Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan suatu aktivitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan

manusia bahkan dinilai sebagai suatu kebutuhan atau keharusan untuk melakukan suatu

aktivitas yang sifatnya untuk mengolah tubuh agar tubuh tetap bugar dan sehat. Bila kita

telisik lebih mendalam, olahraga adalah suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh orang –

orang dengan golongan manapun entah golongan bawah, menengah, ataupun golongan

atas. Olahraga juga dapat dilakukan tanpa batasan usia dari anak – anak, remaja, orang

dewasa, maupun orang tua dapat melakukan suatu aktivitas olah tubuh atau lebih dikenal

dengan olahraga. Tentunya, dengan berbagai macam jenis olahraga yang sesuai dengan

usia dan kondisi fisik dari individu itu sendiri. Dalam pengertiannya olahraga adalah

suatu aktivitas gerak tubuh, mulai dari anggota tubuh bagian atas dan bagian bawah

(Rahmani, 2014). Selain itu, menurut kamus besar Bahasa Indonesia olahraga adalah

gerakan badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh.

Di dalam berbagai jenis olahraga yang ada, disini memfokuskan kepada

olahraga bela diri. sebagaimana yang kita ketahui bela diri banyak memiliki berbagai

macam jenis. Seperti, Pencak Silat, Karate, Judo, Kempo, dan juga Tarung Derajat. Dari

berbagai macam jenis bela diri yang ada, sesuai dengan pokok bahasan utama lebih

memfokuskan kepada bela diri Tarung Derajat dimana, olahraga ini di ciptakan sediri

oleh Achmad Dradjat yang hingga kini dikenal dengan sebutan Aa Boxer (Rahmani,

2014). Dilihat dari sejarahnya, bela diri Tarung Derajat ini berhasil diciptakan

berdasarkan pengalaman penciptanya bertarung di jalanan, tepatnya di kawasan Bandung.

1
Olahraga bela diri Tarung Derajat ini, kini sudah masuk dalam daftar cabang olahraga

Nasional sperti PON (Pekan Olahraga Nasional) (Rahmani, 2014). Dimana, olahraga seni

bela diri ini menekankan pada agresivitas gerakan menyerang seperti teknik memukul

dan menyerang. Selain dari kedua teknik tersebut, juga terdapat teknik lainnya seperti

mengunci, membanting, dan sapuan kaki. Pelaku olahraga Tarung Derajat ini disebut

“Petarung”, sedangkan Tarung derajatnya sendiri dikenal dengan nama Boxer (Rahmani,

2014).

Ketika seseorang beranjak dari anak – anak menuju remaja. Dimana, masa

remaja dimulai pada usia 11 atau 12 tahun sampai pada remaja akhir yaitu pada usia

duapuluhan (papalia, 2011). Sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari

waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan

harapan sosial yang baru namun meskipun emosi remaja sering kali sangat kuat dan tidak

terkendali tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilau emosional

(Mappiere dalam Maentiningsih, 2008). Pada masa remaja akan ada berbagai macam

perubahan seperti penampilannya, sebagai hasil peristiwa pubertas yang sifatnya

hormonal, dan mereka cenderung mengambil bentuk orang dewasa. Pikiran mereka juga

berubah, dimana mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotetis. Selain itu,

perasaan mereka pun berubah terhadap hampir kepada segala hal (Papalia, 2011).

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja ada banyak perubahan yang

terjadi di setiap diri individu. Tetapi, selain perubahan yang terjadi pada masa remaja

mereka juga memiliki suatu tugas perkembangan yaitu mereka mulai membangun

identitas, termasuk identitas seksual yang akan terus mereka bawa sampai pada saat masa

dewasa (Papalia, 2011).

2
Dalam pengambilan suatu keputusan erat kaitanya dengan suatu aspek di

dalam setiap inidividu seperti aspek kecerdasan emosi. kecerdasan emosi yang ada pada

seseorang adalah mencakup, pengendalian diri, semangat, ketekunan, serta kemapuan

untuk memotivasi diri sendiri (Goleman dalam Hidayati, 2008). Selain itu, kecerdasan

emosional sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan

perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan

mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga dapat membantu perkembangan

emosi dan intelektual (Salovey dan Mayer dalam Rahmasari, 2012). Emosi juga berperan

besar terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan yang rasional

(Demasio dalam Hidayati, 2008). Disini terlihat, bagaimana kecerdasan emosi yang baik

dapat membantu individu dalam mengatasi atau menyelesaikan suatu permasalahan yang

ia hadapi secara rasional. Sebaliknya, bila individu memiliki suatu kecerdasan emosi

yang buruk maka ia tidak dapat menyelesaikan ataupun mengatasi permasalahan degan

cara rasional. Dimana, ini merupakan suatu bentuk nyata tentang pentingnya kecerdasan

emosional yang dimiliki setiap individu untuk dapat menyelesaikan permasalahannya

sendiri.

Dari kecerdasan emosi yang dimiliki masing – masing individu, nantinya

individu itu sendiri akan dihadapkan kepada pengambilan keputusan untuk dapat

memecahkan suatu masalah. Dari pengertiannya pengambilan keputusan itu sendiri

adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan

masalah (James A.F Stoner dalam Perdani, 2013). Selain itu, menurut Siagian dalam

Perdani (2013), pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap

hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta – fakta dan data, penentuan yang matang dari

3
alternativ yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan

merupakan tindakan yang tepat. Di dalam pengambilan suatu keputusan, tentunya ada

dasar – dasar pengambilan keputusan seperti individu dapat mengklasifikasikan menjadi

5 yaitu : intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional (George R. Terry dalam

Karli, 2013) Dinisi, kita dapat melihat bahwa pengambilan suatu keputusan yang baik

untuk menyelesaikan suatu masalah, harus melalui pertimbangan – pertimbangan yang

tepat.

B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan terhadap

remaja yang mengikuti bela diri Tarung Derajat?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian ini sebelumnya telah di lakukan dengan judul “strategi

komunikasi organisasi seni beladiri tarung derajat satuan latihan Sukoharjo dalam

rangka mendukung internasionalisasi organisasi studi pada satuan latihan Sukoharjo”

(Septian, 2012). Dari penelitian di atas, peneliti menggunakan 2 variabel dengan variabel

bebas yaitu “strategi komunikasi” dan variabel tergantungnya adalah “satuan latihan bela

diri Sukoharjo”. Hasil dari penelitian ini adalah, yang pertama, organisasi seni bela diri

Tarung Derajat satuan latihan Sukoharjo merupakan organisasi nirlaba yang kemudian

mempengaruhi pola komunikasi yang terjadi antar anggotanya. Yang kedua, organisasi ini

juga memiliki karakteristik komunikasi model bintang yang terdesentralisasi di daerah –

daerah namun secara nasional memiliki pusat komunikasi yakni pengurus tingkat

nasional. Yang ketiga, sebagai organisasi yang tidak mengedepankan profit sebagai

orientasinya organisasi ini bersifat hierarkis kekeluargaan dalam arti bahwa pada

4
hakikatnya organisasi ini terstruktur dalam ikatan persaudaraan. Yang terakhir, satuan

latihan Sukoharjo sebagai bagian dari organisasi Tarung Derajat di tingkat pusat

melakukan strategi komunikasi organisasi dalam rangka mendukung internasionalisasi

organisasi yang diwujudkan dalam pelaksanaan anjuran – anjuran terkait dengan

pembinaan atlet berprestasi di satuan latihan Sukoharjo. Berdasarkan penelitian di atas,

perbedaan yang tampak antara penelitian yang telah dilakukan terdahulu dengan

penelitian ini adalah bahwa, penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu, terdiri dari 1

variabel bebas dan 1 variabel tergantung. Variabel bebasnya adalah “kecerdasan

emosi” .Dan, variabel tergantungnya adalah “Pengambilan keputusan”. Selain itu juga,

adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada jenis ataupun

metode penelitian yang terdahulu menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangkan,

penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan

emosi dengan pengambilan keputusan terhadap atlet bela diri Tarung Derajat.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini di bagi menjadi 2 bagian yaitu, manfaat teoritis dan manfaat

praktis

1.) Manfaat teoritis :

Manfaat teoritis dalam penelitian ini, dapat menyumbangkan kontribusi di dalam

penerapan ilmu Psikologi maupun penerapan ilmu bela diri khususnya bela diri

Tarung derajat mengenai kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan remaja yang

mengikuti bela diri Tarung Derajat.

5
2.) Manfaat praktis :

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah, bagi para remaja yang mengikuti

bela diri Tarung Derajat penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan

pengetahuan mengenai kecerdasan emosi yang dimiliki dan pengambilan keputusan

terhadap olahraga bela diri Tarung Derajat yang di tekuni.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tarung Derajat

1.Definisi Tarung Derajat :


Dalam arti luas, Tarung Derajat adalah cabang olahraga bela diri yang

berasal dari Bandung, Jawa Barat. Penciptanya adalah Achmad Derajat yang dimana ia

menciptaka cabang olahraga bela diri ini berdasarkan pengalamannya bertarung di

jalanan. Pelaku bela diri Tarung Derajat ini di sebut dengan “Petarung”. Bela diri Tarung

Derajat ini memfokuskan agresivitas pada berbagai macam gerakan – gerakan seperti

serangan, teknik memukul, dan menyerang. Tidak hanya itu, Tarung Derajat juga

6
memfokuskan agresivitas gerakan seperti mengunci, membanting, dan sapuan kaki.

Keluarga besar olahraga bela diri Tarung Derajat disebut “KODRAT”. Selain itu, adapun

tujuan dari KODRAT ( Keluarga Besar olahraga bela diri Tarung Derajat) itu sendiri

adalah yang pertama, mengkoordinasikan dan membina seluruh dan setiap kegiatan

olahraga dan seni ilmu pembelaan diri Tarung Derajat di seluruh wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan di Luar Negeri. Yang kedua, melalui kegiatan

pembinaan olahraga Tarung Derajat membentuk manusia Indonesia seutuhnya, sehat

jasmani maupun rohani agar dapat memberikan sumbangsih setinggi – tingginya di dalam

pembangunan Bangsa dan Negara. Yang ketiga, memupuk dan membina persahabatan

dan persaudaraan melalui olahraga untuk membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

Yang keempat, memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat menuju

kearah pencapaian budaya prestasi. Yang terakhir, meningkatkan kualitas ketahanan

nasional, kesadaran bela Negara, serta kecintaan akan hasil cipta, rasa, karsa, dan karya

bangsa Indonesia (PB. KODRAT, 2001). Tidak hanya tujuan, disini akan dijelaskan

tentang hak dan kewajiban anggota atau “Petarung” antara lain kewajibannya adalah

menjunjung tinggi nama, kehormatan, dan menjaga citra baik KODRAT, mematuhi dan

memegang teguh anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga, peraturan – peraturan serta

disiplin organisasi. Sedangkan hak dari anggota atau petarung adalah mendapatkan

kesempatan yang sama dalam memelajari dan memperdalam olahraga Tarung Derajat,

turut serta dalam segala kegiatan KODRAT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bicara

dan menyampaikan pendapat sesuai dengan musyawarah atau forum – forum yang

diselenggarakan, memilih dan dipilih sesuai aturan dan ketentuan organisasi dalam

pemilihan segala tingkat dan sifat kepengurusan organisasi, yang terakhir menggunakan

7
atribut – atribut KODRAT sesuai dengan ketentuan yang berlaku (PB. KODRAT, 2001).

Sedangkan, KODRAT kehilangan anggotanya bila yang pertama anggotanya

mengundurkan diri, yang kedua anggotanya di berhentikan, yang ketiga anggotanya

berhalangan secara tetap, yang terakhir bila anggotanya meninggal dunia (PB. KODRAT,

2001).

Dalam arti Sempit, tidak hanya memiliki agresivitas pada serangan,

pukulan, bantingan Tarung Derajat ini memiliki teknik – teknik dasar seperti pemanasan

dan peregangan. Hal tersebut bertujuan untuk menyiapkan badan untuk memerima

pelatihan dan tidak kaku pada saat proses latihan. Selain itu, ada pun teknik – teknik

lainnya seperti teknik dasar gerakan tangan (siaga di tempat), teknik dasar gerakan tangan

(siaga silang), teknik dasar pergerakan kaki (menendang), dan teknik langkah dasar (kuda

– kuda) (Rahmani, 2014).


Tidak hanya gerakan dan teknik – teknik dasar saja, di dalam Tarung

Derajat pun harus di lengkapi dengan berbagai macam peralatan dan perlengkapan pada

saat latihan ataupun pertandingan. Dimana, peralatan pada olahraga Tarung Derajat ini di

bedakan menjadi 2 yaitu peralatan untuk putra dan peralatan untuk putri. Peralatan untuk

petarung putra adalah pelindung selangkangan, pelindung gigi, pelindung badan, dan

pelindung kepala. Sedangkan, peralatan untuk petarung putri adalah pelindung kepala,

pelindung badan, pelindung gigi, pelindung selangkangan, dan pelindung bagian tangan.

Petarung yang tidak melengkapi peralatannya dalam mengikuti pertandingan diyatakan

kalah (Rahmani, 2014).


Sistem peraturan dalam Tarung Derajat terdapat beberapa ketentuan dalam

garis besar kemenangan di dalam Tarung Derajat itu seperti dikatakan menang bila

unggul angka, menang karena lawan mengundurkan diri, menang bila lawan di

8
diskualifikasi, dan menang karena lawan roboh (KO) (Rahmani, 2014). Sedangkan, ada

juga sistem pemberian nilai pada petarung saat pertandingan tarung bebas, diantaranya

adalah bila petarung menggunakan kaki kearah muka atau kepala di berikan nilai 3,

setelah itu, serangan kaki kearah badan diberikan nilai 2, serangan dengan kaki hingga

lawan roboh (KO) diberikan nilai 4. Selain itu, penilaian yang diberikan pada serangan

dengan tangan adalah bila serangan tangan diarahkan ke kepala dierikan nilai 2, serangan

dengan tangan yang mengarah ke badan akan diberikan nilai 1, dan, serangan tangan

yang diarahkan kepada lawan hingga roboh (KO) akan diberikan nilai 3. Adapun

penilaian – penilaian khusus yang diberikan oleh juri adalah pada agresivitas dan

sprotivitas yang tinggi dari para petarung Tarung Derajat yang mengikuti kompetisi

(Rahmani, 2014).
Pertandingan dan latihan pada bela diri Tarung Derajat ini dilakukan di atas

matras yang terbuat dari karet dengan ketebalan yang dimilikinya 1,5 cm, panjangnya 12

meter, serta lebarnya adalah 12 meter. Di bagian tengah matras yang berukuran 8 x 8

meter digunakan tempat bertarung bagi petarung Tarung Derajat (Rahmani, 2014).

B. Remaja

1. Definisi Remaja :
Remaja adalah merupakan periode transisis dari masa kanak – kanak

munuju ke dewasa dimana jangka waktunya berbeda setiap individu tergantung dari

kondisi sosial dan budayanya sendiri, yang berlangsung dari umur 12 sampai dengan

umur 21 tahun dan di dalam berlangsunya proses tersebut sudah tentu akan terjadi

bermacam – macam perubahan yaitu di antaranya perubahan fisik dan psikologis.

Pada perubahan fisik terjadinya kematangan dan perkembangan pada alat kelaminnya

dan juga keadaan tubuh pada umumnya dimana memperoleh bentuk tubuh yang

9
sempurna (Apriyani, 2009). Sedangkan perubahan psikologis adalah lebih kepada

pikiran dan pengetahuan individu itu sendiri. Perubahannya antara lain seperti

dimana adanya peralihan entropy di dalam kondisi negentropy. Dimana, entropy itu

sendiri adalah keadaan dimana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi

walaupun individu atau manusia itu sendiri sudah diisi pengetahuan, dan perasaan –

perasaan yang pernah dialaminya. Tetapi, isi – isi tersebut belum saling terkait dengan

baik sehingga belum bisa untuk berfungsi secara maksimal. Sedangkan negentropy

adalah kebalikan dari enteropy diaman suatu keadaan kesadaran itu tersusun dengan

baik, dan pengetahuan sudah terkait dengan pengetahuan – pengetahuan yang lain,

dan juga di dalam negentropy ini pengetahuan – pengetahuan yang sudah diisi

berhubungan dengan perasaan atau sikap (Apriyani, 2009). Selain itu, remaja di

dalam Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11 sampai 24 tahun dan belum

menikah dengan pertimbangan sebagai berikut (Sarwono dalam Nasution, 2007) :


1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda – tanda seksual

skunder mulai tampak


2. Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akhil

balik, baik menurut adanya agama, sehingga masyarakat tidak lagi

memperlakukannya sebagai anak – anak (Kriteria Seksual)


3. Pada usia tersebut mulai ada tanda – tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identitiy),

tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual, tercapainya

puncak perkembangan kognitif maupun moral


4. Batas usia 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu untuk

memberikan peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut

masih menggantungkan diri pada orang tuanya

10
5. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih

sangat penting bagi masyarakat kita secara menyeluruh. Seseorang

yang sudah pernah menikah dalam usia apapun dianggap dan

diperlakukan sebagai orang dewasa secara penuh, baik secara hukum

maupun kehidupan bermasyarakat dalam berkeluarga. Karena itu

definisi remaja disini kuhusus untuk orang yang belum menikah.


Ditengah – tengah berbagai macam perubahan yang ada dapat dilihat dari

perubahan fisik, dan juga perubahan psikologis tentu di dalam masa remaja pasti

mengalami suatu kelabilan dimana ditengah – tengah kelabilan tersebut remaja juga

mendapatkan banyak perubahan budaya global dan tuntutan untuk dapat mengatasi

masalah pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal, sehingga membuat

remaja kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri atas perubahan tersebut (Sarwono

dalam Apriyani, 2009). Dapat disimpulkan bahwa perilaku labil itu adalah ketika

remaja atau anak muda memiliki kesulitan dalam mengatasi permasalahan

pertumbuhan, perkembangan, dan dalam hal menyesuaikan diri sehingga mereka

kerap kali berubah – ubah pikiran untuk dapat menyelesaikan permasalahannya dan

menyesuaikan diri maka dari itu, mereka di sebut sebagai masa labil. Adanya leadaan

yang labil menyebabkan remaja ingin diakui keberadaannya dengan mencari

perhatian dari orang – orang di sekitar lingkungannya (Hrlock dalam Apriyani, 2009).
Dalam konteks ini, remaja juga memiliki berbagai macam tugas – tugas

perkembangan seiring inidividu menginjak masa remaja itu sendiri. Tugas – tugas

remaja ini meliputi perubahan fisik serta perubahan sosial. Tugas – tugas

perkembangan ini sendiri juga dapat menggambarkan seberapa jauhnya perubahan

yang harus ia lakukan dan diantara masalah – masalah yang nampak pada perubahan

11
itu sendiri. Disini, remaja akan mengalami periode yang penuh dengan macam –

macam konflik, penyesuaian diri, dan juga masalah yang menyertainya. Remaja pada

periode ini juga lebih bersifat interaksional terutamanya dengan teman dekat atau

sahabat. Dan dalam periode ini juga, remaja membentuk suatu kepribadiannya, dan

diwarnai oleh angan – angan untuk merasakan asmara atau percintaan. Berhasilnya

tugas – tugas perkembangan remaja sangat ditunjang oleh kematangan fisik dari

remaja itu snediri, dukungan sosial yang diterima, dan adanya motivasi pada remaja

itu sendiri.
Tugas perkembangan yang ada adalah antara lain (Hurlock dalam Apriyani, 9009) :
1. Menerima kondisi fisik dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif
2. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis

kelamin apapun
3. Menerima peran jenis kelamin maisng – masing
4. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang

tua dan juga orang – orang dewasa lainnya


5. Mempersiapkan karir ekonomi
6. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan dalam berkeluarga
7. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab
8. Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah

lakunya

Sesuai dengan pembagian usia remaja maka didapat 3 tahap proses perkembangan

yang dilalu remaja dalam proses menuju kedewasaan disertai dengan kerekteristiknya

yaitu (Monks dalam Nasution, 2007) :

1. Remaja awal (12 – 15 tahun)


Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan –

perubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan – dorongan yang

menyertai perubahan – perubahan tersebut. Mereka mulai

mengembangkan pikiran – pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis

12
dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini

ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan

menyebabkan remaja sulit mengerti dan sulit dimengerti oleh orang

dewasa.
2. Remaja madya (15 – 18 tahun)
Pada tahapan ini, remaja sangat membutuhkan teman – teman. Ada

kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara

lebih mneyukai teman – teman yang mempunyai sifat – sifat yang

sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja dalam kondisi

kebingungan karena masih ragu dalam memilih yang mana, peka atau

peduli, ramai – ramai atau sendiri, dan optimis atau pesimis.


3. Remaja akhir (18 – 21 tahun)
Tahapan ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan

pencapaiannya :
1. Minat untuk semakin mantap terhadap fungsi – fungsi intelek
2. Egongya mencapai untuk bersatu dengan orang – orang lain

dan mendapatkan pengalaman – pengalaman baru


3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
4. Egosentrisme (terlalu mempusatkan perhatian kepada diri

sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri

sendiri dengan orang lain


5. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat

umum

C. Kecerdasan Emosi

1. Definisi Kecerdasan Emosi


Ditinjau dari penjabaran tentang remaja seperti diatas, dimana pada masa remaja,

remaja itu snediri dihadapi dengan keragu – raguan unutk memilih stuatu keputusan.

13
Di dalam pengambilan keputusan sudah tentu dilandasi dengan kecerdasan emosi

masing – masing remaja. Dimana kecerdasan emosi itu adalah kemampuan untuk

menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun

produktif dan keberhasilan (Patton dalam Hidayati, 2008). Selain itu, kecerdasan

emosi adalah sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan

kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang

lain, memilah – milah semuanya, dan menggunakan informasi untuk

mengembangkan pikiran dan tindakan (Salovey & D Mayer dalam Sumiyarsih,

2012). Hasil penelitian Goleman, menunjukan bahwa keberhasilan yang dicapai oleh

orang – orang sukses lebih banyak ditentukan oleh keerdasan emosional yang mereka

miliki, yakni sekitar 80%, daripada kecerdasan inteelektual yakni hanya berperan

20% (Goleman dalam Adawiyah, 2013). Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk

memonitor perasaan – perasaan dan emosi – emosi diri sendiri dan orang lain, untuk

membedakan antara bermacam – macam emosi dan menggunakan informasi tersebut

untuk menuntun berpikir dan bertindak (Peter Salovey dan D. Mayer dalam

Adawiyah, 2013).

2. Aspek - Aspek Kecerdasan Emosi

Selain itu adapun Aspek - aspek kecerdasan emosi adalah (Goleman dalam Taping,

2009) :

1. Mengenali emosi diri :


Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini

merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi

14
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran

seseorang akan emosinya sendiri.


2. Mengelola emosi :
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga

tercapai suatu keseimbangan dalam diri individu. Dalam hal ini

mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan

kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat – akibat

yang ditimbulkan serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan –

perasaan yang menekan


3. Memotivasi Diri Sendiri :
Yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap

kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai

perasaan motivasi yang positif, yang antusianisme. Gairah, optimis,

dan keyakinan diri


4. Mengenali Emosi Orang Lain :
Kemampuan untuk dapat mengenali emosi orang lain disebut juga

empati. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau

peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang (Goleman dalam

Toping, 2009). Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

mampu menangkap sinyal – sinyal sosial yang tersemunyi yang

mengisyaratkan apa – apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia

lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap

perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain
5. Membina Hubungan
Kemampuan untuk membina hubungan merupakan suatu keterampilan

yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar

15
pribadi (Goleman dalam Toping, 2009). Keterampilan dalam

berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan

membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang

diinginkan dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang

lain.

Berdasarkan data yang sudah di dapaparkan, dapat kita simpulkan yaitu

kecerdasanemsi adalah suatu kemampuan untuk dapat mengambil suatu keputusan

dengan mempertimbangkan emosi yang ada pada dirinya, mengelola emosinya

sendiri, memotivasi dirinya untuk lebih kea rah yang posotif, mengenali emosi orang

lain dan menumbuhkan sifat empati, dan yang terakhir adalah memina hubungannya

dengan orang lain.

D. Pengambilan keputusan

1. Definisi Pengambilan Keputusan


Seperti yang sudah di sampaikan sebelumnya pengambilan keputusan adalah hal

yang penting dalam menyelesaikan konflik atau permaslahan yang ada untuk

mrncapai suatu hasil yang baik. Sebagaimana yang kita ketahui pengambilan

keputusan adalah sebuah proses yang melibatkan pencarian informasi, penilaian

pertimbangan yang diikuti dengan proses penyesuaian diri terhadap dampak dari

keputusan tersebut, dan pemahaman terhadap tujuan yang mendasari keputusan

tersebut (Moerika dalam Mayasari, 2013). Dalam pengertiannya pengambilan

keputusan adalah pengambilan fakta – fakta dan data, penentuan yang matang dari

alternative yang dihadapi dan mengambil suatu tindakan yang menurut perhitngan

merupakan tindakan yang tepat (Siagian dalam Mayasari, 2013). Seperti yang

16
dipaparkan diatas, pengambila keputusan sangat ditopang dengan cara individu untuk

menganalisa suatu keadaan untuk individu tersebut mengambil atau memutuskan

langkah – langkah yang tepat. Di dalam konteks pengambilan keputusan disini,

individu dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengambil keputusan,

dibutuhkan beberapa bekal untuk dapat melakukan pengembangan tersebut. Bekal

tersebut yaitu : (Sumaryanto dalam Mayasari, 2013)


1. Dibutuhkan kemampuan nalar atau pertimbangan yang masak agar setelah

meneliti semua faktor yang berhubungan dengan suatu masalah dan

segenap alternatif pemecahannya, mampu menetapkan sutau pemecahan

terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancer dan juga dituntut untuk

memiliki wawasan yang jauh kedepanya agar dapat mengantisipasi dan

merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat dari reaksi

tersebut.
2. Harus mempunyai sifat tegas yang diperlukan untuk membuat keputusan

terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya juga pada waktu

dan tempat yang tepat sehingga akan diperoleh hasil – hasil sesuai dengan

yang diharapkan.

2. Aspek – Aspek dalam Pengambilan Keputusan

Ada 5 aspek dalam pengambilan keputusan (Janis&Mann dalam Mayasari, 2013) :

1. Menilai masalah
masalah dapat dikategorikan sebagai konflik yang terjadi pada situasi riil

dengan situasi lain yang dijadikan tujuan oleh individu. Dengan kata lain

masalah dapat diidentifikasikan oleh individu saat ia menyadari adanya

17
kesenjangan antara situasi riil dengan yang diharapkan. Masalah menuntut

individu untuk mengambil tindakan yang baru.


2. Mencari alternative pilihan
setelah mendapatkan pemahaman yang baik terhadap masalah yang

dihadapi, individu biasanya memikirkan kembali tindakan yang biasanya

ia lakukan. Namun, saat tindakanny tersebut dianggap tidak tepat lagi,

individu mulai memutuskan perhatian pada beberapa alternatif pilihan,

individu akan mencari informasi atau mencari masukan dari pihak lain

yang dianggapnya lebih kompeten dalam mengatasi masalah yang di

hadapi.
3. Mempertimbangkan alternatif pilihan
individu mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada setiap

alternatif pilihan. Pertimbangan akan resiko juga menjadi dasar

perbandingan dari tiap alternatif pilihan. Biasanya individu akan

memperhatikan informasi lain yang mungkin terlewat, sehingga tidak

jarang individu mengalami kebimbangan pada tahap ini.


4. Membuat komitmen
setelah individu mendapatkan solusi dan tindakan yang tepat bagi

masalahnya, ia mulai merealisasikan keputusan dalam kehidupan.


5. Mempersiapkan diri menghadapi umpan balik
Keputusan individu telah dianggap tepat, dan ia yakin akan keputusannya

tersebut. Ia pun harus mempersiapkan diri untuk menghadapi

kemungkinan terjadinya umpan balik yang negatif .

3.Faktor - faktor yang mempengaruhi pengamblan keputusan

Adapum faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan kepututusan terdiri dari

2 bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Ridho dalam Moordiningsih, 2006):

Faktor internal :

18
Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri individu. Faktor

internal ini meliputi :

1. Kreativitas individu
2. Persepsi
3. Nilai – nilai yang dimiliki individu
4. Motivasi
5. Kemampuan analisis permasalahan

Faktor Eksternal :

Faktor eksternal adalah yang berasal dari luar diri individu. Faktor

eksternal meliputi :

1. Rentang waktu dalam membuat keputusan


2. Informasi dan komunikasi individu saat mengambil keputusan
3. Peran pengaruh sosial

Seperti data yang sudah di paparkan diatas, kita mengetahui bahwa dalam

mengambil suatu keputusan kita harus melalui proses – proses yaitu dalam menilai suatu

permasalahan atau konflik, selanjutnya mencari alternatif – alternatif pilihan untuk dapat

menyelesaikan masalah, setelah itu mempertimbangkan alternatif pilihan yang ada, membuat

komitmen dalam penyelesaian suatu masalah, yang terakhir mempersiapkan diri untuk

menghadapi umpan bali yang mungkin muncul dalam suatu permasalahan. Selai itu pengambilan

keputusan juga ditunjang dengan adanya faktor – faktor untuk pengabilan keputusan seperti

faktor internal dan faktor eksternal.

19
E. Dinamika Antar Variabel :

Kecerdasan Emosi Pengambilan Keputusan

Aspek – aspek Kecerdasan


Emosi :
Aspek – aspek pengambilan
Mengenali emosi keputusan :
diri
Menilai masalah
Mengelola emosi
Mencari alternatif
Memotivasi diri pilihan
sendiri
Mempertimbangkan
Mengenali emosi alternatif pilihan
orang lain
Membuat komitmen
Membina
Mempersiapkan diri
hubungan
menerima umpan balik

Faktor – faktor
pengambilan keputusan :

Eksternal

Internal

Bagan 1.1 Dinamika Variabel

Dapat diuraikan dari dinamika diatas, bahwa kecerdasan emosi seseorang

terbentuk dari berbagai macam aspek – aspek seperti mengenali emosi diri yaitu, kemampuan

untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar

dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri merupakan

metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri selanjutnya mengelola emosi,

adalah kemempuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat
20
atau selaras, sehingga tercapai suatu keseimbangan dalam diri individu selain itu memotivasi

diri sendiri, yaitu individu memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan

mengendalikan dorongan hati dan mempunyai perasaan motivasi yang positif selanjutnya

mengenali emosi orang lain, ini disebut juga dengan empati dimana sifat empati ini individu

memiliki kemampuan untuk lebih bisa menerima sudut pandang orang lain dan peka terhadap

perasaan – perasaan orang lain yang terakhir adalah membina hubungan, merupakan suatu

keterampilan yang menjunjung popularitas, kepemimpinan dan berhasilan antar pribadi.

aspek – aspek yang dapat membentuk suatu pengambilan keputusan

adalah menilai masalah, dimana masalah tersebut dalam arti lainnya adalah konflik dan dapat

diidentifikasikan oleh individu saat ia menyaradi adanya kesenjangan antara situasi riil

dengan yang diharapkan dan disini individu dituntut untuk mengambil tindakan yang baru

selanjutnya adalah mencari alternatif pilihan, setelah individu memahami suatu masalah,

individu tersebut memikirkan kembali langkah apa yang akan ia ambil namun, pada saat

individu tersebut tidak tepat maka individu tersebut akan memperhatikan pilihan – pilihan

alternatif yang ada setelah itu mempertimbangkan alternative pilihan, dimana individu sudah

memikirkan keuntungan dan kerugian pada setiap alternatif pilihan yang ada selanjutnya

membuat komitmen, setelah individu mendapatkan solusi dan tindakan yang tepat untuk

permasalahannya ia akan merealisasikan keputusan dalam kehidupan yang terakhir adalah

mempersiapkan diri menghadapi umpan balik, ketika individu mengambil lagkah yang tepat

untuk menyelesaikan permasalahan maka individu tersebut yakin akan keputusannya dan ia

pun harus mempersiapkan dirinya untuk menerima umpan balik dari orang lain. Tidak hanya

aspek – aspek dalam pengambilan keputusan disini juga terdapat adanya faktor – faktor yang

menunjang pengambilan keputusan itu sendiri seperti faktor eksternal yaitu yang berasal dari

21
luar diri meliputi kreativitas individu, persepsi, nilai – nilai yang dimiliki individu, motivasi

dan kemampuan analisis permasalahan. Selanjutnya faktor internal yaitu berasal dari dalam

diri individu meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan, informasi dan komunikasi

individu saat mengambil keputusam dan peran pengaruh sosial.

F. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis alternatif ( H1 ) :
Adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan pada remaja

yang mengikuti bela diri Tarung Derajat

Hipotesis nol ( H0 ) :
Tidak adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan remaja

yang mengikuti bela diri Tarung Derajat

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel dinilia perlu dilakukan dalam setiap penelitian. Di dalam

penelitian ini terdapat 2 variabel yang digunakan, antara lain :

Variabel bebas : Kecerdasan Emosi


Variabel tergantung : Pengambilan Keputusan

22
B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk bagaimana suatu variabel

diukur (Handayani, 2002). Di dalam penelitian dinilai definisi oprasional penting

untuk dirumuskan guna menghindari kesalahpahaman mengenai variabel –

variabel yang akan di ukur disamping itu juga, untuk menghindari

kesalahpahaman di dalam menentukan alat pengumpula data yang digunakan.

Definisi operasinal antara lain sebagai berikut

1. Tarung Derajat

Tarung Derajat adalag sebuah cabang olahraga bela diri yang berasal dari

Bandung, Jawa Barat. Penciptanya sendiri adalah Achmad Derajat dimana, ia

mendapatkan ide untuk menciptakan olahraga bela diri asli Indonesia ini melalui

berbagai macam pengalaman – pengalaman beliau ketika bertarung di jalanan.

Ketia ia menciptakan bela diri Tarung Derajat ini masyarakat mempunyai respon

positif apa lagi olahraga bela diri ini merupakan olahraga bela diri asli dari

Indonesia. Pelaku olahraga bela diri Tarung Derajat ini disebut dengan

“Petarung”. Sama seperti cabang olahraga bela diri lainnya, bela diri Tarung

Derajat ini juga memfokuskan agresifitas dalam pukulan, tendangan sapuan kaki,

bantingan, dan teknik dalam mengunci lawan. “KODRAT” adalah nama bagi

Keluarga Besar olahraga bela diri dari Tarung Derajat. Sedangkan, tujuan dari

KODRAT ini adalah yang pertama, mengkoordinasikan dan membina seluruh dan

setiap kegiatan olahraga dan seni ilmu pembelaan diri Tarung Derajat di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di Luar Negeri. Yang

kedua, melalui kegiata pembinaan olahraga Tarung Derajat membentuk manusia

23
Indonesia seutuhnya, sehat jasmani maupun rohani agar dapat memberikan

sumbangsih setinggi – tingginya di dalam pembangunan Bangsa dan Negara .

Yang ketiga, memupuk dan membina persahabatan dan persaudaraan melalui

olahraga untuk membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Yang keempat,

memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat menuju kea rah

pencapaian budaya prestasi. Yang terakhir, meningkatkan kualitas ketahanan

nasional, kesadaran bela Negara, serta kecintaan akan hasil cipta, rasa, karsa, dan

karya bangsa Indonesia. Selain tujuan yang dimiliki oleh KODRAT, dijelaskan

juga mengenai hak dan kewajiban seseorang sebagai petarung yaitu sebagai

anggota dalam bela diri Tarung Derajat. Kewajibannya adalah, menjunjung tinggi

nama, kehormatan, dan menjaga citra baik KODRAT, memathu dna memegang

teguh anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga, peraturan – peraturan serta

disiplin orgnisasi. Lantas hak dari petarung adalah mendapatkan kesempatan yang

sama dalam mempelajari dan memperdalam olahraga Tarung Derajat, turut serta

dalam segala kegiatan KODRAT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bicara

dan mneyampaikan pendapat sesuai dengan musyawarah atau forum – forum

yang di selenggarakan, memilih dan dipilih sesuai dengan aturan dan ketentuan

organisasi dalam pemilihan segala tingkat dan sifat kepengurusan organisasi, dan

menggunakan atribut – atribut KODRAT sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selain itu, KODRAT dapat kehilangan anggota – anggotanya atau petarungnya

adalah diaman anggotanya mengundurkan diri, anggotanya diberhentikan,

anggotanya berhalangan secara tetap, dan bila anggotanya meninggal dunia.

Dalam pelatihan ataupun dalam pertandingan bela diri Tarung Derajat petarung

24
wajib menggunakan segala macam perlengkapan umtuk melindungi bagian –

bagian vital dari petarung itu sendiri. Adapun perlengkapannya adalah pelindung

selangkangan, pelindung badan, pelindung gigi, dan pelindung bagian tangan.

Selain itu, ada peraturan – peraturan dalam memberikan penilaian terhadap

petarung yang sedang mengikuti kompetisi. Bila petarung melancarkan serangan

kaki kearah muka atau kepala lawan akan diberikan nilai 3, serangan kaki kearah

badan diberikan nilai 2, bila serangan kaki dilancarkan hingga lawan KO maka

akan diberikan nilai 4. Tidak hanya serangan kaki, serangan juga bisa dilakukan

melalui tangan. Bila serangan tangan di lancarkan kearah kepala diberikan nilai 2,

serangan dengan tangan diarahkan kearah badan akan diberikan nilai 1, serangan

tangan hingga lawan KO maka akan diberikan nilai 3. Juri tidak hanya

memberikan nilai pada teknik – teknik serangan yang di lancarkan tetapi juga

memberikan nilai pada agresivitas dan sportivitas yang dimiliki oleh petarung itu

sendiri. Dalam konteks arena untuk bertarung, bela diri Tarung Derajat

menggunakan matras yang terbuat dari karet dengan ketebalan 1,5 cm,

panjangnya adalah 12 meter, lebar dari arena iu sendiri adalah 12 meter.

2. Remaja

Remaja adalah suatu masa trasnsisi dari individu tersebut kanak – kanak

hingga menuju ke dewasa jangka waktu yang diperlukan oleh individu untuk

tumbuh dan berkembang tergantung dari kondisi sosial dan juga budaya yang ada

di daerah individu itu sendiri. Dari masa perkembangan yang terjadi sudah pasti

individu tersebut mengalami perubahan – perubahan yaitu perubahan fisik dan

psikologis. Perubahan fisik antara lain adalah terjadinya kematangan dan

25
perkembangan pada alat kelamin dan cenderung individu tersebut ingin

memperoleh tubuh yang sempurna. Lantas, perubahan psikologis individu

tersebut lebih kepada pikiran dan pengetahuan individu. Perubahan tersebut

didukung dengan adanya peralihan entropy di dalam kondisi negentropy. Entropy

itu sendiri adalah keadaan dimana individu tersebut sudah diisi dengan berbagai

macam pengetahuan, dan perasaan – perasaan yang pernah di alaminya. Namun,

isi – isi tersebut belum saling berkaitan dengan baik sehingga belum bisa untuk

berfungsi secara maksimal. Sedangkan negentropy adalah kebalikan dari entropy,

dimana suatu keadaan kesadaran itu tersusun dengan baikm dan pengetahuian

sudah terkait dengan pengetahuan pengetahuan lainnya, dan juga dalam

negentropy pengetahuan – pengetahuan yang sudah diisi berhubungan dengan

perasaan atau sikap individu itu sendiri. Di Indonesia remaja memiliki batasan

umur 11 sampai dengan 24 tahun dan belum menikah adapun pertimbangan –

pertimbangannya adalah pertama, usia 11 tahun adalah usia dimana pada

umumnya tanda – tanda seksual sekunder mulai nampak yang kedua, di banyak

masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akhil balik, biak menurut

adanya agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukannya sebagai anak –

anak yang ketiga, pada usia tersebut mulai adanya tanda – tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari

perkembangan psikoseksual, tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun

moral yang keempat, btasan usia 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu

untuk memberikan peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih

menggantungkan dirinya kepada orang tua yang terakhir, status perkawinan

26
sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting bagi masyarakat

secra menyeluruh. Seseorang yang sudah pernah menikah dalam usia apapun

diangap dan diperlakukan sebagai orang dewasa sepenuhnya, baik secara hukum

maupu kehidupan bermasyarakat. Di dalam masa perkembangannya individu

tersebut juga mengalami kelabilan, dimana dalam kelabilannya individu tersebut

kesulitan dalam mengatasi permasalahan pertumbuhan, perkembangan, dan dalam

hal menyesuaikan diri sehingga mereka kerap kali berubah – ibah pikiran untuk

dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara yang tepat maka dari itu

individu pada masa ini disebut sebagai individu yang labil. Di dalam masa

pertumbuhannya menuju ke remaja, juga ada tugas – tugas perkembangan yang

harus dilalui oleh individu itu sendiri. Tugas – tugas tersebut antara lain adalah

yang pertama, menerima kondisi fisik dan menanfaatkan tubuhnya secara efektif

yang kedua, menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari

jenis kelamin apapun yang ketiga, menerima peran jenis kelamin masing – masing

yang keempat, berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap

orang tua dan juga orang – orang dewasa lainnya yang kelima, memperispaka

karir ekonomi, yang keenam, mempersipkan perkawinan dan kehidupan dalam

berkeluarga yang ketujuh, merencanakan tingkah laku sosial yang bertangung

jawab, yang terakhir mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman

tingkah lakunya. Seperti yang kita ketahui, remaja dibagi mnejadi 3 yaitu remaja

awal (12 – 15 tahun), disini individu tersebut mengembangkan pikiran –

pikirannya, tertarik dengan lawan jenis dan mudah terangsan secara erotis,

sedangkan remaja madya (15 – 18 tahun) disini individu memiliki kecendrungan

27
narsistik atau mencintai dirinya, dengan cara lebih mencari teman – teman yang

sifatnya sama dengan dirinya, lalu yang terakhir remaja akhir (18 – 21 tahun)

tahapan ini ditandai dengan tercapainya akan sesuatu seperti minat untuk semakin

mantap terhadpa fungsi – fungsi intelek, terbentuknya identitas seksual yang tidak

akan berubah lagi, dan egosenstrisme digantian dengan keseimbangan antara diri

sendiri dengan orang lain.

3. Kecerdasan Emosi

kecerdasan emosi adalah dimana kita menggunakan emosi secara efektif

untuk mencapai tujuan dan membangun produktif dan keberhasilan. Kecerdasan

emosi juga sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yan melibatkan

kemampuan dalam memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun

pada orang lain memilih dari pilihan yang ada dan menggunakan informasi untuk

membangun pikiran dan mengambil tindakan. Adapun aspek – aspek dalam

kecerdasan emosi antara lain yang pertama, mengenali emosi diri yaitu

kemampuan untuk mengenali perasaan pada saat perasaan itu terjadi yang kedua

mengelola emosi, merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan

agar dapat terungkap dengan tepat dan selaras yang ketiga adalah memotivasi diri

sendiri, dimana individu memiliki ketekunan dalam menahan diri terhadap

kepuasan dan mengendalikan dorongan dari dalam diri dan membangkirkan

motivasi yang bersifat positif di dalam dirinya yang keempat adalah mengenali

emosi orang lain, yaitu disebut juga empati dimana kemampuan seseorang dalam

berempati dapat individu dapat menerima sudut pandang orang lain dan peka

terhadap perasaan – perasaan orang lain yang terakhir adalah membina hubungan,

28
dimana kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan

yang dapat menjunjung individu kedalam keberhasilan, popularitas, dan

kepemimpinan pribadi yang terdapat di dalam diri individu

4. Pengambilan Keputusan

pengambilan keputusan adalah sebuah proses yang melibatkan pencarian

informasi, penilaian, pertimbangan yang diikuti dengan proses penyesuaian diri

terhadap dampak dari keputusan itu snediri, dan pemahaman terhadap tujuan yang

mendasari pengambilan keputusan itu sendiri. Arti dalam pengambilan keputusan

itu sendiri adalah, pengambilan fakta ataupun data , penentuan yang matang dari

berbagai macam alternatif yang ada dan mengambil suatu tindakan yang menurut

perhitungan merupakan suatu tindakan yang dinilai tepat untuk dapat

menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Kesimpulannya, pengambilan

keputusan menuntut seseorang untuk dapat mengenali ataupun menganalisa suatu

keadaan atau permasalahan untuk individu tersebut mengambil suatu langkah atau

tindakan yang tepat untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Seperti halnya kecerdasan emosi, pengambilan keputusan juga mempunyai aspek

– aspek dalam mengambil suatu keputusan antara lain aspek – aspeknya adalah

menilai masalah, mencari altenatif pilihan yang ada, mempertimbagkan alternatif

pilihan, membuat komitmen, dan mempersiapkan diri untuk dapat menerima

umpan balik. Selain itu, ada faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan

keputusan faktor tersebut dibagi menadi dua yaitu, faktor interal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan meliputi

kreativitas individu, persepsi, nilai – nilai yang dimiliki individu, motivasi, dan

29
kemampuan analisis permasalahan. Sedangkan faktor eksternal adalah, faktor

yang berasal dari luar yang meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan,

informasi dan komunikasi individu saat mengambil keputusan, dan peran

pengaruh sosial yang ada.

C. Subjek Penelitian

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2014).

Karakteristik populasi dari yang ingin di teliti adalah :


1. Remaja
2. Berjenis kelamin laki – laki atau perempuan
3. Menetap dan tinggal di Bali
4. Mengikuti bela diri Tarung Derajat

D. Metode Pengambilan Sampel


Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2014). Peneliti disini mneggunakan metode pengambilan sampel

model acak (Random Sampling) dengan menggunakan Cluster Sampling. Cluster

Sampling digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan di teliti atau

sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, provinsi, atau kabupaten

(Sugiyono, 2014). Populasi yang digunakan terletak di Provinsi Bali terdiri dri 8 buah

kaupaten, yaitu Buleleng, Badung, Bangli, Gianyar, Jembrana, karangasem, Tabanan,

dan Klungkug yang terdiri dari satu Kota Madya Denpasar. Disini peneliti melakukan

pengundian secara acak terhadap semua Kabupaten dan juga Kota Madya tersebut

sampai ada akhirnya terpilih 1 Kabupaten atau Kota Madya. Maka dari itu peneliti

mengambil semua remaja yang mengikuti bela diri Tarung Derajat dari berbagai satlat

30
yang ada di Kabupaten atau Kota Madya yang terpilih sebagai sampel yang

disesuaikan dengan jumlah sampel yang di butuhkan oleh peneliti.


Jumlah populasi pada penelitian ini tidak diketahui atau Infinit. Oleh karena itu

peneliti mengacu pada pendapat Azwar (2012) dimana ia menjelaskan bahwa jumlah

minimal sampel penelitian kuantitatif 60. Selain itu, jumlah tersebut juga di dukung

oleh Roscoe (dalam Sugiyono, 2014) yang memaparkan mengenai ukuran sampel

yang dikatakan layak untuk sebuah penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

Maka dari itu, peneliti mengambil jumlah minimal sampel adalah 30 orang.

E. Metode Pengumpulan Data


Adapun alat yang digunakan untuk memperoleh data adalah skala kecerdasan emosi

dan skala pengambilan keputusan.


1. Skala pengukuran variabel bebas ( kecerdasn emosi)
Skala pengukuran variabel bebas ini menggunakan komponen

kecerdasan emosi dari teori (Goleman dalam Taping, 2009). Adapun

komponen – komponennya adalah sebagai berikut :

No Aspek Nomor Aitem Jumlah


Favorabel Unfavorabel
1 Mengenali Emosi 1, 11, 21, 31 6, 16, 26, 36 8
Diri
2 Mengelola Emosi 7, 17, 27, 37 2, 12, 22, 32 8
3 Memotivasi Diri 3, 13, 23, 33 8, 18, 28, 38 8
Sendiri
4 Mengenali Emosi 9, 19, 29, 39 4, 14, 24, 34 8
Orang Lain
5 Membina Hubungan 5, 15, 25, 35 10, 20, 30, 40 8
Total 20 20 40
Tabel 1.1 Tabel Blue – print Kecerdasan Emosi

Skala ini terdiri dari 40 aitem pertanyaan, dan masing – masing aitem

berisikan 4 alternatif jawaban. Pada aitem yang favorabel skor tiap jawaban

31
antara lain, sangan setuju (SS) 4, setuju (S) 3, tidak setuju (ST) 2 dan sangat tidak

setuju (STS) 1. Sedangkan unfavorabel sangat setuju (SS) 1, Setuju (S) 2, tidak

setuju (ST) 3, sangat tidak setuju (STS) 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh

oleh subjek maka makin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki subjek, sebaliknya

makin rendah skor yang diperoleh oleh subjek maka makin rendah kecerdasan

emosinya.

2. Sakal pengukuran variabel tergantung (pengambilan keputusan)


Skala pengukuran variabel tergantung ini menggunakan komponen

pengambilan keputusan dari teori (Janis & Mann dalam Mayasari,

2013). Komponen – komponennya adalah sebagai berikut :

No Aspek Nomor Aitem Jumlah


Favorabel Unfavorabel
1 Menilai Masalah 1, 11, 21, 31 6, 16, 26, 36 8
2 Mencari Alternatif 7, 17, 27, 37 2, 12, 22, 32 8
Pilihan
3 Mempertimbangkan 3, 13, 23, 33 8, 18, 28, 38 8
Alternatif Pilihan
4 Membuat Komitmen 9, 19, 29, 39 4, 14, 24, 34 8
5 Mempersiapnakan Diri 5, 15, 25, 35 10, 20, 30, 40 8
Menerima Umpan
Balik
Total 20 20 40
Tabel 1.2 Blue – print Pengambilan Keputusan

Skala ini terdiri dari 40 aitem pertanyaan, dan masing – masing aitem

berisikan 4 alternatif jawaban. Pada aitem yang favorabel skor tiap jawaban

antara lain, sangan setuju (SS) 4, setuju (S) 3, tidak setuju (ST) 2 dan sangat tidak

setuju (STS) 1. Sedangkan unfavorabel sangat setuju (SS) 1, Setuju (S) 2, tidak

32
setuju (ST) 3, sangat tidak setuju (STS) 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh

oleh subjek maka makin tinggi tingkat pengambilan keputusan yang dimiliki

subjek, sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh oleh subjek maka makin

rendah tingkat pengabilan keputusannya.

F. Validitas dan Reabilitas

1. Validitas
Suatu instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi

apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil

ukur sesuai dengan maksud dilakukannya pngukuran tersebut (Azwar, 2013).

Validitas yang diukur pada penelitian ini yaitu validitas isi yang terdiri dari

validitas muka logik serta validitas konstruk. Dimana, validitas isi merupakan

validitas yang diestimasikan melalui pengujian isi tes dengan analisis rasional

atau dapat dikatakan melalui professional judgement untuk melihat sejauh mana

aitem – aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak

diukur (Azwar, 2013). Validitas muka dilihat dari format penampilan tes.

Sedangkan validitas logik dilihat dari sejauh mana isi tes merupakan representasi

dari ciri – ciri atribut yang hendak di ukur sebagaimana telah diterapkan dalam

kawasan ukurannya (Azwar, 2013). Validitas konstruk tersebut menunjukan

sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur trait atau konstruk teoritik yang

akan diukur peneliti (Azwar, 2010). Suatu aitem dapat dikatakan valid apabila

skor Corrected total item correlation lebih besar daripada 0,30 (Azwar, 2010).
Uji kesahihan item dalam penelitian ini dilakukan melalui perhitungan

korelasi antara distribusi skor pada setiap item dngan skor total skala itu sendiri

yaitu dengan menggunakan statistical package for social service (SPSS) 15.00.

33
koefesioen validitas yang tidak begitu tinggi, misalkan beberapa di sekitar angka

0, 50 lebih dianggap memuaskan namun apabila koefesien validitas kurang dari

0,30 dianggap tidak memadai (Azwar, 2013).

2. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepda kepercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang

mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran (Azwar, 2013).

Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00.

Sekalipun bila koefisien reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti

pengukuran semakin reliabel (Azwar, 2013). Penguuran reliabilitas dalam

penelitian ini menggunaka pendekatan konsistensi internal yaitu pengukuran

melalui prosedur satu kali pengenaan instrument pengukuran akan dioeroleh satu

distribusi skor tes dari kelompok subjek yang (Aiken dalam Purwanto, 2010)

bersangkutan. Prosedur analisis reliabilitasnya diarahkan pada analisis terhadap

item – item sehingga perlu dilakukan pembelahan instrument pengukuran menjadi

beberapa kelompok item.


Dengan menggunakan pendekatan ini maka pengujian reliabilitas

menggunakan formula Cronbach’s Alpha melalui SPSS 15.00. Hasil pengujian

reliabilitas dapat dilihat melalui angka koefesien reliabilitas alpha. Angka minimal

koefesien reliabilitas alpha agar pengujian dikatakan reliable adalah 0,65.

Semakin besar koefesien reliabilitas alpha menunjukan semakin kecil kesalahan

pengukuran, sehingga semakin reliable alat ukur tersebut. Semakin kecil

koefesien reliabilitas alpha menunjukan semakin besar kesalahan pengukuran dan

semakin tidak reliable alat ukur terebut (Azwar, 2013).

G. Metode Analisis Data

34
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan mengenai hubungan antara

kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan remaja yang mengikuti bela diri

Tarung Derajat, maka data tersebut akan diolah melalui analisis data. Analisis data

adalah cara yang digunakan untuk memberikan jawaban yang terhadap hipotesis yang

diajukan dala penelitian.


Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang telah di dapatkan dalam

penelitian ini adalah metode Kolerasi Product Moment dengan program analisis

statistik komputer yaitu Statistical Package For Social Science (SPSS) versi 15.00.

Dimana teknik kolerasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio,

dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama (Sugiyono, 2012).

H. Uji Asumsi Data

1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kepastia sebaran data yang diperoleh

(Nurgiyanto dkk, 2009). Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah

distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni

distribusi dengan data berbentuk lonceng. Uji normalitas sebaran data penelitian

akan menggunakan teknik Kolmogorov – Smienov Goodness of Fit Test dengan

tingkat signifikan > 0,005. Jika hasil analisis uji normalitas memperoleh nilai (p >

0,05), menandakan data yang diperoleh berdistribusi normal. Peneliti menguji

normalitas pada penelitian ini menggunakan program statistical package for

social science (SPSS) 15.00 for windows

2. Uji Linearitas

35
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data

penelitian memiliki hubungan linear atau tidak. Jadi, uji ini mengindikasi bahwa

peningkatan atau penurunan kuantitas pada satu variabel, akan diikuti secara

linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas variabel lainnya. Uji linearitas

pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS

dengan teknik compare means, yakni Test for Linearity. Jika p < 0,05 maka

hubungan antara kedua variabel penelitian dinyatakan linear, sebaliknya jika p >

0,05 maka hubungan antara kedua variabel penelitian dinyatakan tidak linier.

I. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan sebagai pemenuhan prosedur secara statistik untuk

dijadikan acuan dalam menerima ataupun menolak parameter populasi (Harlyan

dalam Sancahya, 2014). Uji hipotesis diperlukan untuk menguji kebenaran data yang

telah diperoleh yang nantinya dapat digunakan dalam menarik kesimpulan dalam

menolak atau menerima hipotesis yang ada (Boediyono & Koster, 2008).
Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji hipotesis signifikansi. Derajat

signifikan yang digunakan adalah 0,05. Apabila signifikansi dibawah 0,05 (p < 0,05),

maka Ho ditolak, yang berarti variabel bebas bebas memiliki hubungan yang

signifikan terhadap variabel tergantung. Dan apabila signifikansi di atas 0,05 (p >

0,05), maka Ho diterima yang berarti variabel bebas tidak memiliki hubungan dengan

variabel tergantung (Sugiyono, 2014).

36
TUGAS AKHIR MATA KULIAH KUANTITATIF

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN


PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA REMAJA YANG MENGIKUTI
BELA DIRI TARUNG DERAJAT

37
Oleh:

Zulkifli Sofiyan 1402205038

Program Studi Psikologi


Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2018

38

Anda mungkin juga menyukai