Anda di halaman 1dari 9

PARTISIPASI DALAM BELADIRI KARATE DAN AGRESIVITAS ANAK

DI INSTITUT KARATE-DO INDONESIA (INKAI)

Mudrikah Ahmad dan R. Rachmy Diana


Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: rachmy.diana@yahoo.com

ABSTRACT
The aim of this research was to found out the correlation between karate martial art
participation and aggression on children karatekas. The proposed hypothesis in this research was
negative correlation between karate martial art participation and aggression on children karatekas.
The population in this research were children karatekas in INKAI DIY and the sample was 53
karatekas. The data were collected using karate martial art participation scale andaggression
scale. Data analyzed with Pearson’s Product Moment correlation. The results showed that there
was negative significant correlation between karate martial art participation and aggression on
children karatekas, with r = - 0,535, p = 0,00 (p<0,01). Therefore, hypothesis was accepted. The
higher the level of karate martial art participation, the lower the aggression. Conversely, the
lower the level of karate martial art participation, the higher the aggression. The R Square (r2)
of the result = 0,287, that means the effective contribution of karate martial art participation to
aggression was 28,7 %.

Keyword: karate martial art participation, aggression

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara partisipasi dalam beladiri karate
dan agresivitas anak. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan yang negatif antara partisipasi
dalam berladiri karate dan agresivitas anak. Populasi penelitian ini adalah anak-anak anggota
INKAI DIY yang berjumlah 53 anak. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala partisipasi
dalam beladiri karate dan skala agresivitas. Data dianalisis dengan teknik korelasi produk
momen dari Pearson. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif antara partisipasi
dalam berladiri karate dan agresivitas anak, dengan r = - 0,535, p = 0,00 (p<0,01). Dengan
demikian hipotesis penelitian diterima. Semakin tinggi partisipasi semakin rendah agresi. Adapun
sumbangan partisipasi dalam beladiri karate terhadap agresi adalah 28,7%.

Kata kunci : partisipasi dalam beladiri karate, agresivitas

Beladiri modern umumnya merupakan seni


PENDAHULUAN pertarungan yang telah dimodifikasi untuk
Beladiri merupakan salah satu olahraga tujuan olahraga, pertahanan diri, dan rekreasi
yang digemari masyarakat, termasuk anak- (Woodwart,2009). Aktivitas yang berhubung-
anak. Beladiri sendiri sering didefinisikan an dengan beladiri telah berkembang selama
sebagai sistem pertarungan menyerang dan ribuan tahun (Hatfield, 2001) yang menun-
bertahan, baik yang melibatkan latihan ta- jukkan bahwa olahraga ini mampu bertahan
ngan kosong maupun menggunakan senjata. dalam ujian ruang dan waktu. Peminat olah-

63
Jurnal Psikologi Integratif, Vol. 1, No. 1, Juni 2013, Halaman 63 - 71

raga beladiri cukup beragam, dari berbagai Jawa Timur (www.republika.co.id, diakses
kalangan dan kelompok umur dari yang masih 20 Januari 2010).
anak-anak sampai lanjut usia (www.rileks. Agresivitas pemain olahraga beladiri
com, diakses 29 Juli 2009). Olahraga jenis ini sebagaimana disebutkan bertolak belakang
juga tidak membatasi peminatnya hanya pada dengan prinsip-prinsip awal diciptakannya
jenis kelamin tertentu saja. beladiri, yaitu sebagai sarana menjaga kesela-
Beladiri merupakan salah satu olahraga matan jiwa raga dari ancaman pihak luar. Para
yang melibatkan kontak fisik. Menurut Hat- pelaku beladiri seharusnya dapat mengambil
field (2001), kontak fisik dalam adalah inti nilai-nilai ajaran beladiri, yaitu sebagai sarana
dari olahraga beladiri. Hal ini sesuai dengan pertahanan diri. Beladiri tidak digunakan se-
tujuan beladiri, yaitu untuk melindungi diri bagai alat untuk menyerang. Pelaku beladiri
dari ancaman bahaya. Kondisi saat berlatih diharapkan dapat mengendalikan diri dari
dibuat seperti kondisi saat menghadapi lawan tindakan-tindakan agresif, apalagi bagi pelaku
yang sesungguhnya. Tujuannya agar pemain beladiri berusia dewasa yang telah dapat ber-
olahraga beladiri terkondisi dalam meng- pikir matang.
hadapi lawan. Lembaga pendidikan, orangtua, dan guru
Terkait dengan olahraga beladiri, terda- mengharapkan kegiatan beladiri dapat ber-
pat prasangka yang bersifat negatif terhadap fungsi sebagai kegiatan yang positif, baik
olahraga ini, seperti stigma tentang agresivi- sebagai ekstrakurikuler di bawah sekolah-
tas. Stigma negatif tersebut memandang maupun di luar sekolah. Beladiri diharapkan
agresivitas sebagai suatu hal yang umum da- berperan sebagai sarana yang tepat untuk
lam olahraga beladiri (Brown,2009). Bahkan menyalurkan agresivitas anak, karena beladiri
agresivitas tersebut muncul tidak hanya dalam dapat dipelajari oleh berbagai kelompok umur
arena latihan atau pertandingan saja, namun mulai dari yang masih anak-anak sampai lanjut
juga muncul ke ranah publik. Kenyataan di usia (www.rileks.com, diakses 29 Juli 2009).
lapangan menunjukkan bahwa orang-orang Salah satu manfaat beladiri adalah pengen-
yang terlibat dalam beladiri menjadi agresif dalian diri (Kompas Cybermedia, 27 Agustus
baik secara pribadi maupun kelompok. Salah 2007, diakses 6 Maret 2009). Beladiri juga
satu contoh adalah ditangkapnya seorang man- dapat menempa mental dan fisik anak untuk
tan atlet nasional Taekwondo AndriHalim oleh menjadi pribadi yangtangguh dan percaya diri
polisi atas dugaan terlibat kasus pembunuhan (www.harianglobal.com, diakses29 Juli 2009).
(http://www.korantempo.com, diakses 14 Mei Beladiri juga membuat anak-anak bergembira
2009). Dalam arena pertandingan kadang (fun), serta meningkatkan keterampilan da-
berlangsung perilaku di luar konteks sport- lam hal olah fisik. Selain itu dengan beladiri
ivitas sebagaimana tindakan seorang atlet mereka termotivasi karena mempunyai teman
Taekwondo saat bertanding di arena Olim- baru dan juga untuk kebugaran (Ahmad &
piade Beijing (kompas.co.id, diakses 14 Mei Tejakusuma, 2008). Anak-anak yang belajar
2009). Fenomena lain adalah meningkatnya beladiri memiliki prestasi yang patut dibang-
agresivitas pada peserta yang baru belajar gakan, baik dalam olahraga beladiri maupun
beladiri (Graczyk dkk,2009), tak terkecuali prestasi belajar di sekolah (Kedaulatan Rakyat,
pada anak-anak (wawancara penulis dengan 13 Mei 2009).
Sensei Asnul).Tidak hanya tingkat individual, Menurut Sekretaris FORKI (Federasi Olah-
agresivitas juga dilakukan secara berkelompok raga Karate-Do Indonesia) Demak Sudar-
sebagaimana dapat dilihat dari kasus menga- yanto SH, dalam karate para karateka diajar-
muknya ribuan anggota perguruan pencak kan teknik yang tepat. Teknik yang digunakan
silat Pagar Nusa di Kabupaten Bojonegoro, dalam membeladiri bukan untuk adu kekuatan

64
Partisipasi dalam Beladiri Karate dan Agresivitas Anak di INKAI ... (Mudrikah Ahmad dan R. Rachmy Diana)

(www.suaramerdeka.com, 30 Oktober 2009). dari pelaku beladiri dapat menurun. Hal ini
Hal tersebut mendorong lembaga pendidikan sesuai dengan beberapa penelitian yang-
menjadikan beladiri sebagai pilihan kegiatan menunjukkan hasil bahwa partisipasi pada
ekstrakurikuler di sejumlah sekolah sebagai beladiri dapat bermanfaat seperti mengajarkan
upaya untuk mengarahkan agresivitas anak- disiplin (Tim Redaksi Familia, 2006a), dan
anak ke jalur yang lebih terarah. Sekolah dapat meningkatkan sikap hormat, disiplin,
sengaja membuka dojo (tempat latihan) karate konsentrasi, kesabaran, dan kepercayaan
untuk memberikan pemahaman positif men- diri pada karateka muda (Violan dkk dalam
genai beladiri. Zetaruk dkk, 2000).
Institusi pendidikan selain sekolah, seperti Dengan melihat pemaparan di atas, pe-
pesantren pun sudah memasukkan beladiri neliti tertarik untuk mengadakan penelitian
sebagai modal membela kebenaran. Salah guna mengetahui hubungan antara partisipasi
satunya adalah Pondok Pesantren Daarul ’Ilmi dalam beladiri karate dan agresivitas anak.
Sleman. Pesantren tersebut sejak 1992 me- Hipotesis yang diajukan adalah ada hubung-
masukkan beladiri sebagai bagian dari kuriku- an negatif antara partisipasi dalam beladiri
lum pengajaran. Kegiatan yang wajib diikuti karate dan agresivitas anak. Semakin tinggi
oleh santri tersebut terbukti mendatangkan partisipasi dalam beladiri semakin rendah
banyak manfaat positif. Beberapa manfaatnya agresivitasnya.
adalah kebugaran fisik, meningkatnya percaya
diri, kebersamaan dan kekompakan antar METODE PENELITIAN
santri menjadi semakin kuat (Minggu Pagi, Partisipan Penelitian
Minggu II September 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah se-
Dampak negatif maupun positif dari luruh anak-anak anggota karate (karateka)
latihan beladiri dapat dilihat dari tingkat par- perguruan cabang/ranting dari Institut Karate
tisipasi pelakunya. Menurut Kochanska dan do Indonesia (INKAI) wilayah Daerah Is-
Askan (Palermo, 2006), partisipasi yang rutin timewa Yogyakarta. Sampel adalah sebagian
dalam sebuah kegiatan yang menekankan ke- dari populasi. Sampel harus memiliki ciri-
disiplinan, kepatuhan, dan sikap hormat yang ciriyang dimiliki oleh populasinya (Azwar,
ditunjukkan melalui contoh dapat meningkat- 2004). Sampel dipilih dengan teknik purposive
kan internalisasi moral pada anak-anak. Latih- sampling agar didapat sekelompok anak yang
an beladiri merupakan salah satu kegiatan memiliki karakteristik sesuai dengan yang di-
yang menekankan kedisiplinan dan diajarkan inginkan. Sampling bertujuan (purposive sam-
melalui contoh. Dengan demikian partisipasi pling) adalah pemilihan sekelompok subjek
dalam beladiri dapat membentuk internalisasi yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat
moral pada diri anak-anak. tertentu yang dipandang mempunyai sangkut
Partisipasi terbentuk dari lama waktu latih- paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
an (Daniels & Thornton, 1992) dan intensitas populasi yang sudah diketahui sebelumnya
latihan yang menghasilkan tingkatan keahlian (Hadi, 2004).
(Graczyk dkk, 2009). Selama jangka waktu Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan
latihan tersebut terjadi proses internalisasi kriteria atau karakteristik sebagai berikut:
nilai-nilai dalam beladiri. Pemahaman nilai- 1. Anak tersebut saat penelitian berlangsung
nilai beladiri, seperti kepatuhan, penghormat- sedang tergabung dengan salah satu per-
an pada senior, filosofi anti kekerasan tersebut guruan/dojo karate INKAI.
terinternalisasi ke dalam pelaku beladiri. 2. Berusia 9-12 tahun. Menurut Piaget (San-
Apabila internalisasi nilai berjalan de- trock, 2002), anak-anak pada usia ini
ngan baik, maka dapat diharapkan agresivitas berada pada tahap operasional formal,

65
Jurnal Psikologi Integratif, Vol. 1, No. 1, Juni 2013, Halaman 63 - 71

sehingga sudah dapatmelakukan penalaran koefisien korelasi aitem total dianggap gugur.
logis. Pada analisis tahap pertama terhadap 40 aitem
3. Aktif berlatih minimal seminggu sekali. dengan (rit) korelasi aitem total 0,300 terbuang
4. Minimal sudah mencapai sabuk kuning. sebanyak 14. Analisis tahap kedua dengan
Asumsinya adalah untuk mencapai sabuk korelasi aitem total 0,300 terbuang sebanyak
kuning anak harus mengikuti latihan rutin 1 aitem yaitu nomor 3 (0,243). Jadi jumlah
selamapaling tidak 6 bulan. Kurun waktu aitem yang valid sebanyak 25 aitem dengan
6 bulan merupakan masa yang cukup lama rentang rit minimal 0,308 maksimal 0,646
bagi seorang karateka untuk terlibat secara dengan koefisien reliabilitasnya 0,896.
mental dalam karate. Skala Partisipasi Beladiri Karate. Tinggi
Sampel diambil dari beberapa dojo karate rendahnya tingkat partisipasi seseorang dalam
di wilayah DaerahIstimewa Yogyakarta, yang beladiri karate diungkap melalui skala parti-
merupakan cabang/ranting dari perguruan sipasi beladiri karate yang disusun oleh pene-
karate Institut Karate-do Indonesia (INKAI). liti berdasarkan aspek-aspek partisipasi yang
Jumlahnya adalah 53 karateka INKAI DIY. diajukan oleh Davis dan Newstorm (1995).
Terdapat empat aspek, yaitu (a) Keterlibatan
Metode Pengumpulan Data fisik, (b) Keterlibatan mental dan emosional
Metode pengumpulan data yang diguna- atau inisiatif, (c) Motivasi kontribusi, dan (d)
kan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan Penerimaan tanggung jawab.
dalam penelitian ini, yaitu dengan menggu- Skala Partisipasi Beladiri Karate ini terdiri
nakan skala Likert. Dalam skala Likert yang dari 40 aitem, terdiri dari 20 aitem yang berisi
digunakan tersebut terdapat lima alternatif pernyataan positif (favourable) dan 20 aitem
jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai berisi pernyataan negatif (unfavourable). Se-
(S), Ragu-ragu (R), Tidak Sesuai (TS), Sa- telah dilakukan analisis, dari 40 aitem di atas
ngat Tidak Sesuai (STS). Adapun skala yang diperoleh 26 aitem valid dan 14 aitem gugur.
digunakan adalah skala agresivitas dan skala Pada tahap seleksi aitem dilakukan beberapa
partisipasi dalam beladiri karate. pembuangan aitem. Pembuangan aitem di-
Skala Agresivitas. Tinggi rendahnya ting- dasarkan pada asumsi bahwa aitem yang
kat agresivitas seseorang diungkap melalui memiliki nilai kurang dari korelasi aitem total
skala agresivitas yang dimodifikasi oleh pe- dianggap gugur. Pada analisis tahap pertama
neliti berdasarkan Aggression Questionnaire terhadap 40 aitem dengan (rit) korelasi aitem
(Buss & Perry, 1992) yang disusun berdasar- total 0,300 terbuang 12 aitem. Analisis menun-
kan teori agresivitas yang diajukan oleh Buss jukkan jumlah aitem yang valid sebanyak 26
dan Perry (1992). Terdapat empat faktor pada aitem dengan rentang rit minimal 0,306 (pada
agresi, yaitu Agresi Fisik, Agresi Verbal, Ke- aitem 14) dan maksimal 0,734 (pada aitem 38)
marahan (anger), dan Kebencian (hostility). dengan koefisien reliabilitasnya 0,902.
Skala Agresivitas ini terdiri dari 40 aitem,
terdiri dari 20 aitem yang berisi pernyataan Teknik Analisis
positif (favourable) dan 20 aitem berisi per- Teknik korelasi product moment dari Pear-
nyataan negatif (unfavourable). Dari analisis son digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pada skala agresivitas diperoleh 25 aitem hubungan antara partisipasi beladiri karate
valid dan 15 aitem gugur. Pada tahap seleksi dengan agresivitas anak. Analisis dilakukan
aitem dilakukan beberapa pembuangan aitem. dengan menggunakan program SPSS 16.00
Pembuangan aitem didasarkan pada asumsi for Windows.
bahwa aitem yang memiliki nilai kurang dari

66
Partisipasi dalam Beladiri Karate dan Agresivitas Anak di INKAI ... (Mudrikah Ahmad dan R. Rachmy Diana)

HASIL (rxy) sebesar -0,535 dengan p = 0,00 (p<0,01).


Hasil Uji Asumsi Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang
Analisis data digunakan untuk menguji berbunyi ada hubungan negatif antara variabel
hipotesis, namun sebelumnyadilakukan uji partisipasi bela partisipasi beladiri karate dan
prasyarat terlebih dahulu. Uji prasyarat ini agresivitas, diterima.
meliputi uji normalitasdan uji linieritas.
Uji normalitas memiliki tujuan untuk PEMBAHASAN
melihat distribusi sebaran skorvariabel yang Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan
dianalisis, apakah membentuk kurve normal hubungan antarapartisipasi beladiri karate dan
atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan agresivitas pada anak-anak. Hasil penelitian
teknik statistik One-Sample Kolmogorov- menunjukkan bahwa ada hubungan negatif
Smirnov Test yang terdapat dalam program yang signifikan antara partisipasi dalam be-
SPSS 16.00 for Windows. Kaidah yang digu- ladiri karate dan agresivitas. Artinya bahwa se-
nakan untuk mengetahui normal atau tidaknya makin tinggi partisipasi dalam beladiri karate,
sebaran adalah apabila p > 0,05, maka sebaran- maka semakin rendah agresivitas. Sebaliknya,
nya dinyatakan normal dan apabila p < 0,05, semakin rendah partisipasi dalam beladiri ka-
maka sebarannya dinyatakan tidak normal. rate, maka semakin tinggi agresivitasnya.
Hasil uji normalitas skor variabel partisi- Diterimanya hipotesis pada penelitian ini
pasi beladiri karate menunjukkan p sebesar menunjukkan bahwa partisipasi dalam beladiri
0,441 (p > 0,05) dan Kolmogorov-Smirnov karate memberi pengaruh yang signifikan
Z sebesar0,887. Hal ini menunjukkan bahwa terhadap rendahnya agresivitas pada anak-
sebarannya mengikuti kurve normal. Pada anak. Partisipasi dalam beladiri karate dapat
variabel agresivitas menunjukkan kurve nor- diartikan sebagai keterlibatan secara fisik dan
mal dengan perhitungan p sebesar 0,999 (p mental dalam beladiri karate. Semakin baik
> 0,05) dan Kolmogrov-Smirnov Z sebesar tingkat partisipasi maka internalisasi nilai
0,383. Berdasarkan hasil analisis data yang nilai-nilai karate akan semakin tinggi pula.
ditunjukkan tersebut dapat disimpulkan Nilai-nilai karate adalah sebagai metode per-
bahwa sebaran data variabel bebas maupun lindungan diri dan bukan sebagai alat untuk
variabel tergantung menunjukkan distribusi berkelahi.
yang normal. Tingkat partisipasi dalam beladiri karate
Uji linearitas dilakukan untuk menguji dilihat dari empat aspek, yaitu keterlibatan
apakah hubungan antara variabel bebas de- fisik, keterlibatan mental emosional, motivasi
ngan variabel tergantung adalah linear. Hasil kontribusi, dan penerimaan tanggungjawab.
uji linieritas pada Partisipasi Beladiri Karate Apabila tingkat partisipasi pada karateka
dan variabel Agresivitas didapat F = 20.801 tinggi, maka proses internalisasi nilai-nilai
dengan p sebesar 0,00 (p < 0,05). Nilai tersebut filosofis dalam karate akan berjalan dengan-
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut baik. Nilai-nilai tersebut yang akan mendasari
membentuk garis lurus atau linier. perilaku karateka untuk menjadi tidak agresif.
Hal ini terkait dengan tanggungjawab ter-
Hasil Uji Hipotesis hadap keilmuan serta pengamalan dari sumpah
Setelah uji asumsi (uji normalitas dan karate.
linieritas) telah terpenuhi, maka dilanjutkan Partisipasi terbentuk dari lama latihan
dengan analisis hasil penelitian yang berguna (Daniels & Thornton, 1992) dan intensitas
untuk mengorelasikan antara variabel parti- latihan yang membentuk tingkatan keahlian
sipasi beladiri karate dengan agresivitas.Dari (Graczyk dkk, 2009). Lama latihan tersebut
perhitungan statistik diperoleh nilai r korelasi membentuk internalisasi nilai pada anak-anak.

67
Jurnal Psikologi Integratif, Vol. 1, No. 1, Juni 2013, Halaman 63 - 71

Partisipasi dalam olahraga yang menitik be- dari keterampilan, baik fisik maupun mental
ratkan nilai-nilai dapat membantu anak-anak (Reddin, 2008). Dari sini dapat disimpulkan
menjauhi hal negatif. bahwa proses penyerapan dan pemahaman
Titik berat pada nilai-nilai, filosofi anti tentang nilai-nilai filosofis beladiri, termasuk
kekerasan, menghormati diri sendiri dan orang karate, semakin baik seiring dengan lama
lain, menekankan pentingnya kebugaran dan latihan. Dengan partisipasi yang tinggi,
kontrol diri, kepercayaan diri pada kemam- maka internalisasi nilai juga tinggi sehingga
puan fisik, dan rasa tanggungjawab. Faktor agresivitas akan menurun, sedangkan apabila
filosofi memiliki pengaruh yang penting, partisipasi rendah maka internalisasi rendah
karena hasil penelitian Nosanchukdan Mac- sehingga agresivitasnya tinggi.
Neil (Reddin, 2008) juga menegaskan bahwa Skoring hasil skala penelitian yang didapat
beladiri non-tradisional yang tidak memiliki menunjukkan bahwa sebagian karateka usia
nilai-nilai filosofi justru dapat meningkatkan anak-anak di Yogyakarta berada pada kategori
agresi. partisipasi beladiri karate yang sangat tinggi
Hasil dari penelitian ini mendukung dan (sebesar 52,83 %) dan memiliki agresivitas
sejalan dengan pernyataan Graczyk dkk (2009) pada tingkat rendah (49,06 %).
yang menyatakan bahwa tingkatan keahlian Subjek merupakan karateka dengan mini-
(master level), dan juga lama periode kom- mal sabuk kuning, dengan proporsi sabuk kun-
petisi dalam combat sports berefek pada penu- ing 8 anak, sabuk hijau 10 anak, sabuk biru
runan tingkat agresivitas. Apabila hal terse- 24 anak, dan sabuk coklat 11 anak. Dengan
but dihubungkan dengan partisipasi, maka demikian proporsi terbesar ada pada penyan-
tingkatan keahlian merupakan hasil dari lama dang sabuk biru. Sabuk kuning adalah ting-
latihan dan intensitas dalam berlatih. Skelton katan sabuk pertama yang didapatkan setelah
dkk (1991) menyatakan agresivitas cenderung mengikuti ujian. Asumsinya adalah seseorang
menurun seiring dengan kemahiran dalam la- dapat mencapai sabuk kuning setelah latihan
tihan beladiri. Meningkatnya kemahiran dalam minimal selama 6 bulan. Pada kurun waktu
beladiri mengakibatkan penurunan agresivitas tersebut telah terjadi proses internalisasi nilai
secara umum. karate pada anak-anak, meskipun masih
Proses internalisasi ini dinyatakan oleh minimal. Sabuk biru dicapai setelah latihan
Kurian dkk (Reddin, 2008) yang menyatakan minimal 1,5 tahun, sehingga internalisasi nilai
bahwa siswa yang bertahan belajar dalam padasabuk biru ke atas semakin baik, sesuai
sebuah perguruan setelah satu tahun secara dengan batasan yang ditetapkan oleh Kurian
umum sudah menginternalisasikan beladiri dkk (Reddin, 2008). Semakin tinggi tingkatan
sebagai bagian dari kehidupan mereka. Siswa sabuknya maka semakin lama pula waktu yang
yang tidak bertahan dalam perguruan biasanya telah ditempuh oleh karateka. Waktu tem-
pergi setelah satu tahun atau bahkan kurang puh tersebut memungkinkan karateka untuk
dari itu. Pada kenyataannya, dalam dojo karate meningkatkan partisipasi. Dengan tingginya
biasa terdapat tingkat drop out dari peserta partisipasi proses internalisasi nilai menjadi
yang mencapai 5-10% selama 3 bulan pertama semakin baik sehingga agresivitas menurun.
latihan (Palermo, 2006). Pada penelitian ini besarnya sumbang-
Kurian dkk (Reddin, 2008) memberikan an efektif partisipasi beladiri karate pada
batasan 1,5 tahun dengan asumsi jangka waktu agresivitas dapat dilihat dari nilai R Square
tersebut cukup lama untuk mengadopsi dan (r²), yakni sebesar 0,287. Hal ini berarti varia-
menginternalisasi nilai dari ajaran-ajaran yang bel partisipasi beladiri karate memberikan
ditekankan oleh satu perguruan. Setelah 1,5 sumbangan sebesar 28,7 % terhadap agresivi-
tahun terjadipenyempurnaan dan penghalusan tas. Adapun sisanya adalah sebesar 71,3 %

68
Partisipasi dalam Beladiri Karate dan Agresivitas Anak di INKAI ... (Mudrikah Ahmad dan R. Rachmy Diana)

adalah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang anak-anak bermanfaat secara positif, perlu
lain. Faktor-faktor yang lain tersebut misalnya ditekankan nilai-nilai yang karate yang
adalah faktor faktor biologis (Santrock, 2004), luhur. Untuk mengefektifkan penyerapan
kognitif, keluarga, sosial lingkungan (Vasta, nilai-nilai, maka tingkat partisipasi dari
1992), dan pengaruh media (Graczyk dkk, para karateka terutama karateka anak-
2009; Apollo & Ancok, 2003). Selain itu fak- anak perlu untuk ditingkatkan. Perguruan
tor lain yang mempengaruhi adalah perbedaan karate diharapkan dapat menyusun kuri-
usia dan gender (Santrock, 2004). kulum latihan serta kegiatan yang dapat
Penelitian ini memiliki beberapa kelemah- menarik minat para karateka untuk lebih
an di antaranya adalah sampel atau subjek berpartisipasi.
penelitian yang terbatas, sehingga generalisasi 2. Bagi para pelatih
menjadi terbatas pula. Hal ini karena teknik Karakteristik setiap dojo berbeda-beda,
purposive sampling dengan kriteria-kriteria terutama apabila dilihat dari mayoritas
yang ditetapkan cukup ketat, sehingga jumlah anggotanya. Bagi dojo yang memiliki
sampel yang memenuhi syarat kriteria menjadi anggota anak-anak ataupun dikhususkan
semakin sedikit. Namun sampel yang diguna- bagi anak-anak, perlu ditekankan metode
kan dalam penelitian ini sudah dianggap bisa pelatihan yang berbeda dari anggota de-
untuk mempresentasikan jumlah populasi wasa. Hal ini dikarenakan karakteristik
tersebut, karena sudah memiliki karakteristik anak-anak yang tidak sama dengan orang
sama, yang terwakili dalam sampel yang di- dewasa. Dalam proses transfer nilai-nilai
gunakan (Hadi, 2003). karate perlu disampaikan dalam bahasa
anak-anak yang mudah dipahami. Hal
KESIMPULAN tersebut dapat meningkatkan partisipasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah anak-anak dalam karate.
dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan 3. Bagi Orang tua
bahwa ada hubungan negatif yang signifi- Dengan adanya hasil yang negatif antara
kan antara partisipasi beladiri karate dengan partisipasi beladiri karate dan agresivitas
agresivitas. Semakin tinggi tingkat partisipasi anak, maka para orangtua dapat memper-
dalam beladiri karate, maka semakin rendah timbangkan untuk memilih karate sebagai
agresivitas dan sebaliknya semakin rendah alternatif kegiatan ekstrakurikuler bagi
tingkat partisipasinya maka semakin tinggi putra-putrinya. Karate dapat menjadi alter-
agresivitas pada karateka anak-anak. Jadi natif kegiatan yang sehat dan bermanfaat.
hipotesis yang diajukan peneliti terbukti. Para orang tua diharapkan untuk mem-
Selanjutnya besarnya sumbangan efektif par- berikan motivasi dan perhatian pada anak-
tisipasi beladiri karate terhadap agresivitas anaknya yang berlatih karate. Hal tesebut
adalah sebesar 28,7 %, adapun sisanya adalah dikarenakan pada masa-masa awal latihan
sebesar 71.3 % dipengaruhi oleh faktor-faktor karate anak harus diberikan pengertian
yang lain. terhadap ilmu yang dipelajarinya tersebut.
Berdasarkan simpulan yang telah dike- Hal tersebut dikarenakan terdapat kecend-
mukakan di atas, maka peneliti mengajukan erungan anak-anak menjadi lebih agresif
beberapa saran, yaitu: pada masa-masa awal latihan. Namun
1. Bagi perguruan karate setelah beberapa saat, maka proses inter-
Kegiatan karate merupakan salah satu nalisasi nilai-nilai karate akan membantu
alternatif kegiatan yang positif bagi anak- anak untuk mampu mengontrol agresivitas
anak. Agar ilmu beladiri yang didapat oleh ke arah yang lebih positif.

69
Jurnal Psikologi Integratif, Vol. 1, No. 1, Juni 2013, Halaman 63 - 71

4. Bagi para peneliti selanjutnya tial Arts1 (2), 1-14. Dari www.medsport.
Bagi para peneliti selanjutnya yang ber- pl. Diakses 16 Juli 2010.
minat melakukan penelitian dengan tema Hadi, S. (2003). Metodologi Research 1. Yog-
yang sama, disarankan mempertimbang- yakarta : Andi Offset.
kan dan mengontrol faktor lain yang ikut Hadi, S. (2004). Metodologi Research 3. Yog-
mempengaruhi agresivitas. Selain itu perlu yakarta: Andi Offset.
dipertimbangkan untuk membuat skala Kedaulatan Rakyat. (2009). Belajar Karate
yang lebih sensitif dalam mengungkap Tidak untuk ‘Gelut’. Rabu Legi 13Mei
variabel-variabel tersebut. 2009 hal 16. Yogyakarta : PT BP Kedaula-
tan Rakyat.
DAFTAR PUSTAKA Minggu Pagi. (2006). Beladiri di Pesantren
Apollo& Ancok, D. (2003). Hubungan antara Senjata ‘Penghancur’ Kebatilan. Koran
Intensitas Menonton Tayangan Televisi Mingguan Minggu Pagi no 24 th 59 Min-
Berisi Kekerasan, Persepsi terhadap Ke- ggu II September 2006 hal 10. Yogyakarta:
harmonisan Keluarga, Jenis Kelamin, PT BP Kedaulatan Rakyat.
dan Tahap Perkembangan dengan Ke- Palermo, M., Di Luigi, M., Dal Forno, G.,
cenderunganAgresivitas Remaja. Jurnal Dominici, C., & Vicomandi, D. (2006).
Sosiohumanika, 16 (3), 529-544. Externalizing and Oppositional Behaviors
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Yogya- and Karate-do: The Way of Crime Preven-
karta: Pustaka Pelajar. tion A Pilot Study. International Journal
Brown, H. S. L. (2009). A Study of Attitudes of Offender Therapy and Comparative
toward Violence and Aggression.Paper. Criminology, 50 (6), 1-7. Dari www.yo-
Dari www.lagrange.edu/resources/pdf/ shokan.it/files/Articolo%20Palermo%20
citations/2009/29Psychology_Brown.pdf Karate.pdf. Diakses 21 Juli 2009.
Diakses 8 Juni 2010. Reddin, J. R. (2008). Pilot Study into the Psy-
Buss, A. H., & Perry, M. (1992). The Aggres- chological Differences BetweenMartial
sion Questionnaire. Journal ofPersonality Arts. Dari www.youngforest.ca/psychma.
and Social Psychology, 63, 452-459. Dari- pdf. Diakses 8 Juni2010.Santrock, J. W.
www.yorku.ca/rokada/psyctest/aggress. (2002). Life Span Development, Perkem-
pdf. Diakses 18 Juli 2009. bangan Masa Hidup edisi5 jilid I. Jakarta:
Daniels, K., & Thornton, E. (1992). Length Erlangga.
of Training, Hostility and the Martial Santrock, J. W. (2004). Child Development.
Arts: A Comparison with Other Sporting Tenth Edition. New York: Mc Graw-Hill.
Groups. British Medical Journal, 1992. Skelton, D. L., Glynn, M. A., Berta, S. M.
Page 118-120. Dari http://bjsm.bmj.com/ (1991). Aggression Behavior as aFunc-
content/26/3/118.abstract. Diakses 27 Juli tion of Taekwondo Ranking. Journal
2010. Perceptual and Motor Skills,1991, 72,
Davis, K., & Newstrom, J. W. (1995). Perilaku page 179-182.Dari http://oxmedia.oxford.
dalam Organisasi. Terjemahan. Jakarta: emory.edu/OXFORD/RESTRICTED/
Erlangga. UNIVERSITY/050000007550.pdf. Di-
Graczyk, M., Hucinski, T., Norkowski, H., akses 20Juli 2010.
Peczak-Graczyk, A., &Rozanowska, A. Tim Redaksi Familia (editor). (2006a). Me-
(2009). The Level of Aggression Syn- nyikapi Perilaku Agresif Anak.Yogya-
drome and a Typeof Practised Combat karta: Kanisius.
Sport. Journal of Combat Sports and Mar-

70
Partisipasi dalam Beladiri Karate dan Agresivitas Anak di INKAI ... (Mudrikah Ahmad dan R. Rachmy Diana)

Tim Redaksi Familia (editor). (2006b). Kon- Tanpa pengarang. (2008). Nenek Berusia 73
sep Diri Positif, Menentukan Prestasi- Tahun Meraih Ban HitamKarate. Dari
Anak. Yogyakarta: Kanisius. http://www.rileks.com/entertainment/
Vasta, R., Haith, M. M., & Miller, S. A. (1992). ragam/omg/16423-nenek-berusia-73-
Child Psychology the ModernScience. tahun-meraihban-hitam-karate.html. 15
Toronto: John Wiley & Sons.Inc. Oktober2008. Diakses 29 Juli 2009.
Woodwart, T. W. (2009). A Review of The Tanpa pengarang. (2006). SDN 4 Bintoro Buka
Effects of Martial Arts Practice onHealth. Tempat Latihan Karate. SuaraMerdeka
Wisconsin Medical Journal, volume 108 no edisi Jumat, 08 Desember 2006. Darihttp://
1, page 40-43.Darihttp://www.wisconsin- www.suaramerdeka.com/harian/0612/08/
medicalsociety.org/_WMS/publications/ kot20.ht. Diakses 30Oktober 2009.
wmj/issues/wmj_v108n1/108no1_wood- Pandiangan, E. (2009). Karate Menempa Anak
ward.pdf. Diakses 20 Juli 2010. Menjadi Mandiri. Dari http://www.hari-
Zetaruk, M. N., Violan, M. A., Zurakowski, D., anglobal.com/index.php?option=com_co
& Micheli, L. J. (2000).Karate Injuries in ntent&view=article&id=7752:karate-
Children and Adolescents. Accident Anal- menempa-anak-menjadi-mandiri&catid=2
ysis andPrevention, 32 (2000) 421–425. 8:sports&Itemid=56. Jumat, 22 Mei 2009
Darihttp://www.budopoint.de/en/science/ 11:14. Diakses 29 Juli 2009.
articles/Karate injuries in childrenand ado- Republika Online. (2010). Ribuan Ang-
lescents.pdf. Diakses 27 Juli 2010. gota Pagar Nusa Bojonegoro Menga-
muk.Darihttp://www.republika.co.id/
Internet berita/101265/ribuan_anggota_pagar_
Ahmad, I., & Tejakusuma, A. (2008). Stan- nusa_bojonegoro_mengamuk. Jumat,
dardisasi dan Model serta Silabus Pem- 15 Januari 2010, 23:08 WIB. Diakses
bekalan Pelatih Dasar Karate Usia Dini. 20Januari 2010.
Bidang Pelatihan dan Pengembangan Reza, M. (2009). Terlibat Pembunuhan,
Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia. Mantan Atlet Ditangkap. Darihttp://
Dari www.pbforki.org/images/rakorbin- w w w. k o r a n t e m p o . c o m / k o r a n t e m -
pres_litbang.pdf - . Diakses 29 Juli 2009. po/koran/2009/05/08/Metro/
krn.20090508.164721.id.html edisi 08
Mei 2009. Diakses 14 Mei 2009.

71

Anda mungkin juga menyukai