DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS.......................
Jl..........................................
Telp. .................................
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS .........................
NOMOR : .................................................
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : ..............................................
Pada Tanggal : ...............................................
__________________________
NIP. ...............................
Lampiran : Surat Keputusan Kepala
Puskesmas ...............................................................
Nomor : ..............................................................
Tentang : Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
Pengertian-Pengertian :
1. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
2. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
3. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
5. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
6. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, dan Analis Farmasi.
Tujuan :
a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Kegiatan Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
A. Pengelolaan Obat dan BMHP :
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien,
efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Kegiatan pengelolaan obat dan BMHP, meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai (BMHP) untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang mendekati kebutuhan;
b. meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan
c. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat
Proses perencanaan kebutuhan sediaan farmasi per- tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up) berdasarkan data pemakaian obat yang terdapat pada
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Proses seleksi
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional dan
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter
gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan. Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang dibuat Puskesmas
dilaporkan ke UPTD Farmasi Dinas Kesehatan untuk diverifikasi dan
dikompilasi.
2. Permintaan
Suatu proses seleksi perbekalan farmasi untuk menentukan jumlah sediaan
farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan sediaan farmasi di Puskesmas.
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan obat diajukan kepada UPTD Farmasi Dinas Kesehatan oleh
Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan pemerintah daerah setempat. Permintaan obat dan BMHP juga
diajukan dari masing masing-masing unit pelayanan ke penanggungjawab
ruang obat Puskesmas.
3. Penerimaan
Suatu kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai dari UPTD Farmasi Kabupaten Bandung atau hasil pengadaan
Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan ke
distribusi/PBF.
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan Obat
dan bahan medis habis pakai berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya. Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan terhadap
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang diserahkan, mencakup
jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah sediaan farmasi, bentuk sediaan
farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga
Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa
kedaluwarsa minimal dari sediaan farmasi yang diterima disesuaikan dengan
periode pengelolaan di Puskesmas minimal 1,5 tahun.
4. Penyimpanan
Suatu kegiatan pengaturan penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
(BMHP) yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bentuk dan jenis sediaan;
b. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
d. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
5. Pendistribusian
Kegiatan penyaluran obat, bahan medis habis pakai (BMHP) dan alat
kesehatan dari unit farmasi ke semua unit layanan dan sub unit layanan yang
ada di Puskesmas.
7. Pengendalian
Suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak
terjadinya kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar.
Pengendalian sediaan farmasi terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan;
b. Pengendalian penggunaan; dan
c. Penanganan sediaan farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa
3. Konseling
Suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang
berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
keluarga pasien.
Kegiatan yang dilakukan :
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat,
bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat
tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan Obat untuk Faktor yang perlu diperhatikan:
Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli
farmasi.
d. Pasien geriatrik
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
Sarana dan prasarana:
a. Ruangan khusus
b. Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat risiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut
usia, lingkungan sosial, karateristik obat, kompleksitas pengobatan,
kompleksitas penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan
dan keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat dan/atau alat
kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.
4. Visite
Kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara
mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis
pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait obat, memantau
terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).
a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan
dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan
dengan menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang
dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena
itu, audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan
pelayanan kefarmasian secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan
kefarmasian, meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan,
penggunaan sumber daya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien.
Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.
Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh
seluruh tenaga kefarmasian terkait dengan pencapaian sasaran yang
disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh.
Contoh: audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.
b. Review (pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan
pelayanan kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar.
Contoh: kajian penggunaan antibiotik.