Anda di halaman 1dari 98

METODA PELAKSANAAN

PEKERJAAN RIGID PAVEMENT


NOORIMANSYAH BUDI WICAKSANA.,SST
MALANG, 04 NOVEMBER 1991
2009, D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

 Okt 2019-Sekarang | PT Waskita Karya  Okt 2014-Des 2015 | Shimz-Obayashi-WIKA-


(persero).,Tbk Jaya Konstruksi. JV
Proyek Jalan Tol Cimanggis-Cibitung Seksi 2 sebagai Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta CP105 Stasiun
Superintendent Bawah Tanah sebagai Site Supervisor
 Feb 2019-Okt 2019 | PT Waskita Karya
(persero)., Tbk  Okt 2013-Okt 2014 | PT Widya Sapta COLAS
Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated Coal Haul Maintenance Road sebagai Site
sebagai Superintendent Supervisor
 Nov 2018-Feb 2019 | PT Waskita Karya
(persero)., Tbk  Ahli Madya Jalan HPJI DPD Jawa Tengah
Proyek Jalan Tol Semarang-Batang Seksi 5 sebagai  Ahli Madya Jembatan HPJI DPD Jawa Tengah
Pelaksana
 Jan 2016-Nov 2018 | PT Waskita Karya  Telp/Hp :085711532702 /081314005903
(persero)., Tbk  Email : imansyahdirgantara@gmail.com
Proyek Jalan Tol Solo-Ngawi Paket 1A sebagai
Pelaksana
RINCIAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Metoda Pelaksanaan Quality,SHE

• Apa itu Rigid • Alat • Inspeksi dan Test


Pavement ? • Man Power Plan
• Lapisan Rigid • Material • Quality Target
Pavement • Urutan • Implementasi
• Kapan bisa Pelaksanaan
dilakukan ? • Flow Chart
• Spesifikasi
pekerjaan
• Contoh Shop
Drawing
PENDAHULUAN
RIGID PAVEMENT
 Adalah perkerasan yang terdiri dari pelat beton semen yang
bersambungan (tidak menerus) dengan/atau tanpa tulangan, atau pelat
beton menerus dengan tulangan.

 Terbagi menjadi 4 Jenis :


1. Bersambung tanpa tulangan,
digunakan untuk panjang segmen 4-5 meter

2. Bersambung dengan tulangan,


digunakan untuk panjang segmen 8-15 meter

3. Menerus dengan tulangan,


digunakan untuk panjang segmen > 75 meter
4. Prategang
LAPISAN RIGID PAVEMENT

1. Lapisan Permukaan, lapisan perkerasannya itu sendiri


Lapisan Pemukaan ialah lapisan perkerasan beton semen.
2. Lapisan lantai kerja/Lean Concrete, lapisan berbahan
Lapisan Lantai Kerja material beton semen yang fungsinya digunakan untuk
Lapisan Pondasi Agregat levelling permukaan agregat, melindungi permukaan
Tanah Timbunan (Opsional) agregat, serta mengefesiensikan kebutuhan beton rigid
yang diperlukan. Biasanya menggunakan beton kelas
Tanah Eksisting
bermutu rendah (non-struktural).
3. Lapisan Pondasi Agregat, lapisan yang menggunakan
material agregat kelas A/kelas B yang telah lolos uji lab
dan uji lapangan.
4. Lapisan Timbunan
5. Lapisan Eksisting
SPESIFIKASI PEKERJAAN

1. Pekerjaan Tanah

Pekerjaan Penyiapan
Pekerjaan Galian Pekerjaan Timbunan
Badan Jalan
• Galian Biasa • Timbunan Biasa • Penyiapan, penggaruan,
• Galian Pemotongan • Timbunan Pilihan dan pemadatan tanah
• Galian Tanah Lunak • Timbunan Pilihan dasar
• Galian Perkerasan Beton Berbutir di atas Tanah • Harus mencakup seluruh
Rawa lebar jalur lalu lintas dan
• Penimbunan kembali bahu jalan atau
bahan berbutir pelebaran setempat
• Harus diperiksa dan diuji
oleh konsultan
pengawas
• Finishing dengan
menggunakan motor
grader dan vibro roller
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN GALIAN

1. Pekerjaan ini harus menurut kelandaian, garis,


elevasi yang sudah ditentukan oleh Gambar Kerja
2. Bilamana material eksisting yang telah 3. Bilamana material eksisting sukar
terkekspos dalam keadaan lepas atau lunak dibongkar saat dijumpai pada
atau kotor atau tidak memenuhi syarat, jika
pekerjaan galian ini, maka material
material tersebut tidak bisa dipadatkan,
maka material tersebut harus dibuang dan terebut harus digali 15 cm lebih dalam
diganti dengan material yang memenuhi sampai permukaan mantap dan
syarat merata

4.Selama pekerjaan galian, untuk menghindari air 5. Permukaan kemiringan lereng harus memiliki
yang mengalir masuk ke dalam area galian cukup kemiringan dan harus cukup rata, tidak lupa
terbuka, maka wajib untuk mempersiapkan lakukan pemasangan proteksi agar tidak terjadi
jalannya air/detour air/saluran drainasi baik kelongsoran selama dilakukan pekerjaan. Apabila
bersifat permanen atau bersifat sementara, lahan galian memadai, maka dapat dibuatkan
sekaligus pompa lahan terasering.
PROSEDUR PEKERJAAN GALIAN PEMOTONGAN

1. 2. Semua tindakan harus dilakukan


a. Metoda kerja harus disetujui oleh segera setelah penggalian selesai
pengawas pekerjaan tanpa menunggu selesainya seluruh
b. Papan pengarah profil harus pekerjaan galian, untuk mencegah
dipasang disetiap penampang kerusakan pada permukaan hasil
dengan interval 50 mtr potongan

4. Bilamana kondisi permukaan tanah


yang tak terduga dihadapi pada lokasi
3. Semua pekerjaan pemotongan manapun yang mungkin
harus dibersihkan dari setiap bahan menyebabkan ketidak-stabilan
yang lepas yang akan menjadi permukaan lereng hasil pemotongan,
berbahaya setelah pekerjaan selesai tindakan-tindakan yang diperlukan
harus dilakukan untuk menjamin
kestabilannya
PROSEDUR PEKERJAAN GALIAN TANAH LUNAK

Tanah Lunak
• Mempunyai nilai CBR lapangan <2,5 %

Tanah Dasar dengan daya dukung sedang


• Mempunyai CBR hasil pemadatan ≥2,5% tetapi kurang dari
nilai rancangan yang telah ditetapkan atau < 6%

Tanah Ekspansif

● Tanah yang mempunyai pengembangan potensial > 5%


PROSEDUR PEKERJAAN GALIAN TANAH LUNAK

Tanah Lunak harus ditangani seperti


yang telah ditetapkan, yaitu :
Dipadatkan
sampai
Digali
mempunyai
sampai di
kapasitas Dibuang
Distabilisasi bawah
daya dukung seluruhnya
elevasi tanah
dengan CBR
dasar
lapangan >
2,5%
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN TIMBUNAN

Timbunan Biasa Terdiri dari bahan galian tanah atau galian


batu yang telah disetujui oleh konsultan

Tidak termasuk tanah berplastisitas tinggi.


Apabila tidak dapat dihindarkan, maka tanah
yang bersifat tersebut hanya digunakan pada
bagian dasar tanah timbunan yang tidak
memerlukan daya dukung yang tinggi

Harus memiliki nilai CBR > 6%

Tanah dengan kadar air alamiah yang sangat


tinggi yang tidak praktis dikeringkan untuk
memenuhi toleransi kadar air pemadatan
(+1%)
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN TIMBUNAN

Timbunan Pilihan Diklasifikasikan sebagai Timbunan


Pilihan bila digunakan pada lokasi
atau untuk mksd dimana bahan-
bahan ini telah ditentukan atau
disetujui secara tertulis oleh
konsultan pengawas

Memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4


hari perendaman bila dipadatkan sampai
100% kepadatan kering maksimum
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN TIMBUNAN

Timbunan Berbutir di Atas


Untuk keadaan di mana
penghamparan dalam kondisi jenuh
atau banjir tidak dapat dihindarkan
haruslah batu, kerikil atau bahan
Rawa

berbutir bersih lainnya.

Indeks Plastisitas Maks 6%


PROSEDUR PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

Penyiapan 1. Sebelum melakukan penghamparan, semua bahan yang tidak


Tempat Kerja diperlukan harus dibuang

2. Kecuali untuk daerah tanah lunak atau tanah rawa, dasar


pondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya sampai 15 cm
bagian permukaan atas sampai memenuhi nilai kepadatan yang
disyaratkan

Penghamparan 1. Timbunan harus ditempatkan dan disebar ke permukaan yang


Timbunan telah disiapkan yang bila dipadatkan memenuhi toleransi tebal
yang disyaratkan < 3 cm

2. Tanah Timbunan umumnya dihampar pada saaat cuaca cerah


dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan
biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan
PROSEDUR PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

Penghamparan 3. Untuk kegiatan timbunan badan jalan yang akan diperlebar, harus
Timbunan dihampar horizontal sampai dengan eleasi tanah dasar, yang
kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapisan permukaan
berikutnya agar lalu lintas dapat digunakan secepat mungkin

4. Lapisan penopang dapat dihampar satu lapis atau beberapa lapis


dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan kondisi
lapangan dan sebagaimana yang telah disetujui oleh konsultan
pengawas

Pemadatan 1. Pemadatan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air


Timbunan bahan berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai
1% di atas kadar air optimum

2. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti


yang disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh
konsultan pengawas
PROSEDUR PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

Pemadatan 3. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi


Timbunan luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan
menerima usaha pemadatan yang sama

4. Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat


yang sulit dimasuki alat pemadat normal harus
dihampar dalam lapisan mendatar dengan
tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan
seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan
pemadat mekanis
PROSEDUR PEKERJAAN PENYIAPAN BADAN JALAN

1. Penyiapan Tempat Kerja

• Cek luasan area yang telah dikerjakan, cek elevasi kesesuaian terhadap
gambar,cek kebersihan timbunan/galian yang telah dikerjakan

2. Pemadatan Tanah Dasar

• Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah


dasar harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai SNI 1742:2008
• Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 1742:2008
• Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan.
Apabila setiap hasil pengujian tidak memenuhi syarat dan ketentuan,
maka pekerjaan kontraktor harus memeperbaiki pekerjaan
PROSEDUR PEKERJAAN PENYIAPAN BADAN JALAN

3. Daya Dukung Tanah Dasar

• Tanah dasar di setiap tempat


haruslah memiliki daya dukung
minimum CBR 6%
PERALATAN-PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Excavator pc200 Dozer Sheepfoot Vibro Roller

Motor Grader Water Tank DT 8 Ton DT 20 Ton


CONTOH KEGIATAN PEKERJAAN TANAH
SPESIFIKASI PEKERJAAN

2. Pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat

 Pekerjaan ini meliputi pemasokan,pemrosesan, pengangkutan,


di atas permukaan
tanah dasar yang telah disiapkan dan telah disetujui oleh konsultan
pengawas
 Termasuk juga pekerjaan pelebaran jalan
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN LAPISAN PONDASI AGREGAT

1.TOLERANSI Pada permukaan semua lapisan pondasi agregat


DIMENSI
DAN tidak boleh terdapat ketidakrataan yang dapat
ELEVASI menampung air dan alinyemen horizontal badan
jalan harus disesuaikan dengan gambar

Tebal minimum lapis pondasi agregat tidak boleh


kurang satu centimeter dari tebal yang ditunjukan
dalam gambar

Bilamana tebal yang diperoleh kurang dari yang


disyaratkan maka kekurangan ini harus diperbaiki
kecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN LAPISAN PONDASI AGREGAT

1.TOLERANSI
DIMENSI Permukaan akhir bahu jalan, termasuk
DAN setiap perkerasan yang dihampar
ELEVASI
(lanjutan) atasnya, tidak boleh lebih tinggi dan lebih
rendah 1,0 cm terhadap tepi jalur lalu
lintas yang bersebelahan

Tabel Toleransi
Elevasi Terhadap
Elevasi Rencana
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN LAPISAN PONDASI AGREGAT

2.
Pengajuan Hasil pengujian kepadatan
Kesiapan
Kerja
dan kadar air tanah dasar

Hasil pengukuran permukaan


dan data hasil survey
pemeriksaan yang
menyatakan bahwa toleransi
yang disyaratkan terpenuhi
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN LAPISAN PONDASI AGREGAT

3.
Gradasi
Material
Bahan
PROSEDUR UMUM PEKERJAAN LAPISAN PONDASI AGREGAT

3. Sifat-
sifat
Lapisan
Pondasi
Agregat
dan
Lapisan
Drainase
PROSEDUR PEKERJAAN PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPISAN
PONDASI AGREGAT

1. Persiapan 2.Penghamparan 3. Pemadatan


PROSEDUR PEKERJAAN PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPISAN
PONDASI AGREGAT

1. Pekerjaan Persiapan

• Bilamana LPA yang akan dihampar pada perkerasan


atau bahu jalan eksisting telah rusak, maka harus
diperbaiki terlebih dahulu
• Disyaratkan dilakukan pada keadaan cuaca cerah
• Lokasi yang telah disediakan harus terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas,
paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir
lokasi penghamparan
PROSEDUR PEKERJAAN PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPISAN
PONDASI AGREGAT

2. Pekerjaan Penghamparan
• Bahan Material yang telah dibawa ke badan jalan
harus memiliki campuran yang merata dan
dihampar dalam keadaan kadar air yang telah
disyaratkan
• Setiap lapis harus dihampar pada suatu kegiatan
dengan takaran yang merata agar menghasilkan
tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang
disyaratkan
PROSEDUR PEKERJAAN PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPISAN
PONDASI AGREGAT

2. Pekerjaan Penghamparan (lanjutan)

• Bahan material harus dihampar dan dibentuk


dengan salah satu metoda yang telah disetujui yang
tidak menyebabkan segregasi setelah selesai
pekerjaan. Bahan yang bersgregasi harus diperbaiki
atau diganti dengan bahan material yang
bergradasi baik
• Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm
PROSEDUR PEKERJAAN PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPISAN
PONDASI AGREGAT

3. Pekerjaan Pemadatan
• Setelah penghamparan dan pembentukan akhir,
setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan
alat pemadatan yang cocok dan memadai dan
disetujui oleh konsultan pengawas, hingga
kepadatan paling sedikit 100% dari kepadatan
kering.
• Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari
bahan berada dalam rentang 3% di bawah kadar air
optimum sampai 1% di atas kadar air optimum
PROSEDUR PEKERJAAN PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPISAN
PONDASI AGREGAT

3. Pekerjaan Pemadatan (lanjutan)


• Kegiatan pemadatan dianjurkan harus dimulai dari
sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke
arah sumbu jalan, adapaun jika pada bagian yang
memiliki supereleasi, maka pemadatan dilakukan
dari bagian yang paling terendah dan bergerak
mengarah ke permukaan yang tinggi
• Bahan sepanjang kerb,tembok, dan tempat-tempat
yang tak terjangkau mesin gilas harus dipadatkan
dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya
yang disetujui
PROSEDUR PEKERJAAN PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPISAN
PONDASI AGREGAT

4. Kepadatan kurang ?

• Jika kepadatan lapangan rata-rata dalam suatu


segmen <100 % kepadatan kering maksimum
modifikasi, tetapi semua sifat-sifat bahan yang
disyaratkan memenuhi ketentuan yang disyaratkan,
maka kepadatan yang kurang ini harus diperbaiki
oleh kontraktor/penyedia jasa
PERALATAN-PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Excavator pc200 Vibro Roller Motor Grader

Water Tank DT 8 Ton


CONTOH KEGIATAN PEKERJAAN LAPISAN
PONDASI AGREGAT
SPESIFIKASI PEKERJAAN

3. Pekerjaan Lantai Kerja

 Pekerjaan ini ditentukan untuk levelling lapisan pondasi perkerasan


 Maka sebelum dilaksanakan pekerjaan ini, lapisan pondasi harus bersih dari
kotoran, lumpur, batu lepas atau bahan asing lainnya, dan diperiksa
kepadatannya serta kerataan finishing
 Daerah yang tidak memenuhi spesifikasi harus dibongkar, diperbaiki atau
direkonstruksi yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas
 Tidak ada pembayaran langsung untuk pekerjaan pembongkaran,
perbaikan, atau rekonstruksi ini, karena merupaka tanggung jawab
Kontraktor
 Bahan material yang digunakan umunya Beton kelas rendah
PERALATAN-PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Hollow ,t = 10 cm Plastik Cor Truk Mixer 7 m3

Water Tank
CONTOH KEGIATAN PEKERJAAN LEAN CONCRETE
CONTOH GAMBAR KERJA

Perlu diperhatikan dalam


perencanaan Shop
Drawing : 1. Kemudahan
dan kecepatan
pelaksanaan 2. Pemilihan
lebar segmental rigid
pavement terhadap
kemampuan peralatan
concrete paver. 3.
Simulasi posisi roda
kendaraan / batas marka
terhadap posisi
segmental joint / cutting
rigid pavement.
FLOW CHART PEKERJAAN
A A
Mulai A

Pek. Lean
Pek. Pek. Rigid
Pek. Tanah Concrete
Agregat

Tidak Tidak
Tidak Tidak

Cek Cek
Cek Cek

Ya Ya
Ya Ya
A Selesai
A A
PEKERJAAN BETON SEMEN (RIGID PAVEMENT)

 Pekerjaan ini adalah kegiatan pembuatan perkerasan beton semen yang


terbagi dalam ruang lingkup sebagai berikut :

1. Persiapan 2. Pelaksanaan 3. Perawatan


Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan
1. PERSIAPAN PEKERJAAN

Sebelum melaksanakan kegiatan pekerjaan beton semen, kontraktor harus


melakukan kegiatan persiapan pekerjaan dalam bentuk dokumen dan ceklis
lapangan. Adapun sebagai berikut :

Persiapan Dokumen Persiapan Lapangan

• Gambar Kerja, data • Persiapan lahan


elevasi alinyemen • Alat
vertikal dan horizontal • Material
• Ceklis Persiapan • Tenaga Kerja
Pekerjaan
• Dan Lain-lain
• Request Pekerjaan
PERSIAPAN LAHAN
1. Pengukuran /Staking
Out & Elevasi
 Diperlukan 1 tim survei
khusus untuk menangani
rigid pavement
 Setting Out menjadi kunci
dari kerataan FG
 Dilakukan pengukuran dan
pemasangan titik acuan
tiap segmental 5 m
 Pemasangan leveling sesor
(stik & stringline) -> sangat
berpengaruh terhadap
kerataan rigid pavement
 Keausan baut stik &
stringline putus
CONTOH GAMBAR PLAN SEGMENTAL RIGID
PERSIAPAN LAHAN

2. Persiapan track line


yang difungsikan sebagai
alas kaki track pada alat
concrete paver.
 Pada kaki timbunan
harus kuat, padat dan
tidak sliding saat
menopang track
concrete paver
 Memiliki lebar yang
dapat mencakupi
sensor alat, stick dan
stringline.
PERSIAPAN LAHAN

 Pembersihan
lahan yang
dimaksud adalah
pembersihan
pada permukaan
lean concreting
hingga bebas dari
kotoran-kotoran.
Seperti, debu,
tanah, sampah
dan lain-lain.
PERSIAPAN LAHAN  Setelah dilakukan
pembersihan
terhadap permukaan
lean concreting,
kegiatan
pengeboran angkur
dapat dimulai
berdasarkan stake
out marking per
segmen yang sudah
dilakukan. Kegiatan
ini dilakukan
bertujuan agar
dowel yang akan
dipasang ketika
kegiatan pengecoran
tidak bergeser ketika
beton dituang.
PERSIAPAN LAHAN
 Pemasangan stick &
sling merupakan
kegiatan yang sangat
berpengaruh terhadap
ketepatan elevasi top
perkerasan beton
semen yang telah
direncanakan
berdasarkan gambar
dan data aktual yang
diambil oleh tim
survey. Stick dan sling
tersebut juga
berpengaruh pada
pembacaan sensor alat
concrete paver.
PERSIAPAN TENAGA KERJA

No. Uraian Pekerja Jumlah Pekerja

1 Operator Alat Berat 2

2 Asisten Operator 2

3 Helper Operator 2

4 Mandor 1

5 Pekerja Mandor 30

6 Supir Dump Truck 7


PERALATAN-PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Excavator Wheel Concrete Paver DT 20 Ton

Genset Lampu
SPESIFIKASI ALAT PAVER
PERALATAN-PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Adapun perkakas lain yang digunakan pada pekerjaan perkerasan beton semen ini
adalah sebagai berikut :
1. Ruskam sebagai penghalus permukaan
2. Cangkul
3. Sekop
4. Sikat kawat untuk pembersih sambungan memanjang antara beton lama dengan beton
baru
5. Geotekstil untuk curing permukaan beton
Plastik untuk pembatas antara lean concrete dengan lapisan beton semen
6. Alat mekanis curing compound
7. Alat grooving
8. Tenda sebagai pelindung dari sinar panas matahari yang menyengat dan hujan yang turun
PERSIAPAN MATERIAL

Material inti yang digunakan dalam pekerjaan ini


adalah :
1. Beton Kelas P atau FS 45 kg/cm2,
2. Tulangan Baja Polos Sambungan Melintang
(Dowel), dan
3. Tulangan Baja Ulir Sambungan Memanjang (Tie
Bars)
4. Joint Sealent
PERSIAPAN MATERIAL

A A
MULAI

KONFIRMASI LOADING
BATCHING BETON
PERHITUNGAN
LAPANGAN
VOLUME
KEBUTUHAN

PERSIAPAN SELESAI
LAPANGAN
KONFIRMASI
LOGISTIK

A
PERSIAPAN MATERIAL

Tulangan Polos Sambungan Melintang (Dowel)

• Diameter, jarak, dan panjang dowel yang digunakan


dalam pekerjaan ini ditentukan dari norma dan
spesifikasi yang berlaku.
• BJTP 280
• Jarak dowel 300 mm
• Panjang dowel 450 mm
• Menditribusikan tegangan akibat beban tanpa
menyebabkan tegangan berlebihan antara alat transfer
beban dan beton di sekitarnya
PERSIAPAN MATERIAL

Tulangan Ulir Sambungan Memanjang (Tie Bars)

• Diameter, jarak, dan panjang tie bars yang digunakan dalam


pekerjaan ini ditentukan dari norma dan spesifikasi yang
berlaku.
• Diameter minimum 16 mm
• Panjang tie bars 0,6-1 m
• Berjarak antara 0,75-1,1 m
• Menjaga agar tepi/ujung-ujung pelat beton yang
berdampingan tetap dalam kontak yang baik antara satu
dengan yang lain dan membantu terjadinya ikatan
sempurna antar sambungan
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 1. Umum
Spesifikasi Sebelum memulai pekerjaan beton semua pekerjaan lapis pondasi
bawah, selongsong yang berdekatan harus sudah selesai dan disetujui
Pekerjaan oleh konsultan pengawas
Superelevasi harus dilakukan pada lapis pondasi bawah dan setiap
lokasi yang lebih tinggi 5 mm dari elevasi rancangan harus diperbaiki
sebelum dilakukannya setiap pekerjaan berikutnya

2. Acuan dan Alat Pengendali Elevasi


Alinyemen dan elevasi kelandaian acuan harus diperiksa dan bila perlu
diperbaiki segera sebelum dilakukan pengecoran. Bilamana acuan
berubah posisinya atau kelandaiannya tidak stabil, maka harus
diperbaiki dan diperiksa ulang
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1
3. Pengecoran Beton
Spesifikasi
Pekerjaan - Beton harus dicor dengan ketebalan yang telah
disesuaikan oleh gambar kerja.
-Penghamparan yang dilakukan secara manual
diperlukan harus dilakukan dengan memakai
sekop bukan perlengkapan perata. Tenaga kerja
tidak boleh menginjak hamparan beton yang
masih baru dengan memakai sepatu yang
dilekati oleh tanah atau kotoran lainnya.
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 3. Pengecoran Beton (lanjutan)


Spesifikasi
- Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur
Pekerjaan perkerasan yang telah selesai terlebih dahulu, dan
peralatan mekanik harus dijalankan di atas lajur
tersebut, kekuatan beton lajur itu harus mencapai
sekurang-kurangnya 90% dari kekuatan yang
disyaratkan. Bilamana hanya peralatan penyelesaian
yang akan melewati lajur yang ada, penghamparan pada
lajur yang bersebelahan dapat dilakukan setelah
kekuatan beton tersebut mencapai 70% dari kekuatan
yang disyaratkan
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1
3. Pengecoran Beton (lanjutan)
Spesifikasi
Pekerjaan - Beton harus dipadatkan secara merata pada
tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada
kedua sisi setiap sambungan, dengan
menggunakan vibrator yang dimaksudkan ke
dalam beton
- Ceceran beton yang tertumpah pada
permukaan beton yang telah selesai dihampar
harus disingkirkan dengan cara yang disetujui
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 4. Pemasangan Baja Tulangan


Spesifikasi
Pekerjaan - Baja tulangan harus diletakkan dengan kaku
sebelum pengecoran beton, atau dapat dihampar
pada kedalaman sesuai dengan ditunjukkan dalam
Gambar pada beton yang masih dalam tahap plastis,
setelah dihampar, dengan memakai peralatan
mekanik atau vibrator
- Baja tulangan harus bebas dari kotoran dan karat
yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 5. Penyelesaian dengan Mesin


Spesifikasi
Beton harus didistribusi atau disebar sesegera mungkin
Pekerjaan setelah beton dicor, dibentuk dan diratakan dengan mesin
pembentuk. Mesin harus melintas setiap bagian
permukaan jalan beberapa kali dengan interval yang
diperlukan untuk memperoleh kepadatan yang
sebagaimana mestinya dan menghasilkan tekstur
permukaan yang rata.

Pada lintasan pertama mesin pembentuk (finishing


machine), beton di depan screed harus dibuat rata pada
keseluruhan jalur yang dikerjakan
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1 6. Kelecakan (workability) untk Perkerasan Beton Semen


Spesifikasi
-25 sd 38 mm untuk beton yang akan dibentuk dengan
Pekerjaan acuan berjalan
-35 sd 75 mm untuk beton yang akan dihampar secara
manual
Rasio semen harus ditentukan dengan berdasar kebutuhan
untuk mencapai kekuatan dan durabilitas beton.
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Mencegah kelekatan
antara plat beton
dengan lean
concrete
2. Mengakomodir
gerakan plat
(kembang susut),
gerakan lenting plat
beton akibat panas -
dingin pada siang –
malam agar proses
shrinkage beton
rigid tidak terganggu
lapisan dibawahnya
(meminimalisir
friction)
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
2. Kegiatan ini merupakan
pemasangan acuan awal saat
penghamparan beton dimulai
oleh alat. Acuan awal
tersebut juga berpengaruh pada
hasil permukaan beton
terhadap elevasi yang telah
diatur lewat pemasangan stick
dan sling.
Biasanya, elevasi yang telah
diatur pada stick dan sling diberi
pinjaman 10 cm dari rencana
top elevasi perkerasan beton
semen. Selain elevasi, acuan
terebut harus kokoh dan kuat
dari tekanan vibrator alat
penghampar beton. Serta,
dilakukan pemasangan mal
dowel agar dowel terlihat rapih.
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

3. Ketika dump truck pertama


pembawa material beton datang,
hal yang diharuskan sebelum
penuangan beton adalah cek
slump beton. nilai slump pada
beton juga berpengaruh pada
kelancaran metoda kerja
penghamparan oleh alat
penghampar beton dan tenaga
kerja ketika menggosok beton yang
telah dihampar oleh alat.
Berpengaruh pada mutu beton dan
kerataan muka beton
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Penghamparan beton ini dilakukan harus dengan cara kontinu, agar


menghindari kerusakan konstruksi pada beton seperti retak pada sambungan.
Oleh karenanya jarak waktu antara pembuatan beton sampai ke lokasi
pengiriman harus diperhitungkan. Kecepatan concrete paver juga harus stabil
agar beton yang dipadatkan oleh vibrator pada alat tersebut merata. Pengaturan
jarak vibrator ± 37 cm, untuk tepi 18 cm.
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pemasangan dowel dilakukan di posisi sambungan melintang. Dowel dipasang tersebut harus
tegak lurus pada titik koordinat sambungan segmen yang telah ditentukan oleh pihak survey.
Pemasangan dowel juga harus ditentukan posisi yang bebas (move) dan terikat (fix). Agar dowel
tersebut tidak berubah pada saaat penghamparan beton, dowel tersebut dipatenkan oleh beberapa
angkur. Selain itu, sebelum beton dihampar secara keseluruhan, dowel terlebih dahulu dilapisi dengan
beton yang dihampar oleh excavator wheel dan dipadatkan dengan vibrator elektrik.
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Penyelesaian permukaan dilakukan saat beton yang dihampar dan dicetak oleh
alat mesin sesuai elevasi rencana yang direncanakan. Penyelesaian permukaan ini harus
dilakukan mengikuti tempo alat saat menghampar dan mencetak beton.
Sambungan harus diperiksa kerataannya. Rutin melakukan ceking elevasi, ketebalan,
kerataan dengan jidar agar tidak terjadi perbedaan tinggi pada permukaan dan
pePermrkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang
ditentukan.
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pemasangan tie bars dilakukan pada saat mengerjakan penyeselaian


permukaan di tepi sambungan memanjang. Pemasangan tie bars dilakukan
dengan menggunakan alat tie bars inserter yang dibuat secara manual.
Pemasangan tie bars dilakukan sesuai spek dan gambar yang telah disepakati
oleh pihak pemilik proyek dan konsultan pengawas.
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Grooving adalah kegiatan membuat tekstur


dengan cara mengasari permukaan beton yang
halus dibuat alur melintang atau memanjang
dengan tujuan agar permukaan perkerasan ketika
dilewati oleh kendaraan memiliki daya tahan
terhadap gelincir (skid resistance). Cara grooving
dilakukan dengan menggunakan alat grooving
manual atau mekanik, yang mempunyai batang-
batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-
masing bejarak antara 15 sampai 20 mm, yang
disetujui Konsultan Pengawas.
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Permukaan beton yang terbuka harus segera


dilapisi pengawet (curing compound)
setelah di finishing dengan sikat, dengan
menyemprotkan bahan pengawet pada
permukaan menggunakan penyemprot atau alat
lain yang disetujui dengan kecepatan 0,22 - 0,27
lt/m2 untuk penyemprotan mekanis atau 0.27 -
0.36 lt/m2 untuk penyemprotan manual.
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Setelah pekerjaan
finishing selesai, seluruh
permukaan beton
tersebut harus segera
dilapisi penutup.
Membungkus beton
dengan bahan yang
dapat menahan
penguapan air (misal
plastik, dsb). Menutup
permukaan beton
dengan bahan yang
dapat mengurangi
penguapan air dan
dibasahi secara berkala
(misal dengan non woven
geotekstile dan disiram
secara berkala)
2.2 URUTAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Kegiatan ini merupakan pemasangan acuan akhir penghamparan pada beton.


Pengecekan dilakukan agar hasil akhir pada ujung penghamparan beton sesuai
dengan elevasi yang telah diatur pada stick dan sling diberi pinjaman 10 cm dari
rencana top elevasi perkerasan beton semen. Sama halnya dengan start cor, stop
cor juga harus dilakukan dengan hati-hati. Karena , hasil stop cor akan dijadikan
sebagai strart cor pada kegiatan pengecoran berikutnya.
3. PERAWATAN PEKERJAAN
 Mengatur alur retakan pada
perkerasan beton dengan baik,
maka pada setiap sambungan
baik melintang maupun
memanjang, dilakukan kegiatan
penggergajian ada sambungan
tersebut.
 Penggergajian harus dilakukan
secepatnya setelah beton cukup
keras agar penggergajian tidak
menimbulkan keretakan, dan
disarankan tidak lebih dari 18
jam setelah pemadatan akhir
beton. Sambungan harus
dipotong sebelum terjadi
retakan karena susut.
3. PERAWATAN PEKERJAAN
▪ Penyiraman Beton pada saat final
setting.
▪ Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi
selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika
hal ini terjadi, beton akan mengalami
keretakan karena kehilangan air yang begitu
cepat.
▪ Perawatan dilakukan minimal selama 7
(tujuh) hari dan beton berkekuatan awal
tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta
harus dipertahankan dalam kondisi lembab.
▪ Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan
untuk mendapatkan kekuatan tekan beton
yang telah direncanakan tapi juga
dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari
keawetan beton, kekedapan terhadap air,
ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari
dimensi struktur.
3. PERAWATAN PEKERJAAN
JOINT SEALANT
• Pengisi celah hasil saw
cutting
• Untuk mencegah
masuknya kotoran
• Untuk membantu
mencegah pumping
• Menggunakan material
thermoplastic
• Lubang harus bersih
dan kering
(dikompressor).
• Agar hasil bagus
disarankan sealant
dilakukan 2 kali, ½
bagian x 2
IMPLEMENTASI K3 dan MUTU
1. IMPLEMENTASI K3

 Setiap pekerjaan wajib menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja


(K3).
 K3 memberikan perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan kerja
tenaga kerja, yaitu dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan dan
sakit akibat kerja.
 Keselamatan kerja adalah kondisi yang aman dan kondusif dalam
lingkungan kerja. Keselamatan kerja dapat diwujudkan dengan bekerja
dan menggunakan alat kerja sesuai standar operasional prosedur
(SOP) yang berlaku, serta menjaga tempat kerja agar memiliki potensi
bahaya yang minim.
 Kesehatan kerja adalah segala hal yang berkaitan dengan program
kesehatan untuk para pekerja. Bila kesehatan pekerja terjaga maka
akan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan bekerja dengan
lebih produktif.
1. IMPLEMENTASI K3

CONTOH JSA PEK. GALIAN & TIMBUNAN


1. IMPLEMENTASI K3

CONTOH JSA PEK. GALIAN & TIMBUNAN


1. IMPLEMENTASI K3

CONTOH JSA PEK. RIGID PAVEMENT


1. IMPLEMENTASI K3

CONTOH JSA PEK. RIGID PAVEMENT


1. IMPLEMENTASI K3

TOOL BOX MEETING


SEBELUM BEKERJA ?????
2. IMPLEMENTASI MUTU

CONTOH IMPLEMENTASI MUTU


PEKERJAAN TANAH

(A) Pengukuran Eksisting


(B) Penentuan Quarry (C) Trial Embankment
Awal
2. IMPLEMENTASI MUTU

(A) Pengecekan Tanah Dasar


2. IMPLEMENTASI MUTU
2. IMPLEMENTASI MUTU

TRIAL EMBANKMENT (PERCOBAAN


PEMADATAN) :
Dari hasil tes pemeriksaan dan pengujian
percobaan pemadatan dilapangan diperoleh
:

1. Hasil pemadatan lapangan dengan


Sand Cone > 95 %

2. Diperoleh dengan 12 Passing yaitu 9


Passing Sheepfoot Roller 12 Ton
Digetarkan , 3Passing Vibro Roller 12 Ton
Digetarkan , dan 1 Passing Vibro Roller
12 Ton Tanpa Getar
3. Tebal Lapisan Timbunan Tanah - Tebal
Gembur : 25 cm - Tebal Padat : 20 cm -
Koef. Padat : 20,0 %
2. IMPLEMENTASI MUTU

CONTOH IMPLEMENTASI MUTU


PEKERJAAN RIGID PAVEMENT

(A) Pengujian Beton


2. IMPLEMENTASI MUTU

CONTOH IMPLEMENTASI MUTU


PEKERJAAN RIGID PAVEMENT

(A) Trial Mix Beton


2. IMPLEMENTASI MUTU

 Ukuran benda uji kuat lentur


500x150x150
 Beton untuk perkerasan
dalam pekerjaan permanen
harus memenuhi nilai kuat
lentur minimum
 6 sampling, 2 sampling untuk
7 hari dan 2 sampling untuk
28 hari, serta 2 untuk
cadangan
 Perintah dan persetujuan
konsultan pengawas
2. IMPLEMENTASI MUTU
2. IMPLEMENTASI MUTU

 Ordinary Portland Cement Tipe 1 (SNI 15-2049-2004)


 Semen Portland sesuai JIS R5210 atau AASHTO M85-07

 Penambahan Admixture tidak > 5% berat campuran semen

 Bersih dan bebas dari minyak, garam, asam, alkali, gula, tumbuhan, dan zat kimia lainnya
 Pengujian dilakukan dengan diperbandingkan dengan air suling
 PH Air antara 4,5 – 8,5

 Terdiri dari pasir alam berbutir bersih, keras dan bebas dari bahan organic dan tidak melebihi dari
batas toleransi
 Tidak mengandung lumpur > 5%
 Modulus kehalusan butir antara 1,5 – 3,
 Kehilangan berat diuji dengan sodium sulfat maksimal 10% dan dengan magnesium sulfat
maksimum 15% sesuai SNI 3407:200
2. IMPLEMENTASI MUTU

 Batu Pecah, Kerikil atau ampas tanur tinggi butiran yang bersih, keras dan awet. Bebas dari bahan
organik yang tidak melibihi batas toleransi
 Lolos uji abrasi maksimal 30% dengan mesin Los Angeles sesuai dengan SNI 2417:2008
 Kekekalan Agregat maksimal 12% dengan sodium sulfat sesuai SNI 3407:2008 (AASHTO T104-99
(2003)
2. IMPLEMENTASI MUTU
DOKUMENTASI
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai