Analisis bivariat meliputi apakah ada hubungan yang menyangkut antara variabel data
demografi, variabel independen dengan variabel dependen. Variabel data demografi meliputi
data usia, jenis kelamin, serta data motivasi masuk perguruan tinggi negeri. Variabel data
independen meliputi mekanisme koping dan dukungan sosial serta variabel dependen
meliputi kecemasan. Dalam mengolah data, peneliti menggunakan SPSS 26.
SMAN 2 Depok didirikan oleh Pemerintah Jawa Barat pada tahun 1985. SMAN 2 Depok
berada di alamat Jl. Gede No.177, Abadijaya, Kec. Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat
16417. Sekolah ini memiliki dua jenis jurusan, yaitu jurusan IPA dan IPS yang ada pada
masing-masing dari kelas X sampai kelas XII. Sekolah yang unggul dengan akreditasi A+
memiliki fasilitas yang memadai yaitu ada fasilitas kelas, perpustakaan, masjid, berbagai
jenis laboratorium, laboratorium untuk IPA maupun laboratorium untuk komputer dan
kegiatan ekstrakurikuler lainnya. SMAN 2 Depok memiliki total Guru sebanyak 48 Guru dan
memiliki total siswa sebanyak 1546 dibagi menjadi ada 455 Siswa laki-laki dan 636 siswa
perempuan. Sekolah ini memiliki fasilitas kelas sebanyak 27 kelas IPA maupun IPS. SMAN
2 Depok Kepala sekolah dengan periode dari tahun 2017 sampai sekarang bernama Drs.
Rahmat Muhammad, M.Pd.
IV.2 Analisis Univariat
Tabel. 15 Rata- rata usia siswa kelas X dan kelas XI di SMAN 2 Depok tahun
2020 (n = 262)
Tabel. 16 Distribusi frekuensi dan presentase dilihat dari usia, jenis kelamin, motivasi
masuk perguruan tinggi negeri siswa kelas X dan kelas XI di SMAN 2 Depok tahun
2020 ( n = 262)
Karakteristik para siswa kelas X dan kelas XI dilihat pula berdasarkan variabel motivasi
masuk perguruan tinggi negeri. Tabel di atas menyatakan bahwa frekuensi dari para siswa
kelas X dan kelas XI yang memiliki motivasi masuk perguruan tinggi yang dominan yaitu
didorong oleh motivasi diri sendiri dengan frekuensi 210 siswa atau setara dengan 80,2 %,
motivasi dari orang tua berfrekuensi 45 siswa atau dalam presentase 17,2 % dan yang terakhir
yaitu dari teman yaitu berjumlah 7 siswa atau serupa dengan 2,7 %. Interpretasi pada tabel
diatas yang dianalisis oleh peneliti menunjukkan bahwa motivasi masuk perguruan tinggi
negeri berasal dari dorongan diri sendiri tanpa kehendak siapapun.
Peneliti mengambil sampel berjumlah 262 siswa dari masing-masing kelas X dan kelas XI
di SMAN 2 Depok dengan menggunakan metode pengambilan sampel yaitu stratified
random sampling yaitu mengambil sampel dari masing-masing kelas dilihat dari jumlah
anak-anak pertama yang mengisi kuisioner via google form. Berikut peneliti memaparkan
tabel siswa kelas X dan kelas XI dilihat dari siswa yang mengisi kuisioner via google form.
Tabel 17. Frekuensi masing-masing kelas yang mengisi kuisioner via googleform
X MIPA 1 36 14 5,3 %
X MIPA 2 37 12 4,6 %
X MIPA 3 38 11 4,5 %
X MIPA 4 37 12 4,6 %
X MIPA 5 38 14 5,3 %
X MIPA 6 37 12 4,6 %
X IPS 1 38 13 5,0 %
X IPS 2 38 13 5,0 %
X IPS 3 38 13 5,0 %
X IPS 4 38 13 5,0 %
XI MIPA1 38 13 5,0 %
XI MIPA 2 38 13 5,0 %
XI MIPA 3 38 13 5,0 %
XI MIPA 4 38 14 5,3 %
XI MIPA 5 37 12 4,6 %
XI MIPA 6 38 14 5,3 %
XI IPS 1 38 14 5,3 %
XI IPS 2 38 14 5,3 %
XI IPS 3 38 14 5,3 %
XI IPS 4 38 14 5,3 %
Jumlah 754 262 100 %
Pembahasan berdasarkan hasil uji normalitas dilihat pada tabel 18. Pada tabel 18 hasil uji
normalitas usia dan mekanisme koping menggunakan skewness bernilai data distribusi
normal. Peneliti memutuskan untuk menggunakan uji korelasi pearson pada hubungan usia
dengan kecemasan.Analisis untuk hubungan antara mekanisme koping dan kecemasan
dilakukan analisis chi-square karena kedua dari masing-masing variabel bersifat kategorik.
Lalu, Peneliti menggunakan skoring hasil ukur untuk mekanisme koping adaptif > mean dan
skoring maladaptif < mean.
Jenis kelamin dan dukungan sosial teman sebaya nilai uji normalitas skewness
berdistribusi tidak normal. Hubungan jenis kelamin,motivasi masuk perguruan tinggi negeri
dengan kecemasan memakai uji chi-square dimana jenis data dari masing-masing variabel
bersifat kategorik. Peneliti memutuskan untuk memakai skoring hasil ukur dukungan sosial
teman sebaya tinggi > median dan dukungan teman sebaya rendah < median.
Tabel. 18 Distribusi Frekuensi dan Presentase Mekanisme Koping Siswa kelas X dan
kelas XI SMAN 2 Depok tahun 2020
( n = 262)
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti setara dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Robianto pada tahun 2017 yang berjudul Hubungan antara strategi koping dengan
kecemasan pada siswa dalam menghadapi OSCE pada mahasiswa keperawatan semester 2 di
Stikes Muhammadiyah Samarinda dengan responden sebayak 85 mahasiswa. Ahmad
Robianto memaparkan bahwa mahasiswa menggunakan mekanisme koping yang
bermayoritas yaitu mekanisme koping adaptif dibandingkan mekanisme koping maladaptif
dengan jumlah yaitu 43 orang atau setara dengan 50,6 % dan mahasiswa menggunakan
mekanisme koping maladaptif dengan mahasiswa berjumlah 42 orang atau setara dengan 49,4
% (Robianto, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Imam Hakim Suryono yang berjudul Hubungan pola koping dengan kecemasan pada siswa
kelas XII di SMA Muhmmadiyah 1 surakarta pada tahun 2016 yang menganalisis bahwa
mekanisme koping yang paling mendominan yaitu mekanisme koping adaptif berfrekuensi 34
responden atau 48, 6 % sedangkan siswa yang menggunakan mekanisme koping maladaptif
sebesar 24 responden atau 31,4 % (Suryono, 2016).
Karakteristik responden dilihat berdasarkan Dukungan sosial teman sebaya dilihat dari
frekuensi dan presentase. Peneliti menggunakan kuisioner untuk mengambil data siswa
menggunakan kuisioner skala dukungan sosial teman sebaya dengan pernyataan sebanyak 25
dimana peneliti sebelumnya sudah melakukan uji validitas dari 30 soal pernyataan. Kuisioner
skala dukungan sosial teman sebaya memiliki 4 pilihan jawaban yaitu ada pernyataan positif
dengan nilai skala 4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1= sangat tidak setuju dan
pernyataan negatif dimana nilai dari skala tersebut berbanding terbalik yaitu 4 = sangat tidak
setuju, 3 = tidak setuju, 2= setuju, 1 = sangat setuju.
Tabel. 19 Distribusi Frekuensi dan Presentase Dukungan Sosial Teman Sebaya siswa
kelas X dan kelas XI SMAN 2 Depok tahun 2020 ( n = 262 )
Peneliti membagi hasil ukur dari kuisioner dukungan sosial teman sebaya yaitu dukungan
sosial teman sebaya tinggi dan dukungan sosial teman sebaya rendah. Peneliti memaparkan
bahwa dukungan sosial teman sebaya yang paling banyak adalah dukungan sosial teman
sebaya tinggi sebanyak 136 siswa atau setara dengan 51,9 % dan siswa yang memiliki
dukungan sosial teman sebaya rendah sebanyak 126 siswa atau setara dengan 48,1 %.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap analisis dukungan sosial teman sebaya
serupa dengan penelitian Erlinda Dwi Safitri tahun 2016 yang berjudul Hubungan tingkat
kecemasan dengan dukungan teman sebaya dalam menghadapi ujian nasional kelas XI di
SMP muhammadiyah yogyakarta dengan julah responden 120 siswa yang memaparkan
kategori bahwa Dukungan sosial teman sebaya banyak sebesar 92 responden atau serupa
dengan 76,7 % dan memiliki dukungan sosial teman sebaya sedikit sebesar 28 responden atau
setara dengan 23,3 % (Safitri,2016).
Penelitian dengan variabel dukungan sosial teman sebaya juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Edy cahyadi dan kawan-kawan pada tahun 2017 yang
berjudul Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan kecemasan pada siswa kelas XII
dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Banda Aceh. Penelitian Edy memaparkan
bahwa dukungan sosial teman sebaya yang dominan dalam kategori tinggi sebesar 57 siswa
atau setara 78,1 % dan kategori rendah sebesar 16 siswa atau 21,9 % (Cahyady, 2018).
Dukungan sosial teman sebaya juga setara dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu
Gede Hutri Dhara Sasmita dan I Made Rustika tahun 2015 yang berjudul Peran Efikasi Diri
dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Tahun Pertama
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang
memaparkan bahwa paling dominan mahasiswa memiliki dukungan sosial teman sebaya
tinggi sebanyak 107 responden atau 78,1 % (Sasmita & Rustika, 2015).
Peneliti meneliti dan menganalisis kecemasan pada siswa kelas X dan kelas XI di SMAN
2 Depok dilihat dari tingkat kecemasan. Peneliti membagi hasil ukur kecemasan yaitu ada 4
kategori yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik. Peneliti
mengambil data dari siswa SMAN 2 Depok menggunakan kuisioner baku yaitu Kuisioner
ZSAS ( Zung Self Rating Anxiety Scale ). Kuisioner ZSAS memiliki pernyataan sebanyak 20
pernyataan dimana masing-masing pernyataan memiliki 4 pilihan jawaban yaitu nilai skala
jawaban 4 = selalu, 3 = sering, 2 = kadang-kadang, 1 = tidak pernah. Hasil analisis yang
dilakukan oleh peneli dilihat dari tabel sebagai berikut berdasarkan frekuensi dan presentase
siswa kelas X dan kelas XI SMAN 2 Depok.
Tabel.20 Distribusi Frekuensi dan Presentase Tingkat kecemasan siswa kelas X dan
kelas XI SMAN 2 Depok tahun 2020 ( n = 262)
Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan hasil ukur yang terbagi menjadi 4
kategori tingkat kecemasan siswa di SMAN 2 Depok yaitu dengan dominan sebanyak 217
siswa mengalami kecemasan ringan atau setara dengan 82,8 %. Siswa yang mengalami
kecemasan sedang sebanyak 43 siswa atau setara dengan 16,4 %. Siswa yang mengalami
kecemasan berat sebanyak 2 siswa atau setara dengan 0,8 %. Siswa di SMAN 2 Depok tidak
ada yang mengalami panik berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Hasil analisis kecemasan yang dilakukan oleh peneliti sebanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vina Rachmawati dan Mustikasari tahun 2020 yang berjudul tingkat
kecemasan dan stres pada mahasiswa yang mengikuti OSCE (Rachmawati & Mustikasari,
2020) . Para peneliti tersebut menganalisi untuk mengukur tingkat kecemasan menggunakan
skala HARS ( Hamilton Anxiety Rating Scale ). Hasil dari analisis kecemasan bahwa
kecemasan yang dominan berada pada tingkat kecemasan ringan dengan frekuensi 71
responden atau setara dengan 65,14, kecemasan sedang frekuensi sebanyak 19 responden
atau setara dengan 17,43 % lalu kecemasan berat sebanyak 17 responden atau setara dengan
15,6 % dan di tingkat panik ada 2 responden atau setara dengan 1,83 %.
Analisis kecemasan juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mulia
Mukminina dan Zaenal Abidin pada tahun 2019 yang berjudul Koping Kecemasan Siswa
SMA dalam menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer ( UTBK) Tahun 2019. Kedua
peneliti tersebut menganalisis kecemasan dalam bentuk histogram dan dilihat frekuensi siswa
yang mengalami kecemasan berdasarkan Histogram. Hasil analisis yang dilakukan oleh
kedua peneliti ada tiga jenis kecemasan yang dialami oleh siswa. Kecemasan yang paling
dominan berada pada kecemasan ringan sebesar 60 %, lalu kecemasan sedang sebesar 20 %
dan kecemasan berat juga sekitar 20 % (Mukminina & Zaenal, 2020).
Analisis Bivariat merupakan analisis untuk mengetahui apakah ada hubungan antar
variable. Analisis yang akan diuji menggunakan analisis bivariat adalah variabel independen
yaitu usia, jenis kelamin, motivasi masuk perguruan tinggi negeri, mekanisme koping dan
dukungan sosial teman sebaya yang merupakan variabel kategori. Variabel dependen yang
dipakai dalam analisis bivariat ini adalah variabel kecemasan dengan jenis variabel kategorik.
Berikut ini pemaparan hasil analisis bivariat dan interpretasi dari masing-masing hasil
analisis bivariat.
Tabel 20 Analisis Bivariat Hubungan Usia dengan Kecemasan Siswa kelas X dan Kelas
XI di SMAN 2 Depok tahun 2020 (n=262)
Variabel R Pvalue N
Usia dengan Kecemasan -0,004 0,954 107
Hasil tabel 20 menunjukkan bahwa hubungan usia dengan kecemasan dengan nilai p atau
p-value yaitu 0,954. Nilai p lebih besar dari 0,05 artinya Ho diterima dan menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kecemasan siswa di SMAN 2 Depok.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisa
dan kawan-kawan tahun 2018 yang berjudul Tingkat kecemasan Mahasiswa keperawatan
dalam menghadapi ujian berbasis komputer bahwa usia tidak ada hubungan dengan
kecemasan (Anissa et al., 2018).
Hasil uji korelasi pada tabel 20 bernilai -0,004 yang artinya hasil uji korelasi dalam
korelasi sangat lemah dan arah hubungan dalam nilai uji korelasi bernilai negatif yang artinya
semakin bertambahnya usia maka kecemasan semakin menurun. Habat dalam penelitian
Leily Badriah yang berjudul Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa kedokteran
Laki-laki dan Perempuan Angakatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
menghadapi OSCE tahun 2014 mengatakan bahwa usia yang paling mengalami kecemasan
adalah 40-50 tahun dan tanda-tanda kecemasan dapat timbul dari berbagai usia, hal ini
bergantung pada faktor kecemasan pada individu (Badriyah Leily, 2014) .
Tabel 21 Analisis Bivariat Hubungan Jenis Kelamin dengan Kecemasan Siswa kelas
X dan Kelas XI di SMAN 2 Depok tahun 2020
Hasil analisis bivariat dari jenis kelamin menggunakan analisis chi-square didapatkan
bahwa p-value adalah 0,002 artinya nilai-p kurang dari 0,05. Interpretasi dari nilai p adalah
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kecemasan. Tabel 21 menunjukkan bahwa
berdasarkan jenis kelamin yang dominan mengalami kecemasan adalah jenis kelamin
perempuan dibandingkan dengan laki. Laki. Perempuan berada dalam tingkat kecemasan
ringan dan sedang, sedangkan laki-laki berada pada tingkat kecemasan ringan, sedang, dan
berat.
Tabel Analisis Bivariat Mekanisme Koping dengan Kecemasan Siswa kelas X dan Kelas
XI di SMAN 2 Depok tahun 2020
Tabel Analisis Bivariat Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Kecemasan Siswa kelas
X dan Kelas XI di SMAN 2 Depok tahun 2020
Anissa, L. M., Suryani, S., & Mirwanti, R. (2018). Tingkat kecemasan mahasiswa
keperawatan dalam menghadapi ujian berbasis computer based test. Medisains, 16(2),
67. https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2522
Badriyah Leily. (2014). Perbedaan Tingkat Kecemasan antara Mahasiswa kedokteran Laki-
laki dan Perempuan Angakatan 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
menghadapi OSCE tahun 2014. Program Studi Kedokteran, Fakultas Ilmu Kedokteran,
1–39. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27287/1/LEILY
BADRYA-FKIK.pdf
Cahyady, E. (2018). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Kecemasan
Menjelang Ujian Nasional Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 4 Banda Aceh Tahun
2017. 2(1), 37–42.
Erlinda Dwi Safitri. (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan denga Dukungan Teman Sebaya
dalam menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX Di SMP Muhammadiyah 6
Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah, 1–20.
Feby Priscilla Sinaga. (2019). Hubungan Strategi Koping dengan Tingkat Stres pada Siswi di
Asrama Santa Theresia Medan Tahun 2019. Program Studi Ners Stikes Santa Elisabeth,
1–101.
Fikriyani, N., Lestari, S. M. P., Fitriani, D., & Utari, E. M. (2020). Hubungan Efikasi Diri
Dan Kecemasan Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa. Indonesian Journal of
Learning Education and Counseling, 2(2), 224–231.
https://doi.org/10.31960/ijolec.v2i2.413
Mukminina, M., & Zaenal Abidin. (2020). Coping Kecemasan Siswa SMA dalam
Menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Tahun 2019. JURNAL Al-AZHAR
INDONESIA SERI HUMANIORA, 5(3), 110. https://doi.org/10.36722/sh.v5i3.384
Rachmawati, V., & Mustikasari, M. (2020). Tingkat Kecemasan dan Stres pada Mahasiswa
yang Mengikuti Objective structure clinical examination (OSCE). Jurnal Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 3(3), 157. https://doi.org/10.32419/jppni.v3i3.166
Sasmita, I. A. G. H. D., & Rustika, I. M. (2015). Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial
Teman Sebaya Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi
Udayana, 2(2), 280–289. https://doi.org/10.24843/jpu.2015.v02.i02.p16
Suryono, I. H. (2019). Hubungan Pola Koping dengan Tingkat Kecemasan Siswa kelas XII
yang akan menghadapi Ujian Nasional di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta. Fakultas
Kedokteran, 1–14.
Yusnaeni, Susilo, H., Corebima, A. D., & Zubaidah, S. (2016). Hubungan Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Kognitif pada Pembelajaran Search Solve Create and
Solve di SMA. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016, January 2018, 443–446.