Anda di halaman 1dari 8

Journal of S.P.O.R.T, Vol. 3, No.

1, Mei 2019 ISSN 2620-7699


Sport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

MODEL PENDIDIKAN OLAHRAGA DALAM MENINGKATKAN SIKAP


SPORTIVITAS

Didik Subhakti Prawira Raharja


Universitas Majalengka
email : didikspraharja@unma.ac.id

Abstrak
Perilaku kekerasan dan kerusuhan terjadi akibat proses sosial yang dilakukan tidak terjalin
dengan baik. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kurangnya kesadaran individu
yang tidak memahami makna sportivitas sehingga menampilkan sikap negatif ketika
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga seperti tidak menerima kekalahan, menolak keputusan
wasit, fanatisme yang berlebihan yang mengakibatkan kerusuhan dan keributan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap Sportivitas melalui penerapan model
pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pretes-
posttest control group desain. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat 2
Universitas Majalengka yang mengikuti perkuliahan permainan Bola Tangan, terdiri dari 3
kelas dan pemilihan sampel digunakan dengan teknik two stage random sampling, instrument
yang digunakan mengadopsi dari Multidimensional Sportspersonship Orientation Scale
(M.S.O.S). Berdasaarkan pengolahan dan analisis data, Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pendidikan olahraga dan
model konvensional terhadap peningkatan sikap sportivitas. Model pendidikan olahraga
memberikan pengaruh yang lebih baik dikarenakan adanya pembagian tugas yang berbeda
dalam setiap pemebelajaran serta memberikan pengalaman terhadap situasi permainan yang
sesungguhnya dengan saling bertukar peran sehingga dapat meningkatkan sikap sportivitas.
Dengan demikian penerapan model pendidikan olahraga lebih efektif dalam meningkatkan
sikap sportivitas dibandingkan dengan model konvensional, akan tetapi perlu di lakukan
penelitian lebih lanjut dengan melibatkan banyak jenis cabang olahraga serta karakteristik
sampel yang berbeda.

Kata kunci : model pendidikan olahraga, sikap sportivitas

Abstract
Violent behavior and riots that occur due to social processes carried out are not well
established. One who issued his consideration was the opposite of individuals who could not
deny sportsmanship who made decisions because compilation in sports activities did not
accept defeat, opposed referee's decisions, fanaticism which issued riots and commotion. The
purpose of this study is to improve sportsmanship through the application of learning models.
The research method used was a research method with a pretest-posttest control group
design. The population in this study were second-level students of Majalengka University
who took part in the Hand Ball game, consisting of 3 classes and sample selection was used
with a two-stage random sampling technique, the instruments used were the
Multidimensional Sportspersonship Orientation Scale (M.SO.S). Based on the processing and
analysis of data, the results showed a significant difference between the use of sports
education models and conventional models to increase sportsmanship. Sports education
models have a better influence on the division of tasks that are different in each lesson and
provide experience with game interactions related to exchanging roles so as to increase
sportsmanship. Thus applying the sports education model is more effective in increasing

29
Journal of S.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ISSN 2620-7699
Sport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

sportsmanship compared to conventional models, but needs to be further researched by


involving more sports and presenting different samples.

Keywords : Sports Education Model, Sportsmanship

I. PENDAHULUAN Dalam suatu pertandingan


Sportivitas merupakan kata olahraga, kericuhan yang terjadi
yang senantiasa hadir dalam suatu banyak dilakukan oleh usia remaja. Hal
pertandingan olahraga, bahkan dalam ini perlu di kelola, bukan berarti tidak
suatu venue olahraga tulisan tersebut boleh berpartisipasi dalam olahraga
selalu terpajang dengan kalimat namun harus dapat bersikap sportif
"Junjung tinggi sportivitas". ketika terlibat di dalamnya. Pergolakan
Kekeliruan memaknai sportivitas emosi yang terjadi pada masa remaja
selalu terlihat dari rendahnya sikap tidak terlepas dari berbagai macam
yang ditimbulkan dan' para penonton pengaruh, seperti lingkungan tempat
yang memandang bahwa ungkapan tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-
tersebut hanya berlaku bagi para teman sebaya serta aktivitas yang
pemain yang terlibat di dalam dilakukannya dalam kehidupan sehari-
lapangan, sehingga menimbulkan hari. Masa remaja yang identik dengan
kekerasan dan kericuhan yang terjadi lingkungan sosial tempat berinteraksi,
Kericuhan atau keributan terjadi membuat mereka dituntut untuk dapat
di dasari dari sikap yang tidak dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila
menerima kekalahan atau ketidak aktivitas di sekolah tidak memadai
puasan terhadap kinerja wasit maupun untuk memenuhi tuntutan gejolak
propokasi dari lawan. Bahkan, sikap energinya, maka remaja sering kali
yang ditimbulkan oleh seorang atlet meluapkan energinya ke arah yang
ataupun pelatih dapat memicu sikap tidak positif.
yang sama terhadap penonton yang Pada umumnya mereka kurang
dapat mengakibatkan kerusuhan. dapat mengontrol emosi dengan baik,
Namun adanya aturan dan sanksi yang lebih menonjolkan sikap agresif
diberikan kepada atlet dapat daripada logika rasional, Jika kondisi
menurunkan tingkat kericuhan itu di atas berlangsung lama maka akan
sendiri, akan tetapi kondisi berbeda memberikan dampak negatif pada
yang diakibatkan tidak adanya aturan perkembangan sosial anak, dan akan
terhadap penonton dalam suatu menjadikan peserta didik cenderung
pertandingan sering menimbulkan akan lebih egois kurang menghargai
kerusuhan, keributan bahkan kawan bermain serta berpengaruh
menghilangkan nyawa seseorang. terhadap kecerdasan emosional siswa
Dalam pertandingan sepak bola terutama dalam hal menghargai dan
terutama, citra suporter sudah mengendalikan emosi
mendapat stigma buruk dari publik Santoso (2010:165)
karena seringnya melakukan tindakan menjelaskan bahwa "individu dalam
kekerasan dan kerusuhan pada situasi sosial tidak dapat berdiri
pertandingan sepak bola (Lutan, 2001). sendiri, terlepas dari lingkungannya,

30
Journal of S.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ISSN 2620-7699
Sport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

akan tetapi individu terkena pengaruh atlet, pelatih, official, wasit serta
dari individu atau situasi sosial dimana penonton merupakan upaya yang dapat
individu itu berada". Pengaruh yang dilakukan untuk menekan sikap negatif
ditimbulkan dapat berupa pengaruh yang ditimbulkan dari suatu
yang positif dan negatif. Oleh sebab itu pertandingan sesungguhnya. Hal
individu perlu mencermati, tersebut dilakukan dalam pembelajaran
menanggapi, dan menerima setiap pendidikan jasmani dengan model
perbedaan yang ada didalam kehidupan pendidikan olahraga. Menurut
bermasyarakat, dan berusaha untuk Siedentop (1994) salah satu tujuan
hidup didalam suasana kebersamaan utama dari model pendidikan olahraga
yang utuh, perbedaan yang ada jangan ini adalah menciptakan Atlet yang
dijadikan permasalahan akan tetapi antusiasmenya tinggi yang mampu
harus dijadikan kekuatan yang dapat berpartisipasi dan bersikap dengan baik
saling melengkapi satu sama Iain. sehingga bisa menjaga, melestarikan
Pendidikan jasmani membantu dan memperkaya budaya olahraga,
mengembangkan kemampuan sosial baik di tingkat lokal, nasional dan
siswa. Alfermann (1999:372) intemasional.
menyatakan bahwa "Physical Lebih lanjut Menurut Siedentop
education is a natural practice ground dalam Metzler (2000),"...dalam
for social interaction and an konteks pendidikan jasmani di sekolah,
opportunity for observing social Pendidikan Olahraga dirancang untuk
processes. These are seen within memberikan pengalaman olahraga
groups as well as between groups". yang otentik dan bermanfaat bagi
Alfermann menegaskan bahwa siswa & siswi. Sehingga diharapkan
pendidikan jasmani merupakan dasar guru dapat memberikan pengalam yang
latihan yang alamiah bagi interaksi nyata kepada siswa dalam
sosial dan kesempatan untuk berpertisipasi olahraga dan dapat
mengamati proses-proses sosial yang menilai tidak hanya keterampilan gerak
terjadi, baik di dalam kelompok saja melainkan sikap yang di tunjukan
maupun antar kelompok. selama aktivitas pembelajaran.
Gómez-marmol dan Sánchez- Sikap seseorang turut
Pato (2014) menyatakan bahwa dipengaruhi oleh perkembangan
sportspersonship adalah etika yang sosialnya. Perkembangan sosial
sesuai yang dibuat nyata dengan seseorang tidak akan berjalan dengan
mengikuti aturan permainan, baik apabila tidak dilatih dan diajarkan,
menghormati lawan, dan berkomitmen sekolah merupakan salah satu faktor
untuk fair play, sementara fair play yang turut mempengaruhi terhadap
diidentifikasi dengan perilaku tertentu kepribadian dan tingkah laku sosial
yang ditandai dengan menghormati individu. Oleh karena itu pembelajaran
aturan, menjaga kesempatan yang perlu disajikan sesuai dengan
sama dan tidak memihak. kebutuhan tingkat perkembangannya,
Dalam upaya meningkatkan dan mencakup seluruh aspek baik
sikap positif perlu menciptakan situasi kognitif, afektif, dan psikomotor.
simulasi pertandingan yang melibatkan Seperti yang tercantum dalam (Permen

31
Journal of S.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ISSN 2620-7699
Sport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

23 tahun 2006) yang menyatakan Model Pendidikan Olahraga


membentuk karakter peserta didik agar Metzler (2000: 14)
sehat jasmani dan rohani, dan menjelaskan, Models for planning,
menumbuhkan rasa sportivitas. implementing, and assessing
instruction will provide us with the
II. BAHAN DAN METODE
most active ways to reach our
Sikap balanced aims for learning within the
Sikap menurut Purwanto great diversity of content now in
(2000:141) merupakan suatu cara school physical education program.
bereaksi terhadap suatu perangsang. ”Maksudnya bahwa model pendekatan
Suatu kecenderungan untuk bereaksi pembelajaran adalah perencanaan,
dengan cara tertentu terhadap suatu penerapan, dan prediksi pembelajaran
perangsang atau situasi yang yang akan menjadi jalan efektif untuk
dihadapinya. Dalam hal ini, Sikap mencapai tujuan belajar dalam
merupakan penentuan penting dalam keanekaragaman isi dan" program
tingkah laku manusia untuk bereaksi. pendidikan jasmani masa sekarang.
Oleh karena itu, orang yang memiliki Menurut Siedentop (1994:4),
Sikap positif terhadap suatu objek atau ada 3 tujuan utama dalam model
situasi tertentu ia akan memperlihatkan Pendidikan Olahraga yaitu
kesukaaan atau kesenangan, menciptakan atlet yang kompeten,
sebaliknya orang yang memiliki Sikap memiliki literasi dan antusias.
negatif ia akan memperlihatkan a) Atlet kompeten (competent
ketidaksukaan atau ketidaksenangan. sportperson) memiliki
Sportivitas skill/mampu mengikuti
Shields dan Bredemeier dalam pertandingan, memahami dan
Weinberg dan Gould (2007) menjalankan strategi yang
berpendapat bahwa sportivitas tepat, serta menjadi pemain
melibatkan intens berjuang untuk yang berpengatahuan luas.
berhasil, komitmen terhadap semangat b) Atlet yang literate (memiliki
bermain sehingga standar etika akan literasi) (literate sportperson)
lebih diutamakan daripada keuntungan mampu memahami dan
strategis ketika konflik. menghargai aturan, ritual dan
Menurut istilah dikatakan tradisi olahraga serta mampu
bahwa sportif yaitu sikap menghargai membedakan praktik olahraga
nilai-nilai luhur dalam sebuah yang baik dan jelek, baik
olahraga. Awal dari istilah sportif atau dalam olahraga professional
mampu dinamakan juga sportmanship maupun amatir. Atlet literate
yaitu istilah yg dipakai dalam dunia juga adalah partisipan dan
olahraga. Istilah sportif mulanya konsumen olalu'aga
ditujukan kepada pemain dan penonton yangbagus, baik sebagai fans
agar mengakui kekalahan, tak maupun penonton.
mengumbar kemenangan serta c) Atlet yang antusiasmenya
sanggup menghargai setiap keputusan tinggi (enthusiasitic
wasit. sportperson mampu

32
Journal of S.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ISSN 2620-7699
Sport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

berpartisipasi dan bersikap sportivitas (variabel terikat)..oleh


dengan baik sehingga bisa sebab ingin mengetahui sebab akibat
menjaga, melestarikan dan yang ditimbulkan maka metode
memperkaya budaya olahraga, penelitian yang digunakan adalah
baik di tingkat lokal, nasional metode ekperimen murni.
dan internasional. Dalam mempermudah alur
Siedentop (1994 :4-5) dalam penelitian maka diperlukan
merumuskan 10 tujuan pembelajaran suatu desain penelitian yang berpungsi
dalam model Pendidikan Olahraga, digunakan sebagai acuan, adapun
yaitu: desain penelitian yang digunakan
a) Mengembangkan skill dan dalam penelitian ini menggunakan The
kebugaran untuk olahraga Randomized Pretest-Posttest Control
tertentu Group Design. Desain ini melibatkan
b) Mengapresiasi dan mampu kelompok kontrol.
menjalankan strategi yang tepat
dalam olahraga
c) Berpartisipasi di level yang
tepat bagi perkembangan siswa
d) Berbagi dalam perencanaan
dan administrasi olahraga
e) Menciptakan kepemimpinan
yang bertanggung'awab Gambar 1
f) Bekerja secara efektif dalam The Randomized Pretest-Posttest
sebuah grup demi tercapainya Control Group Design
tujuan umum Sumber : Fraenkel & Wallen (1993
g) Mengapresiasi ritual dan hlm. 272)
kesepakatan olahraga Populasi dalam penelitian ini
h) Mengembangkan kemampuan adalah mahasiswa tingkat 2
dalam mengambil keputusan Universitas Majalengka yang terdiri
olahraga dari 3 kelas yang mengikuti
i) Mengembangkan dan perkuliahan bola tangan pada tahun
melaksanakan pengetahuan ajaran 2016-2017 dan Pemilihan
tentang perwasitan dan sampel dalam penelitian ini
pelatihan menggunakan teknik Two-Stage
j) Mampu membuat keputusan Random Sampling. Instrument yang di
untuk ikut ambil bagian secara gunakan mengadopsi dari
sukarela dalam even olahraga multidimensional sportspersonship
di luar sekolah orientation scale (M.S.O.S) yang
dikembangkan oleh Vallerand (1997)
Metode Penelitian untuk mengukur tingka sportivitas
Dalam penelitian ini, peneliti siswa.
ingin mengetahui sebab akibat yang di
timbulkan dari model pendidikan
olahraga dan model konvensional
(variabel bebas) terhadap sikap

33
Journal of S.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ISSN 2620-7699
Sport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang dilakukan. Adanya aturan yang


jelas yang di buat dalam model
Pendidikan olahraga pada tahap
pertandingan membuat setiap peserta
berhati hati dalam bertindak karena
dapat merugikan diri sendiri bahkan
terhadap kelompoknya. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Alfermann
(1999:574) mengatakan bahwa
Berdasarkan hasil perhitungan pendidikan jasmani merupakan wadah
dari analisis independent sample t test. latihan alamiah untuk interaksi sosial
Terlihat nilai signifikansi 2 arah (t- dan kesempatan dalam mengamati
tailed) 0.000 < 0.05. sehingga dapat di proses-proses sosial. Serta sesuai
simpulkan bahwa terdapat perbedaan dengan Miller dan Dollard dalam
pengaruh antara model Pendidikan Santoso (2010:34) belajar sosial adalah
olahraga dan model konvensional suatu proses dimana seorang individu
terhadap peningkatan sikap sportivitas mempelajari perannya dan peran
siswa. individu lain di dalam situasi sosial
Berbedaan pengaruh yang dan bertingkah laku sesuai dengan
dihasilkan sejalan dengan temuan perannya sendiri.
dalam penelitian dimana pada proses Hasil penelitian ini pun sejalan
pembelajaran dengan model dengan Dyson, dkk (2004) yang
Pendidikan olahraga memberikan mengungkapkan Struktur Pendidikan
kesempatan secara langsung kepada Olahraga, Tactical Games, dan
mahasiswa untuk saling bertukar peran Cooperative Learning memungkinkan
dan merasakan kondisi yang adanya partisipasi terjadi dalam
sesuangguhnya pada saat menjadi atlit, kurikulum pembelajaran yang berpusat
pelatih, wasit atau penonton sekalipun. pada siswa sebagai lawan kurikulum
Tanpa adanya perubahan peran yang pengajaran yang berpusat pada guru.
terjadi seperti halnya pada model Guru memfasilitasi kegiatan
konvensional maka kericuhan dan pembelajaran yang memiliki potensi
keributan sering terjadi dengan alasan untuk memberikan siswa dengan
ingin menjadi pemenang dalam setiap pendidikan holistik yang
pertandingan tanpa memikirkan hal mempromosikan sosial, fisik, dan hasil
yang lain sehingga tidak dapat belajar kognitif. Penekanannya adalah
menerima kekalahan serta tidak pada pembelajaran aktif yang
mampu menerima setiap keputusan melibatkan proses pengambilan
yang diberikan. keputusan, interaksi sosial, dan
Sikap sportif atau pemahaman kognitif bagi siswa.
sportsmanship lahir dari kemampuan Sehingga pada akhirnya dapat
mengelola emosi yang dimiliki meningkatkan sikap sportivitas siswa
sehingga mampu mengelola perilaku dan menekan keributan dan kerusuhan
yang akan ditimbulkan serta mampu pada saat berpartisipasi dalam dunia
menganalisis dampak dari setiap apa olahraga.

34
Journal of S.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ISSN 2620-7699
Sport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

In Education. New York:


IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Model pendidikan olahraga McGraw Hill-Inc.
berupaya memberikan pengalaman Gómez-Mármol, A., & Sánchez-Pato,
dalam situasi olahraga sesungguhnya A. (2014). El concepto de
dan mendidik para mahasiswa di deportividad en alumnos de
semua aspek olahraga dengan último curso de la licenciatura
melibatkan mereka dalam berbagai en CAFD de la UCAM: un
peran. Jika mahasiswa telah estudio mediante entrevistas.
mendapatkan pengalaman olahraga TRANCES. Revista de
yang positif dalam pembelajaran, Transmisión del Conocimiento
diharapkan mereka mampu Educativo y de la Salud, 6(4),
memperluas partisipasi dan 201-225.
keterlibatan di luar proses perkuliahan.
Lutan, Rusli. Olahraga dan Etika Fair
Maka dapat disimpulkan bahwa
Play. 2001. Jakarta : Direktorat
terdapat perbedaan pengaruh yang
Ilmu Pengetahuan dan
signifikan antara model Pendidikan
Tehnologi Olahraga,
olahraga dan model konvensional
Departemen Pendidikan
terhadap sikap sportivitas. Harapan
Nasional.
dari penelitian ini yaitu untuk dapat
memilih model Pendidikan olahraga Metzler, M. W. (2000). lntrictional
sebagai alternatif dalam upaya Model For Physical Education.
mengatasi masalah sikap afektif, serta Massachusetts: Allyn &
adanya penelitian lanjutan guna Bacon.
meningkatkan sikap sportivitas. Peraturan MenteriPendidikan Nasional
DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia
Alfermann, D. Teacher-Student Santoso, Slamet. (2010). Teori-Teori
Interaction and Interaction Psikologi Sosial. Pt. Reflika
Patterns In Student Group. Aditama. Bandung
Dalam Auweele. Y.v (1999)
Psychology For Physical Siedentop, Daryl. (1994). Sport
Educators. Human kinetics. Education : Quality PE Through
Positive Sport Experiences.
Dyson, B. Griffin, L. L. And Peter H. Champaign : Human Kinetic
(2004). Sport Education,
Tactical Games, and Purwanto, Ngalim. (2000). Psikologi
Cooperative Learning: Pendidikan. Bandung : Remaja
Theoretical And Pedagogical Rosda karya
Considerations. The World's Weinberg Robert S dan Gould, Daniel.
Leading Sport Resource (2007). Foundations of sport and
Centre Tersedia exercise psychology. Human
Www.Sirc.Ca Kinetics Publisher. Four Edition.
Fraenkel, J. R. et al. (1993). How To Vallerand, R. J., Brière, N. M.,
Design and Evalute Research Blanchard, C., & Provencher, P.
(1997). Development and validation of

35
Journal of S.P.O.R.T, Vol. 3, No.1, Mei 2019 ISSN 2620-7699
Sport, Physical Education, Organization, Recreation, Training

the Multidimensional Sportspersonship


Orientations Scale. Journal of Sport
and Exercise Psychology, 19(2), 197-
206

36

Anda mungkin juga menyukai