BAGIAN I
PEKERJAAN TANAH DAN PASIR
5. Material timbunan yang akan dipakai harus melalui proses pemeriksaan dan
penelitian di Laboratorium Mekanika Tanah.
6. Tanah timbun harus mempunyai sifat-sifat fisik dan daya dukung yang minimal
sama atau lebih baik dari lapisan tanah dibawahnya setelah dipadatkan.
8. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan dengan Alat
Stamper. Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.
10. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan tanah timbunan
sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan tanah selesai 100% serta disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan, pasir alas
pondasi dan alas pekerjaan lantai kerja beton Pondasi Tapak.
Page55
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non
struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai
kepadatan yang disetujui oleh Konsultan Supervisi atau jenuh air sebelum
dilakukan pekerjaan lain diatasnya.
1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari
timbunan tanah yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan
menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam
Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah di sekitar galian pondasi.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
7. Pengalian pondasi dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh
para pekerja.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan
Supervisi.
10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing
bangunan lama maka akar dan puing-puing tersebut harus diangkat serta diurug
kembali denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus
ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam
lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi pondasi.
12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
Page55
13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
14. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari
timbunan tanah yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1.Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan
menurut hasil Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam
Gambar Bestek.
2.Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar Bestek.
5.Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan
Supervisi.
6. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug
kembali dengan pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
8. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus
ditempatkan dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam
lubang galian dan tidak menggangu pekerjaan konstruksi pondasi.
9. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
10. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
11. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau material
lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.
Page55
3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian
pondasi maka tanah tersebut harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium
Tanah sebelum dipakai sebagai material urugan pondasi dan hal ini harus
diketahui serta disetujui oleh Konsultan Supervisi. Semua biaya yang
dikeluarkan untuk pengadaan material tanah dan proses pemeriksaan di
Laboratorium Tanah dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30 cm dari muka
tanah dasar tidak boleh digunakan sebagai urugan pondasi.
5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper atau alat
lain yang disetujui oleh Konsultan supervisi.
BAGIAN II
PEKERJAAN PONDASI
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir
yang berasal dari laut.
1. Batu Gunung/Batu Kali yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis
yang keras, tidak berlubang.
2. Batu Gunung/Batu Kali harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel
tanah dan lumut pada permukaannya.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung/batu kali adalah 25 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu
Gunung/Batu kali adalah 10 cm.
7. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan pondasi, pasangan
batu kosong dan saluran air kotor harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
8. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek
dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
10. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus
diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung tanpa
spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan besarnya serta
spesi secukupnya.
11. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali/Batu Gunung harus rata (Water Pass),
diberi spesi dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan
dipasang kolom praktis harus diberi stick besi beton.
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan mutu K-125 atau sesuai Gambar Bestek.
3. Dimensi dan ukuran pondasi tapak adalah sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Kedalaman galian pondasi tapak dihitung dari elevasi akhir muka tanah timbun
atau sesuai Gambar Bestek.
5. Pekerjaan pengecoran plat pondasi dengan alasan apapun tidak boleh dilakukan
dalam kondisi galian pondasi tergenang air.
Page55
6. Elevasi lantai kerja K-125 harus sama untuk semua luas penempatan tapak
pondasi.
7. Tidak boleh ada perbedaan elevasi lantai kerja mutu K-125 untuk dudukan tapak
pondasi yang melebihi 1 cm.
BAGIAN III
PEKERJAAN BETON
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian
di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Page55
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih
dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
1. Batu pecah adalah hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser) dan bukan
hasil pekerjaan manual (manusia).
6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak `beton seperti
zat alkali.
8. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam tetapi
merupakan campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.
9. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui
proses pemeriksaan di Laboratorium beton.
Page55
10.Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau beton
dengan mutu K-250 sampai mutu K-300.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
Pasal 5 : Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari
tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi
sebelum digunakan.
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian
dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku
secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
Page55
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
10. Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran sesuai dengan
dokumen lelang.
11. Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dan pabrik mengenai kekuatan dan
ukuran baja tulangan.
12. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari
laboratorium baik pada saat pemesanan maupun secara periodik minimum
masing-mosing 2 (dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk
setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukon pada laboratorium-laboratorium yang
disetujui oleh direksi teknik.
14. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada (Gambar Rencana).
15. Semua baja tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan tidak termasuk
pada gambar rencana tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk memlengkapi
pekerjaan harus diadakan pelaksanaannya.
16. Pemasangan dan pengikatan dari baja yang tertanam dalam beton dilakukan
pada keadaan normal, tidak diselesaikan pada saat pengecoran berlangsung.
Pada tulangan harus ditempatkan pada posisinya seakurat mungkin sesuai
dengan Gambar Rencana dan diikat kuat agar tidak bergeser saat pengecoran.
17. Kontraktor harus membuat detail shop drawing dengan skala, untuk disetujui
Page55
18. Semua baja pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan,
bahan-bahan atau material yang dapat memberi akibat pengurangan lekatan
antara beton dan baja.
19. Semua baja tulangan harus dipasang sesuai dengan panjang maksimumnya.
Tidak diperbolehkan adanya sambungan splice pada baja tulangan, kecuali
tertera pada Gambar Rencana atau disetujui dari Direksi Teknik.
20. Jarak antara dua buah sambungan spilce harus dibuat sejauh mungkin, dengan
jarak minimum sejauh 40 kali diameter baja tulangan yang disambungkan.
21. Panjang penyaluran baja tulangan pada sambungan splice, kecuali tertera pada
Gambar Rencana, harus dipasang sepanjang minimum seperti tertera pada
sandard.
23. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian
yang tertera dalam gambar.
24. Secepatnyn hal ini diberitahukan pada perencana konstruksi untuk sekedar
informasi.
a. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai pekerjaan
lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan Direksi dan Perencana konstruksi.
b. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
c. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah merupakan juga
keharusan dari Kontraktor.
25. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan diameter yang terdekat dengan catatan
a. Harus ada persetujuan dari Direksi.
b. Jumah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut tidak boleh
kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah jumlah luas).
c. Penggantian tersebut tidak boeh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau di daerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau penyampaian penggetar
1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantiti dan
Gambar Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti berikut ini :
Balok > ØD 16 : 50 mm
Kolom > ØD 16 : 50 mm
2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu
berhubungan dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal yang
umum sebesar 70 mm.
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda uji.
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton yang
diakui oleh Pemerintah.
5. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah
material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan material
tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan sampai volume
pekerjaan beton selesai dikerjakan.
6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix
Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
7. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix
Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan Kontraktor
Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.
8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Batu Pecah;.
Page55
9. Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi sebelum dilaksanakan.
10. Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix
Formula) beton struktural dengan mutu K-250 sampai mutu K-300.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari segi
komposisi material beton.
3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak-bak dari kayu
atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material
berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
14. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan dalam
perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus dilakukan
langsung lokasi konstruksi atau Bekisting.
3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus sesuai
dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton Indonesia
(PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
Page55
5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung
dipasang harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak boleh
besentuhan langsung dengan tanah.
6. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting yang
telebih dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh sengkang
dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan alat
ikat kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari dalam
bekisting.
3. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat pada
posisi satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-zag antara
batang yang disambung dengan batang yang tidak disambung.
4. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03 harus diambil
minimal 40 kali diameter batang yang disambung.
5. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak
dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan
tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-
15-1991-03.
6. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-syarat
yang ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-
03.
8. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan
plat lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada posisi
selain pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
a. Support
3. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton sesuai
dengan disyaratkan maka pada setiap 1 m2 luas plat lantai dan plat dack harus
diberikan support/dukungan dari besi tulangan ulir dengan diameter lebih besar
dari diameter tulangan plat lantai atau 13 mm.
4. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack dan plat pondasi
adalah minimal 5 buah.
b. Beton Dacking
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan
yang disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus
diberi penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang
tetap dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut
beton pada masing-masing komponen struktur.
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan
dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
5. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4 x 5
cm dan dipasang minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat dack dan plat
pondasi.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada point
Page55
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu atau
cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting waktu
akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang rapi.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran
beton tidak bocor atau berubah bentuknya.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari terhitung
sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi karena
alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat proses pengerasan
beton atau alasan-alasan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan .
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal ini
terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian
beton.
13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting
atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau
pasir urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja Beton ( Line
Concrete ) dengan tebal minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
2. Pengecoran beton structural mutu K-250 sampai K-300 hanya boleh dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan
Tulangan, Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang diperlukan dan
berhubungan dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual kecuali
untuk beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir
Beton, Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong oleh
pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh dibiarkan
lebih dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak tampungan
beton. Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga tidak
membolehkan beton segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator
sampai mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu pada
saat bekisting dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan
(joint) seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga
air semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton sesuai
dengan yang direncanakan.
16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang
Page55
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam bekisting
belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
2.Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 21 hari karena alasan
adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28 hari
atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan Supervisi.
a. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton pada
setiap mutu beton.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton
yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali
pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu
campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan
tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu Beton
hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x 20
cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan beton ini
dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95%
dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai
dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan
Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan
oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat
tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan
karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.
Page55
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton
hasilnya meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung
pada konstruksi beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak
ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan salah
satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai untuk
pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk
memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi
beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.
1. Instalsi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak ditanam
atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi
beton untuk alasan apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak
boleh melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam
komponen balok beton.
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada
posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak
diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80 cm
dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi tumpuan
kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada
beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3 hari
harus dilakukan dengan perkuatan kimia ( Epoxy ) dan hal ini harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
1. Persyaratan pekerjaan beton dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 22 berlaku untuk
semua item pekerjaan beton structural dan nonstructural yang ada dalam Proyek
ini.
2. Semua pekerjaan beton untuk proyek ini sekurang-kurangnya harus sesuai dan
mengikuti semua aturan yang ditentukan oleh Peraturan Beton Indonesi ( PBI ).
5. Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi tegofilm dan hanya boleh
digunakan 2 kali yang digunakan untuk membentuk beton muda yaitu sebelum
beton mencapai kekuatan yang disyaratkan dan sebelum mendapat bentuknya
yang permanen, agar apabila telah mengeras struktur beton mencapai dimensi
dan kedudukan seperti yang tercantum pada gambar perencanaan. Sedangkan
perencah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda yang
digunakan sampai beton mencapai kekuatan yang disyaratkan. Segala biaya
yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan bangunan acuan dan perancah
dan pelaksanaanya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
6. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup
yang bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah dan getaran-getaran, tanpa
mengalami distorsi. Perancah harus direncanakan dan dibuat dari material padat
seperti kayu terentang, baja atau beton cetak yang bermutu baik dan tidak mudah
lapuk yang ditopang dan diberi pengaku dan ikatan secukupnya agar posisi dan
bentuknya tidak mengolami perubahan baik sebelum maupun setelah
pengecoran. Spesiflkasi kayu acuan harus sesuai dengan Standar Konstruksi
Bangunan Indonesia (SKBI) 1.4.53.1989-UDC: 693.5.
8. Cetakan dari Multyplex 9 - 12 mm harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak
bergetar, bocor, harus kokoh, sehingga kedudukan dan bentuknya tetap tidak
bergetanr maupun bergeser pada waktu beton dicor dan setelah selesai
pengecoran tidak mudah dibongkar. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua
cetakan beton harus bersih dari segala material yang bisa mengurangi mutu dan
kekuatan beton. Cetakan yang sudah pernah dipakai harus dicuci dan
dikeringkan terlebih dahulu. Sebelum dicor harus dilapisi dengan Form Oil”.
Pekerjaan ini harus dilaksanakan setiap kali sebelum pengecoran dilakukan.
9. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan
dan terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan
beton. 6. Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-
tahap, cara-cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan Direksi Teknik
.
10.Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta
dan angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam
satuan isi yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat
penakar harus dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan
Direksi Teknik terlebih dahulu.
12.Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai.
16.Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih
dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.00 meter.
17.Pengacoran harus diakukan secaa teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa
menghasikan bentuk permukaan, ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan
Gambar Rencana kerja.
18.Pangecoran yang Terhenti, Apabila pengecoran beton terhenti pada daerah yang
tidak direncanakan sebagai pemberhentian pengecoran, misalkan akibat
terjadinya kerusakan pada peralatan pengecoran. Maka pengecoran selanjutnya
hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
- Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak melebihi 2 jam
dari saat penghentian pengecoran.
- Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu melebihi 2
jam dan saat penghentian pengecoran, maka daerah pengecoran yang terhenti
tersebut harus diperlakukan sebagai siar dilatasi. Permukaan beton pada daerah
pengecoran yang terhenti harus dibobok minima 5 cm sehingga membentuk
bidang yang kasar. Permukaan beton tersebut kemudian diberi bahan bonding
agent seperti EMAGG atau yang setara dan yang dapat menjamin kontinuitas
adukan Beton lama dengan beton baru.
21.Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak
bagian-bagian yang keropos, melendut atau bagian-bagian yang membekas pada
permukaannya. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
Page55
harian, mingguan, bulanan, as built drawing, foto-foto proyek dan lain-lain yang
dibutuhkan untuk kelancaran pertanggung jawaban proyek.
4. Obat-obatan/P3K minimum disediakan dilapangan untuk keperluan 20 orang
pekerja.
5. Kontraktor diwajibkan membuat foto kemajuan pekerjaan dari 0 % sampai
100% yang dapat dilihat dari semua arah bangunan. Pengulangan foto harus
dilakukan pada sisi yang sama secara berurutan hingga terlihat jelas sisi tersebut
dari permulaan sampai akhir pekerjaan.
6. Pembayaran pekerjaan lain-lain ini didasarkan pada unit taksiran penawaran
Kontraktor. Harga taksiran ini sudah termasuk semua kebutuhan kontraktor
sehingga bagian pekerjaan ini berjalan dengan baik dan sempurna.
7. Apabila ada pekerjaan yang tidak tersebutkan dalam uraian ini, yang ternyata
pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna, maka
pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh kontraktor atas perintah tertulis
Pengendali Kegiatan.
8. Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh
kontraktor dan Pengendali Kegiatan dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Page55
Page55
Spesifikasi ARSITEKTUR