PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga merupakan suatu aktivitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia bahkan dinilai sebagai suatu kebutuhan atau keharusan untuk melakukan suatu
aktivitas yang sifatnya untuk mengolah tubuh agar tubuh tetap bugar dan sehat. Bila kita
telisik lebih mendalam, olahraga adalah suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh orang –
orang dengan golongan manapun entah golongan bawah, menengah, ataupun golongan
atas. Olahraga juga dapat dilakukan tanpa batasan usia dari anak – anak, remaja, orang
dewasa, maupun orang tua dapat melakukan suatu aktivitas olah tubuh atau lebih dikenal
dengan olahraga. Tentunya, dengan berbagai macam jenis olahraga yang sesuai dengan
usia dan kondisi fisik dari individu itu sendiri. Dalam pengertiannya olahraga adalah
suatu aktivitas gerak tubuh, mulai dari anggota tubuh bagian atas dan bagian bawah
(Rahmani, 2014). Selain itu, menurut kamus besar Bahasa Indonesia olahraga adalah
olahraga bela diri. sebagaimana yang kita ketahui bela diri banyak memiliki berbagai
macam jenis. Seperti, Pencak Silat, Karate, Judo, Kempo, dan juga Tarung Derajat. Dari
berbagai macam jenis bela diri yang ada, sesuai dengan pokok bahasan utama lebih
memfokuskan kepada bela diri Tarung Derajat dimana, olahraga ini di ciptakan sediri
oleh Achmad Dradjat yang hingga kini dikenal dengan sebutan Aa Boxer (Rahmani,
2014). Dilihat dari sejarahnya, bela diri Tarung Derajat ini berhasil diciptakan
1
Olahraga bela diri Tarung Derajat ini, kini sudah masuk dalam daftar cabang olahraga
Nasional sperti PON (Pekan Olahraga Nasional) (Rahmani, 2014). Dimana, olahraga seni
bela diri ini menekankan pada agresivitas gerakan menyerang seperti teknik memukul
dan menyerang. Selain dari kedua teknik tersebut, juga terdapat teknik lainnya seperti
mengunci, membanting, dan sapuan kaki. Pelaku olahraga Tarung Derajat ini disebut
“Petarung”, sedangkan Tarung derajatnya sendiri dikenal dengan nama Boxer (Rahmani,
2014).
Ketika seseorang beranjak dari anak – anak menuju remaja. Dimana, masa
remaja dimulai pada usia 11 atau 12 tahun sampai pada remaja akhir yaitu pada usia
duapuluhan (papalia, 2011). Sebagian besar remaja mengalami ketidak stabilan dari
waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan
harapan sosial yang baru namun meskipun emosi remaja sering kali sangat kuat dan tidak
terkendali tetapi pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi perbaikan perilau emosional
(Mappiere dalam Maentiningsih, 2008). Pada masa remaja akan ada berbagai macam
hormonal, dan mereka cenderung mengambil bentuk orang dewasa. Pikiran mereka juga
berubah, dimana mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotetis. Selain itu,
perasaan mereka pun berubah terhadap hampir kepada segala hal (Papalia, 2011).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja ada banyak perubahan yang
terjadi di setiap diri individu. Tetapi, selain perubahan yang terjadi pada masa remaja
mereka juga memiliki suatu tugas perkembangan yaitu mereka mulai membangun
identitas, termasuk identitas seksual yang akan terus mereka bawa sampai pada saat masa
2
Dalam pengambilan suatu keputusan erat kaitanya dengan suatu aspek di
dalam setiap inidividu seperti aspek kecerdasan emosi. kecerdasan emosi yang ada pada
untuk memotivasi diri sendiri (Goleman dalam Hidayati, 2008). Selain itu, kecerdasan
emosi dan intelektual (Salovey dan Mayer dalam Rahmasari, 2012). Emosi juga berperan
besar terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan yang rasional
(Demasio dalam Hidayati, 2008). Disini terlihat, bagaimana kecerdasan emosi yang baik
dapat membantu individu dalam mengatasi atau menyelesaikan suatu permasalahan yang
ia hadapi secara rasional. Sebaliknya, bila individu memiliki suatu kecerdasan emosi
yang buruk maka ia tidak dapat menyelesaikan ataupun mengatasi permasalahan degan
cara rasional. Dimana, ini merupakan suatu bentuk nyata tentang pentingnya kecerdasan
sendiri.
individu itu sendiri akan dihadapkan kepada pengambilan keputusan untuk dapat
adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan
masalah (James A.F Stoner dalam Perdani, 2013). Selain itu, menurut Siagian dalam
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta – fakta dan data, penentuan yang matang dari
3
alternativ yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang tepat. Di dalam pengambilan suatu keputusan, tentunya ada
5 yaitu : intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional (George R. Terry dalam
Karli, 2013) Dinisi, kita dapat melihat bahwa pengambilan suatu keputusan yang baik
tepat.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan terhadap
C. Keaslian Penelitian
komunikasi organisasi seni beladiri tarung derajat satuan latihan Sukoharjo dalam
(Septian, 2012). Dari penelitian di atas, peneliti menggunakan 2 variabel dengan variabel
bebas yaitu “strategi komunikasi” dan variabel tergantungnya adalah “satuan latihan bela
diri Sukoharjo”. Hasil dari penelitian ini adalah, yang pertama, organisasi seni bela diri
Tarung Derajat satuan latihan Sukoharjo merupakan organisasi nirlaba yang kemudian
mempengaruhi pola komunikasi yang terjadi antar anggotanya. Yang kedua, organisasi ini
daerah namun secara nasional memiliki pusat komunikasi yakni pengurus tingkat
nasional. Yang ketiga, sebagai organisasi yang tidak mengedepankan profit sebagai
orientasinya organisasi ini bersifat hierarkis kekeluargaan dalam arti bahwa pada
4
hakikatnya organisasi ini terstruktur dalam ikatan persaudaraan. Yang terakhir, satuan
latihan Sukoharjo sebagai bagian dari organisasi Tarung Derajat di tingkat pusat
perbedaan yang tampak antara penelitian yang telah dilakukan terdahulu dengan
penelitian ini adalah bahwa, penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu, terdiri dari 1
emosi” .Dan, variabel tergantungnya adalah “Pengambilan keputusan”. Selain itu juga,
adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada jenis ataupun
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui apakah ada hubungan kecerdasan
emosi dengan pengambilan keputusan terhadap atlet bela diri Tarung Derajat.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini di bagi menjadi 2 bagian yaitu, manfaat teoritis dan manfaat
praktis
penerapan ilmu Psikologi maupun penerapan ilmu bela diri khususnya bela diri
Tarung derajat mengenai kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan remaja yang
5
2.) Manfaat praktis :
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah, bagi para remaja yang mengikuti
bela diri Tarung Derajat penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tarung Derajat
berasal dari Bandung, Jawa Barat. Penciptanya adalah Achmad Derajat yang dimana ia
jalanan. Pelaku bela diri Tarung Derajat ini di sebut dengan “Petarung”. Bela diri Tarung
Derajat ini memfokuskan agresivitas pada berbagai macam gerakan – gerakan seperti
serangan, teknik memukul, dan menyerang. Tidak hanya itu, Tarung Derajat juga
6
memfokuskan agresivitas gerakan seperti mengunci, membanting, dan sapuan kaki.
Keluarga besar olahraga bela diri Tarung Derajat disebut “KODRAT”. Selain itu, adapun
tujuan dari KODRAT ( Keluarga Besar olahraga bela diri Tarung Derajat) itu sendiri
adalah yang pertama, mengkoordinasikan dan membina seluruh dan setiap kegiatan
olahraga dan seni ilmu pembelaan diri Tarung Derajat di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan di Luar Negeri. Yang kedua, melalui kegiatan
jasmani maupun rohani agar dapat memberikan sumbangsih setinggi – tingginya di dalam
pembangunan Bangsa dan Negara. Yang ketiga, memupuk dan membina persahabatan
dan persaudaraan melalui olahraga untuk membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
nasional, kesadaran bela Negara, serta kecintaan akan hasil cipta, rasa, karsa, dan karya
bangsa Indonesia (PB. KODRAT, 2001). Tidak hanya tujuan, disini akan dijelaskan
tentang hak dan kewajiban anggota atau “Petarung” antara lain kewajibannya adalah
menjunjung tinggi nama, kehormatan, dan menjaga citra baik KODRAT, mematuhi dan
memegang teguh anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga, peraturan – peraturan serta
disiplin organisasi. Sedangkan hak dari anggota atau petarung adalah mendapatkan
kesempatan yang sama dalam memelajari dan memperdalam olahraga Tarung Derajat,
turut serta dalam segala kegiatan KODRAT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bicara
dan menyampaikan pendapat sesuai dengan musyawarah atau forum – forum yang
diselenggarakan, memilih dan dipilih sesuai aturan dan ketentuan organisasi dalam
pemilihan segala tingkat dan sifat kepengurusan organisasi, yang terakhir menggunakan
7
atribut – atribut KODRAT sesuai dengan ketentuan yang berlaku (PB. KODRAT, 2001).
berhalangan secara tetap, yang terakhir bila anggotanya meninggal dunia (PB. KODRAT,
2001).
pukulan, bantingan Tarung Derajat ini memiliki teknik – teknik dasar seperti pemanasan
dan peregangan. Hal tersebut bertujuan untuk menyiapkan badan untuk memerima
pelatihan dan tidak kaku pada saat proses latihan. Selain itu, ada pun teknik – teknik
lainnya seperti teknik dasar gerakan tangan (siaga di tempat), teknik dasar gerakan tangan
(siaga silang), teknik dasar pergerakan kaki (menendang), dan teknik langkah dasar (kuda
Derajat pun harus di lengkapi dengan berbagai macam peralatan dan perlengkapan pada
saat latihan ataupun pertandingan. Dimana, peralatan pada olahraga Tarung Derajat ini di
bedakan menjadi 2 yaitu peralatan untuk putra dan peralatan untuk putri. Peralatan untuk
petarung putra adalah pelindung selangkangan, pelindung gigi, pelindung badan, dan
pelindung kepala. Sedangkan, peralatan untuk petarung putri adalah pelindung kepala,
pelindung badan, pelindung gigi, pelindung selangkangan, dan pelindung bagian tangan.
garis besar kemenangan di dalam Tarung Derajat itu seperti dikatakan menang bila
unggul angka, menang karena lawan mengundurkan diri, menang bila lawan di
8
diskualifikasi, dan menang karena lawan roboh (KO) (Rahmani, 2014). Sedangkan, ada
juga sistem pemberian nilai pada petarung saat pertandingan tarung bebas, diantaranya
adalah bila petarung menggunakan kaki kearah muka atau kepala di berikan nilai 3,
setelah itu, serangan kaki kearah badan diberikan nilai 2, serangan dengan kaki hingga
lawan roboh (KO) diberikan nilai 4. Selain itu, penilaian yang diberikan pada serangan
dengan tangan adalah bila serangan tangan diarahkan ke kepala dierikan nilai 2, serangan
dengan tangan yang mengarah ke badan akan diberikan nilai 1, dan, serangan tangan
yang diarahkan kepada lawan hingga roboh (KO) akan diberikan nilai 3. Adapun
penilaian – penilaian khusus yang diberikan oleh juri adalah pada agresivitas dan
sprotivitas yang tinggi dari para petarung Tarung Derajat yang mengikuti kompetisi
(Rahmani, 2014).
Pertandingan dan latihan pada bela diri Tarung Derajat ini dilakukan di atas
matras yang terbuat dari karet dengan ketebalan yang dimilikinya 1,5 cm, panjangnya 12
meter, serta lebarnya adalah 12 meter. Di bagian tengah matras yang berukuran 8 x 8
meter digunakan tempat bertarung bagi petarung Tarung Derajat (Rahmani, 2014).
B. Remaja
1. Definisi Remaja :
Remaja adalah merupakan periode transisis dari masa kanak – kanak
munuju ke dewasa dimana jangka waktunya berbeda setiap individu tergantung dari
kondisi sosial dan budayanya sendiri, yang berlangsung dari umur 12 sampai dengan
umur 21 tahun dan di dalam berlangsunya proses tersebut sudah tentu akan terjadi
Pada perubahan fisik terjadinya kematangan dan perkembangan pada alat kelaminnya
dan juga keadaan tubuh pada umumnya dimana memperoleh bentuk tubuh yang
9
sempurna (Apriyani, 2009). Sedangkan perubahan psikologis adalah lebih kepada
pikiran dan pengetahuan individu itu sendiri. Perubahannya antara lain seperti
dimana adanya peralihan entropy di dalam kondisi negentropy. Dimana, entropy itu
sendiri adalah keadaan dimana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi
walaupun individu atau manusia itu sendiri sudah diisi pengetahuan, dan perasaan –
perasaan yang pernah dialaminya. Tetapi, isi – isi tersebut belum saling terkait dengan
baik sehingga belum bisa untuk berfungsi secara maksimal. Sedangkan negentropy
adalah kebalikan dari enteropy diaman suatu keadaan kesadaran itu tersusun dengan
baik, dan pengetahuan sudah terkait dengan pengetahuan – pengetahuan yang lain,
dan juga di dalam negentropy ini pengetahuan – pengetahuan yang sudah diisi
berhubungan dengan perasaan atau sikap (Apriyani, 2009). Selain itu, remaja di
dalam Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11 sampai 24 tahun dan belum
10
5. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih
perubahan fisik, dan juga perubahan psikologis tentu di dalam masa remaja pasti
mengalami suatu kelabilan dimana ditengah – tengah kelabilan tersebut remaja juga
mendapatkan banyak perubahan budaya global dan tuntutan untuk dapat mengatasi
remaja kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri atas perubahan tersebut (Sarwono
dalam Apriyani, 2009). Dapat disimpulkan bahwa perilaku labil itu adalah ketika
kerap kali berubah – ubah pikiran untuk dapat menyelesaikan permasalahannya dan
menyesuaikan diri maka dari itu, mereka di sebut sebagai masa labil. Adanya leadaan
perhatian dari orang – orang di sekitar lingkungannya (Hrlock dalam Apriyani, 2009).
Dalam konteks ini, remaja juga memiliki berbagai macam tugas – tugas
perkembangan seiring inidividu menginjak masa remaja itu sendiri. Tugas – tugas
remaja ini meliputi perubahan fisik serta perubahan sosial. Tugas – tugas
yang harus ia lakukan dan diantara masalah – masalah yang nampak pada perubahan
11
itu sendiri. Disini, remaja akan mengalami periode yang penuh dengan macam –
macam konflik, penyesuaian diri, dan juga masalah yang menyertainya. Remaja pada
periode ini juga lebih bersifat interaksional terutamanya dengan teman dekat atau
sahabat. Dan dalam periode ini juga, remaja membentuk suatu kepribadiannya, dan
diwarnai oleh angan – angan untuk merasakan asmara atau percintaan. Berhasilnya
tugas – tugas perkembangan remaja sangat ditunjang oleh kematangan fisik dari
remaja itu snediri, dukungan sosial yang diterima, dan adanya motivasi pada remaja
itu sendiri.
Tugas perkembangan yang ada adalah antara lain (Hurlock dalam Apriyani, 9009) :
1. Menerima kondisi fisik dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif
2. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis
kelamin apapun
3. Menerima peran jenis kelamin maisng – masing
4. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang
lakunya
Sesuai dengan pembagian usia remaja maka didapat 3 tahap proses perkembangan
yang dilalu remaja dalam proses menuju kedewasaan disertai dengan kerekteristiknya
12
dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini
dewasa.
2. Remaja madya (15 – 18 tahun)
Pada tahapan ini, remaja sangat membutuhkan teman – teman. Ada
kebingungan karena masih ragu dalam memilih yang mana, peka atau
pencapaiannya :
1. Minat untuk semakin mantap terhadap fungsi – fungsi intelek
2. Egongya mencapai untuk bersatu dengan orang – orang lain
umum
C. Kecerdasan Emosi
remaja itu snediri dihadapi dengan keragu – raguan unutk memilih stuatu keputusan.
13
Di dalam pengambilan keputusan sudah tentu dilandasi dengan kecerdasan emosi
masing – masing remaja. Dimana kecerdasan emosi itu adalah kemampuan untuk
produktif dan keberhasilan (Patton dalam Hidayati, 2008). Selain itu, kecerdasan
emosi adalah sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang
2012). Hasil penelitian Goleman, menunjukan bahwa keberhasilan yang dicapai oleh
orang – orang sukses lebih banyak ditentukan oleh keerdasan emosional yang mereka
miliki, yakni sekitar 80%, daripada kecerdasan inteelektual yakni hanya berperan
20% (Goleman dalam Adawiyah, 2013). Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk
memonitor perasaan – perasaan dan emosi – emosi diri sendiri dan orang lain, untuk
untuk menuntun berpikir dan bertindak (Peter Salovey dan D. Mayer dalam
Adawiyah, 2013).
Selain itu adapun Aspek - aspek kecerdasan emosi adalah (Goleman dalam Taping,
2009) :
14
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain
5. Membina Hubungan
Kemampuan untuk membina hubungan merupakan suatu keterampilan
15
pribadi (Goleman dalam Toping, 2009). Keterampilan dalam
lain.
sendiri, memotivasi dirinya untuk lebih kea rah yang posotif, mengenali emosi orang
lain dan menumbuhkan sifat empati, dan yang terakhir adalah memina hubungannya
D. Pengambilan keputusan
yang penting dalam menyelesaikan konflik atau permaslahan yang ada untuk
mrncapai suatu hasil yang baik. Sebagaimana yang kita ketahui pengambilan
pertimbangan yang diikuti dengan proses penyesuaian diri terhadap dampak dari
keputusan adalah pengambilan fakta – fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternative yang dihadapi dan mengambil suatu tindakan yang menurut perhitngan
merupakan tindakan yang tepat (Siagian dalam Mayasari, 2013). Seperti yang
16
dipaparkan diatas, pengambila keputusan sangat ditopang dengan cara individu untuk
terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancer dan juga dituntut untuk
merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat dari reaksi
tersebut.
2. Harus mempunyai sifat tegas yang diperlukan untuk membuat keputusan
terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya juga pada waktu
dan tempat yang tepat sehingga akan diperoleh hasil – hasil sesuai dengan
yang diharapkan.
1. Menilai masalah
masalah dapat dikategorikan sebagai konflik yang terjadi pada situasi riil
dengan situasi lain yang dijadikan tujuan oleh individu. Dengan kata lain
17
kesenjangan antara situasi riil dengan yang diharapkan. Masalah menuntut
individu akan mencari informasi atau mencari masukan dari pihak lain
hadapi.
3. Mempertimbangkan alternatif pilihan
individu mulai mempertimbangkan keuntungan dan kerugian pada setiap
Adapum faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan kepututusan terdiri dari
2 bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Ridho dalam Moordiningsih, 2006):
Faktor internal :
18
Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri individu. Faktor
1. Kreativitas individu
2. Persepsi
3. Nilai – nilai yang dimiliki individu
4. Motivasi
5. Kemampuan analisis permasalahan
Faktor Eksternal :
Faktor eksternal adalah yang berasal dari luar diri individu. Faktor
eksternal meliputi :
Seperti data yang sudah di paparkan diatas, kita mengetahui bahwa dalam
mengambil suatu keputusan kita harus melalui proses – proses yaitu dalam menilai suatu
permasalahan atau konflik, selanjutnya mencari alternatif – alternatif pilihan untuk dapat
menyelesaikan masalah, setelah itu mempertimbangkan alternatif pilihan yang ada, membuat
komitmen dalam penyelesaian suatu masalah, yang terakhir mempersiapkan diri untuk
menghadapi umpan bali yang mungkin muncul dalam suatu permasalahan. Selai itu pengambilan
keputusan juga ditunjang dengan adanya faktor – faktor untuk pengabilan keputusan seperti
19
E. Dinamika Antar Variabel :
Faktor – faktor
pengambilan keputusan :
Eksternal
Internal
terbentuk dari berbagai macam aspek – aspek seperti mengenali emosi diri yaitu, kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar
dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri merupakan
metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri selanjutnya mengelola emosi,
adalah kemempuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat
20
atau selaras, sehingga tercapai suatu keseimbangan dalam diri individu selain itu memotivasi
diri sendiri, yaitu individu memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati dan mempunyai perasaan motivasi yang positif selanjutnya
mengenali emosi orang lain, ini disebut juga dengan empati dimana sifat empati ini individu
memiliki kemampuan untuk lebih bisa menerima sudut pandang orang lain dan peka terhadap
perasaan – perasaan orang lain yang terakhir adalah membina hubungan, merupakan suatu
adalah menilai masalah, dimana masalah tersebut dalam arti lainnya adalah konflik dan dapat
diidentifikasikan oleh individu saat ia menyaradi adanya kesenjangan antara situasi riil
dengan yang diharapkan dan disini individu dituntut untuk mengambil tindakan yang baru
selanjutnya adalah mencari alternatif pilihan, setelah individu memahami suatu masalah,
individu tersebut memikirkan kembali langkah apa yang akan ia ambil namun, pada saat
individu tersebut tidak tepat maka individu tersebut akan memperhatikan pilihan – pilihan
alternatif yang ada setelah itu mempertimbangkan alternative pilihan, dimana individu sudah
memikirkan keuntungan dan kerugian pada setiap alternatif pilihan yang ada selanjutnya
membuat komitmen, setelah individu mendapatkan solusi dan tindakan yang tepat untuk
mempersiapkan diri menghadapi umpan balik, ketika individu mengambil lagkah yang tepat
untuk menyelesaikan permasalahan maka individu tersebut yakin akan keputusannya dan ia
pun harus mempersiapkan dirinya untuk menerima umpan balik dari orang lain. Tidak hanya
aspek – aspek dalam pengambilan keputusan disini juga terdapat adanya faktor – faktor yang
menunjang pengambilan keputusan itu sendiri seperti faktor eksternal yaitu yang berasal dari
21
luar diri meliputi kreativitas individu, persepsi, nilai – nilai yang dimiliki individu, motivasi
dan kemampuan analisis permasalahan. Selanjutnya faktor internal yaitu berasal dari dalam
diri individu meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan, informasi dan komunikasi
F. Hipotesis
Hipotesis alternatif ( H1 ) :
Adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan pada remaja
Hipotesis nol ( H0 ) :
Tidak adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan remaja
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel
22
B. Definisi Operasional
1. Tarung Derajat
Tarung Derajat adalag sebuah cabang olahraga bela diri yang berasal dari
mendapatkan ide untuk menciptakan olahraga bela diri asli Indonesia ini melalui
Ketia ia menciptakan bela diri Tarung Derajat ini masyarakat mempunyai respon
positif apa lagi olahraga bela diri ini merupakan olahraga bela diri asli dari
Indonesia. Pelaku olahraga bela diri Tarung Derajat ini disebut dengan
“Petarung”. Sama seperti cabang olahraga bela diri lainnya, bela diri Tarung
Derajat ini juga memfokuskan agresifitas dalam pukulan, tendangan sapuan kaki,
bantingan, dan teknik dalam mengunci lawan. “KODRAT” adalah nama bagi
Keluarga Besar olahraga bela diri dari Tarung Derajat. Sedangkan, tujuan dari
KODRAT ini adalah yang pertama, mengkoordinasikan dan membina seluruh dan
setiap kegiatan olahraga dan seni ilmu pembelaan diri Tarung Derajat di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di Luar Negeri. Yang
23
Indonesia seutuhnya, sehat jasmani maupun rohani agar dapat memberikan
olahraga untuk membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Yang keempat,
nasional, kesadaran bela Negara, serta kecintaan akan hasil cipta, rasa, karsa, dan
karya bangsa Indonesia. Selain tujuan yang dimiliki oleh KODRAT, dijelaskan
juga mengenai hak dan kewajiban seseorang sebagai petarung yaitu sebagai
anggota dalam bela diri Tarung Derajat. Kewajibannya adalah, menjunjung tinggi
nama, kehormatan, dan menjaga citra baik KODRAT, memathu dna memegang
teguh anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga, peraturan – peraturan serta
disiplin orgnisasi. Lantas hak dari petarung adalah mendapatkan kesempatan yang
sama dalam mempelajari dan memperdalam olahraga Tarung Derajat, turut serta
dalam segala kegiatan KODRAT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bicara
yang di selenggarakan, memilih dan dipilih sesuai dengan aturan dan ketentuan
organisasi dalam pemilihan segala tingkat dan sifat kepengurusan organisasi, dan
Dalam pelatihan ataupun dalam pertandingan bela diri Tarung Derajat petarung
24
wajib menggunakan segala macam perlengkapan umtuk melindungi bagian –
bagian vital dari petarung itu sendiri. Adapun perlengkapannya adalah pelindung
kaki kearah muka atau kepala lawan akan diberikan nilai 3, serangan kaki kearah
badan diberikan nilai 2, bila serangan kaki dilancarkan hingga lawan KO maka
akan diberikan nilai 4. Tidak hanya serangan kaki, serangan juga bisa dilakukan
melalui tangan. Bila serangan tangan di lancarkan kearah kepala diberikan nilai 2,
serangan dengan tangan diarahkan kearah badan akan diberikan nilai 1, serangan
tangan hingga lawan KO maka akan diberikan nilai 3. Juri tidak hanya
memberikan nilai pada teknik – teknik serangan yang di lancarkan tetapi juga
memberikan nilai pada agresivitas dan sportivitas yang dimiliki oleh petarung itu
sendiri. Dalam konteks arena untuk bertarung, bela diri Tarung Derajat
menggunakan matras yang terbuat dari karet dengan ketebalan 1,5 cm,
2. Remaja
Remaja adalah suatu masa trasnsisi dari individu tersebut kanak – kanak
hingga menuju ke dewasa jangka waktu yang diperlukan oleh individu untuk
tumbuh dan berkembang tergantung dari kondisi sosial dan juga budaya yang ada
di daerah individu itu sendiri. Dari masa perkembangan yang terjadi sudah pasti
25
perkembangan pada alat kelamin dan cenderung individu tersebut ingin
itu sendiri adalah keadaan dimana individu tersebut sudah diisi dengan berbagai
isi – isi tersebut belum saling berkaitan dengan baik sehingga belum bisa untuk
dimana suatu keadaan kesadaran itu tersusun dengan baikm dan pengetahuian
perasaan atau sikap individu itu sendiri. Di Indonesia remaja memiliki batasan
umumnya tanda – tanda seksual sekunder mulai nampak yang kedua, di banyak
masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akhil balik, biak menurut
anak yang ketiga, pada usia tersebut mulai adanya tanda – tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri, tercapainya fase genital dari
moral yang keempat, btasan usia 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu
untuk memberikan peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih
26
sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting bagi masyarakat
secra menyeluruh. Seseorang yang sudah pernah menikah dalam usia apapun
diangap dan diperlakukan sebagai orang dewasa sepenuhnya, baik secara hukum
hal menyesuaikan diri sehingga mereka kerap kali berubah – ibah pikiran untuk
dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara yang tepat maka dari itu
individu pada masa ini disebut sebagai individu yang labil. Di dalam masa
harus dilalui oleh individu itu sendiri. Tugas – tugas tersebut antara lain adalah
yang pertama, menerima kondisi fisik dan menanfaatkan tubuhnya secara efektif
yang kedua, menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari
jenis kelamin apapun yang ketiga, menerima peran jenis kelamin masing – masing
orang tua dan juga orang – orang dewasa lainnya yang kelima, memperispaka
jawab, yang terakhir mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman
tingkah lakunya. Seperti yang kita ketahui, remaja dibagi mnejadi 3 yaitu remaja
pikirannya, tertarik dengan lawan jenis dan mudah terangsan secara erotis,
27
narsistik atau mencintai dirinya, dengan cara lebih mencari teman – teman yang
sifatnya sama dengan dirinya, lalu yang terakhir remaja akhir (18 – 21 tahun)
tahapan ini ditandai dengan tercapainya akan sesuatu seperti minat untuk semakin
mantap terhadpa fungsi – fungsi intelek, terbentuknya identitas seksual yang tidak
akan berubah lagi, dan egosenstrisme digantian dengan keseimbangan antara diri
3. Kecerdasan Emosi
emosi juga sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yan melibatkan
kemampuan dalam memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun
pada orang lain memilih dari pilihan yang ada dan menggunakan informasi untuk
kecerdasan emosi antara lain yang pertama, mengenali emosi diri yaitu
kemampuan untuk mengenali perasaan pada saat perasaan itu terjadi yang kedua
agar dapat terungkap dengan tepat dan selaras yang ketiga adalah memotivasi diri
motivasi yang bersifat positif di dalam dirinya yang keempat adalah mengenali
emosi orang lain, yaitu disebut juga empati dimana kemampuan seseorang dalam
berempati dapat individu dapat menerima sudut pandang orang lain dan peka
terhadap perasaan – perasaan orang lain yang terakhir adalah membina hubungan,
28
dimana kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan
4. Pengambilan Keputusan
terhadap dampak dari keputusan itu snediri, dan pemahaman terhadap tujuan yang
itu sendiri adalah, pengambilan fakta ataupun data , penentuan yang matang dari
berbagai macam alternatif yang ada dan mengambil suatu tindakan yang menurut
keadaan atau permasalahan untuk individu tersebut mengambil suatu langkah atau
– aspek dalam mengambil suatu keputusan antara lain aspek – aspeknya adalah
umpan balik. Selain itu, ada faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan faktor tersebut dibagi menadi dua yaitu, faktor interal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan meliputi
kreativitas individu, persepsi, nilai – nilai yang dimiliki individu, motivasi, dan
29
kemampuan analisis permasalahan. Sedangkan faktor eksternal adalah, faktor
yang berasal dari luar yang meliputi rentang waktu dalam membuat keputusan,
C. Subjek Penelitian
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Sampling digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan di teliti atau
sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, provinsi, atau kabupaten
(Sugiyono, 2014). Populasi yang digunakan terletak di Provinsi Bali terdiri dri 8 buah
dan Klungkug yang terdiri dari satu Kota Madya Denpasar. Disini peneliti melakukan
pengundian secara acak terhadap semua Kabupaten dan juga Kota Madya tersebut
sampai ada akhirnya terpilih 1 Kabupaten atau Kota Madya. Maka dari itu peneliti
mengambil semua remaja yang mengikuti bela diri Tarung Derajat dari berbagai satlat
30
yang ada di Kabupaten atau Kota Madya yang terpilih sebagai sampel yang
peneliti mengacu pada pendapat Azwar (2012) dimana ia menjelaskan bahwa jumlah
minimal sampel penelitian kuantitatif 60. Selain itu, jumlah tersebut juga di dukung
oleh Roscoe (dalam Sugiyono, 2014) yang memaparkan mengenai ukuran sampel
yang dikatakan layak untuk sebuah penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
Maka dari itu, peneliti mengambil jumlah minimal sampel adalah 30 orang.
Skala ini terdiri dari 40 aitem pertanyaan, dan masing – masing aitem
berisikan 4 alternatif jawaban. Pada aitem yang favorabel skor tiap jawaban
31
antara lain, sangan setuju (SS) 4, setuju (S) 3, tidak setuju (ST) 2 dan sangat tidak
setuju (STS) 1. Sedangkan unfavorabel sangat setuju (SS) 1, Setuju (S) 2, tidak
setuju (ST) 3, sangat tidak setuju (STS) 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh
oleh subjek maka makin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki subjek, sebaliknya
makin rendah skor yang diperoleh oleh subjek maka makin rendah kecerdasan
emosinya.
Skala ini terdiri dari 40 aitem pertanyaan, dan masing – masing aitem
berisikan 4 alternatif jawaban. Pada aitem yang favorabel skor tiap jawaban
antara lain, sangan setuju (SS) 4, setuju (S) 3, tidak setuju (ST) 2 dan sangat tidak
setuju (STS) 1. Sedangkan unfavorabel sangat setuju (SS) 1, Setuju (S) 2, tidak
32
setuju (ST) 3, sangat tidak setuju (STS) 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh
oleh subjek maka makin tinggi tingkat pengambilan keputusan yang dimiliki
subjek, sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh oleh subjek maka makin
1. Validitas
Suatu instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi
Validitas yang diukur pada penelitian ini yaitu validitas isi yang terdiri dari
validitas muka logik serta validitas konstruk. Dimana, validitas isi merupakan
validitas yang diestimasikan melalui pengujian isi tes dengan analisis rasional
atau dapat dikatakan melalui professional judgement untuk melihat sejauh mana
aitem – aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak
diukur (Azwar, 2013). Validitas muka dilihat dari format penampilan tes.
Sedangkan validitas logik dilihat dari sejauh mana isi tes merupakan representasi
dari ciri – ciri atribut yang hendak di ukur sebagaimana telah diterapkan dalam
sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur trait atau konstruk teoritik yang
akan diukur peneliti (Azwar, 2010). Suatu aitem dapat dikatakan valid apabila
skor Corrected total item correlation lebih besar daripada 0,30 (Azwar, 2010).
Uji kesahihan item dalam penelitian ini dilakukan melalui perhitungan
korelasi antara distribusi skor pada setiap item dngan skor total skala itu sendiri
yaitu dengan menggunakan statistical package for social service (SPSS) 15.00.
33
koefesioen validitas yang tidak begitu tinggi, misalkan beberapa di sekitar angka
2. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepda kepercayaan atau konsistensi hasil ukur, yang
Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00.
Sekalipun bila koefisien reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti
melalui prosedur satu kali pengenaan instrument pengukuran akan dioeroleh satu
distribusi skor tes dari kelompok subjek yang (Aiken dalam Purwanto, 2010)
reliabilitas dapat dilihat melalui angka koefesien reliabilitas alpha. Angka minimal
34
Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan mengenai hubungan antara
kecerdasan emosi dengan pengambilan keputusan remaja yang mengikuti bela diri
Tarung Derajat, maka data tersebut akan diolah melalui analisis data. Analisis data
adalah cara yang digunakan untuk memberikan jawaban yang terhadap hipotesis yang
penelitian ini adalah metode Kolerasi Product Moment dengan program analisis
statistik komputer yaitu Statistical Package For Social Science (SPSS) versi 15.00.
Dimana teknik kolerasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan
hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio,
dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama (Sugiyono, 2012).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kepastia sebaran data yang diperoleh
(Nurgiyanto dkk, 2009). Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah
distribusi dengan data berbentuk lonceng. Uji normalitas sebaran data penelitian
tingkat signifikan > 0,005. Jika hasil analisis uji normalitas memperoleh nilai (p >
2. Uji Linearitas
35
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data
penelitian memiliki hubungan linear atau tidak. Jadi, uji ini mengindikasi bahwa
peningkatan atau penurunan kuantitas pada satu variabel, akan diikuti secara
linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas variabel lainnya. Uji linearitas
dengan teknik compare means, yakni Test for Linearity. Jika p < 0,05 maka
hubungan antara kedua variabel penelitian dinyatakan linear, sebaliknya jika p >
0,05 maka hubungan antara kedua variabel penelitian dinyatakan tidak linier.
I. Uji Hipotesis
dalam Sancahya, 2014). Uji hipotesis diperlukan untuk menguji kebenaran data yang
telah diperoleh yang nantinya dapat digunakan dalam menarik kesimpulan dalam
menolak atau menerima hipotesis yang ada (Boediyono & Koster, 2008).
Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji hipotesis signifikansi. Derajat
signifikan yang digunakan adalah 0,05. Apabila signifikansi dibawah 0,05 (p < 0,05),
maka Ho ditolak, yang berarti variabel bebas bebas memiliki hubungan yang
signifikan terhadap variabel tergantung. Dan apabila signifikansi di atas 0,05 (p >
0,05), maka Ho diterima yang berarti variabel bebas tidak memiliki hubungan dengan
36
TUGAS AKHIR MATA KULIAH KUANTITATIF
37
Oleh:
38