Anda di halaman 1dari 60

SPESIFIKASI TEKNIS METODE KERJA

No Uraian Pekerjaan Metode Kerja

1. Pekerjaan persiapan a. Sebagai titik acuan pengukuran adalah menggunakan acuan


(pengukuran) kolom bangunan eksisting (Lihat posisi BM diGambar).
b. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan
dengan alat-alat waterpass/theodolith yang ketepatanya dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Penyedia Jasa harus menyediakan theodolith/waterpass
beserta petugas yang melayaninya untuk kepentingan
pemeriksaan Konsultan PENGAWAS selama pelaksanaan
proyek.
d. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas
segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian
kecil yang disetujuioleh Konsultan PENGAWAS.
e. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasuk tanggung
jawab Penyedia Jasa.
f. Perhitungan MC0 dan gambar shopdrawing diselesaikan 7
(tujuh) hari setelah SPMK ditandatangani

2. Pekerjaan tanah Syarat pelaksanaan :


a. Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai,
bahan - bahan, tenaga kerja yang cukup untuk menyelesaikan
semua pekerjaan termasuk pelat turap sementara dan
bendungan sementara jika diperlukan.
b. Penggalian, pengurugan kembali dan pemadatan semua
pekerjaan yang membutuhkan galian dan atau urugan tanah
kembali seperti galian tanah pondasi, peninggian lantai, dan
lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
c. Membuang semua bahan galian yang tidak memenuhi
persyaratan ke suatu tempat pembuangan yang telah
ditentukan.
d. Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat
galian. Prosedur pelaksanaan yang harus dilakukan;
1) Penggalian;
• Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas. Lebar galian harus dibuat
cukup lebar untuk memberikan ruang gerak dalam
melaksanakan pekerjaan.
• Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan
rencana awal dan Konsultan Pengawas dapat
menginstruksikan perubahan - perubahan bila dianggap
perlu.
• Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas untuk
diperiksa sebelum melaksanakan pekerjaan selanjutnya.
• Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang
digali harus bebas dari bahan lepas, bersih dan dipotong
mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas sebelum menempatkan
bahan urugan.
• Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi
penggalian rencana, Kontraktor harus melakukan
penggalian tambahan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas, sampai kedalaman dimana daya dukung yang
sesuaitercapai.
• Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh
diselesaikan sebelum pekerjaan berikutnya siap
dilaksanakan, sehingga air hujan atau air permukaan
lainnya tidak merusak permukaan galian. Untuk
menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang
dinding penahan tanah sementara untuk mencegah
longsornya tanah kedalam lubang galian. Kontraktor
harus melindungi galian dari genangan air atau air hujan
dengan menyediakan saluran pengeringan sementara
atau pompa.
• Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan
kelalaian Kontraktor harus diperbaiki sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas tanpa biaya tambahan dari Pemilik
Proyek. Diasumsikan bahwa penggalian pada lokasi kerja
dapat dilakukan dengan peralatan standar seperti power
shovel, bulldozer atau excavator. Bila ditemukan batu -
batuan, Kontraktor harus memberitahukannya kepada
Konsultan Pengawas yang akan mengambil keputusan,
sebelum penggalian dilanjutkan. Sesudah setiap
pekerjaan penggalian selesai, Kontraktor harus
memberitahu Konsultan Pengawas, dan pekerjaan dapat
dilanjutkan kembali setelah Konsultan Pengawas
menyetujui kedalaman penggalian dan sifat lapisan
tanah pada dasar penggalian tersebut.
• Untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian,
baik pada waktu penggalian maupun pada waktu
pelaksanaan pekerjaan beton, harus disediakan pompa air
atau pompa lumpur yang memadai untuk menjaga agar
daerah galian tetap kering terus menerus.
• Apabila kedalaman penggalian pile cap dan sloof telah
mencapai batas yang ditentukan, maka permukaan dasar
lubang galian diratakan dan diuruk sirtu atau pasir tebal
10 cm untuk perbaikan tanah dan dilanjutkan dengan
pekerjaan beton lantai kerja tebal 5 cm.
• Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan
galian, setelah mencapai jumlah tertentu harus segera
disingkirkan dari lokasi pekerjaan pada setiap saat yang
dianggap perlu dan atas petunjuk pengawas, kecuali
tanah galian tersebut dapat digunakan untuk pekerjaan
landscape yang tidak memerlukan daya dukung tanah
tertentu
2) Urugan dan Timbunan
• Pekerjaan urugan dan timbunan hanya dapat dimulai
bila bahan urugan dan lokasi pengerjaan urugan telah
disetujui Konsultan Pengawas.
• Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan
pengurugan sebelum pekerjaan terdahulu disetujui
Konsultan Pengawas.
• Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan
timbunan dapat disimpan oleh Kontraktor di tempat
penumpukan pada lokasi yang memudah kan
pengangkutan selama pekerjaan pengurugan dan
penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan harus
disetujui Konsultan Pengawas.
- Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan
ketika umur beton minimal 14 hari, dan ketika
pekerjaan pasangan berumur minimal 7 hari, atau
setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
3) Pemadatan
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan
yang memadai untuk memadatkan urugan maupun
daerah galian. Untuk pemadatan tanah kohesif
digunakan self propelled tamping rollers atau towed
sheep roller. Smooth steel wheel vibratory roller
diguanakan untuk memadatkan bahan urugan berbutir.
Pemadatan dilaksanakan tiap ketinggian urugan 20 cm.
Pemadatan dengan menyiram dan menyemprot tidak
diijinkan. Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi,
perbaikan harus dilakukan sampai tercapai nilai
pemadatan yang disyaratkan. Bahan yang ditempatkan
di atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus
disingkirkan dan harus dipadatkan kembali sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.

3. Pekerjaan struktur a. Pekerjaan beton struktur merupakan pekerjaan pengadaan


bahan, peralatan, tenaga, hingga pekerjaan selesai.
b. Volume beton bertulang adalah volume yang berdasarkan pada
volume beton dari tepi hingga tepi, luasan bekesting dan
perancah, serta berat baja tulangan yang mencakup tulangan
utama, tulangan penyaluran, tulangan penjangkaran/angkur,
dan tulangan sengkang.
c. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan beton sesuai
dengan persyaratan - persyaratan yang terdapat diperaturan -
peraturan berikut :
1) SNI 2847-2013, Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung.
2) SNI 1726-2012, Tata Cara Pelaksanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
3) SNI 1729-2015, SpesifikasiUntuk Bangunan Gedung Baja
Struktural.
4) SNI 7656-2012, Tata Cara Pemilihan Campuran Untuk
Beton Normal, Beton Berat, dan Beton Massa.
5) SNI 2052-2014, Baja Tulangan Beton.
6) SNI 03-2458-1991, Metode Pengujian dan Pengambilan
Contoh untuk Campuran Beton Segar.
7) SNI 03-48 10-1998, Metode Pembuatan dan Perawatan
Benda Uji diLapangan.
8) SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
9) SNI 03-2492-1991, Metode Pengambilan Benda Uji BETON
Inti.
10) SNI 03-3403-1994, Metode Pengujian Kuat Tekan BETON
Inti.
11) Persyaratan BETON Strukturaluntuk Bangunan Gedung SNI
2847 :2013
12) Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PBUI-
1982).
13) Peraturan American Standart for Testing and Material
(ASTM).
14) Peraturan daerah setempat.
15) Peraturan - peraturan lain yang relevan.

c. Penyedia Jasa harus melaksanakan semua pekerjaan dengan


ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut RKS, gambar
kerja dan instruksi-instruksi dari Konsultan Pengawas.
d. Setiap saat Konsultan Pengawas berhak untuk memeriksa
setiap pekerjaan Penyedia Jasa. Walaupun demikian Konsultan
Pengawas tidak wajib untuk melakukan pemeriksaan secara
terus menerus, dan yang terjadi dalam proses pelaksanaan
pekerjaan kesalahan-kesalahan tidak membebaskan Penyedia
Jasa dari tanggung jawabnya.
e. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan RKS, gambar-
gambar rencana, peraturan-peraturan yang berlaku dan kaidah
- kaidah teknis harus diperbaiki atau diganti atas biaya dari
Penyedia Jasa.
f. Sebelum pekerjaan beton dimulai, Penyedia Jasa harus
membuat shop drawing pembesian, detail-detail yang
berhubungan dengan gambar-gambar kerja lain dan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
g. Sebelum tiap tahap pekerjaan beton dimulai, Penyedia Jasa
berkewajiban untuk mengajukan izin bekerja yang harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
h. Semua material yang dipakai harus merupakan material baru
dengan kualitas terbaik dari yang telah ditentukan (contoh)
dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan semua
material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas harus
dikeluarkan dari lokasi proyek atas biaya Penyedia Jasa
selambat - lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam
i. BETON bertulang (struktur) utama diharuskan menggunakan
beton ready mix (siap pakai) lengkap dengan peralatan bantu
yang dipersyaratkan (concrate pump dan vibrator)
j. Penyedia Jasa berkewajiban untuk menyediakan tenaga ahli
yang trampil dan cukup serta alat- alat yang baik dan cukup
untuk memenuhi jadwal pelaksanaan yang sudah disetujui.
k. Bila tidak dinyatakan secara khusus, maka hal - hal mengenai
cara - cara pelaksanaan dan detail-detail konstruksi harus
dilaksanakan sesuai dengan Persyaratan Beton Struktural
untuk Bangunan Gedung SNI 2847 : 2013.Hal- hal tersebut
antara lain : lantai kerja / pemotongan dan pembengkokan
tulangan, pemasangan tulangan, pelaksanaan pengecoran dan
perawatan, penutup beton, kait dan bengkokan, panjang
penyaluran dan sambungan.

Besi tulangan a. Syarat bahan :


Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut ini:
1) Sesuai dengan SNI 07-2052-2014, mengenai baja tulangan
beton.merk yang digunakan Hanil Jaya Steel (HJ), Ispat Indo
Steel
2) Baja batangan untuk keperluan umum (BjKU) tidak diijinkan
digunakan untuk keperluan penulangan konstruksi beton
(SNI7614-2010).
3) Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-
retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau
berlapis-lapis.
4) Untuk tulangan utama (tarik/tekan lentur) harus digunakan
baja tulangan deform (BJTD 40), dengan jarak antara dua
sirip melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter
nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 %
diameter nominalnya.
5) Tulangan ulir menggunakan BJTS/BJTD 40 (400 Mpa), sesuai
dengan Sii 0136-84, tulangan polos menggunakan BJTP 24
sesuai dengan Sii 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar
gambar struktur. Tulangan polos harus baja lunak dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2.Tulangan ulir harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh
fe= antara 400 < fy < 500 Mpa
6) Kualitas dan diameter efektif dari baja tulangan yang
digunakan harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian
laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat
leleh, berat per meter panjang, diameter, dan regangan dari
bahan tulangan dimaksud. Kontraktor harus mengajukan
brosur dan hasil tes tulangan pada proyek sebelumnya yang
memenuhi syarat dan dapat digunakan pada pekerjaan ini.
7) Kuat leleh aktual berdasarkan pengujian di pabrik tidak
melampaui kuat leleh yang ditentukan sebesar lebih dari
120 MPa (uji ulang tidak boleh memberikan hasil yang
melampaui nilai ini sebesar lebih dari 30 MPa)
(SNI2847:2013).
8) Rasio kuat tarik aktual terhadap kuat leleh aktual (batas ulur)
tidak kurang dari 1,25 (SNI 03- 2847-2002, pasal 23.2.5).
9) Diameter efektif baja tulangan (baik deform BJTS) yang
digunakan harus ditentukan dari sertifikat pengujian
tersebut. Sesuai ketentuan dalam SNI Tahan Gempa (1726 :
2012), tulangan yang digunakan adalah tulangan ulir
(deform).

10) Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut


DIAMETER TOLERANSIDIAMETER
TULANGAN BAJA YANG DllJINKAN
6 mm ± 0.3
8 :::; d :::; 14 mm ±mm
0.4
16 :::; d :::; 25 mm ±mm
0.5
28 :::; d :::; 34 ±mm
0.6
mm mm
11) Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal
ini sebagai berikut
DIAMETER NOMINAL TOLERANSIBERAT
YANG DllJINKAN
6 :::; d :::; 8 mm ±7%
10 :::; d :::; 16 mm ±6%
16 :::; d :::; 28 mm ±5%
d <:: 28 mm ±4%
12) Toleransi tarik minimum dan regangan minimum sebagai
berikut
BATAS ULUR KUAT TARIK REGANGAN
MINIMUM MINIMUM MINIMUM
SIMBO (kg/mm2) (kg/mm2) (%)
LBJTP 24 24 39 20
BJTP 30 30 45 18
BJTD 30 45 18
BJTD
30 35 50 18
BJTD
35 40 57 16
BJTD
40 50 63 12
50
13) Baja tulangan yang didatangkan harus dalam bentuk
lonjoran/tidak boleh ditekuk, kecuali untuk baja tulangan
polos dibawah 12 mm.
14) Sebagai akibat dari baja tulangan polos yang ditekuk pada
pasal sebelumnya, maka tulangan sepanjang 500 mm.
didaerah tekukan tidak boleh digunakan.
15) Ujung bawah tulangan pokok yang bertemu pondasi ditekuk
kerah dalam sepanjang lebar kolom ditambahkan 30 cm.
16) Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support). Dudukan
tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat
pengikat yang ditanan atau batang kursi tinggi sendiri
(Individual High Chairs).
17) Bolstern, kursi spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain
untuk mengatur jarak.
18) Kawat pengikat dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh
seng
b. Persiapan
1) Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill
steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang
mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada
tulangan atau pada sambungan konstruks i untuk menjamin
rekatannya.
2) Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.

c. Pemasangan Tulangan
1) Umum
Standar penulangan sesuai dengan SNI 2847:2013. Sesuai
dengan yang tercantum pada gambar dan koordinasi
dengan bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta
tenaga perlu diadakan untuk mengindari keterlambatan.
Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-lubang
(openings) I bukaan.

2) Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan
kawat baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak
berubah tempatnya.

1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus


dipasang pada posisiyang benar dan untuk menjaga jarak
bersih digunakan spacers/penahan jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus
ditunjang untuk memperoleh lokasi yang tepat selama
pengecoran beton dengan penjaga jarak , kursi penunjang
dan penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas
agregat (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air
harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang
mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan
dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan
tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang
dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan
dicor, Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak
minimum 4 buah setiap m112 cetakan atau lantai kerja.
Penahan-penahan jarak iniharus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas
harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-bata ng
penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah
atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi.
Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan
letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang
harus melintasitulangan balok yang berbatasan.

Bekisting
a. Bahan
1) Bahan - bahan yang dapat dipakai untuk bekesting adalah kayu, multiplek tego film (tebal 9 - 16
mm), pasangan bata / batako (untuk beton pondasi pile cap) dan panel logam sebagai rangka
perkuatan dan kuncian tie rod. Sedangkan bahan - bahan yang dapat digunakan untuk acuan
penyangga adalah kayu atau tiang I pipa logam (schafolding). Penggunaan bambu untuk acuan
tidak diizinkan. Sebelum memakai suatu bahan sebagai bekesting atau acuan, Penyedia Jasa
harus mengajukan izin ke Konsultan Pengawas terlebih dahulu.
2) Penggunaan bahan - bahan pembantu pelepasan bekesting harus seizin dari Konsultan Pengawas
dan untuk itu Penyedia Jasa harus memberikan data - data teknis dari produk tersebut ke
Konsultan Pengawas.
3) Penggunaan bekisting lebih dari 1 kali diizinkan bila kondisi bekesting masih sangat baik dan
mampu menghasilkan permukaan beton yang sesuai dengan spesifikasi. Penggunaan bekesting
lebih dari 1 kali harus mendapatkan izin dari Konsultan Pengawas Perkerjaan.
b. Pembuatan dan Pemasangan Bekesting
1) Sistem bekesting harus diajukan dan disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas ,
khususnya yang menyangkut bahan, jenis / dimensi - dimensi bekesting dan jarak - jarak acuan
penyangga,.
2) Bekesting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah perpindahan tempat atau
kelongsoran dari penyangga. Permukaan bekesting harus halus dan rata, tidak boleh ada
lekukan, lubang - lubang dan tidak boleh melendut. Sambungan - sambungan pada bekesting
harus diusahakan lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal.
3) Khusus untuk struktur beton exposed atau struktur beton lainnnya yang perlu menggunakan
minyak atau bahan sejenis pada bekesting, Penyedia Jasa harus mengoleskan minyak tersebut
seperlunya dan harus menjaga agar minyak tersebut tidak sampai mencemari batang tulangan
dan sambungan konstruksi.
4) Khusus untuk bekesting - bekesting kolom pada tepi bawah kolom pada 2 sisi harus dibuatkan
bukaan untuk mengeluarkan kotoran - kotoran yang terdapat pada dasar kolom dan bukaan ini
boleh ditutup setelah dasar kolom diperiksa kebersihannya dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
5) Hal yang sama juga harus dikerjakan pada balok - balok yang tinggi atau dinding - dinding beton.
6) Tiang - tiang penyangga vertikal harus dibuat sebaik mungkin untuk memberikan penunjang
seperti yang dibutuhkan tanpa adanya kerusakan atau overstress atau perpindahan tempat
pada beberapa bagian konstruksiyang dibebani.
7) Struktur tiang - tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa sehingga
konstruksi ini benar - benar stabil, kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban -
beban yang berada diatasnya selama pelaksanaan beton.
8) Semua tiang - tiang penyangga tidak boleh ditempatkan langsung diatas tanah, tetapi harus
berpijak diatas balok kayu rata atau lantai kerja dengan kokoh. Selain itu semua tanah dasar di
sekitar daerah penyangga harus dipadatkan sampai cukup kuat untuk menahan beban
diatasnya.
9) Bila tidak dinyatakan lain, maka semua bekesting balok dan pelat lantai harus diberi anti lendut ke
atas di tengah - tengah bentang sebesar 0,2 % dari lebar bentang. Khusus untuk balok dan pelat
kanti lever, maka besarnya anti lendut yang harus diambil adalah 0,4 % dari bentang.
10) Bekesting balok bentang panjang yang disangga kolom lengkung, untuk itu lapis luar
menggunakan tego film dengan pembagian panel membentuk petak terpola terbagi rata yang
menghasilkan ukuran modul 7,2 m.
11) Bekesting List plak atas diharapkan bongkar jadi, untuk itu lapis luar menggunakan tego film
dengan pembagian panel membentuk petak terpola terbagi rata yang menghasilkan ukuran
modul 7,2 m,atau lapis luar dg material bantu lain missal :GRC.
12) Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang
seperti yang dibutuhkan tanpa adanya " overstress" atau perpindahan tempat pada beberapa
bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku
untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang ada di atasnya selama pelaksanaan.
13) Sebelum penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang.
Semua bekesting yang akan dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan tidak tercemar oleh
bahan - bahan yang dapat menurunkan mutu beton.
c. Pembongkaran Bekesting
1) Semua pekerjaan pembongkaran bekesting baru dapat dimulai setelah izin tertulis dari Konsultan
Pengawas terutama pada struktur plat atap, plat lantai, listplank - listplank, konsol - konsol,
tangga dan balok - balok bentang panjang.
2) Bila pada saat pembuatan beton tidak digunakan suatu bahan pencampur (admixture/additive)
khusus, maka waktu minimum pembongkaran bekesting harus didasarkan pada PBI - 1971 dan
hasil uji tekan beton dengan umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
 Bagian sisi balok 48 jam (setara dengan 35 % fc)
 Balok tanpa beban konstruksi 7 hari (setara dengan 70 % fc
 Balok dengan beban konstruksi 21 hari (setara dengan 95 % fc)
 Pelat lantai/atap/tangga 21 hari (setara dengan 95 % fc)
3)
Dengan adanya pembongkaran bekesting dan atau acuan pada beton, struktur - struktur bangunan tidak
mengalami perubahan bentuk, kerusakan ataupun pembebanan yang melebihi beban rencana

4) Pertanggung jawaban atas keselamatan semua pihak pada pembongkaran bekesting atau acuan
berada di pihak Penyedia Jasa
Pengecoran a. Beton cor harus menggunakan readymix yang berkualitas baik,
dengan mutu beton K.250 tanpa menggunakan campuran
flyash. Setara produk Pratama Citra Parama (PCP), Unggul jaya
beton
b. Bahan pencampur /admixture/Adittive
1) Bila tidak dinyatakan lain, pada dasarnya semua beton
konstruksi pada proyek ini tidak memerlukan bahan
pencampur. Oleh karena itu Penyedia Jasa tidak boleh
menggunakan bahan pencampur kecuali dengan
persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana dan atau
Konsultan Pengawas.
2) Bahan tambah integral diberikan pada beton dengan fungsi
kedap air.
3) Untuk melengkapi pengajuan izin penggunaan bahan
pencampur beton, Penyedia Jasa harus mengadakan
percobaan perbandingan berat dari penambahan bahan
campuran tersebut dan diuji tekan contoh - contoh beton
pada umur 7,14, dan 28 hari di laboratorium yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas . Semua hasil uji
tersebut di atas harus disertakan pada pengajuan izin
penggunaan bahan pencampur beton.
c. Persiapan
1) Sebelum melaksanakan pengecoran, Penyedia Jasa harus
membersihkan seluruh area pengecoran memeriksa dan
memperbaiki lagi bekesting dan pembesian yang masih
kurang sempurna, memeriksa dan mengkoordinasikan lagi
gambar struktur dengan desain gambar lain berikut segala
pipa, konduit atau barang - barang lain yang akan
tertanam dalam beton dan mengajukan izin tertulis dari
Konsultan Pengawas.
2) Sebelum pengecoran, semua alat - alat pembuatan beton
dan pengangkutan beton harus dalam keadan baik dan
bersih.
3) Sebelum pengecoran beton, Penyedia Jasa harus
membasahi cetakan dan pasangan pasangan dinding yang
akan berhubungan dengan beton sampai jenuh.selain itu
semua bidang-bidang beton yang lama yang akan di cor
harus di kasarkan terlebih dahulu dan kemudian
dibersihkan dari segala kotoran - kotoran beton yang
lepas dan kemudian penyambungan bidang - bidang
beton yang lama harus memakailem beton.
4) Sebelum pengecoran beton, Penyedia Jasa harus
membersihkan I membuang air yang tergenang pada
bekesting atau area pengecoran
d. Pengangkutan beton
1) Metoda pengangkutan yang akan digunakan Penyedia
Jasa haruslah metoda pengangkutan yang sudah
dievaluasi dan disetujuioleh Konsultan Pengawas.
2) Kecepatan pengangkutan harus sedemikian rupa dan
cukup cepat sehingga beton tidak kering atau kehilangan
workabilitas atau plastisitas selama waktu yang digunakan
antara mencampur dan mencetak (mengecor).
3) Sistem pengangkutan beton tidak boleh sampai
menimbulkan segregasi pada adukan beton ataupun
kehilangan semen dan air.
4) Pengangkutan harus diorganisir sedemikian rupa sehingga
selama pengecoran pada bagian tertentu,tak teadi
keterlambatan pada bidang cor dan sambungan dingin
( cold joint ).
5) Semua peralatan yang digunakan untuk pengangkutan
harus dibersihkan dan dicuci bila pekerjaan terhenti lebih
lama dari 30 menit
e. Pengecoran beton
1) Pengecoran beton harus berlangsung terus - menerus
tanpa berhentisampai mencapai siar - siar pelaksanaan
yang sudah direncanakan dan disetujuioleh Konsultan
Pengawas.
2) Pemadatan beton untuk struktur yang cukup tebal harus
dilaksanakan lapis per lapis dengan tebaltiap lapisan
maksimum 40 cm atau sesuaidengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
3) Metode Penuangan dan Pemadatan beton harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
segregasi pada beton.
4) Tinggi jatuh vertikal pada pengecoran tidak boleh lebih
dari 150 cm. Untuk dinding - dinding, kolom - kolom atau
bagian - bagian yang tinggi, beton tidak boleh di cor dari
atas, tetapi pengecoran harus dilakukan memulai sisi
bekesting.
5) Saluran curam tidak boleh digunakan untuk pengecoran
beton, kecuali dengan persetujuan Konsultan Pengawas .
Bila diizinkan, saluran curam harus dibuat dari metal yang
dapat mengalirkan adukan beton tanpa terjadinya
pemisahan bahan dan harus dicor dengan sudut tidak
lebih datar dari perbandingan 1( satu ) tegak ,2 ( dua )
mendatar.
6) Pekerjaan pemadatan
• BETON harus dipadatkan dengan vibrator mekanis yang
dikerjakan oleh orang - orang yang berpengalaman dan
terampil. Pekerjaan beton yang telah selesai harus
merupakan suatu massa yang bebas dari lubang -
lubang,segregasi dan keropos.
• Vibrator yang dipakai haruslah vibrator yang
mempunyai frekuensi tidak kurang dari 6000 siklus per
menit dan mempunyailengan sepanjang 6 meter atau
lebih.
• Selama pemadatan beton, Penyedia Jasa harus menjaga
agar tidak terjadi "over vibration" yang akan
mengakibatkan segregasi. Selain itu Penyedia Jasa juga
harus menjaga agar tulangan - tulangan (terutama
tulangan yang telah masuk pada beton) tidak
mengalami getaran langsung dari vibrator.
• Penyedia Jasaharus menyediakan vibrator - vibrator
dengan kondisiyang baik dan jumlah yang cukup.
• Pemadatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga
beton yang dihasilkan merupakan massa yang utuh,
bebas dari lubang-lubang,segregasiatau keropos.
• Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran
dilakukan dengan alat penggetar yang mempunyai
frekuensi tinggi untuk menjamin pengisian beton dan
pemadatan yang baik.
• Alat penggetar tidak boleh disentuhkan pada tulangan
terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton
yang telah mulai mengeras
7) Selama hujan pengecoran tidak boleh dilakukan dan beton
yang baru di cor harus dilindungi dari air hujan. Selain itu
penghentian beton yang baru dicor harus dilindungi
terhadap pengikisan aliran air hujan ( terutama pada
balok ,kolom dan dinding).
8) Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan, seluruh beton
yang kena hujan I aliran air hujan harus diperiksa,
diperbaiki dan dibersihkan dulu terhadap beton - beton
yang tercampur I terkikis air hujan Pengecoran
selanjutnya harus mendapatkan izin Konsultan Pengawas
terlebih dahulu.
9) Penyambungan beton lama dengan beton baru diharuskan
menggunakan bonding agent, dengan metode sesuai
dengan petunjuk yang diberikan produsen.
10) Siar - siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian
rupa sehingga tidak banyak mengurangi kekuatan
konstruksi.
11) Bila tidak ada ketentuan lain, pada pelat dan balok, siar -
siar pelaksanaan harus ditempatkan kira - kira pada 1 / 3
bentang. Untuk balok yang ditengah - tengah bentangnya
terdapat titik pertemuan dengan balok lainnya maka siar
pelaksanaan harus ditempatkan sejauh 2 kali lebar balok
dari pertemuan / persilangan.
12) Siar harus mulai dibuat pada lokasi dan dimensi yang tetap
seperti pada gambar rencana dan penulangan tidak boleh
ada yang menerus.
13) Penambahan beton integral pada lokasi yang
membutuhkan waterproofing, seperti atap. Metode dan
volume pencampuran berdasarkan pada petunjuk yang
diberikan produsen.
f. Perawatan beton
1) Selama proses pengerasan beton, konstruksi beton,
cetakan dan penulangan tidak boleh terganggu atau
menggalami pembebanan yang dapat merusak struktur
beton muda ini. Oleh kerena itu Penyedia Jasa dilarang
menggunakan struktur beton yang masih muda umurnya
untuk tempat penimbunan material atau lalu lintas kerja
(minimal 14 hari umurnya)
2) Beton harus dilindungi dari hujan lebat, aliran air hujan
dan dari kerusaka n yang disebabkan oleh alat - alat. Dua
(2) jam setelah pengecoran beton, semua beton harus
selalu dalam keadaan basah, paling sedikit 10 hari dengan
cara dibasahi dengan air terus menerus, direndam air atau
dengan sistem disiram air dari pipa yang berhubungan
atau sistem lain yang dapat membuat kondisi beton
basah, untuk kolom beton dapat digunakan karung basah
yang dililitkan
3) Bekesting kayu tetap dibiarkan tinggal agar beton itu tetap
basah selama perawatan untuk mencegah retak pada
sambungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat
4) Air yang dipergunakan untuk perawatan harus air dan
sama sekali bebas dari unsur - unsur kimia yang mungkin
menyebabkan perubahan warna beton
Pondasi tiang bor a. Umum
Pekerjaan ini mencakup pondasi tiang bor tipe pondasi tiang
beton bertulang cor di tempat (cast in place), berfungsi untuk
menyalurkan beban dari struktur bangunan diatasnya sampai
ke lapisan tanah yang dikehendaki. Pondasi ini dibuat dengan
cara melakukan pengeboran tanah dengan Ø 30 cm dan
kedalaman 14 m, kemudian ke dalam lubang tersebut
dimasukkan tulangan / pembesian yang diikuti dengan
penuangan beton cor
b. Persiapan
1) Sebelum melakukan pekerjaan pengeboran, Pemborong harus
menentukan posisi titik-titik Bor pile dan diajukan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
2) Dimensi Bor pile menggunakan Ø 30 cm, kedalaman 14 m dari
bagian dasar bawah pile cap, teknik pelaksanaan pengeboran
dengan menggunakan sistem “ Wash Boring”
3) Pada saat melakukan pengeboran Pemborong harus menjaga
kelurusan alat bor dari awal sampai akhir pengeboran dengan
toleransi kemiringan 1%.
4) Pemborong harus selalu menjaga kebersihan lingkungan
dengan segera mengeluarkan limbah pengeboran apabila
dipandang sudah banyak dan mengganggu aktifitas kerja.
5) Pemborong harus mengurus perijinan serta penyediaan jalan
masuk / keluar (Access Road) yang bebas dari jaringan kabel
listrik, telepon di atasnya dan pengamanan instalasi kabel
listrik, PDAM di bawah jalan.
6) Keadaan lokasi adalah datar dan bebas dari pondasi lama,
serta pembongkaran lainnya yang diperlukan agar alat bor
dapat beroperasi. Segala pembongkaran dan pembuangan
hasil bongkaran keluar lokasi pembangunan tersebut menjadi
tanggung jawab pemborong.
7) Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai harus sudah
diadakan survey dan seting titik bor (uitzet).
c. Pelaksanaan
Pengeboran menggunakan sistem wash boring, dengan tahapan :
1) Mula-mula dibuat galian atau lubang sirkulasi untuk
menampung air dan lumpur.
2) Pada titik yang telah ditentukan mulai dilakukan pengeboran
sesuai dengan diameter dan kedalaman tanah yang
direncanakan (sesuai gambar) menggunakan mata bor yang
sesuai dengan jenis dan kondisi tanah setempat.
3) Tanah di bor dan dihancurkan terlebih dahulu. Sambil mata
bor diputar, air dari bak sirkulasi disemprotkan dengan
pompa air bertekanan tinggi melalui selang ke ujung mata
bor sehingga tanah yang sudah hancur dapat naik ke
permukaan.
4) Perputaran mata bor menyebabkan air dalam lubang turut
berputar sehingga mempercepat proses pembentukan
campuran air – tanah liat. Campuran ini mempunyai
viskositas lebih besar dari air tanah. Semakin sering diapakai,
viskositas air dalam bak sirkulasi semakin tinggi sebab tanah
liat yang bercampur semakin banyak. Dengan viskositas
tertentu, butiran tanah asal yang berdiameter relatif besar
(Sood, silt, gravel) dan kotoran lainnya diharapkan dapat naik
ke permukaan tanah, kemudian dialirkan ke dalam bak
sirkulasi dan diendapkan.
5) Semakin besar berat jenis campuran air – tanah liat, maka
semakin besar tekanan hidrostatis yang bekerja pada dinding
lubang bor. Gaya hidrostatis ini akan menekan dinding bor
secara radial, sehingga pada saat mata bor berputar, tanah
liat yang melekat pada mata bor membentuk suatu lapisan
membran yang memperkecil kemungkinan terjadinya
kelongsoran. Jadi fungsi air sirkulasi adalah sebagai
stabilisator, untuk melunakkan tanah sehingga mempercepat
dan mempermudah pengeboran, mencegah kelongsoran
dinding lubang bor dan mendinginkan mata bor yang panas
akibat gesekan dengan tanah.
6) Pengeboran dilaksanakan sampai kedalaman yang
direncanakan dengan diameter sesuai gambar.
7) Apabila lubang telah selesai dibuat, maka tulangan yang
sudah dirangkai dimasukkan ke dalam lubang. Kemudian
pipa tremi berukuran 6" dimasukkan kedalam lubang hingga
mencapai dasar lubang. Pada ujung atas pipa tremi dipasang
corong untuk memudahkan pengecoran.
8) Sebelum fresh concrete pertama dituang, ke dalam pipa
tremi dimasukkan kantong plastik yang diisi fresh concrete
yang akan mendorong air lumpur keluar pipa dari pipa tremi
sehingga fresh concrete yang dituang tidak bercampur
dengan lumpur.
9) Pipa tremi yang sudah penuh dengan fresh concrete harus
diangkat perlahan-lahan sambil dikocok supaya beton yang
dituang memadat dan fresh concrete di dalam pipa tremi
dapat turun. Pengecoran dilanjutan sampai level yang
dikehendaki.
10) Agar fresh concrete tidak menyumbat pipa tremi sebaiknya
campuran beton disarankan dengan minimal slump test 14 –
16 cm (tergantung kondisi lapangan dan jenis tanah).
11) Dalam pelaksanaan untuk menghindari kelongsoran
digunakan plastisizer serta mengisi lubang bor dengan
bentonite slurry.
d. Peralatan
Peralatan menggunakan mesin bor wore land, dengan mata bor
cross bit dan spiral dari Borland Nusantara.
e. Pengeboran lumpur / tanah pengeboran
1) Untuk pengelolaan lumpur / tanah hasil pengeboran akan
dibuatkan suatu bak-bak penampungan disekitar lokasi
pengeboran dan selanjutnya akan dibuang secara berkala.
2) Tanah / lumpur yang keluar dari hasil pengeboran akan
dikelola secara berkala, sehingga tidak mengganggu atau
menghambat jalannya pekerjaan pengeboran.
3) Untuk meminimalkan gangguan lingkungan berupa
tercecernya lumpur / tanah pada proses pembuangannya,
apabila diperlukan maka akan dibuatkan sistem pembersihan
besi kendaraan truk pengangkut dengan mekanisme
pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi di lapangan

Kualitas Pekerjaan Beton a. Konsultan Pengawas berhak menolak semua pekerjaan beton
yang tidak memenuhi syarat seperti :
1) Tidak sesuai dengan Pasal 5.6 SNI 2847-2013 evaluasi dan
penerimaan beton
2) Konstruksi beton keropos.
3) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang
direncanakan atau posisinya yang tidak sesuai dengan
gambar.
4) Konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang
direncanakan.
5) Konstruksi beton berisikan kayu atau benda lain.
6) Konstruksi beton yang mengalami cacat - cacat lainnya.
7) Penyedia Jasa harus mengganti / membongkar dan
memperbaiki beton - beton yang tidak memenuhi syarat
atas biaya sendiri sesuai dengan instruksi dari Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Struktur beton harus mempunyai ukuran - ukuran dimensi
lokasi dan bentuk yang tidak boleh melampui toleransi
dibawah ini :
1) Posisi garis as dari penyelesaian bagian struktur pada
semua titik maksimum bergeser ± 0,5 cm dari posisi
seharusnya.
2) Variasi ukuran - ukuran dimensistruktur yang < 3 m adalah
± 0,5 cm.
3) Variasi ukuran - ukuran dimensistruktur yang > 3 m adalah
± 1cm.
c. Perbaikan BETON
1) Konsultan Pengawas harus segera untuk memeriksa
permukaan beton setelah pembongkaran.
2) Jika tidak sesuai dengan persyratan evaluasidan
penerimaan beton pasal5.6 SNI 2847-2013, maka
Konsultan MK meminta masukan kepada PPHP dan
Perencana terkait perbaikan yang harus dilakukan.
3) Kontraktor, atas biayanya harus mengganti beton yang
tidak sesuai dengan garis, detail atau elevasi yang telah
ditentukan atau yang rusaknya berlebihan. (Jangan
menambal, mengisi, memulas, memperbaiki atau
mengganti beton ekspos kecuali atas petunjuk Konsultan
Pengawas).
4) Semua beton yang membentuk permukaan harus memiliki
penyelesaian cor di tempat menggunakan acuan khusus.
Lubang pengikat harus ditutup. Permukaan ekspos dan
permukaan yang akan dicat harus bersih dari tambalan,
memiliki sirip - sirip dan tetesan adukan yang tersikat
halus, dan memiliki permukaan yang bebas dari lapisan
penutup dan debu.
5) Keropos, lubang atau sambungan dingin harus diperbaiki
segera setelah pembongkaran acuan dengan seijin
Konsultan MK dan sepengetahuan PPHP Bahan tambalan
harus kohesif, tidak berkerut dan melebihi kekuatan
beton.
6) Singkirkan cacat, karat, noda atau beton ekspos yang
luntur warnanya atau beton yang akan dicat dengan :
• Semprotan pasir ringan
• Pembersihan dengan larutan lembut sabun deterjen
dan air yang diaplikasikan dengan menggosok secara
keras dengan sikat lembut, kemudian disiram dengan
air.
• Hilangkan noda karat dengan mengaplikasikan pasta
asam oksalid, biarkan sejenak, dan sikat dengan kikir
yang disetujui.
• Pembersihan dengan larutan asal muriatik yang
mengandung tidak kurang dari 2 % dan tidak lebih dari
5 % asal dalam volume, yang diaplikasikan pada
permukaan yang sebelumnya telah dilembabkan
dengan air bersih.
• Hilangkan asam. Lindungibahan metalatau lainnya yang
dapat rusak karena asam.
• Tambalan semen.
• Mengikir dan menggerinda.

4. Pekerjaan Pasangan dan Plesteran


Pekerjaan Pasangan Dinding a. Lingkup pekerjaan
Batu Bata Merah Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, pemasangan
untuk semua pasangan bata pada dinding bangunan seperti yang
tertera pada gambar, pelaksanaan pemasangannya harus benar-
benar mengikuti garis-garis ketinggian dan bentuk-bentuk yang
terlihat pada gambar dan disebutkan dalam spesifikasi ini.
b. Bahan-bahan
 Batu bata yang digunakan batu bata lokal dengan kualitas
terbaik yang disetujui Perencana/Konsultan, siku dan sama
ukurannya/
 Plasteran dinding menggunakan campuran pasir dan semen
sesuai dengan yg dipersyaratkan.
c. Pelaksanaan
 Pasangan batu bata, dengan menggunakan Adukan campuran
pasir dan semen dengan campuran sesuai ketentuan.
 Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus
dikerok rata dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian
disiram air.
 Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi
dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta
dibersihkan.
 Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk
langsung diaci atau di pasang keramik dinding, tunggu 48 jam
setelah kelembaban air keluar dalam dinding/berkeringat
kering, dapat dilakukan pekerjaan acian.
 Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap
terdiri maksimum 8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor
kolom praktis.
 Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2
ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis)
dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter
10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
 Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger
sama sekali tidak diperkenankan.
 Pembuatan lubang pada pasangan batu bata yang
berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom)
harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak
75 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian
pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan
batu bata ringan sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan
lain.
 Tidak diperkenankan memasang batu bata yang patah 2 (dua)
melebihi dari 2 %. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh
digunakan.
 Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan
dinding finish setebal 13 cm dan untuk dinding 1 batu finish
adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan
benar-benar tegak lurus.

d. Perlindungan
Seusai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata merah yang
belum selesai, harus ditutup (dilindungi) dengan kertas semen,
atau dengan cara-cara lain yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Siar atau celah antara dinding dengan kolom
bangunan, dinding dengan bukaan dinding atau dinding dengan
peralatan, harus ditutup dengan bahan pengisi celah.

Pekerjaan Adukan dan a. LINGKUP PEKERJAAN


Plesteran Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan kebutuhan
persyaratan yang tercantum dibawah ini :
 Tembok dinding batu bata ringan yang akan diplester harus
datar.
 Sebelum memulai memplester tembok harus digaruk dengan
sapu lidi dan dibersihkan dengan air tawar (air minum).
 Tebal lapis plester dengan semen instan hanya 8 mm – 10 mm
 Adukan yang dipakai : semen instan type plasteran dan hanya
perlu ditambahkan air secukupnya tanpa material lainnya
seperti pasir dan lain-lainnya.

b. BAHAN-BAHAN
 Semen Portland Cement Gresik/Tiga Roda.
 Pasir Pasang Wajak/Lokal
 Timba 2 pcs.
 Cetok.
 Roskam ( kasut ) yang terbuat dari steel ( baja ) atau pvc bisa
juga yang dari kayu.
 Kertas bekas bungkus semen.
 Kuas ukuran 3 dim.

c. PELAKSANAAN PEKERJAAN
 Tembok yang akan diplester dibagi dalam beberapa bagian
(petakpetak).
 Pada keempat sudut petak tembok dipasang paku dengan
kepala menonjol ± 3 cm dari bidang tembok, untuk
merentangkan benang.
 Jarak benang dari sisi tembok 1,5 cm dan bila ada tembok yang
menempel pada benang, maka temboknya harus dipahat dulu
supaya didapat plester sama tebal dan rata.
 Di tempat-tempat tertentu yaitu pada paku dan rentangan
benang dibuat plester utama yang berhimpit dengan benang-
benang tadi, sebagai standar tebal plester.
 Plester utama yang vertikal ini dibuat tiap-tiap jarak 1,00
meter. Setelah ini selesai, benang dapat dilepas.
 Diantara 2 lajur plester utama di isi penuh dengan adukan,
kemudian digores dengan penggaris besar dan lurus mulai dari
bawah ke atas untuk memperoleh bidang yang rata.
 Rusuk-rusuk dan sudut pertemuan plester tembok harus
merupakan sudut siku ( = 90°) dan ini harus diplester.

5 PEKERJAAN PINTU Sejalan dengan teknologi terkini, bangunan modern memerlukan


pengamanan berkulaitas tinggi untuk bertahan dari bencana yang
tidak terduga; kebakaran. Pintu Penahan api adalah salah satu
perangkat terenting untuk mencegah api menjalar dari satu ruangan
ke ruangan lainnya. Pintu khusus penahan api diharuskan sebagai
sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan harus
mengikuti regulasi, persyaratan teknis, dan standarisasi pekerjaan
umum.
Pintu Penahan api mempunyai fungsi ganda, selain mencegah
menjalarnya api dan asap, juga merupakan sarana darurat penting
bagi keselamatan penghuni bangunan. Emergency Exit Door atau
Pintu Darurat befungis untuk memudahkan akses ruangan ke tangga
darurat menggunakan aksesoris dan spesifikasi khusus anti api.

Kriteria Performa
1. Stabilitas Terhadap Api adalah kemampuan dari konstruksi gedung
dengan / tanpa bantalan peluru untuk menahan keruntuhan pada
saat terjadinya kebakaran;
2. Integritas Terhadap Api adalah kemampuan materia bangunan untuk
mempertahankan bentuk dan fungsi saat terjadinya kebakaran.
Isolasi Panas adalah kemampuan faktor pembagi ruangan untuk
mencegah transfer panas dari ruangan yang terbakar.

Kusen
Material terbuat dari pelat baja yang digalvanis untuk menahan
korosi.
Ketebalan pelat baja 2 mm dan Lebar / Ketebalan kusen adalah 9.5 -
12 cm (95 – 120 mm) Pengecatan: Cat dasar dan Powder Coating 60
mikron.

Daun Pintu
Material terbuat dari pelat baja yang digalvanis untuk menahan
korosi. ketebalan pelat baja 1,5 mm dan Lebar / Ketebalan daun
pintu adalah 7 cm (70 mm).

Pengecatan
Cat Dasar dan Powder Coating 60 mikron Insulasi Daun Pintu Insulasi
untuk Pintu Fire-Rated Rockwool/Perlite Board dengan density 100
kg/m3, dengan density 100 kg/m3 dengan support tulang struktur
dan kepadatan insulasi pada daun pintu dapat menambah integritas
dan kekedapan suara pintu baja.

Perlengkapan
- Engsel : Mark tipe Flag Steel Hinge 5” x 3” x 3 mm
- Hardware : Mark Fire Door Accessories and Hardware
: Mark panic bar rim type, FHD
: Mark Panic Bar Handle Stainless steel 304, system
master key
- Untuk daun pintu ganda : Mark Panic Bar Vertical Rod
: Mark Flushbolt set
Rangka dan Struktur Fire Steel Door
Rangka dan Struktur
Rangka atau tulang pintu berfungsi untuk menjaga integritas dan
bentuk pintu agar tidak mudah berubah dalam jangka waktu yang
sangat lama. Presisi penekukan baja pada daun pintu dan kusen
dilakukan secara akurat dengan mesin desain dari Jerman.

Pengecatan
Sistem pengecatan pintu baja MARKS sudah menggunakan teknologi
mesin dan robotik yang menambah akurasi dari ketebalan warna
secara merata.
Cat menggunakan sistem Powder Coating dengan ketebalan 60
mikron
Setelah pintu baja di powder coating lalu cat akan dikeringkan
menggunakan oven dengan temperature 200 °C dengan minimal
waktu 10 sampai 15 menit. (Pengajuan material doorsteel harus
disertai dengan gambar).

KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan pembuatan dan
pemasangan kusen, daun pintu dan jendela dengan bahan-bahan
dari Aluminium, termasuk menyediakan bahan, tenaga dan
peralatan untuk pekerjaan ini.

6 PEKERJAAN KACA a. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan ini meliputi pengangkutan, penyediaan tenaga
kerja, alat-alat dan bahan-bahan serta pemasangan kaca dan
cermin beserta aksesorinya, pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
b. STANDAR/RUJUKAN
Standar Nasional Indonesia (SNI).

c. PROSEDUR UMUM
1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan berikut data teknis bahan yang akan digunakan
harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dalam ukuran
dan detail yang dianggap memadai, untuk dapat diuji
kebenarannya terhadap standar atau ketentuan yang
disyaratkan.
2. Pengiriman dan Penyimpanan
 Semua bahan kaca yang didatangkan harus dilengkapi
dengan merek pabrik dan data teknisnya;
 Bahan kaca tersebut harus disimpan di tempat yang aman
dan terlindung sehingga terhindar dari keretakan, pecah,
cacat atau kerusakan lainnya yang tidak diinginkan.

d. BAHAN-BAHAN
 Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear
float glass yang datar dan ketebalannya merata, tanpa cacat
dan dari kualitas yang baik yang memenuhi ketentuan SNI 15-
0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987, seperti tipe Indoflot
buatan Asahimas , Mulia;
 Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar
Kerja.

e. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Umum
 Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang
menyatakan tipe kaca, ketebalan kaca dan kualitas kaca;
 Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas;
 Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari
pabrik;
 Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli
dalam bidang pekerjaannya.
2. Pemasangan Kaca
a) Sela dan Toleransi Pemotongan Sela dan toleransi
pemotongan sesuai ketentuan berikut :
 Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal
3mm;
 Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal
6mm;
 Kedalaman celah minimal 16 mm;
 Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh
kaca adalah +3mm atau -1,5 mm;
 Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai
dengan jenis gasket yang digunakan.
b) Persiapan Permukaan
 Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun
jendela, bingkai partisi dan bagian-bagian lain yang akan
diberikan kaca harus diperiksa bahwa mereka dapat
bergerak dengan baik;
 Daun pintu dan daun jendela harus diamankan
atau dalam keadaan terkunci atau tertutup sampai
pekerjaan pemolesan dan pemasangan kaca selesai;
 Permukaan semua celah harus bersih dan kering
dan dikerjakan sesuai petunjuk pabrik;
 Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus
bebas dari debu, lembab dan lapisan bahan kimia yang
berasal dari pabrik.
c) Neoprene/Gasket dan Seal
 Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan
jendela harus dilengkapi dengan Neoprene/Gasket yang
sesuai;
 Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar
kusen dengan daun pintu dan jendela, yang berfungsi
sebagai seal pada ruang yang dikondisikan.
d) Penggantian dan Pembersihan
 Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca
harus sudah dalam keadaan bersih, tidak ada lagi merek
perusahaan, kotoran-kotoran dalam bentuk apapun;
Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus
diganti oleh Kontraktor tanpa tambahan biaya dari
Pemilik Proyek.
7 PEKERJAAN ALAT a. LINGKUP PEKERJAAN
PENGGANTUNG DAN Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua
PENGUNCI alat penggantung dan pengunci pada semua daun pintu dan
jendela sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja dan atau Spesifikasi
Teknis.
b. STANDAR/RUJUKAN
 SNI (Standar Nasional Indonesia);
 ASTM (American Standard Testing Materials);
 JIS (Japanese International Standard).
c. PROSEDUR UMUM
1) Contoh
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat
penggantung dan pengunci yang akan dipakai harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui,
sebelum dibawa kelokasi proyek.
2) Pengiriman dan Penyimpanan
Alat penggantung dan pengunci harus dikirimkan ke lokasi
proyek dalam kemasan asli dari pabrik pembuatannya, tiap
alat harus dibungkus rapi dan masing-masing dikemas dalam
kotak yang masih utuh lengkap dengan nama pabrik dan
mereknya. Semua alat harus disimpan dalam tempat yang
kering dan terlindung dari kerusakan.
3) Ketidaksesuaian
Konsultan Pengawas berhak menolak bahan maupun
pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan dan Kontraktor
harus menggantinya dengan yang sesuai. Segala hal yang
diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. BAHAN-BAHAN
1) Umum
 Semua bahan/alat yang tertulis dibawah ini harus
seluruhnya baru, kualitas baik, buatan pabrik yang dikenal
dan disetujui;
 Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang
memiliki nilai kelembapan lebih dari 70%;
 Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan
pengunci yang didatangkan harus sesuai dengan tipe-tipe
tersebut dibawah.
2) Alat Penggantung dan Pengunci
a) Rangka Bagian Dalam
a. Umum
1. Kunci untuk semua pintu luar dan dalam (kecuali
pintu kaca dan pintu KM/WC) harus sama dengan
merek DEKSON atau SOLID dengan sistem Master
Key model U handle.
2. Semua kunci harus terdiri dari :
 Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan
nikel stainless steel atau kuningan dengan 2
kali putar, dengan 3 (tiga) buah anak kunci;
 Hendel/pegangan bentuk gagang atau kenop
diatas plat yang terbuat dari bahan nikel
stainless steel hair line;
 Badan kunci tipe tanam (mortice lock) yang
terbuat dari bahan baja lapis seng dengan
jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan
jenis bahan daun pintu (besi, kayu atau
alumunium), yang dilengkapi dengan lidah
siang (latch bolt), lidah malam (dead bolt),
lubang silinder, face plate, lubang untuk
pegangan pintu dan dilengkapi strike plate.
b. Kunci dan Pegangan Pintu KM/WC
 Kunci pintu KM/WC harus sesuai dengan merek
DEKSON atau SOLID, dan terdiri dari :
 Selot pengunci diatas pelat dibagian sisi dalam
pintu, dengan indikator merah/biru di bagian
sisi luar pintu;
 Hendel bentuk gagang di atas pelat;
 Bahan kunci yang dilengkapi lidah pengunci
(latch bolt), lubang untuk selot pengunci dan
hendel, face plate dan strike plate.

b) Engsel
 Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu kayu
dan alumunium tipe ayun dengan bukaan satu arah,
harus dari tipe kupu-kupu dengan Ball Bearing
berukuran 102mm x 76mm x 3mm, seperti tipe SELL
0007 buatan DEKSON atau SOLID;
 Kecuali ditentukan adanya penggunaan engsel
kupu-kupu, engsel untuk semua daun jendela harus dari
tipe friction stay dari ukuran yang sesuai dengan ukuran
dan berat jendela. Produk DEKSON atau SOLID. Engsel
tipe kupu-kupu dengan Ball Bearing untuk jendela harus
berukuran 76mm x 64mm x 2mm, produk DEKSON atau
SOLID.
c) Hak Angin
Hak angin untuk jendela yang menggunakan engsel tipe
kupu-kupu produk DEKSON atau SOLID.
d) Pengunci Jendela
Pengunci jendela untuk jendela dengan engsel tipe friction
stay harus dari jenis spring knip produk DEKSON atau SOLID.
e) Grendel Tanam/ Flush Bolt
Semua pintu ganda harus dilengkapi dengan grendel tanam
produk DEKSON atau SOLID.
f) Gembok
Gembok produk DEKSON atau SOLID dalam warna solid
brass untuk pintu-pintu [pelayanan atau sesuai petunjuk
dalan Gambar Kerja.
g) Penahan Pintu (Door Stop)
Penahan pintu untuk mencegah benturan daun pintu
dengan dinding harus dari tipe pemasangan dilantai produk
DEKSON atau SOLID.
h) Pull Handle
Pegangan pintu yang memakai floor hing atau semi frame
less menggunakan handle buka produk DEKSON atau SOLID.
i) Warna/Lapisan
Semua alat penggantung dan pengunci harus berwarna matt
chrome/stainless steel hair line finish, kecuali bila ditentukan
lain.
j) Perlengkapan Lain
Door closer : DEKSON atau SOLID
Gasket
Ketentuan pemasangan gasket pada pintu adalah sebagai
berikut :
 Airtight - PEMKO S2/S3
 Fireproof - PEMKO S88
 Smokeproof - PEMKO S88
 Soundproof - PEMKO 320 AN
 Weatherproof - PEMKO S2/S3
k) Floorhinge
Floorhinge yang digunakan adalah untuk menahan beban
pintu sampai dengan 100kg (220x90cm) merk Dekson FH
DKS 84
e. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1) Umum
a) Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus
sesuai dengan persyaratan serta sesuai dengan petunjuk
dari pabrik pembuatnya;
b)Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan kokoh
dan rapih pada tempatnya, untuk menjamin kekuatan
serta kesempurnaan fungsinya;
c) Setiap daun jendela dipasangkan ke kusen dengan
menggunakan 2 (dua) buah engsel dan setiap daun
jendela yang menggunakan engsel tipe kupu-kupu harus
dilengkapi dengan 1 (satu) buah hak angin, sedangkan
daun jendela dengan friction stay harus dilengkapi
dengan 1 (satu) buah alat pengunci yang memiliki
pagangan;
d)Semua pintu dipasangkan ke kusen dengan menggunakan
3 (tiga) buah engsel.
e)Semua pintu memakai kunci pintu lengkap dengan badan
kunci, silinder, hendel/pelat, kecuali untuk pintu
KM/WC yang tanpa kunci silinder;
f) Engsel bagian atas untuk pintu kaca menggunakan pin
yang bersatu dengan bingkai bawah pemegang pintu
kaca.
2) Pemasangan Pintu
a)Kunci pintu dipasang pada ketinggalan 1000mm dari
lantai;
b) Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 120mm
dari tepi atas daun pintu dan engsel bawah berjarak
maksimal 250mm dari tepi bawah daun pintu, sedang
engsel tengah dipasang diantar kedua engsel tersebut;
c)Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan
pegangan (hendel), pelat penutup muka dan pelat
kunci;
d) Pada pintu yang terdiri dari dua daun pintu, salah
satunya harus dipasang slot tanam sebagaimana
mestinya, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar
Kerja.
3) Pemasangan Jendela
a) Daun jendela dengan engsel tipe casement dipasangkan
ke kusen dengan menggunakan engsel dan dilengkapi
hak angin, dengan cara pemasangan sesuai petunjuk
dari pabrik pembuatnya dalam Gambar Kerja;
b) Daun jendela tidak berengsel dipasangkan ke kusen
dengan menggunakan friction stay (tipe casement) yang
merangkap sebagai hak angin, dengan cara pemasangan
sesuai petunjuk dari pabrik pembuatnya;
Penempatan engsel harus sesuai dengan arah buakaan
jendela yang diinginkan seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja, dan setiap jendela harus dilengkapi dengan sebuah
pengunci.

1. Alumunium
Pekerjaan Aluminium
8 a) Alumunium untuk kusen pintu/jendela dan untuk daun
pintu/jendela adalah dari jenis alumunium alloy yang
memenuhi ketentuan SNI 07-0603-1989 dan ATSM B221 M,
dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik, dengan
lapisan clear anodized minimal 16 mikron yang diberi lapisan
warna akhir polish snolok di pabrik dalam warna sesuai
Skema warna yang ditentukan kemudian;
b) Tebal profil minimal 1,3 mm, seperti merek Alexindo,
dengan ukuran 4” dan bentuk sesuai Gambar Kerja. Dimensi
profil dapat berubah tergantung jenis profil yang nanti
disetujui;
c) kecuali ditentukan lain, semua pintu dan jendela harus
dilengkapi dengan perlengkapan standar dari pabrik
pembuatan.
2. Alat Pengencang dan Aksesori
a) Alat pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat ISIA
seri 300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk
mencegah reaksi elektronik antara alat pengencang dan
komponen yang dikencangkan;
b) Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal
minimal 2mm;
c) Penahan udara dari bahan vinyl;
d) Bahan penutup sekrup agar tidak terlihat yang memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis.
3. Kaca dan Neoprene/Gasket
a) Kaca untuk pintu dan jendela alumunium harus memenuhi
ketentuan;
b) Neoprene/Gasket untuk pelindung cuaca pada pemasangan
kaca pekerjaan alumunium harus memenuhi ketentuan;
c) Nomor Produk : 9K-20216, 9K-20219;
d) Bahan : EPDM
e) Sifat Material : Tahan terhadap perubahan cuaca
4. Perlengkapan pintu dan jendela
Perlengkapan pintu dan jendela seperti kunci, engsel dan lainnya
sesuai ketentuan.
5. Sealant Dinding (Tembok)
a) Bahan : Single komponen
b) Type : Silicone Sealant
6. Screw
a) Nomor Produk : K-6612A, CP-4008, dan lain-lain
b) Bahan : Stainless Steel (SUS)
7. Joint Sealer
a) Sambungan antara profile horisontal dengan vertikal diberi
sealer yang berserat guna menutup celah sambungan profile
tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan
suara;
b) Nomor Produk : 9K-20284, 9K-20212
c) Bahan : Butyl Rubber

PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Fabrikasi
a) Pekerjaan pabrikasi atau pemasangan tidak boleh
dilaksanakan sebelum Gambar Detail Pelaksanaan yang
diserahkan Kontraktor disetujui Konsultan Pengawas;
b) Semua komponen harus difabrikasi dan dirakit secara tepat
sesuai bentuk dan ukuran aktual dilokasi serta dipasang
pada lokasi yang telah ditentukan.
2. Pemasangan
a) Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan
Pengawas sebagai acuan dan contoh untuk pemasangan
berikutnya;
b) Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi
komponen-komponen. Bila suatu sambungan tidak
digambarkan dalam Gambar Kerja, sambungan-sambungan
tersebut harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa
sehingga sambungan-sambungan tersebut dappat
meneruskan beban dan menahan tekanan yang harus
diterimanya;
c) Semua komponen harus sesuai dengan pola yang
ditentukan;
d) Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau
bingkai harus dilengkapi dengan angkur pada jarak setiap
500mm;
e) Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen
atau adukan harus dilindungi dengan cat transparan atau
lembaran plastik;
f) Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan
elemen baja harus dilapisi dengan cat khusus yang
direkomendasikan pabrik pembuat, untuk mencegah
kerusakan komposisi alumunium;
g) Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan
dipasang pada bagian alumunium harus terdiri dari bahan
yang tidak menimbulkan reaksi elektronik, seperti baja anti
karat, nilon, neoprene dan lainnya;
h) Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali
ditentukan lain;
i) Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran
yang dikerjakan sebelum pelaksanaan anokdisasi;
j) Pemasangan kaca pada profil alumunium harus dilengkapi
dengan Gasket atau sealant;
k) Kunci dan engsel harus dipasang sesuai ketentuan dalam
Gambar Kerja dan memenuhi ketentuan;
l) Penutup celah harus digunakan sesuai rekomendasi dari
pabrik pembuat dan memenuhi ketentuan;
m) Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela alumunium,
boleh dibawa kelapangan/halaman pekerjaan jikalau
pekerjaan konstruksi benar-benar mencapai tahap
pemasangan kusen, pintu dan jendela;
n) Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun;
o) Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus
runcing (adu manis) halus dan rata, serta bersih dari
goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi
permukaan;
p) Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan
rata serta bersih dari goresan-goresan serta cacat yang
mempengaruhi permukaan;
q) Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan
pelaksanaan dan brosur serta persyaratan teknis yang benar;
r) Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau
benda yang berlainan sifatnya harus diberi “sealant”;
s) Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup
kepala tanam galvanized sedemikian rupa sehingga hair line
dari tiap sambungan harus kedap air;
t) Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama
pengerjaan harus tetap dilindungi dengan “Lacquer Film”;
u) Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding
dan bila kosen; alumunium telah terpasang maka kosen
tersebut harus tetap terlindungi oleh Lacquer Film atau
plastic tape agar kosen tetap terjamin kebersihannya.

9 Pekerjaan Besi a. LINGKUP PEKERJAAN


 Pekerjaan ini mencakup semua pembuatan dan pemasangan
railing, seperti yang tercantum dalam gambar dan RKS,
meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan yang
diperlukan untuk pekerjaan ini.
 Pekerjaan ini mencakup antara lain :
 Railing : tangga sirkulasi umum.
b. STANDAR/RUJUKAN
 American Society for Testing and Materials (ASTM);
 American Welding Society (AWS);
 American Institute of Steel Construction (AISC);
 American National Standard Institute (ANSI);
 Standar Nasional Indonesia (SNI) :
 SNI 03-1729-2002 – Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
untuk Bangunan Gedung
c. PROSEDUR UMUM
1) Contoh Bahan dan Sertifikat Pabrik
Contoh bahan – bahan beserta Sertifikat Pabrik yang
mencakup sifat mekanik, data teknis/brosur bahan metal
bersangkutan, harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum
pengadaan bahan ke lokasi proyek.
2) Gambar Detail Pelaksanaan
Sebulan sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus
membuat dan menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan dan
daftar bahan untuk disetujui Konsultan Pengawas. Daftar
berikut harus tercakup dalam Gambar Detail Pelaksanaan :
 Spesifikasi teknis bahan;
 Dimensi bahan;
 Detail fabrikasi;
 Detail penyambungan dan pengelasan;
 Detail pemasangan;
 Data jumlah setiap bahan.
3) Pengiriman dan Penyimpanan
 Semua bahan yang didatangkan harus dilengkapi dengan
sertifikat pabrik yang menyatakan bahwa bahan tersebut
sesuai dengan standar yang ditetapkan;
 Semua bahan harus disimpan di tempat yang terlindung
dan aman sehingga terhindar dari segala jenis kerusakan,
baik sebelum dan selama pelaksanaan.
4) Ketidaksesuaian
 Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada
terhadap kemungkinan kesalahan/ketidaksesuaian, baik
dari segi dimensi, jumlah maupun pemasangan dan
lainnya;
 Konsultan Pengawas berhak menolak bahan maupun
pekerjaan fabrikasi yang tidak sesuai dengan Spesifikasi
Teknis maupun Gambar Kerja;
 Kontraktor wajib menggantinya dengan yang sesuai dan
beban yang diakibatkan sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor, tanpa adanya tambahan biaya dan
waktu.
d. BAHAN-BAHAN
1) Umum
 Pipa railing untuk tangga menggunakan pipa Stainless
dengan ukuran sesuai gambar;
 Mutu pipa yang digunakan adalah mild steel yang memenuhi
persyaratan ASTM A-36 Bahan-bahan pelengkap harus dari
jenis yang sama dengan barang yang dipasangkan dan yang
paling cocok untuk maksud yang bersangkutan;
 Semua kelengkapan yang perlu demi kesempurnaan
pemasangan harus diadakan, walaupun tidak secara khusus
diperlihatkan dalam gambar atau RKS ini.
e. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1). Umum
 Contoh bahan-bahan yang akan dipakai harus
diperlihatkan kepada Pengawas untuk disetujui. Contoh
itu harus memperlihatkan kualitas pengelasan dan
penghalusan untuk standar dalam pekerjaan ini;
 Pengerjaan harus yang sebaik-baiknya. Semua pengerjaan
harus diselesaikan bebas dari puntiran, tekukan dan
hubungan terbuka;
 Pengerjaan di bengkel ataupun di lapangan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Semua
pengelasan, kecuali ditunjukkan lain, harus memakai las
listrik. Tenaga kerja yang melakukan hal ini harus benar-
benar ahli dan berpengalaman;
 Semua bagian yang dilas harus diratakan dan difinish
sehingga sama dengan permukaan sekitarnya. Bila
memakai pengikat-pengikat lain seperti clip keling dan
lain-lain yang tampak harus sama dalam finish dan warna
dengan bahan yang diikatnya;
 Penyambungan dengan baut harus dilakukan dengan cara
terbaik yang sesuai dengan maksudnya termasuk
perlengkapannya. Lubang-lubang untuk baut harus dibor
dan di-punch;
 Pemasangan (penyambungan dan pemasangan
accesorise) harus dilakukan oleh tukang yang ahli dan
berpengalaman. Semua railling tangga utama harus
terbungkus crome/stainles steel kecuali disebutkan lain;
 Semua untuk pekerjaan ini harus mengacu pada gambar
rencana, kecuali ditentukan lain;
Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki segala
kesalahan dalam penggambaran, tata letak dan fabrikasi
atas biaya Kontraktor
10 Pekerjaan Penutup Plafond a. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan panel gypsum
untuk pekerjaan, seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis ini.
b. STANDAR/RUJUKAN
 American Society for Testing and Materials (ASTM)
c. PROSEDUR UMUM
 Contoh Bahan dan Data Teknis
a) Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor
harus menyerahkan contoh bahan, data teknis dan detail
pemasangan pekerjaan ini kepada Konsultan Pengawas
untuk disetujui;
b) Bahan-bahan di sini diidentifikasikan dengan nama suatu
produk/ merek. Bahan-bahan dengan merek lain yang
dikenal dan setara dapat digunakan selama bahan
pengganti tersebut memiliki karakteristik dan
kemampuan yang sama dengan produk yang disebutkan
dalam Spesifikasi Teknis ini dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
 Pengiriman dan Penyimpanan
a) Semua panel kalsium silikat harus disimpan di atas lantai
kering yang rata, dan harus ditutup dengan papan
pelindung yang bertulis yang berasal dari pabrik pembuat
panel;
b) Tumpukan panel harus ditutup dengan terpal yang
longgar agar udara dapat bersirkulasi dengan bebas di
sekitar tumpukan;
 Ketidaksesuaian
a)Konsultan Pengawas berhak menolak setiap pekerjaan yang
dilaksanakan tidak sesuai ketentuan yang disyaratkan
atau tidak sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknis ini;
b)Semua biaya yang ditimbulkan karena perbaikan atau
penolakan pekerjaan ini menjadi beban Kontraktor;
c) Penolakan dapat disebabkan antara lain kesalahan
Kontraktor dalam pemasangan bahan yang tidak sesuai,
atau pengaplikasian yang tidak sesuai dengan ketentuan
Gambar Kerja atau Spesifikasi Teknis ini.

d. BAHAN-BAHAN
 Panel Gypsum
Panel gypsum harus dibuat dari bahan baku semen dan tepung
pasir alam yang diperkuat dengan serat sekaligus sebagai
penulangan, dan dengan proses pengeringan autoclave, dan
memiliki sifat dan karakteristik sebagai berikut :
a. Tidak mengandung asbes;
b.Stabil dan tidak mudah mengalami muai – susut;
c. Tahan air;
d.Tidak mudah terbakar dan tidak menyebarkan nyala api;
e. Tidak mudah lapuk dan membusuk;
f. Mudah dipotong, dipaku atau disekrup;
g. Tahan rayap dan binatang kecil lainnya;
h.Memiliki permukaan yang rata sehingga tidak memerlukan
dempul atau meni seperti Kalsiboard produksi Jayaboard,
Elephant.
Ketebalan dan ukuran harus sesuai dengan petunjuk dalam
Gambar Kerja.
 Perlengkapan Pemasangan
Rangka
Rangka metal berupa produk jadi (prefabrikasi) untuk
pemasangan panel pada langit – langit, eksterior dan tempat-
tempat lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Harus
dibuat dari bahan baja ringan lapis seng dan alumunium
seperti Zincalume atau Galvalum, dengan bentuk dan ukuran
yang sesuai untuk pemasangan panel kalsium silikat, seperti
buatan Jayaboard, Kencana, sesuai rekomendasi dari pabrik
pembuat panel.
 Alat Pengencang
a. Alat pengencang panel pada rangka metal harus berupa
sekrup jenis self-embeded-head dan self-tapping yang
memiliki lapisan anti karat jenis electro-plating;
b. Alat pengencang pada rangka kayu harus berupa paku
yang memiliki kepala lebar dan berbadan langsing dan
diberi lapisan seng agar tidak berkarat.
 Pita Penyambung Berperekat (Self Adhesive Join Tape)
Pita penyambung harus dibuat dari bahan serat gelas
(fibreglass) yang kuat dan memiliki perekat, sesuai dengan
Join Tape Kalsiboard.
 Kompon
Kompon untuk pemasangan panel kalsium silikat harus
didesain khusus sehingga dapat digunakan untuk sistem
sambungan tertutup (flush joint system), penutup kepala
sekrup atau paku.
 Bahan Penutup dan Pengisi Celah
Bahan penutup dan pengisi celah untuk setiap sambungan dan
celah antara panel semen berserat harus sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
 Pengecatan
Pengecatan untuk penyelesaian permukaan panel harus sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat panel dan sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.
e. PELAKSANAAN PEKERJAAN
 Umum
Panel kalsium silikat digunakan untuk pemasangan interior
maupun eksterior pada tempat-tempat seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja. Panel kalsium silikat harus diolah dan
dikerjakan sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya.
 Persiapan
Panel kalsium silikat memiliki permukaan yang halus yang
membutuhkan persiapan minimal sebelum penyelesaian. Panel
kalsium silikat harus dipotong dengan alat pemotong yang
direkomendasikan pabrik pembuat panel sehingga akan
dihasilkan potongan yang rata dan licin.
Pengebor elektris dapat digunakan untuk melubangi panel untuk
penempatan peralatan, seperti armatur lampu, kisi-kisi udara dan
lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
 Pengencangan
a) Ukuran dan jenis alat pengencang yang akan digunakan
harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat panel
kalsium silikat;
b) Penempatan paku atau sekrup harus sesuai rekomendasi
dari pabrik pembuat panel. Paku atau sekrup harus
terbenam sampai rata dengan permukaan panel. Kepala
paku atau sekrup kemudian ditutup dengan kompon agar
diperoleh permukaan panel yang halus.
 Sambungan
a) Setiap sambungan panel, baik sambungan terbuka /
bercelah ataupun berbentuk garis, harus diisi dengan bahan
penutup dan pengisi yang bersifat lentur dan tahan cuaca
seperti direkomendasikan pabrik pembuat panel, atau sesuai
ketentuan;
b) Bahan pengisi sambungan harus diaplikasikan di atas batang
penumpu yang memiliki ukuran yang sesuai, seperti
direkomendasikan oleh pabrik pembuatan bahan pengisi;
c) Agar diperoleh permukaan yang halus dan menerus tanpa
sambungan, sambungan harus ditutup dengan sistem
sambungan tertutup yang direkomendasikan pabrik
pembuat panel.
 Aplikasi
Untuk aplikasi langit-langit dan lainnya, pemasangan antara lain
harus sebagai berikut :
a. Panel harus dipotong dalam ukuran sesuai Gambar Kerja dan
ukuran di lokasi pekerjaan;
b. Panel dipasang pada rangka metal atau rangka kayu yang
sudah diberi bahan pengawet, dengan alat pengencang
dalam ukuran yang sesuai rekomendasi pabrik pembuatnya;
c. Sambungan antara panel harus ditutup/ diisi dengan pita
penyambung dan kompon penutup sesuai rekomendasi
pabrik pembuat panel.

 Penyelesaian
a. Untuk mendapatkan penyelesaian yang baik, permukaan
harus diamplas ringan dengan amplas halus dan setiap debu
harus disingkirkan dari permukaan dengan kain kasar yang
bersih. Butir-butir lepas yang menempel pada permukaan
harus dihilangkan dengan pengikis besi;
b. Panel kemudian dilapisi dengan 2 (dua) lapis cat emulsi;
Warna-warna cat harus sesuai Skema Warna yang akan ditentukan
kemudian.
11 Pekerjaan Penutup Lantai UBIN LANTAI (homogeneus tile)
a. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan ubin
homogenous tile pada tempat-tempat sesuai petunjuk Gambar
Kerja serta Spesifikasi Teknis ini. Homogenous tile tipe polished
dan unpolished ukuran 60x60 cm menggunakan merek Sierra
Tiles, Granito, dengan warna Ivory White. Homogenous tile tipe
polished digunakan pada semua ruang dalam kecuali ruang basah
dan tangga. Homogeous tile tipe unpolished digunakan untuk
semua ruang basah, tangga dan teras
b. STANDAR/RUJUKAN
1) Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
2) Standar Nasional Indonesia (SNI)
3) SNI 03-4062-1996 – Ubin Lantai Keramik Berglaris
4) Australian Standard (AS)
5) British Standard (BS)
6) American National Standard Institute (ANSI).
c. PROSEDUR UMUM
1) Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan
 Contoh bahan dan teknis/brosur bahan yang akan digunakan
harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk
disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek;
 Contoh bahan ubin harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) set
masing-masing dengan 4 (empat) gradasi warna untuk setiap
set;
 Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
2) Pengiriman dan Penyimpanan
Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam
kemasan pabrik yang belum dibuka dan dilindungi dengan
label/merek dagang yang utuh dan jelas.
d. BAHAN-BAHAN
1) Umum
 Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang
dikenal yang memenuhi ketentuan SNI;
 Ubin yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya
tidak lurus, sudut-sudutnya tidak siku, retak atau cacat
lainnya, tidak boleh dipasang.
2) Ubin Homogeous tile
Ubin Homogeous tile polished dan unpolished merek sesuai
gambar kerja, terdiri dari beberapa jenis seperti tersebut
berikut :
 Ubin homogeneus tile unpolished tipe non-slip ukuran
600mm x 600mm untuk lantai KM/WC, area tangga dan
teras;
 Ubin homogeneus tile polished ukuran 600mm x 600mm
untuk tempat-tempat lain seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
3) Adukan
 Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi
bahan tambahan penguat dalam jumlah penggunaan
sesuai petunjuk dari pabri pembuat;
 Bahan-bahan adukan dan bahan-bahan tambahan harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis;
 Adukan perekat khusus untuk memasang ubin, jika
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk
Pengawas Lapangan, harus memenuhi ketentuan AS
2356, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385, seperti Lemkra FK
101 dan Lemkra FK 103 (khusus daerah basah), AM 30
Mortarflex, ASA Fixall.
4) Adukan Pengisian Celah
Adukan pengisi celah harus merupakan produk campuran
semen siap pakai, yang diberi warna dari pabrik pembuat,
seperti Lekra FS Nat Flexible, AM 50 Coloured Ceramic
Grout, ASA Coloured Grout.

e. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1) Persiapan
 Pekerjaan pemasangan ubin baru boleh dilakukan setelah
pekerjaan lainnya benar-benar selesai;
 Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua pekerjaan
pemipaan air bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang
terletak dibelakang atau dibawah pasangan ubin ini telah
diselesaikan terlebih dahulu.
2) Pemasangan
 Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dan bagian lain
yang harus kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 3
pasir dan sejumlah bahan tambahan, kecuali bila ditentukan
lain dalam Gambar Kerja;
 Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari
25mm, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja;
 Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan
diatas lapisan pasir dengan ketebalan sesuai Gambar Kerja;
 Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh
berongga. Harus dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar
bidang ubin yamg terpasang tetap lurus dan rat;
 Ubin yang salah letaknya, cacat atau pecah harus dibongkar
dan diganti;
 Ubin mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri
yang dikehendaki dapat terbentuk dengan baik;
 Sambungan atau celah-celah antar ubin harus lurus, rat dan
seragam, saling tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih
dari 1,6mm, kecuali bila ditentukan lain;
 Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan;
 Pemotongan ubin harus dikerjakan dengan keahlian dan
dilakukan hanya pada satu sisi, bila tidak terhindarkan;
 Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut
pertemuan, pengakhiran dan bentuk-bentuk yang lainnya
harus dikerjakan serapi dan sesempuna mungkin;
 Siar antar ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang
berwarna sama dengan warna keramiknya dan disetujui
Konsultan Pengawas;
 Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi
penuh garis-garis siar;
 Setelah semen mengisi cukup mengeras, bekas-bekas
pengecoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru
dan bersih;
 Setiap pemasangan ubin keramik seluas 8m2 harus diberi
celah mulai yang terdiri dari penutup celah yang ditumpu
dengan batang penyangga berupa polystyrene atau
polyethylene. Lebar celah mulai harus sesuai petunjuk dalam
Gambar Kerja atau sesuai pengarahan dari Konsultan
Pengawas;
 Bahan berikut cara pemasangan penutup celah dan
penyangganya harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
3) Pembersihan dan Perlindungan
Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-
benar bersih, tidak ada yang cacat, bila dianggap perlu
permukaan ubin harus diberi perlindungan misalnya dengan
sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan, tanpa
merusak permukaan ubin
12 Pekerjaan Penutup Atap GENTENG BITUMEN ONDUVILLA
a. LINGKUP PEKERJAAN
 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar rencana dengan
hasil baik dan sempurna sampai diterima oleh Konsultan
Pengawas;
 Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan
pengadaan, pemasangan, penyetelan penutup atap
bangunan lapangan tenis tertutup, dengan bentuk atap
melengkung seperti yang ditunjukkan dalam gambar dan
termasuk antara lain dengan aksesorisnya, nok, reng, kaso
dan insulasi bangunan atau sesuai dengan petunjuk dari
Perencana dan Pengawas.
b. PERSYARATAN BAHAN
1) Bahan Penutup Atap
 Diskripsi;
Lembaran Bitumen bergelombang monolayer yang
terbuat dari serat organik, diberi warna dengan fikmen
mineral dan resin thermosetting pada kedua sisi (atas
dan bawah ) dengan model genteng enam gelombang.
 Terbuat dari bahan dasar: Bitumen Selulosa
 Dimensi / ukuran : Panjang 400 mm ( - 0 s/d +20 )
: lebar 1.060 mm ( - 20 s/d +20 )
: Tebal 3 mm ( ± 0,3 )
 Korugasi / Gelombang : 6 korugasi + 5 bagian datar
perlembar
: Lebar 95 mm ( ± 2 )
: Tinggi 38 mm ( ± 2 )
 Berat : 1,27 Kg perlembar ; 4 Kg
permeter persegi
 Warna : Greentile
 Kandungan Bitumen : Lebih besar dari 40 %
 Standart Spesifikasi Material : EN 534 ; 2006 –
Corrugated bitumen sheets ; Product Spesification And
Test Methods - kategori R serta ETA 10 -/0018.
2) Aksesoris Atap
Atap bitumen selulosa monolayer sebagai penutup atap
harus dilengkapi dengan aksesoris-aksesoris material
sejenis, yang antara lain :
 Nok Ridge capping;
 Verge Piece ( penutup akhir );
 Sekrup ( sesuai type yang dibutuhkan );
3) Sekrup
Sekrup yang dipakai adalah sekrup yang memenuhi
persyaratan.
4) Lapisan Insulasi
Lapisan insulasi yang digunakan adalah dari jenis glasswool
dengan alumunium foil double sided yang ditahan dengan
kawat wire mesh Ø1,5 mm dengan jarak maks. 50 mm yang
diikat pada gording.
5) Bahan-bahan yang didatangkan ke lapangan, adalah baru
(bukan bekas/rekondisi) dalam keadaan baik dan tidak
cacat, diseleksi terlebih dahulu dan mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas.
6) Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas kerusakan,
kehilangan bahan-bahan dalam pengiriman, penyimpanan
dan selama pelaksanaan.
c. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1) Sebelum pelaksanaan dimulai, Kontraktor diwajibkan
memeriksa gambar-gambar pelaksanaan termasuk lapisan-
lapisan insulasi seperti yang dinyatakan dalam gambar, serta
melakukan pengukuran-pengukuran setempat;
2) Berdasarkan gambar pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan
menyediakan shop drawing yang memperlihatkan
sambungan antara bahan yang satu dengan yang lain,
pengakhiran-pengakhiran dan lain-lainnya;
3) Sebelum dimulai pemasangan penutup atap, maka
permukaan semua gording atau rangka diperiksa terlebih
dahulu apakah sudah berada satu bidang yang rata (tidak
bergelombang), jarak reng 32 cm;
4) Pastikan jarak antar reng adalah 27 cm untuk reng pertama
dengan reng kedua ( paling bawah setelah listplang )
kemudian jarak reng selanjutnya 32 cm;
5) Pemasangan lembaran dimulai dari sisi paling bawahdari
bidang atap, dengan jarak overhang maksimal adalah 5 cm
dari listplang;
6) Penyekrupan menggunakan skrup dari pabrik onduvilla
dengan warna yang sesuai dengan lembar atapnya,
penyekrupan dilakukan pada setiap gelombang diantara dua
gelombang interlock pada lembaran atap;
7) Urutan penyekrupan dimulai dari gelombang sisi bawah
pertama dan kelima, dilanjutkan dengan gelombang
keduadengan keempat, gelombang keenam digunakan
untuk overlap dengan lembar atap selanjutnya. Gelombang
sisi atas digunakan untuk overlap dengan lembaran atap
diatasnya;
8) Pemasangan lembaran atap dengan pola pasangan susun
bata, baris pertama pemasangan menggunakan lembaran
atap utuh, baris kedua dari bawah dimulai dengan
menggunakan lembaran atap yang dipotong menjadi dua,
baris ketiga, kelima dan seterusnya seperti pada
pemasangan baris pertama, baris keempat, baris keenam,
dan seterusnya seperti pada baris kedua;
9) Pemasangan penutup listplang samping dengan
menggunakan asesoris dari onduvilla;
10) Pemasangan Nok, menggunakan standart onduvilla;
11) Penyekrupan pada nok pada setiap gelombang yang
bersentuhan dengan gelombang lainnya;
12) Gambar shof drawing dilakukan sebelum pekerjaan dimulai;
13) Pemasangan Talang Jurai atau Talang Tepi Atap Plat Baja
Lapis Seng (BJLS) disambung dengan teknis lipatan dan
disolder timah sepanjang sambungan. Sebelum dipasang
pada jurai atau tepi atap pelat ini dibentuk dan dicat dengan
plincote hingga merata;
14) Seluruh pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standar
spesifikasi dari pekerjaan termasuk jarak gording
kelengkungan atap dan overlap antara atap sesuai dengan
petunjuk/ persetujuan Pengawas;
Kontraktor bertanggung jawab terhadap hasil akhir dan
wajib memperbaiki atau mengganti yang rusak baik yang
terlihat maupun yang tersembunyi hingga menjadi baik
dengan seluruh biaya ditanggung Kontraktor.

13 Pekerjaan Rangka Atap Baja a. UMUM


 Pasal ini mengatur pelaksanaan pekerjaan baja berikut segala
peralatan pendukung yang dibutuhkan seperti tercantum
dalam gambar struktur dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari spesifikasi lainnya.
 Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh kontraktor yang
berpengalaman untuk pekerjaan ini dan harus disetujui oleh
konsultan Pengawas. Kontraktor harus mempunyai tenaga ahli
yang berpengalaman sehingga dapat mengatasi seluruh
masalah lapangan dengan cepat dan benar
 Kontraktor harus melampirkan struktur organisasi dan
membuat surat pernyataan yang menjamin bahwa personil
yang diajukan akan berada di lokasi proyek selama pekerjaan
berlangsung.
 Kontraktor harus melampirkan metode pelaksanaan serta alat-
alat yang akan digunakan dalam proyek ini dengan
memperhatikan urutan dan kecepatan pekerjaan.
 Kontraktor wajib menyediakan peralatan tersebut di lokasi
pekerjaan tepat pada waktunya sehingga tidak menghambat
pekerjaan lainya.

b. KETERANGAN BAHAN
 Bentuk dimensi, berat dan detail-detail lainnya harus sesuai
dengan gambar dan standard yang berlaku.
 Toleransi dimensi material baja yang digunakan harus
mengikuti ketentuan ASTM A 6 yang sebagian tercantum
dalam AISC (American Institute of Steel Construction) Code of
standard Practice section 5 & 6.
 Baut dan mur yang digunakan untuk pemasangan dan
penyetelan konstruksi baja harus sesuai gambar rencana dan
dari jenis baut hitam, mutu baja BJ 41.
 Grouting antara pedestal dan base plate memakai grouting
produk MBT type Masterflow 830
 Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan
baru, yaitu bahan yang belum pernah digunakan dan bilamana
dirasa perlu, Konsultan Pengawas berhak meminta sertifikat
pengiriman dari pabrik.
 Standard Toleransi Material.

JENIS TOLERANSI TOLERANSI


MATERIAL TINGGI / TEBAL
LEBAR (mm) (mm)
WF ( < 400) ± 2 ± 0,3
Canal C ± 4 ± 0,1
Pelat - ± 0,3
Besi Siku ± 4 ± 0,5
Plat Strip ± 4 ± 0,1
UNP ± 3 ± 0,3

 Kuda-kuda yang dipakai adalah baja dengan sistem sambungan


menggunakan Baut/Screw dan Dynabolt.

c. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, perangkaian
(assembling) dan ereksi (erection) seluruh pekerjaan
pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar kerja
meliputi :
 Pekerjaan rangka atap (roof truss)
 Pekerjaan reng (batten)
 Pekerjaan jurai dalam (valley gutter)

Lingkup pekerjaan tidak meliputi :


 Pemasangan rangka penutup atap
 Pemasangan listplank zincallume
 Pemasangan penutup kap / atap
 Asesories atap seperti perabung, talang jurai, wall plashing dll

d. PENGENDALIAN PEKERJAAN
 Kontraktor harus mempersiapkan gambar-gambar detail
pelaksanaan (shop drawing) semua batang dan sambungan
untuk disetujui dan dikoreksi oleh Konsultan Pengawas.
Pekerjaan baja tidak boleh dimulai sebelum Kontraktor
menerima gambar-gambar yang sudah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
 Setiap perbaikan atau perubahan dilapangan yang diakibatkan
ketidaktepatan panjang, maupun lubang-lubang baut atau hal-
hal lain harus ditanggung oleh Kontraktor.
 Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga yang ahli dan
berpengalaman. Teknik/cara pengelasan yang dipergunakan
harus memperhatikan mutumutu dan kwalitas dari las yang
dikerjakan. Setelah pengelasan maka sisa-sisa/kerak-kerak las
harus dibersihkan dengan baik.
 Untuk sambungan yang menggunakan baut, semua lubang-
lubang untuk baut harus dibor pada ukuran yang sesuai
dengan diameter baut yang digunakan. Tidak diperkenankan
membuat lubang dengan menggunakan brander (las api).
Toleransi diameter lubang baut :
Baut mutu tinggi : < 20 mm d ± 1 mm
(High tension bolt) : > 20 mm d ± 1,5 mm
Baut hitam d ± 0,5 mm
Baut angkur d ± 5 mm

 Pada semua pengelasan harus dilakukan “Visual Inspection


untuk mengetahui :
 Persiapan pengelasan sudah dilakukan dengan baik
(kebersihan, gap yang cukup, roof face yang betul dll.)
 Pemeriksaan / check porosity, undercut, retak permukaan
atau cacat cacat lain).
 Pemeriksaan ukuran dan type las.

 Apabila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas atau bila ada


keragu-raguan / keganjilan terhadap hasil “Liquid Penetrant
Test” tersebut, maka Konsultan Pengawas dapat meminta
Kontraktor untuk melakukan Radio Grafik atau Ultrasonic Test
sesuai AWS D 1.1 – 90.
 Sedikitnya satu ring harus dipasang dibawah pada bagian yang
diputar waktu mengencangkannya. Pengencangan baut harus
menggunakan kunci ring standard.

e. PERSYARATAN PENGUJIAN
 Contoh Material Kontraktor wajib menyediakan contoh
material (baja, baut dan lain-lain) untuk diuji pada
laboratorium yang disetuji oleh Konsultan Pengawas segala
biaya pengujian harus termasuk di dalam penawaran yang
diajukan.
 Uji pengelasan. Apabila dianggap perlu oleh Konsultan
Pengawas, maka akan dilakukan testing pada hasil pengelasan.
Type dan jumlah test untuk pengelasan disesuaikan dengan
kebutuhan sesuai AWS serta dilakukan atas biaya Kontraktor.

f. TOLERANSI PEMASANGAN
 Toleransi pemasangan dalam kedua arah dan deviasi sumbu
kolom-kolom terhadap garis vertikal pada titik terjauh masing-
masing dibatasi sampai maksimum 5 milimeter.

14 Pekerjaan Pengecatan a. KETERANGAN BAHAN


Bahan penutup dinding menggunakan Cat Interior dan Eksterior
dengan mutu yang baik.
b. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan dan
peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan
pengecatan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
c. PENGENDALIAN PEKERJAAN
Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus dikerjakan
sesuai dengan standar spesifikasi dari pabrik.
1) Contoh–contoh :
Kontraktor diharuskan menyerahkan contoh-contoh bahan
kepada Direksi Lapangan untuk mendapatkan persetujuan
Pemberi Tugas.
2) Pelaksanaan
a) Pelaksanaan harus dilakukan oleh tenaga ahli yang
khusus dalam pekerjaan ini dengan menunjukkan surat
keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan yang pernah
dikerjakan kepada Direksi Lapangan untuk mendapatkan
persetujuan;
b) Cat yang digunakan untuk seluruh proyek harus dari satu
macam produk saja;
c) Pelaksanaan pengecatan dengan peralatan bantu untuk
mempermudah serta mempercepat pengecatan dengan
hasil pengecatan yang akurat, teliti dan tepat pada
posisinya;
d) Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai
dari hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan. Bila hal
ini terjadi, Kontraktor harus memperbaiki tanpa biaya
tambahan;
e) Hasil pemasangan pekerjaan Aluminium Panel Composite
harus merupakan hasil pekerjaan yang rapi dan tidak
bergelombang;
f) Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu
selama 15 tahun terhadap sinar matahari dari pabrik
pembuatnya berupa Sertifikat Jaminan sesuai dengan
volume yang dibutuhkan.
g) Pekerjaan  ini  mencakup  semua pekerjaan  yang
berhubungan  dengan pengecatan memakai bahan-
bahan emulsi,  enamel, politur/teak oil, cat dasar,
pendempulan, baik yang dilaksanakan sebagai pekerjaan
permulaan, ditengah-tengah dan  akhir.  Yang dicat
adalah semua permukaan  baja/besi,  kayu, plesteran
tembok dan beton, dan permukaan-permukaan lain  yang
disebut dalam gambar dan RKS.

b. PROSEDUR UMUM
1) Kecuali ditentukan lain, semua permukaan eksterior dan
interior harus dicat dengan standar pengecatan minimal 1
(satu) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat akhir
2) Data Teknis dan Kartu Warna
3) Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu
warna dari cat yang akan digunakan, untuk disetujui terlebih
dahulu oleh Konsultan Pengawas;
4) Semua warna ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan akan
diterbitkan secara terpisah dalam suatu Skema Warna.
c. CONTOH DAN PENGUJIAN
1) Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di
lokasi proyek dalam kemasan tertutup, bertanda merek
dagang dan mencantumkan identitas cat yang ada didalamnya,
serta harus diserahkan tidak kurang 2 (dua) bulan sebelum
pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dini untuk
memungkinkan waktu pengujian selama 30 (tiga puluh) hari;
2) Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas
Lapangan mengambil 1 liter contoh dari setiap takaran yang
ada dan diambil secar acak dari kaleng/kemasan yang masih
tertutup. Isi dari kaleng/kemasan contoh harus diaduk dengan
sempurna untuk memperoleh contoh yang benar-benar dapat
mewakili;
3) Untuk pengujian, Kontraktor harus membuat contoh warna
dari cat-cat tersebut di atas 2 (dua) potongan kayu lapis atau
panel semen berserat berukuran 300mm x 300mm untuk
masing-masing warna. 1 (satu) contoh disimpan Kontraktor
dan 1 (satu) contoh lagi disimpan Konsultan Pengawas guna
memberikan kemungkinan untuk pengujian di masa
mendatang bila bahan tersebut ternyata tidak memenuhi
syarat setelah dikerjakan;
4) Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

d. BAHAN-BAHAN
1) Umum
a) Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup
patri/segel, dan masih jelas menunjukkan nama/merek
dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor
takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrikpetunjuk
dari pabrik dan nama pabrik pembuat, yang semuanya
harus masih absah pada saat pemakaiannya. Semua
bahan harus sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan
pada daftar cat;
b) Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal
dari satu pabrik/merek dagang dengan cat akhir yang akan
digunakan;
c) Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan
bahwa semua cat yang dipakai harus
berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi
Dulux, Jotun;
d) Cat Epoxy digunakan untuk permukaan dinding sesuai
gambar rencana dan skedule finishing dengan ketebalan
600 mikron untuk dinding. Bahan yang digunakan adalah
produk Jotun
2) Cat Dasar
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut:
a) Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton,
papan gipsum dan panel kalsium silikat;
b) Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan
menerima cat akhir berbahan dasar minyak;
c) Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan
menerima cat akhir berbahan dasar minyak;
d) Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk
permukaan besi/baja.
e) Undercoat
Undercoat digunakan untuk permukaan besi/baja.
3) Cat Akhir
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut:
a) Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton,
papan gipsum dan panel kalsium silikat;
b) Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran,
beton, papan gipsum dan panel kalsium silikat;
c) High quality solvet-based high quality gloss finish untuk
permukaan interior pelesteran dengan cat dasar masonry
sealer, kayu dan besi/baja.

g. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1) Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan
a) Umum
Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan
lainnya, permukaan polesan mesin, pelat, instalasi lampu
dan benda-benda sejenisnya yang berhubungan langsung
dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas,
ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan
dan pengecatan dimulai;
b) Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang
memang ahli dalam bidang tersebut;
c) Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum
dilakukan persiapan permukaan atau pelaksanaan
pengecatan. Minyak dan lemak harus dihilangkan dengan
memakai kain bersih dan zat pelarut/pembersih yang
berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala diatas
38oC;
d) Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur
sedemikian rupa sehingga debu dan pecemar lain yang
berasal dari proses pembersihan tersebut tidak jauh
diatas permukaan cat yang baru dan basah.
2) Permukaan Pelesteran dan Beton
a) Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat
sesudah sedikitnya selang waktu 4 (empat) minggu untuk
mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan pelesteran
atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-
tepinya dan ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-
tepinya bersambung menjadi rata dengan pelesteran
sekelilingnya;
b) Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan
dengan menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi,
kapur, debu, lumpur, lemak, minyak, aspal, adukan yang
berlebihan dan tetesan-tetesan adukan;
c) Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan
pelesteran dibasahi secara menyeluruh dan seragam
dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal ini dapat
dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut
dengan memberikan selang waktu dari saat
penyemprotan hingga air dapat diserap.
3) Permukaan Gipsum
a) Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau
gemuk dan permukaan yang cacat telah diperbaiki
sebelum pengecatan dimulai;
b) Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi
dengan cat dasar khusus untuk gipsum, untuk menutup
permukaan yang berpori, seperti ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis;
c) Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan
pengecatan sesuai ketentuan Spesifikasi ini.
4) Permukaan Barang Besi/Baja
a) Besi/Baja Baru
b) Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-
benda asing lainnya harus dibersihkan secara mekanis
dengan sikat kawat atau penyemprtan pasir/sand blasting
sesuai standar Sa21/2;
c) Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya
harus dibersihkan dengan zat pelarut yang sesuai dan
kemudian dialp dengan kain bersih;
d) Sesudah pembersihan selesai, pelpisan cat dasar pada
semua permukaan barang besi/baja dapat dilakukan
sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.
5) Besi/Baja Dilapis Dasar di Pabrik/Bengkel
a) Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus
dari merek yang sama dengan cat akhir yang akan
diaplikasikan dilokasi proyek, dari spesifikasi teknis ini;
b) Barang besi/baja yang telah dilapis dasar di
pabrik/bengkel harus dilindungi terhadap karat, baik
sebelum atau sesudah pemasangan dengan cara segera
merawat permukaan karat yang terdeteksi;
c) Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk
menghilangkan debu, kotoran, minyak, gemuk;
d) Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus
dibersihkan dengan sikat kawat sampai bersih, sesuai
standar St 2/SP-2, dan kemudian dicat kembali (touch-up)
dengan bahan cat yang sama dengan yang telah disetujui,
sampai mencapai ketebalan yang disyaratkan.
6) Besi/Baja Lapis Seng/Galvani
a) Permukaan besi/baja berlapis seng/galvani yang akan
dilapisi cat warna harus dikasarkan terlebih dahulu
dengan bahan kimia khsus yang diproduksi untuk maksud
tersebut, atau disikat dengan sikat kawat. Bersihkan
permukaan dari kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa
pengasaran, sebelum pengaplikasian cat dasar.
b) Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan
Pengecatan
c) Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau
disiapkan untuk dicat harus mendapatkan lapisan
pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan, secepat
mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai.
Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebelum
terjadi kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan
di atas.

f. Pelaksanaan Pengecatan
1) Umum
a) Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran
punggung cat, tetesan cat, penonjolan, pelombang, bekas
olesan kuas, perbedaan warna dan tekstur;
b) Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus
sudah sempurna dan semua lapisan harus diusahakan
membentuk lapisan dengan ketebalan yang sama;
c) Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan
permukaan, termasuk bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan,
agar bisa memperoleh ketebalan lapisan yang sama dengan
permukaan-permukaan di sekitarnya;
d) Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak bersebelahan
dengan permukaan yang akan menerima cat dengan bahan
dasar air, harus telah diberi lapisan cat dasar terlebih
dahulu.
2) Proses Pengecatan
a) Harus diberi selang waktu yang cukup di antara
pengecatan berikutnya untuk memberikan kesempatan
pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan kedaan
cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud;
b) Pengecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal
(dalam keadaan cat kering), sesuai ketentuan berikut.
Permukaan Interior Plesteran, Beton, Gipsum
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer;
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion.
Permukaan Eksterior Plesteran, Beton, Panel Kalsium
Silikat
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer;
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus
eksterior.
Permukaan Interior dan Eksterior Plesteran dengan Cat
Akhir Berbahan Dasar Minyak.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer;
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-
based high quality gloss finish.
Permukaan Besi/Baja.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-
corrosive zinc chromate primer.
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality
solvent-based high quality gloss finish.
c) Ketebalan setiap lapisan cat (dalam keadaan kering) harus
sesuai dengan ketentuan dan/atau standar pabrik
pembuat cat yang telah disetujui untuk digunakan.
3) Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran
a) Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan
tanda-tanda mengeras, membentuk selaput yang
berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya;
b) Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga
agar seragam konsistensinya selama pengecatan;
c) Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan
metoda pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat
sebelum dilakukan pengecatan dengan mentaati petunjuk
yang diberikan pembuat cat dan tidak melebihi jumlah 0,5
liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat;
d) Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung
jawab kontraktor untuk memperoleh daya tahan cat yang
tinggi (mampu menutup warna lapis di bawahnya).
4) Metode Pengecatan
a) Cat dasar untuk permuakaan beton, pelesteran, panel
kalsium silikat diberikan dengan kuas dan lapisan
berikutnya boleh dengan kuas atau rol;
b) Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan
dengan kuas dan dan lapisan berikutnya boleh dengan
kuas atau rol;
c) Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan
dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas,
rol atau semprotan;
d) Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan
kuas atau disemprotkan dan lapisan berikutnya boleh
menggunakan semprotan.
e) Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas
f) Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-
barang yang dilepas harus dipasang kembali oleh pekerja
yang ahli dalam bidangnya.
15 Pekerjaan Waterproofing a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi lantai kamar mandi, lantai atap
dan bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar

b. Bahan-Bahan
 Waterproofing menggunakan sekualitas SIKA
 Screeding dengan perbandingan campuran 1 Pc : 2 Psr

c. Pelaksanaan Pekerjaan
 Permukaan plat beton yang akan diberi lapisan waterproofing
harus benar-benar bersih, bebas dari minyak, debu serta bekas
spesi.
 Dalam leveling screeding digunakan campuran kedap air 1 PC :
2Psr dan dibentuk miring sesuai dengan rencana aliran air.
 Screeding dipasang mengikuti pola-pola yang sudah ditentukan
dan diratakan permukaannya (dihaluskan) dengan cara digosok
sedemikian rupa sehingga gelembung-gelembung udara yang
terperangkap di dalam adukan screed bisa keluar.
 Setelah kering udara kurang lebih 24 jam, harus dilindungi dari
kemungkinan pecah-pecah rambut dengan jalan menutupi
permukaannya dengan goni yang telah dibasahi dengan air
supaya tidak terjadi pengeringan terlalu cepat.
16 Pekerjaan ACP Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan teenaga kerja, bahan bahan dan
peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pemasangan panel
alumunium composite seperti yang ditunjukan pada gambar rencana.
1. Pengendalian Pekerjaan
Semua pekerjaan yang disebutkan dalam bab ini harus
dikerjakan sesuai dengan standart spesifikasi dari pabrik.
Bahan-bahan yang harus memenuhi standart antara lain :
a. AA : The Alumunium Asseociation;
b. AAMA : Architectural Alumunium Manufactures
Association;
c. ASTM : American Standart fo testing Materials.
2. KOMPONEN
a. Hot Dip Galvanized Steel I Hollow Alumunium 400 x
400 mm, c.a finished untuk instalasi frame;
b. Full frame with stiffener alumunium 1,2mm;
c. Sealant dan Gasket;
- Untuk pekerjaan luar;
- Warna akan ditentukan kemudian berdasarkan
color chart.
- Lokasi sealant :
 Antara panel alumunium dengan panel
alumunium
 Antara panel alumunium dengan kaca
3. BAHAN BAHAN
a. Bahan :
Bahan : Alumunium Composit
Tebal : 4 mm
Berat : 5-6 kg/m2
Bending Strength : 45 – 60 kg/4mm
Heat Deformation : 200 derajat celcius
Sound Insulation : 24 – 39 dB
Finished : Flourocarbond factory
finished.
Warna : Disesuaikan (Lihat Brosur )
Alumunium skin thicknees : 0,5mm
Alumunium Alloy : 5005
Coating type : PVDF
b. Bahan composit tidak mengandung racun / non toxic;
c. Bahan composit harus dalam keadaan rata, warna
akan ditentukan kemudian;
d. Bahan yang digunakan dari produksi Seven dengan
PVDF 0,5 Alloy 5005 SELF CLEANING.
e. Contoh-contoh;
Kontraktor pelaksana diharuskan menyerahkan
contoh-contoh bahan kepada direksi lapangan untuk
mendapat persetujuan Pemberi Tugas.

4. PELAKSANAAN
a. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam
pekerjaan ini dengan menunjukan surat keterangan
refrensi pekerjaan pekerjaan yang pernah
ditangani/dikerjakan kepada direksi lapangan untuk
mendapat persetujuan;
b. Alumunium Composit yang digunakan untuk seluruh
proyek harus dari satu macam produk saja;
c. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan
bantu untuk mempermudah serta mempercepat
pemasangan dengan hasil pemasangan yang akurat, teliti
dan tepat pada posisinya;
d. Rangka rangka pemegang harus disiapkan dengan teliti,
tegak lurus dan tepat pada posisinya;
e. Setelah pemasangan, dilakukan penutupan celah celah
antara panel dengan bahan caulking dan sealant hingga
rapat, dan tidak bocor sesuai dengan rencana;
f. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai
dari hal hal yang dapat menimbulkan kerusakan, bila hal ini
terjadi, kontraktor harus memperbaiki tanpa biaya
tambahan;
g. Hasil pemasangan pekerjaan Alumunium Composit Panel
harus merupakan hasil pekerjaan yang rapi dan tidak
bergelombang;
a. Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu
selama 15 tahun dari PPG Factory terhadap warna
dan kualitas alumunium berupa Sertifikat Jaminan
sesuai dengan volume yang dibutuhkan
17 Pekerjaan Sanitair a. LINGKUP PEKERJAAN
Bagian ini mencakup semua pekerjaan sanitair dan yang
berhubungan seperti ditunjukkan dalam gambar, meliputi
penyediaan bahan, tenaga dan alat yang diperlukan.
b. BAHAN-BAHAN
1. Water Closet dan Wastafel
Barang-barang yang akan dipakai adalah sebagai berikut :
 Water Closet Duduk
Bahan  porselen,  produk dalam negeri (tipe dan merek
sesuai gambar kerja), lengkap dengan stop kran dan
peralatan lain (warna standard) seperti merk TOTO,
American Standart.
Wastafel
a) Wastafel Meja Bahan  porselen,  produk  dalam negeri
(tipe dan merek sesuai gambar kerja), lengkap dengan
keran, siphon  dan perlengkapan lainnya (warna
standard) seperti merk TOTO, American Standart;
b) Semua wastafel dan Sanitary yang lainnya sudah
lengkap dengan keran, siphon dan perlengkapan lainnya
yang diperlukan.
2. Keran, Floor Drain, Dll
 Keran air, merek Onda, Wasser, Duppont;
 Floor Drain stainlessteel, merek Onda, Wasser;
 Paper Holder stainlessteel, merek Toto, American
Standart
 Hand Shower, merk Toto THX16B, American Standart
F063E092
 Jet Spray, merek Toto, Wasser;
 Shop Holder stainlessteel
3. Barang-barang  yang  akan dipasang harus  benar-benar
mulus  dan tidak cacat sedikitpun. Kontraktor harus
mengajukan contoh-contoh untuk disetujui oleh Konsultan
Pengawas bersama dengan Konsultan Perencana.

c. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pemasangan  semua peralatan/perlengkapan saniter harus
dilakukan oleh   ahli pemasangan barang sanitair yang
berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan dengan hati-hati
dan sangat rapi.
1. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan
penutup sambungan tidak diijinkan.
 Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang
pada bidang-bidang pertemuan sambungan sampai
semua sambungan dipasang kuat dan diuji;
 Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus
diselesaikan sedemikian rupa sehingga tampak bersih
dan rapih dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
2. Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi
utama harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis;
3. Bak cuci tangan tipe dinding harus dipasang sedemikian
rupa sehingga puncak bagian luar alat-alat tersebut
berada 800mm di atas lantai, kecuali bila ditunjukkan lain
dalam Gambar Kerja;
4. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat perlengkaan sanitasi
atau sesuai persetujuan Pengawasan Lapangan;
5. Pemasangan alat-alat sanitair lain
Kaca cermin dan tempat alat-alat pada wastafel  harus
dipasang sipat  datar dan diskrupkan pada dinding.
Barang-barang yang  akan dipakai  harus tidak  bercacat
sedikitpun. Floor drain  harus  dipasang dengan
saringannya, dan  dipasang rapih. Semua sela-sela  antara
floor drain dengan lantai, harus diisi dengan adukan 1 Pc :
2 Ps. Pasangan  harus sedemikian sehingga bidang atas
floor drain  rata dan sebidang dengan bidang lantai. Paper
holder hanya dipasang pada toilet yang closetnya duduk.
Tempat sabun hanya dipasang pada toilet untuk mandi
saja. Tinggi pemasangan pada dinding  100 cm di atas
lantai.

18 Pekerjaan Air Bersih dan Air a. Lingkup Pekerjaan


Kotor Yang dimaksud dengan pekerjaan plumbing disini adalah
penyediaan dan pengadaan bahan-bahan, tenaga serta
pemasangan peralatan-peralatan, bahan-bahan utama, bahan-
bahan pembantu dan lain-lainnya sesuai dengan gambar rencana
dan/atau seperti yang dispesifikasikan disini, sehingga diperoleh
instalasi plumbing yang lengkap dan bekerja baik
siap untuk dipergunakan. Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan
untuk pelaksanaan pekerjaan plumbing, sebagaimana yang
ditunjukkan pada gambar rencana, yang terdiri dari, dan tidak
terbatas pada :
 Pengadaan dan pemasangan seluruh instalasi air bersih sesuai
dengan gambar rencana dan buku spesifikasi ini.
 Pengadaan dan pemasangan peralatan-peralatan bantu bagi
seluruh peralatan plambing.
 Pengetesan dan pengujian dari seluruh instalasi plumbing.
 Mengadakan masa pemeliharaan selama waktu yang ditentukan
oleh Pemberi Tugas (3 bulan).
 Pembuatan shop drawing bagi instalasi yang akan dipasang dan
pembuatan as built drawing bagi instalasi yang telah
terpasang.

b. Koordinasi
 Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana
untuk menunjukkan secara detail berbagai item pekerjaan dari
peralatan-peralatan dan penyambungan- penyambungannya.
Pemborong harus melengkapi dan memasang seluruh peralatan-
peralatan yang dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan.
 Gambar-gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum
dari peralatan, pemipaan, cabinet dll. Pemborong harus
memodifikasi tata letak tersebut sebagaimana yang dibutuhkan
untuk mendapatkan pemasangan-pemasangan yang sempurna
dari peralatan- peralatan tersebut.
 Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, dan tidak
ditunjukkan dalam gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan
dipasang seperti pekerjaan lain yang disebut oleh spesifikasi dan
ditunjukkan dalam gambar.
 Kontraktor pekerjaan instalasi ini hendaknya dalam pelaksanaan
pekerjaan, harus bekerja sama dengan pemborong bidang
lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
 Koordinasi yang baik perlu ada untuk mencegah agar jenis
pekerjaan yang satu tidak menghalangi pekerjaan yang lainn

c. Kualifikasi Pekerjaan
Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan-pekerjaan ini
harus dilakukan oleh pekerja-pekerja dan supervisor yang benar-
benar ahli dan berpengalaman dalam bidangnya. Konsultan
pengawas dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu
pekerjaan, bila dinilai bahwa pelaksana tersebut tidak terampil /
tidak berpengalaman.

d. Bahan dan Contoh Material


Pada saat pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus mengajukan
Shop drawing yangbmenunjukkan secara detail pekerjaan-
pekerjaan / pemasangan peralatan danbpemipaan,
penyambungan denganbpekerjaan - pekerjaan lain atau
pekerjaan-pekerjaanbyang sulit dilaksanakan. Ataupun
perubahan-perubahan atau modifikasi yang diusulkanbterhadap
gambar rencana.
 Sebelum pekerjaan ini dimulai pemborong harus menyerahkan
kepada Direksi daftar bahan-bahan yang dipakai dalam
rangkap 4 (empat).
 Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi contoh bahan
bahan yang dipakai dan semua biaya yang berkenaan dengan
penyerahan dan pengembalian contoh- contoh ini adalah
tanggungan kontraktor.
 Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan recheck atas segala
ukuran-ukuran/kapasitas equipment yang akan dipasang.
Dalam hal terjadi keragu-raguan harus segera menghubungi
Direksi.
 Pengambilan ukuran atau untuk pemilihan kapasitas
equipment yang keliru akan menjadi tanggung jawab
kontraktor. Untuk itu pemilihan equipment dan material harus
mendapat persetujuan dari Direksi.
 Semua material yang akan digunakan/dipasang adalah dari
jenis material berkualitas baik, dalam keadaan baru (tidak
dalam keadaan rusak atau diafkir sesuai dengan mutu dan
standard yang berlaku atau standard internasional seperti BS,
JIS, ASA, DIN, SII dan yang setaraf.
 Kontraktor bertanggung jawab atas mutu dan kwalitas
material yang akan dipakai, setelah mendapat persetujuan dari
Direksi/ Konsultan pengawas.
e. Review
 Konsultan pengawas akan memeriksa (mereview) pengajuan-
pengajuan dari pemborong dan memberi komentar atas hal
tersebut.
 Pemborong harus memodifikasi / merevisi pengajuannya
sesuai dengan komentar Konsultan pengawas, sampai didapat
persetujuan dari Direksi.

f. Standar Pekerjaan
Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana, maka pada
pekerjaan ini berlaku peraturan-peraturan sebagai berikut:
 Peraturan Badan Pemadam Kebakaran.
 Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada
Bangunan Gedung - Departemen PU.
 Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh PDAM daerah
setempat.
 Ketentuan dan persyaratan Pedoman Plumbing Indonesia :
Plumbing 2000.
 Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang, dan persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik
yang memproduksi material yang dipasang.
 Pekerjaan instalasi Plumbing ini harus dipasang oleh
perusahaan yang biasa mengerjakan pemasangan sistem ini.

g. Gambar - gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi


 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengajukan
gambar-gambar kerja dan detail (working drawing) serta harus
diajukan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan.
 Setiap shop drawing yang diajukan pemborong untuk disetujui
oleh Direksi, dianggap pemborong telah mempelajari situasi
dan berkonsultasi dengan pekerjaan instalasiinstalasi lainnya.
 Gambar-gambar rencana dan spesifikasi (persyaratan) ini
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan,
saling melengkapi dan sama-sama mengikatnya.
 Gambar-gambar sistim ini menunjukan secara umum tata letak
dari peralatan instalasi, sedang pemasangan harus dikerjakan
dengan memperhatikan kondisi dari proyek. Apabila ada
sesuatu bagian pekerjaan atau bahan atau peralatan yang
diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja dengan baik, dan
hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan atau
spesifikasi perencanaan saja, kontraktor harus tetap
melaksanakan tanpa ada biaya tambahan. Gambar-gambar
Arsitek dan sipil/struktur harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan dan detail "finishing" dari proyek.
 Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan setelah serah
terima pertama, Pemborong wajib menyerahkan gambar-
gambar instalasi terpasang sebanyak 3 (tiga) set cetak biru dan
1 (satu) set transparant.
 Pemborong juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 (tiga) set
petunjuk operasi dan maintenance dari sistem yang dipasang.

h. Sistem Distribusi AIr


 Air Bersih
Kebutuhan air di dapat dari sumur dalam. Sumber air tersebut
dipompakan melewati filer unit ( carbon dan sand filter) yang
kemudian ke tangki pada plad dag atap, kemudian
didistribusikan secara gravitasi ke fixture-fixture plumbing.

 Air Kotor
Pada dasarnya semua air kotor yang berasal dari toilet-toilet
yang ada di setiap lantai disalurkan pada saluran keliling
gedung dan selanjutnya disalurkan ke riol kota.

i. Spesifikasi Material
Ketentuan pemakaian bahan-bahan sesuai dengan spesifikasi
Arsitek dan gambar:
 Untuk instalasi air bersih dengan pipa PVC, dipakai diameter
1/2”, 3/4”, dan 1” produksi Maspion atau Rucika.
 Untuk Instalasi air kotor dengan PVC kelas AW dengan ukuran
pipa diameter 3“ dan 4“ produksi Maspion atau Rucika.

j. Persyaratan Penyambung
Pipa PVC dan Fitting
 Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan PVC
glue yang sesuai dengan diameter pipa dan sebelum dilem,
pipa harus dibersihkan dulu dengan cleaning fluid / amplas.
 Pipa harus masuk sepenuhnya di fitting maka untuk ini harus
dipergunakan alat press khusus.
 Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat khusus
agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang
pipa.
 Cara penyambungan lebih lanjut dan terperinci harus
mengikuti spesifikasi dari pabrik pipa yang bersangkutan.

k. Pelaksanaan Pemasangan
 Sebelum memulai pekerjaannya, Pemborong harus memeriksa
dan memahami pekerjaan-pekerjaan pelaksanaan dari pihak-
pihak lain tersebut yang dapat mempengaruhi kualitas
pekerjaan Pemborong itu sendiri. Apabila terjadi suatu
keadaan di mana Pemborong tidak mungkin menghasilkan
kualitas pengerjaan terbaik, Pemborong wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan pengawas
dan mengajukan saran-saran perbaikan/perubahan. Apabila
hal ini tidak dilakukan, Pemborong tetap bertanggungjawab
atas kerugian-kerugian yang mungkin ditimbulkan.
 Pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat, untuk itu Pemborong harus membuat dan
menyerahkan gambar-gambar rencana instalasi secara detail
sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut.

 Lokasi yang tetap dari peralatan sanitair, fixture-fixture, floor


drain dan roof drain, pipa-pipa utama dan pipa-pipa cabang
harus diperiksa sesuai dengan gambar- gambar perencanaan
mekanikal dan arsitektur, dan disesuaikan dengan ukuran-
ukuran yang diberikan oleh pabrik pembuat alat-alat tersebut.
 Pelaksanaan pemasangan harus direncanakan dengan baik dan
semua pembongkaran bagian-bagian bangunan yang lainnya
hanya boleh dilakukan setelah ada ijin tertulis dari Konsultan
pengawas Gambar-gambar pemasangan instalasi secara
mendetail harus dibuat oleh Pemborong, sementara
penyambungan struktur bangunan dilaksanakan. Hal ini agar
dapat diketahui dengan tepat letak/ukuran lubang-lubang
pada dinding dan lantai yang diperlukan untuk lewatnya pipa-
pipa. Pemborong bertanggungjawab atas ukuran (dimensi) dan
lokasi lubang-lubang tersebut dan apabila perlu harus
melakukan pembobokan/penambalan tanpa tambahan biaya.
 Pemborong bertanggung jawab atas penyediaan dan lokasi
pemasangan yang tepat. Pemasangan pada konstruksi
bangunan yang dicor dengan beton dilaksanakan oleh
Pemborong struktur atas petunjuk Pemborong plumbing.
 Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga
seluruh panjang pipa terletak / tertumpu dengan baik.
 Pipa yang ditanam dalam tanah harus diberi lapisan pasir
kurang lebih 10 cm di sekelilingnya, dengan pasir urug yang
bebas batu.
 Pada instalasi pemasangan floor drain, harus dilengkapi
dengan leher angsa.
 Pipa-pipa pembuangan air hujan dari bangunan disambungkan
ke saluran utama di luar bangunan dengan bak kontrol
(junction box) dari beton. Roughing-in untuk pipa dan fixtures
harus dibuat bersama-sama dengan pelaksanaan konstruksi
bangunannya. Pemborong harus memberikan informasi
tentang lubang-lubang pipa pada dinding dan lantai kepada
Pemborong Struktur apabila diperlukan. Semua pipa dan fitting
yang harus ditanam dalam beton harus dibersihkan benar-
benar dan bebas dari karat dan cat.
 Pipa-pipa tidak boleh menembus kolom, kaki kolom, kepala
kolom, ataupun balok, tanpa mendapatkan ijin tertulis dari
Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas.
 Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan
diameter yang berbeda harus menggunakan Reducing Fitting.
Sedapat mungkin harus digunakan belokan dari jenis Long
Radius, sedangkan Short Radius hanya boleh digunakan
apabila kondisi setempat tidak memungkinkan digunakan
belokan jenis Long Radius dan Pemborong harus
memberitahukan hal ini kepada Konsultan pengawas Fitting
dan alat-alat lain yang akan menimbulkan tahanan aliran yang
tidak wajar tidak boleh digunakan.
 Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali
pipa tersebut menembus konstruksi beton.
 Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup dengan
ketebalan minimal 0,2 cm dan memberikan kelonggaran kira-
kira 5 mm pada masing-masing sisi di luar pipa ataupun
isolasinya.
 Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa baja atau GIP.
 Untuk pipa-pipa yang menembus konstruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis
flashing sleeves. Flens dari sleeves tersebut harus menjadi satu
atau diberi klem yang akan mengikat Flashing Sleeves.
 Rongga antara pipa dan sleeves harus kedap air karena akan
diisi dengan gasket atau media lain yang secara umum dipakai
(timah pakal).
 Semua pipa harus diikat/ditetapkan dengan kuat pada
penggantung atau angker yang dipergunakan harus cukup
kokoh (rigid). Pipa-pipa tersebut harus ditumpu untuk menjaga
agar tidak berubah tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk
mencegah timbulnya getaran, dan harus sedemikian rupa
sehingga masih memungkinkan konstruksi dan ekspansi pipa
oleh perubahan temperatur.
 Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang
dapat diatur (adjustable) dengan jarak antara tidak lebih dari 2
meter.
 Penggantung atau penumpu pipa harus disekrupkan (terikat)
pada konstruksi bangunan dengan insert yang dipasang pada
waktu pengecoran beton atau penembokan, atau dengan baut
tembok (Ramset Bolt).
 Pipa vertikal harus ditumpu
l. Pengujian
 Pengujian seluruh system diselenggarakan setelah seluruh
pekerjaan selesai.
Pengujian system terdiri dari :
 Pengujian sambungan-sambungan
 Pengujian tekanan air minimal dengan tekanan 5 bar
 Pengujian gelontor air pada saluran air kotor dan hujan
 Pengujian rendam pada area basah (toilet dan atap beton)
 Paling lambat 2 minggu sebelum pengujian dilaksanalkan,
kontraktor harus sudah mengajukan jadwal dan prosedur
pengujian kepada pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
 Pengujian harus disaksikan oleh pengawas.
 Kontraktor harus membuat catatan hasil pengujian. Segala biaya
untuk penyelenggaraan pengujian ditanggung oleh kontraktor.
 Kontraktor harus melakukan pengujian selama 3 x 24 jam
 Paling lambat 2 minggu sebelum pengujian dilaksanalkan,
kontraktor harus sudah mengajukan jadwal dan prosedur
pengujian kepada pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

19 Pekerjaan Elektrikal a. Persyaratan Umum


 Pemborong harus menawar seluruh lingkup pekerjaan yang
dijelaskan baik dalam spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam
gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan yang
digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi
ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan
atau peralatan yang dipakai dengan spesifikasi yang dipakai pada
BAB ini, merupakan kewajiban Pemborong untuk mengganti
bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan
pada BAB ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Pada
dasarnya semua bahan dan peralatan harus sesuai dengan
ketentuan yang tertera pada peraturan-peraturan seperti :
 Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
 Peraturan Instalasi Listrik (PIL)
 Syarat-Syarat Penyambungan Listrik (SPLN)
 Standard Lain : AVE Belanda, VDE/DIN Jerman, IEC Standard, JIS
Jepang, NFC Perancis, NEMA USA.
 Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan
 Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang, seperti TELKOM, Dit.Jen.Bina Lindung, PLN dan
Pemerintah Daerah setempat.
 Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh perusahaan yang
memiliki surat ijin instalasi dari instansi yang berwenang dan
telah biasa mengerjakannya dan suatu daftar referensi
pemasangan harus dilampirkan dalam surat penawaran.

b. Persyaratan Teknis
 Gambar-gambar rencana dan spesifikasi (persyaratan) ini
merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama
mengikatnya.
 Gambar-gambar sistim ini menunjukkan secara umum tata letak
dari peralatan, sedang pemasangan harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada.
 Gambar-gambar arsitek dan struktur/sipil harus dipakai sebagai
referensi untuk pelaksanaan dan detail "finishing" instalasi.
 Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan
gambar kerja dan detail kepada Konsultan Pengawas untuk dapat
diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan
gambar-gambar tersebut, Pemborong dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi yang berhubungan dengan
instalasi ini.
 Pemborong instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi
terpasang yang disertai dengan dokumen asli operating and
Maintenance Instruction, technical instruction, spare part
instruction dan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
pada saat penyerahaan pertama dalam rangkap 5 (lima).
(Construction detail, electrical wiring diagram, control diagram
dll).
 Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan
Pemborong instalasi lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
 Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak
menghalangi kemajuan instalasi yang lain
 Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain,
maka semua akibatnya menjadi tanggung jawab pemborong

c. Pelaksanaan Pemasangan
 Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai,
pemborong harus menyerahkan gambar kerja dan detailnya
kepada Konsultan Pengawas dalam rangkap 4 (empat) untuk
disetujui.
 Harus dipastikan pelaksanaan pemasangan instalasi pada dinding
sebelum dilaksanakan pekerjaan plester dan acian
 Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala
ukuran dan kapasitas peralatan yang akan dipasang, apabila ada
sesuatu yang diragukan, pemborong harus segera menghubungi
Direksi. Pengambilan ukuran dan atau pemilihan kapasitas
peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab pemborong.
 Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan
pengukuran yang dianggap perlu untuk mengetahui apakah
keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang ada.
 Testing/pengujian meliputi : Uji Isolasi Minimal 100 M (Mega
Ohm) dan Uji Beban Penuh.
 Test elektrikal beban penuh selama 3 x 24 jam, harus disaksikan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan bila terjadi kerusakan atau
kesalahan harus diperbaiki atas tanggungjawab Pemborong.
 Semua bahan dan perlengkapannya yang diperlukan untuk
mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab
Pemborong.
 Hasil Pengujian dituangkan dalam Berita Acara sebagai Syarat
Penyerahan Pertama.
d. Masa Pemeliharaan dan Serah Terima Pekerjaan
 Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun terhitung
sejak saat penyerahan pertama.
 Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama enam bulan
terhitung sejak saat penyerahaan pertama.
 Selama masa pemeliharaan, Pemborong instalasi ini diwajibkan
mengatasi dan mengganti segala kerusakan yang terjadi tanpa
adanya tambahan biaya.
 Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah
selesai dilaksanakan masih merupakan tanggung jawab
Pemborong sepenuhnya.
 Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini
tidak melaksanakan teguran dari Konsultan Pengawas atas
perbaikan/penggantian/penyetelan yang diperlukan, maka
Konsultan Pengawas berhak menyerahkan
perbaikan/penggantian/penyetelan tersebut kepada pihak lain
atas biaya Pemborong instalasi ini.
 Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus
melatih petugas - petugas yang ditunjuk oleh pemilik sehingga
dapat mengenali sistem instalasi dan dapat melaksanakan
pemeliharaannya.
 Serah terima pertama dari instalasi ini harus dapat dilaksanakan
setelah ada bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang
ditanda tangani oleh Pemborong dan Konsultan Pengawas serta
dilampir Surat Ijin Pemakaian dari Jawatan Keselamatan Kerja.
 Apabila diperlukan oleh Pemberi Tugas, Pemborong harus
bersedia datang ke lokasi Kegiatan untuk mengatasi dan
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi. Petugas yang
ditunjuk oleh Pemborong harus sudah hadir paling lambat 3 jam
setelah dihubungi oleh Pemberi Tugas.
 Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi
ini serta seluruh biaya yang diperlukannya menjadi tanggung
jawab Pemborong.
 Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang
diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikan
seperti kondisi semula, menjadi lingkup kerja instalasi ini.
 Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan
apabila ada persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas secara
tertulis.

e. Gambar-Gambar Rencana
 Gambar - gambar rencana menunjukan tata letak secara umum
dari peralatan yaitu kabel, panel, lampu dan lainya.
 Penyesuaian harus dilaksanakan di lapangan, karena keadaan
sebenarnya dari lokasi, jarak-jarak dan ketinggian ditentukan oleh
kondisi di lapangan.

f. Gambar-Gambar Terlaksana
 Kontraktor harus membuat catatan-catatan yang cermat dari
pelaksanaan dan penyesuaian di lapangan. Catatan-catatan
tersebut harus dituangkan dalam satu set gambar kalkir sebagai
gambar sesuai pelaksanaan (as built drawing). As built Drawing
harus segera di serahkan kepada pengawas setelah pekerjaan
selesai beserta blue printnya sebanyak tiga set.

g. Standar dan Peraturan


 Seluruh pekerjaan instalasi harus mengikuti standar dalam
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 atau standar-
standar internasional yang tidak bertentangan dengan PUIL 2000.
 Di samping standar dan peraturan-peraturan tersebut diatas,
harus diikuti pula peraturan dan hukum setempat yang ada
hubunganya dengan pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas.
h. Penerangan dan Kotak Kontak
Lampu dan armatur harus sesuai dengan yang dimaksud dalam
gambar detail elektrikal:
 Semua armatur yang terbuat dari bahan metal harus mempunyai
terminal pembumian.
 Semua lampu dikompensasi dengan kapasitor
 Reflector harus mempunyai pemantul yang baik
 Box tempat ballast, starter, terminal block harus cukup besar dan
harus dibuat
 sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen
lampu. Ventilasi dalam box harus cukup.
 Kabel-kabel dalam saluran harus diberikan saluran atau klem-
klem tersendiri sehingga tidak menempel pada ballast.
 Box terbuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 0,5 mm
dicat warna dasar tahan karat, kemudian dicat akhir dengan cat
oven warna Putih atau warna lain yang disetujui.
 Ballast harus mempunyai dudukan yang kuat dalam lampu, tetapi
mudah untuk dibuka dan diangkat.
 Ballast harus dari satu merk yang dengan Phillips.
 Lampu dari merk Phillips, .
 Lubang-lubang untuk ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa
nylon untuk mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang
dalam dudukan dengan ulir, tidak boleh memakai paku skrup.
 Armature lampu dari merk Philips.
 Downlight type meson 3 w, 5 w, 7 w, 12 w, 17 w, Hidden lamp T5
LED 20 w, LED Strip warna warm white, Lampu Spootlight
Floodlight 50 w. atau sesuai gambar.

i. Jaringan Instalasi
Proses pemasangan jaringan dengan menggunakan kabel tanah
mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
 pemasangan kabel tanah di dalam tanah harus dilakukan dengan
cara sedemikian rupa sehingga kabel tersebut terhindar dari
kerusakan mekanis dan kimiawi yang mungkin timbul pada
tempat dimana kabel tersebut dipasang.
 pelaksanaan pemasangan kabel yang tidak dapat memenuhi
kedalaman 1,20 meter, maka penanaman kabelnya dilakukan
sebagai berikut:
 Minimum 0,80 meter di bawah permukaan tanah yang
dilewati kendaraan
 Minimum 0,60 meter di bawah permukaan tanah yang tidak
dilewati kendaraan (pedestrian)
 Kabel tanah harus diletakan pada pasir atau tanah halus,
galian tanah tersebut harus stabil, kuat, rata dengan
ketentuan tebal lapisan pasir atau tanah halus tersebut
tidak lebih dari 10 cm di sekelilling kabel tanah tersebut.
 Pada bagian atas pasir urug halus dipasang beton cetak
pelindung kabel dengan ukuran 40 cm x 20 cm x tebal 7 cm
atau sesuai gambar perencanaan.
 Pada kondisi dimana terdapat kabel PLN tegangan
menengah atau tinggi dan kabel telekomunikasi maka kabel
tanah harus di tempatkan di atas kabel PLN (jarak 30 cm)
dan kabel telekomunikasi (jarak 3 cm).
 Pada persilangan dimana terdapat kabel tanah dan kabel
lainya harus diambil salah satu tindakan pengamanan yang
disebutkan dalam ketentuan di bawah ini, kecuali jika salah
satu kabel yang bersilangan itu terletak dalam satu saluran
pemasangan batu beton dan semacam itu yang mempunyai
tebal dinding yang sekurang-kurangnya 6 cm.
 Di atas kabel tanah yang terletak di bawah, harus dipasang tutup
pelindung dari lempengan atau pipa beton atau sekurang-
kurangnya dari bahan yang tahan lama atau yang sederajat.
 Di atas kabel yang terletak di atas, dipasang pipa belah beton
atau dari bahan lain yang cukup kuat, tahan lama dan tahan
api. Pipa belah ini harus dipasang menjorok keluar sekurang-
kurangnya 0,5 meter dari kabel yang terletak di bawah diukur
dari sisi luar kabel.
 Kotak-kontak biasa (KKB)
 Kotak-kontak biasa (KKB) yang dipakai adalah kotak-kontak
satu fasa. Semua kotak-kontak harus memiliki terminal fasa,
netral dan pentanahan. Kotak-kontak harus dari satu tipe
yaitu untuk pemasangan rata dinding dengan rating 250
Volt, 10 Amp. Merk yang boleh dipakai hanya Brocco, dan
Pilips.
 Sakelar Dinding
 Sakelar harus dari satu tipe yaitu untuk pemasangan rata
dinding, tipe rocker, mempunyai rating 250 Volt, 10 Amp
dari jenis single atau double gangs atau multiple gang (grid
switch), RCS.
 Merk yang boleh dipakai hanya Brocco, dan Pilips.
 Kotak untuk sakelar dan kotak-kontak
 Kotak harus dari bahan baja dengan kedalaman minimal 35
mm, kotak harus mempunyai terminal pentanahan. Sakelar
dan kotak-kontak dipasang dalam kotak dengan
menggunakan baut.pemasangan dengan cakar yang
mengembang tidak diperbolehkan.
 Kabel instalasi
 Pada umumnya kabel instalasi kotak-kontak dan
penerangan harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC,
satu inti atau lebih (NYY, NYM, NYFGBY atau NYA). Kabel
harus mempunyai penampang minimum 2,5 mm.
 Kode warna insulasi kabel harus memenuhi ketentuan
dalam PUIL sebagai berikut :
✓ Fasa R, S, T : merah, kuning, hitam
✓ Netral : biru
✓ Pembumian : hijau dan kuning
 Sambungan kabel harus di buat baik secara listrik dengan
menggunakan konus penyambungan(lasdop) plastic atau
konektor lain yang di setujui pengawas. Sambungan kabel
hanya boleh dilakukan dalam kotak penyambungan (T-
doos).
 Di dalam pipa tidak boleh ada sambungan kabel.
 Kabel harus dari merk Kabelmetal, Kabelindo, Supreme.
 Untuk kabel instalasi Stop kontak lantai menggunakan kabel
jenis NYM 3x2,5 mm2.
 Untuk kabel Instalasi Stop Kontak AC menggunakan kabel
jenis NYY 3x4 mm2.

 Pipa instalasi pelindung kabel


 Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah PVC
conduit khusus untuk instalasi listrik. Pipa, elbow, junction
box dan kelengkapan lainnya harus sesuai antara satu dan
lainya.
 Diameter yang dipakai adalah 20 mm dan 25 mm.
 Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara
junction box dan armature lampu. PVC conduit setara merk :
EGA, Clipsal, Legrand.

j. Pemasangan Lampu-Lampu
 Semua fixture penerangan dan perlengkapan-perlengkapan harus
dipasang oleh tukang-tukang yang berpengalaman dengan cara
yang harus disetujui oleh pengawas dan seperti ditunjukan dalam
gambar.
 Pada waktu diselesaikan pemasangan fixture penerangan,
seluruhnya harus dalam keadaan yang baik dan siap untuk
bekerja dalam kondisi sempurna serta bebas dari semua
cacat/kekurangan.
 Pada waktu pemeriksaan akhir semua fixture dan semua
perlengkapan harus siap menyala.
 Semua fixture dan perlengkapan harus bersih dari debu, plester
dan lain-lain. Semua reflector, kaca, panil pinggir atau bagian-
bagian lain yang rusak sebelum pemeriksaan akhir harus diganti
oleh kontraktor tanpa biaya tambahan

k. Sakelar dan Kotak Kontak Biasa


 Kecuali tercatat atau dipersyaratkan lain, tinggi pemasangan
saklar adalah 150 cm dari permukaan lantai dan untuk kotak-
kontak biasa harus 40 cm dari permukaan lantai.
 Apabila ada lebih dari lima sakelar dinding atau kotak-kontak
biasa ditempatkan pada lokasi yang sama, maka dua deret kotak-
kontak tunggal, ganda atau multi gangs harus dipasang satu di
atas yang lain dan titik tengah deretan tersebut harus berada
1,45 cm di atas permukaan lantai. Kotak-kontak biasa dekat pintu
atau jendela harus dipasang 20 cm dari pinggir kusen dari sisi
kunci seperti ditunjukan dalam gambar-gambar arsitektur, kecuali
ditunjukan lain oleh pengawas.
 Stop kontak harus mempunyai terminal phase, netral dan
grounding

 Kotak sambung (Junction Box) untuk saklar dan stop kontak harus
dari Bahan Metal yang mempunyai Terminal Grounding, dipasang
pada kedalaman tidak kurang dari 3,5 cm sehingga diperoleh
pemasangan saklar atau stop kontak yang rapi. Junction Box
harus mempunyai Terminal Grounding.

l. Pengujian
 Pengujian seluruh system diselenggarakan setelah seluruh
pekerjaan selesai.
Pengujian system terdiri dari :
 Pengujian sambungan-sambungan
 Pengujian tahanan isolasi tiap sikrit
 Pengujian tahanan pembumian
 Pengujian pemberian tegangan
 Paling lambat 2 minggu sebelum pengujian dilaksanalkan,
kontraktor harus sudah mengajukan jadwal dan prosedur
pengujian kepada pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
 Pengujian harus disaksikan oleh pengawas.
 Kontraktor harus membuat catatan hasil pengujian. Segala biaya
untuk penyelenggaraan pengujian ditanggung oleh kontraktor.
 Kontraktor harus melakukan general test penerangan selama 3 x
24 jam
 Paling lambat 2 minggu sebelum pengujian dilaksanalkan,
kontraktor harus sudah mengajukan jadwal dan prosedur
pengujian kepada pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

m. Grounding
 Semua panel, ligthting fixtures, stop kontak, cable trunking , cable
ladder dan bagian-bagian metal lainnya yang berhubungan
dengan instalasi listrik harus digrounding.
 Kawat grounding dapat dipergunakan kawat telanjang (BCC =
Bare Copper Conductor) atau kawat yang terisolasi yang diberi
warna kuning strip hijau.
 Besarnya kawat grounding yang dapat digunakan minimal
berpenampang sama dengan penampang kabel masuk (incoming
feeder).
 Nilai tahanan grounding sistem untuk panel-panel harus lebih
kecil dari 2 (dua) Ohm, diukur setelah tidak hujan selama 2 hari.
 Elektrode pentanahan untuk grounding digunakan pipa galvanis
yang ujungnya dipasang copper rod sepanjang 0,5 m.
 Elektrode pentanahan yang dipantek dalam tanah minimal
sedalam 12 meter atau sampai mencapai permukaan air.
 Semua sambungan pada sistem grounding harus menggunakan
baut dengan bahan campuran Tembaga.
 Pembumian peralatan elektronik; dilakukan secara terpisah,
dengan menyambungkan terminal pembumian khusus arus
lemah.

Anda mungkin juga menyukai