Anda di halaman 1dari 6

UAS

Metodologi Penelitian

NAMA : THEODORUS RUIMASSA


NPM : 12114201190063
KELAS : E

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2022
BAB IV
Hasil Dan Pembahasan

1. Analisa data Univariat

perilaku seksual

29%

71%

Belum berhubungan seksual pernah berhubungan seksual

Berdasarkan diagram di atas di tampilkan bahwa remaja yang pernah melakukan seksual 29% dan
yang belum pernah melakukan seksual sebanyak 71%.

Umur

24 15
23 9% 11%
9% 16
22 11%
9% 17
21 12%
9% 20 18
19 10%
9% 9%

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Berdasarkan diagram di atas dapat di lihat bahwa responden yang paling banyak berusia 16-17 tahun
Dan yang paling sedikit berusia 19-24 tahun.
Tingkat pendidikan

1% 8%
21%

70%

tidak bersekolah sekolah dasar SMP SMA/PT

Dari data diatas dapat di lihat bahwa responden yang paling banyak di dapat dari anak SMP sebanyak
70% dan paling sedikit dari anak tidak bersekolah, sebanyak 1%.

Daerah tempat tinggal

45%

55%

Perkotaan pedesaan

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa responden yang di dapat dari remaja di perkotaan lebih
banyak 55% dari pada di pedesaan sebanyak 45%.
Status Ekonomi

39% 42%

19%

Rendah Menengah Tinggi

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak meiliki status ekonomi yang
rendah sebanyak 42% dan yang paling sedikit memiliki status ekonomi yang menengah sebanyak
19%.

2. Analisa Data Bivariat.


Analisa bivariate dilakukan untuk peneliti mengetahui hubungan antara masing masing variabel
independen ( Umur, pendidikan, daerah tempat tinggal, status ekonomi ) dengan variabel dependen
( fertilitas remaja ) dengan variabel dependen (perilaku seksual) uji chi-square. Namun pada variabel
pendidikan, status pendidikan nilai expected count kurang dari 5. Hasil analisa bivariate disajikan
pada tabel di bawah ini dengan menampilkan nilai p-value dari masing-masing variabel

Perilaku Seksual

Variabel Kategori Tidak Ya Total p-value

N % n %
Umur 15-17 4898 33 262 2 5160 0,000
18-24 5565 38 4024 27 9589

Tingkat SD+SMP 771 53 3803 26 11515 0,000


Pendidikan SMA/PT 2721 18 439 3 3160

Daerah Perkotaan 6269 43 1862 13 8131


tempat 0,000
tinggal Pedesaan 4194 28 2424 16 6618
Status Rendah 3882 26 2341 16 6223
Ekonomi
Menengah 1980 13 839 6 2819
0,000
Tinggi 4601 31 1106 8 5707

Hasil analisa hubungan antara umur dengan seksual remaja diketahui bahwa wanita yang melakukan
seksual sebesar 27% berumur 18-24 tahun sedangkan pada wanita berumur 15-17 tahun sebesar 2%
dari hasil uji p-value 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara umur remaja wanita
seksual
Hasil analis hubungan antara tingkat pemdidikan dengan seksual remaja dapat diketahui bahwa
responden yang berpendidikan SD+SMP sebesar 26% dari hasil uji statistic juga didapatkan nilai p-
value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan
seksual.
Berdasarkan tabel diatas hasil analisis antara daereh tempat tinggal dengan seksual remaja diketahui
bahwa dari responden yang tinggal di perkotaan 13% responden mengalami kejadian seksual remaja
dan dari responden yang tinggal di pedesaan 16% respondennya mengalami kejadian seksual remaja.
Dari hasil uji statistic juga didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang
bermakna antara daerah tempat tinggal dan seksual remaja.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terkait hasil analisis antara status ekonomi dengan
seksual remaja. Responden dengan status ekonomi rendah sebesar 16% mengalami seksual remaja
sedangkan untuk responden yang status ekonomi menengah sebesar 6% mengalami seksual remaja
pada respondeng dengan status ekonomi tinggi sebesar 8% mengalami seksual remaja dari hasil uji
statistic juga didapatkan nilai p-value 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
status ekonomi dengan seksual remaja.

Pembahasan
Individu yang dikategorikan sebagai remaja adalah ia yang berusia antara 12-25 tahun. Menurut
Hurlock (tanpa tahun), mereka yang berada pada usia ini mengalami perkembangan fungsi-fungsi
tubuh terutama seks, dan hal itu mengganggu. Selain itu pada usia ini pada diri individu terjadi
perubahan-perubahan fisik yang sangat pesat dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan
emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada masa ini. Remaja mencari identitas diri
karena pada masa ini statusnya tidak jelas, oleh karena itu remaja cenderung memiliki insting untuk
mencoba segala sesuatu yang baru menurutnya. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa, pada tahap ini alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai tumbuh, dan emosi
cenderung labil. Oleh karena itu ketika dihadapkan pada informasi-informasi yang berbau seksual,
maka remaja cenderung memiliki dorongan yang kuat untuk mengetahui hal itu lebih lanjut.
Munculnya libido dan ketidakstabilan emosi yang dimiliki remaja kemudian menyebabkan mereka
menjadikan rasa keingintahuan mereka kearah yang negatif. Penasaran dan ingin coba-coba kerap kali
digunakan remaja sebagai alasan untuk menghalalkan perilaku seks bebas tersebut. masturbasi. Kedua
2,77% menyatakan belum pernah melakukan hubungan seks berpartner dibawah level petting seks.
Dan yang ketiga sebanyak 97,05% kehilangan keperawanannya saat masih kuliah. Adapun bentuk
perilaku seksual tersebut antara lain adalah : masturbasi atau onani, berpegangan tangan,
berpelukan, berciuman, meraba bagian tubuh, oral seks, dan melakukan hubungan seksual.
Perilaku berpegangan tangan merupakan salah satu bentuk perilaku seksual yang paling
banyak dianggap wajar oleh mahasiswa. Hal ini sesuai dengan hasil pernelitian yang
diperoleh, dari 352 mahasiswa yang menjadi sampel penelitian, 348 mahasiswa mengaku
pernah berpegangan tangan. Dalam berpegangan tangan, dari 348 mahasiswa yang
mengakupernah berpegangan tangan, 206 mahasiswa berpegangan tangan dengan pasangan
6-11 kali dalam seminggu (59,2%), 123 mahasiswa melakukannya 1-5 kali dalam seminggu
(35,3%), dan sisanya 19 mahasiswa berpegangan tangan ≥ 11 kali dalam seminggu (5,5%).
170 mahasiswa mengaku berpegangan tangan hanya pada saat berjalan bersama (48,9%), 145
mahasiswa lainnya berpegangan tangan dengan pasangan setiap kali bertemu (41,7%), dan
sisanya 89 mahasiswa mengaku berpegangan tangan hanya saat pasangan memerlukan
bantuan (25,6%). Tempat yang paling sering digunakan untuk berpegangan tangan adalah
mall (53,2%), taman (27,6%), gedung bioskop (26,7%), kampus (16,4%) dan tempat kos
(10,3%). Orang yang paling sering dijadikan pasangan untuk berpegangan tangan adalah
keluarga (68,1%), pacar (46,6%) dan teman (43,7%).
Orang yang paling sering dijadikan pasangan untuk berciuman adalah pasangan (98,7%),
teman sejenis (5%) dan teman lawan jenis (4,4%). Bagian wajah yang paling sering dicium
adalah pipi (76,7%), kening (61,6%), bibir (59,1%), dan hidung (13,8%). Bervariasinya
bagian wajah yang dicium ini karena perilaku berciuman itu sendiri meliputi kecupan,
ciuman ringan seperti menempelkan bibir satu sama lain hingga yang menggunakan lidah dan
bibir.

Anda mungkin juga menyukai