأ باالهم ومن‬
‫اهمها الفقه والنحو ثم الحديث واألصول ثم الباقي على ما تيسر‬

‫‪“Pertama kali seorang penuntut ilmu untuk memulai dengan‬‬


‫‪menghafal Al Qur’an yang mulia, karena itu adalah ilmu yang‬‬
‫”‪terpenting‬‬

‫‪–Imam Nawawi dalam Al Majmu’, juz 1 hal: 38.‬‬




‫آن ‪ :‬فَ ُه َو ُم َق َّد ٌم َع َلى َك ِثي ٍر ِم َّما‬
‫حفْ ِظ ا ْل ُق ْر ِ‬
‫ب ِ‬‫َوأ َ َّما طَ َل ُ‬
‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ِ‬
‫اس عل ًما ‪َ :‬و ُه َو إ َّما َباطل ‪ ،‬أ ْو قليل النفع ِ‪.‬‬ ‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬
‫س ِّميه الن ُ‬ ‫تُ َ‬
‫صولِ‬ ‫ين ِم ْن ْ‬
‫األ ُُ‬ ‫ضا ُم َق َّد ٌم ِفي الت َّ َع ُّلم ِ ِفي َحقِّ َم ْن ُي ِري ُد أ َ ْن َيت َ َع َّل َم ِع ْل َم ال ِّد ِ‬ ‫َو ُه َو أ َ ْي ً‬
‫حفْ ِظ‬ ‫األ َ ْو َق ِ‬
‫ات أ َ ْن َيبْ َدأ َ ِب ِ‬ ‫ع ِفي َحقِّ ِمث ْ ِل َهذَا ِفي َه ِذ ِه ْ‬ ‫ُ َ‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ش‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫امل‬ ‫ن‬
‫َّ‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫َوا ْلفُ ُروع ِ ‪ ،‬فَ‬
‫ين‪ ‬‬ ‫آن ‪ ،‬فَ ِإنَّ ُه أ َْ‬
‫ص ُل ُع ُلوم ِ ال ِّد ِ‬ ‫ا ْل ُق ْر ِ‬

‫‪ -‬شيخ اإلسالم ابن تيمية رحمه اهلل‪ ،‬في الفتاوى الكبرى ‪٢/٢٣٥‬‬
“Adapun belajar dengan menghafalkan Al Qur’an, itu lebih
diutamakan dari pada kebanyakan ilmu pengetahuan yang yang
oleh orang sekarang dinamakan dengan ilmu yang sebenarnya
kalau itu bukan ilmu yang batil adalah ilmu yang sedikit
manfaatnya. Dan menghafal Al Qur’an diutamakan bagi orang
yang ingin mempelajari ilmu agama baik itu yang ushul (pokok)
atau yang furu’ (cabang). Sesungguhnya bagi orang seperti ini
yang disyari’atkan pada waktu-waktu ini adalah memulai dengan Al
Qur’an, karena sesungguhnya Al Qur’an adalah dasar pokok
agama”
– Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Al Fatawa Kubro, juz 2 hal: 235
‫أركان الحفظ‬
RUKUN
MENGHAFAL

1 2 3

‫زمن‬ ‫مكان‬ ‫مقدار‬


Waktu Tempat Porsi Hafalan

1. Waktu
“Ya Allah, berikan berkah kepada ummatku di pagi hari mereka”
HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Albani
“Waktu yang paling bagus untuk menghafal adalah pada waktu
sahur, sedang yang paling bagus untuk belajar adalah waktu pagi,
untuk menulis adalah waktu siang dan untuk muroja’ah
(mengulang) serta membaca adalah malam hari”

- Badruddin Ibnu Jama’ah Al Kinani


‫إذا هممت أن تحفظ شيئا ً فنم وقم عند السحر فأسرج سراجك وانظر فيه فإنك ال تنساه‬
‫بعد إن شاء اهلل‬

“Kalau kamu ingin menghafal sesuatu maka tidurlah dan bangun


pada waku sahur, nyalakan lampumu dan lihatlah (yang akan
dihafal) maka kamu tidak akan lupa setelahnya in sya Allah”

- Ismai’ bin Abi Uwais


“Sediakan waktu khusus yang saat itu tidak
tersibukkan dengan apapun”
2. Tempat
Tempat paling
bagus untuk
mempelajari kitab
Allah adalah
masjid
Tempat paling bagus untuk mempelajari kitab Allah
adalah masjid
Bagaimana kalau tidak di masjid?
‫ وليس بمحمود الحفظ بحضرة‬،‫ وكل موضع بعيد عن امللهيات‬،‫وأجود أماكن الحفظ الغرف‬
‫ ألنها تمنع من خلو القلب‬، ‫ وضجيج األصوات‬،‫ وقوارع الطرق‬،‫النبات والخضرة واألنهار‬
ً ‫غالبا‬

“Sebagus-bagus tempat untuk menghafal adalah kamar-kamar,


dan setiap tempat yang jauh dari perkara yang melalaikan. Bukan
termasuk terpuji seseorang menghafal di depannya ada tanaman-
tanaman, pemandangan hijau dan sungai, di jalan serta tempat
yang bising karena ini biasanya akan mengganggu kosongnya hati.

- Badruddin Ibnu Jama’ah Al Kinani


3. Porsi Hafalan
Menentukan porsi hafalan yang tepat, pelan namun pasti dan
apabila telah kuat semakin ditambah porsinya.

Mengikuti apa yang sudah kita pelajari dalam perencanaan


menghafal
3. Rabt (Menggabungkan)
3. Rabt (1)
Yaitu menggabungkan semua ayat dan surat yang sudah dihafal.
Baik antara ayat-ayat yang sedang dihafal dalam hafalan baru
atau antara hafalan baru dengan hafalan lama.
3. Rabt (2)
Metode Rabt ayat baru dengan ayat sebelumnya:

Membaca beberapa kata terakhir ayat yang sudah dihafal,


disambung dengan beberapa kata awal ayat yang baru.

Apabila semua ayat yang baru sudah dihafal maka harus dibaca
semua ayat yang baru dihafal tersebut semuanya berulangkali
sampai dirasa sudah lancar, tidak perlu berhenti dan ber kir saat
berpindah dari ayat ke ayat berikutnya.

fi
3. Rabt (3)
Saat murid sudah hafal dengan lancar, materi hafalan yang
disetorkan kepada guru adalah gabungan antara dua hafalan lama
dengan hafalan baru.
4. Tasmi’ (menyetorkan hafalan)
4. Tasmi’ (1)
Yaitu menyetorkan hafalan baru murid kepada gurunya.

Porsi yang disetorkan adalah dua hafalan lama digabungkan


dengan hafalan baru.

Sebelum tasmi’, murid harus hafal betul dan meyakinkan tidak ada
kesalahan atau hafalan yang kurang lancar.

Murid bisa meyakinkan hafalannya sudah bagus dan benar dengan


disimak dulu oleh temannya sebelum disetorkan.

4. Tasmi’ (2)
Guru menanyakan dulu beberapa hal yang disampaikan saat talqin.

Posisi murid saat menyetorkan hafalan harus dalam keadaan sopan,


rapi dan hormat.

Mushaf ditutup atau diarahkan ke guru.

Guru harus dalam keadaan berwibawa.

Guru harus fokus mendengarkan bacaan murid, tidak sibuk dengan


apapun selain menyimak bacaan murid.

4. Tasmi’ (3)
Guru mengisi buku pantauan setoran hafalan dan memberikan nilai
untuk:

Kelancaran hafalan

Bacaan

Adab

Penilaian lebih bagus dengan angka skala seratus.

4. Tasmi’ (4)
Macam-macam penilaian kesalahan dalam setoran:

1.TANBIH (diperingatkan dengan isyarat), yaitu saat murid keliru


dalam membaca kemudian diperingatkan tanpa memberitahu
kesalahannya apa dan murid bisa membenarkan sendiri.

2.KHATHA’ (kesalahan), yaitu murid keliru dalam membaca,


diberikan peringatan dengan isyarat tidak bisa membenarkan
sendiri maka dituntun, atau lupa dan tidak bisa meneruskan.

Dalam tasmi’maksimal tanbih 3 kali dan harus tidak ada khatha’ sama
sekali. Kalau terjadi tanbih sampai 3 kali dan khatha’ sekali maka
murid diperintahkan untuk mengulang lagi hafalan dan menyetorkan
kembali. Diberi kesempatan setor di majlis saat itu atau majlis
berikutnya.
Guru memberikan pujian apabila murid selesai tasmi’ dengan
sempurna dan terus mendoakan serta memberikan motivasi agar
terus semangat dalam menghafal Al Qur’an sampai selesai

Anda mungkin juga menyukai