PENDAHULUAN
dalam struktur idealnya adalah sepasang suami istri dan anaknya. Keluarga adalah
rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan juga menyediakan
keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan (Lestari, 2012).
orang yang dihubungkan oleh pernikahan, keturunan, atau adopsi yang hidup
yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua, bapak dan ibu adalah
(Jalaludin, 2010).
dijumpai dalam keluarga baik ayah atau ibu memiliki peran ganda, yaitu sebagai
ayah juga ibu ataupun sebagai ibu juga ayah. Kondisi keluarga dengan peran ganda
1
perpisahan, jika salah satu unsur dari suami/istri meninggalkan ikatan tersebut
seharusnya dipikul bersama, beralih dipikul oleh salah satu pihak saja. Perpisahan
pada pernikahan mengubah status orang tua menjadi single parent atau orang tua
tunggal. Hurlock (1994) menyatakan bahwa single parent adalah orang tua tunggal
(mungkin ibu, mungkin ayah) yang bertanggung jawab atas anak setelah kematian
Kondisi tentang orang tua tunggal dalam keluarga menarik untuk dikaji
lebih jauh khususnya pada ibu tunggal. Hal ini dikarenakan perempuan tanpa suami
yang menjadi ibu tunggal, khususnya karena perceraian, dinilai sebagai aib bagi
sebagian keluarga karena perceraian berarti kelemahan sebagai perempuan dan istri
diperkuat oleh pendapat Rahayu (2017), bahwa tanpa pernah mau melihat berbagai
tekanan sosial sebagai perempuan bercerai. Seorang perempuan akan tetap memilih
2
Perempuan disebut sebagai orang tua tunggal apabila dirinya sudah tidak
lagi hidup bersama suami dan pengasuhan anak seluruhnya menjadi tanggung
jawabnya sendiri (Aprilia, 2013). Saat ini, jumlah kepala keluarga perempuan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional
tahun 2016-2020 secara nasional naik cukup signifikan, yakni 31% atau 43.058
dalam keluarga, semakin menambah jumlah ibu tunggal yang menjadi kepala
jumlah anak atau tanggungan, cara mencari nafkah, dan lamanya menjadi ibu
tunggal berbeda-beda.
dan ayah yang menghilang berpengaruh besar terhadap kehidupan keluarga. Peran
suami dan ayah yang menghilang, membuat para narasumber harus mengalami stres
yang disebabkan oleh perasaan sedih karena kehilangan dan berduka. Selain itu,
keenam narasumber merasa stres karena tekanan dan tanggung jawab dirasakan
menjadi berkali-kali lipat. Perasaan itu terjadi ketika ibu tunggal harus menghadapi
masalah, memutuskan suatu hal, dan melakukan segala sesuatunya sendiri, yang
3
narasumber, karena dalam kehidupannya sebagai ibu tunggal, mereka menjadi
berperan hanya sebagai ibu, harus berperan juga sebagai ayah (Perlmutter dan Hall,
1985). Hal ini sejalan juga dengan yang diungkapkan oleh Fassinger dan
terdapat stressor lain pada ibu tunggal, yaitu hilangnya sumber mata pencaharian
untuk menafkahi anak atau keluarga. Permasalahan finansial selalu menjadi hal
pokok penting yang dikhawatirkan seorang ibu saat memulai kehidupannya sebagai
ibu tunggal. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh salah satu
beberapa orang anak, narasumber merasa khawatir dan cemas tentang kondisi
ekonomi rumah tangga narasumber A sudah lebih dari cukup, dan narasumber A
lain, karena ketika menjadi ibu tunggal mereka sedang tidak mempunyai pekerjaan
4
bertahan dan melangsungkan hidup, mereka harus mengesampingkan rasa
malunya, agar tetap bisa mengusahakan anaknya untuk makan dan sekolah. Kondisi
keuangan kelima narasumber ini lebih banyak dibantu oleh orang tua dan anggota
penelitian dari Olson, DeFrain, & Skogrand (2010) yang menyebutkan perempuan
menghadapinya seorang diri. Salah satu permasalahan yang sering muncul adalah
permasalahan finansial yang dapat mempengaruhi well being individu, orang tua
Kurangnya kepercayaan diri atau stres yang dialami pada ibu tunggal, dapat
disebabkan juga oleh tekanan sosial dari masyarakat, yaitu dengan adanya stigma
negatif pada janda. Stigma negatif pada status janda menjadi salah satu hal yang
berpendapat bahwa stigma negatif pada status janda harus dihadapi sebagai langkah
pembuktian diri pada lingkungan atau masyarakat. Pembuktian diri itu dilakukan
dengan menjaga perilakunya untuk tetap berada dalam norma-norma sosial dan
moralitas yang baik, sehingga akan membantu penilaian negatif sebagai janda tidak
janda, mereka menjadi kurang nyaman untuk disebut janda, walaupun mereka
5
menyadari bahwa mereka memang seorang janda. Dua dari enam ibu tunggal yang
diwawancarai, lebih nyaman dengan istilah single parent dibandingkan istilah janda
dengan anak. Sedangkan satu ibu tunggal lebih memilih menyatakan status janda
dengan anak yatim, sehingga lebih menekankan pada status anaknya yang yatim
Tiga narasumber yang lain tetap menerima sebutan janda sebagai resiko
yang harus dihadapi, walaupun dengan perasaan yang kurang nyaman. Seperti yang
Dari pernyataan narasumber di atas, bahwa stigma negatif pada status janda
negatif dari masyarakat terhadap status janda dijelaskan juga oleh Damayanti
(2015), bahwa status janda membuat seorang perempuan sulit berbaur dengan
masyarakat yang masih memandang negatif pada status janda. Padahal para
perempuan yang menjadi janda membutuhkan dukungan sosial untuk bangkit dan
dilakukan terhadap perubahan, berdampak juga kepada kesehatan mental dan fisik
tahun pertama adalah masa-masa yang paling berat untuk dihadapi. Dampak fisik
6
yang dirasakan oleh semua narasumber adalah gangguan tidur, gangguan makan,
dampak psikis yang dialami diantaranya adalah kesulitan mengontrol emosi, sedih
berkepanjangan, over thingking, insecure, gelisah, terdapat rasa bersalah yang kuat,
tidak percaya diri, sampai pada hilangnya fokus dan konsentrasi pada pekerjaan.
menghadapi gangguan fisik seperti insomnia, gangguan emosi seperti lebih mudah
marah, gangguan kognitif seperti tidak bisa berkonsentrasi sampai lebih dari empat
(4) tahun. Narasumber B mengakui, sebagai seseorang yang emosional, dia harus
memahami dan menghadapi dirinya terlebih dulu agar bisa memahami dan
mengatasi kesulitannya yang lain. Rasa duka dan kehilangan yang dirasakan oleh
Kelima narasumber yang lain juga menceritakan, karena nafsu makan yang
berkurang drastis, mereka mengalami penurunan berat badan dalam waktu yang
relatif cepat. Selain itu, karena over thinking dan gelisah, mereka mengalami
kesulitan tidur selama beberapa bulan di awal kehidupannya menjadi seorang ibu
narasumber merasa harus menjadi ibu yang bertanggung jawab dan terbaik untuk
7
Gangguan kesehatan mental yang dialami oleh ibu tunggal dijelaskan dalam
tunggal berisiko tiga kali lipat lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental
menjadi permasalahan ketika ibu tunggal tersebut merasa kewalahan dan tidak
beberapa dampak pada kesehatan psikis dan fisiknya, yang diantaranya adalah stres,
depresi, panic attack, bipolar, gangguan makan, gangguan tidur, dan lain
Maka dari penjelasan di atas terlihat bahwa ibu tunggal mengalami stres
permasalahannya. Stres juga dirasakan ketika apa yang diharapkan tidak sesuai
Dampak stres pada ibu tunggal selain terjadi kepada diri ibu tunggalnya
sendiri, juga dapat berdampak pada anak-anak yang diasuh oleh ibu tunggal. Fakta
yang paling menonjol di lapangan tentang dampak stres ibu tunggal pada anaknya
terdapat pada dua orang ibu tunggal yang diwawancarai. Narasumber B mengalami
8
berpengaruh pada narasumber B untuk memahami anaknya, dan kondisi tersebut
menjadi renggang karena anaknya menjaga jarak selama proses perpisahan dengan
sampai satu (1) tahun. Pada empat ibu tunggal lain menyatakan bahwa dengan
kekhawatiran, keadaan sebagai ibu tunggal dapat mengurangi perhatian dan kasih
yang beragam dan tentunya mengalami dampak stres yang tidak ringan seperti
adanya gangguan pada fisik, psikis, dan kognisinya. Melihat dampak stres yang
tidak ringan, perlu teknik yang tepat untuk mengurangi atau menghilangkan
dampak stres. Lazarus dan Folkman (1984) mengatakan bahwa salah satu cara
lebih lanjut tentang situasi yang dialami, salah satu upaya untuk mengetahui situasi
sebagai bentuk komunikasi dasar yang baik kemungkinan dapat meringankan stres.
Dari semua komponen tindak komunikasi, yang paling penting adalah diri
(self), bila seseorang mengungkapkan diri kepada orang lain, sekaligus orang itu
9
menyatakan pengungkapan diri (self-disclosure) mengacu pada pernyataan-
pernyataan pengungkapan informasi tentang diri yang baru, belum diketahui, dan
(2018) adalah proses mengungkapkan suatu informasi secara signifikan tentang diri
sendiri kepada orang lain atau sekelompok orang, dan informasi tersebut biasanya
(personal discovery) (DeVito, 2108). Lebih lanjut lagi, DeVito menyatakan bahwa
jika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, seseorang tersebut akan belajar
mengenai dirinya sendiri juga tentang orang lain. Dengan berbicara tentang diri
sendiri dengan orang lain, seseorang dapat memperoleh umpan balik yang berharga
tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Perasaan dan pemikiran yang tidak
2018). Kondisi ‘normal’ yang disebutkan oleh DeVito, merupakan pemahaman dari
kondisi individu yang bebas dari tekanan, kegelisahan, ataupun rasa penolakan
yang dapat membangun rasa bersalah. Jika kita merasa orang lain menolak kita, kita
cenderung menolak diri sendiri juga (DeVito, 2018). Rasa bersalah, penolakan, dan
10
berharap dengan bercerita tentang kehidupannya atau curhat (mencurahkan isi hati)
kepada seseorang dapat mengurangi dampak stres pada hidupnya. Seperti yang
apa yang dirasakannya, dapat mengurangi rasa kesepian dan rasa bersalahnya, yang
kesalahannya.
dan curhat di tahun pertama sampai tahun kedua menjadi ibu tunggal. Narasumber
dengan curhat kepada ibunya. Namun, narasumber B memerlukan waktu yang lebih
lama sampai 4 tahun untuk curhat dan bercerita kepada ibu dan temannya yang
seorang psikolog.
dan pikirannya adalah kurang lebih dilakukan saat setiap mengalami kesulitan,
merasakan emosi negatif, atau ketika memikirkan sesuatu dalam pikirannya. Seperti
tentang bagaimana menghadapi anaknya, dia akan bertanya kepada ibu atau teman
11
kali dalam seminggu, dan semakin lama rentang waktunya menjadi beberapa kali
dalam sebulan.
hanya hal-hal yang negatif namun juga hal yang positif. Walaupun diawali dengan
hal-hal yang negatif, namun pada akhirnya para narasumber menemukan hal-hal
positif yang dapat memberikan dampak yang positif juga. Seperti pada cerita yang
berkomunikasi dengan nada tinggi. Melihat cara berbicara ibunya seperti itu,
anaknya merespon dengan ikut berteriak dan menjadi marah kepada ibunya.
Narasumber B menyadari keadaan yang kurang baik itu, sehingga dia memutuskan
jawaban yang berisi insight tentang apa yang sedang terjadi dalam dirinya.
narasumber B untuk lebih memahami dirinya sendiri. Hal ini menjadikan ia lebih
mengerti bagaimana caranya untuk meredakan tegangan dan tekanan dalam dirinya
kesamaan, yaitu dari kondisi yang dialaminya para narasumber menyadari bahwa
12
mereka dalam keadaan yang membutuhkan suatu pertolongan atau bantuan dari
kesulitannya sendiri dengan secara terbuka dan apa adanya. Dari kejujuran dan
keterbukaan itulah, mereka dapat mengungkapkan dirinya secara lebih baik dan
lebih banyak lagi, sehingga para narasumber mendapatkan balasan atau dampak
yang diharapkan.
dan takut untuk bercerita. Tapi karena sudah tidak tahan dengan tekanan emosinya,
ia akhirnya bercerita kepada ibu atau teman dekatnya agar bebannya terlepas dan
tertentu saat ia sudah tidak kuat dan menangis sendirian. Untuk melegakan pikiran
kerjanya di kantor.
diungkapkannya itu dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan, diharapkan, atau
dan ketenangan.
13
Keenam narasumber juga menjelaskan dalam bercerita dan mengungkapkan
apa yang ada dalam pikirannya, mereka tidak akan melakukannya kepada
mencurahkan perasaan dan pikiran adalah pada lingkaran keluarga seperti orang tua
atau saudara. Selanjutnya, mereka bercerita kepada sahabat atau teman terdekat,
lalu kepada rekan kerja atau pihak profesional seperti konselor atau psikolog.
Hal-hal yang diungkapkan pun beragam dan sesuai dengan kepada siapa
anak atau dengan mantan pasangannya, para narasumber lebih sering bercerita
kepada orang tua, atau keluarganya. Sedangkan jika berkaitan tentang masalah
atau rekan kerjanya. Namun, jika mereka menginginkan jawaban yang lebih dalam
narasumber akan bercerita dan meminta saran kepada pihak yang lebih
diri memenuhi kebutuhan manusia untuk diketahui secara erat (Pinakesti, 2016).
14
sistem ketahanan tubuh dan mengurangi kebutuhan pada kasus medis apapun
(Lahey, 2012).
membangkitkan perasaan lega (Zhang, 2017). Dalam penelitian oleh Stiles (1987),
efek dari perasaan negatif tersebut menjadi berkurang bila diekspresikan atau
diceritakan kepada orang lain, hal tersebut disebut “katarsis” (Zhang, 2017). Self-
disclosure bisa membuat pikiran menjadi tenang dan tidak terganggu oleh kejadian
masalah yang sedang atau telah dialami dan meningkatkan kemampuan yang ada
pada diri individu, seperti yang dijelaskan oleh Feldman, Joorman, & Johnson
mendapatkan sumber daya dari orang lain, baik itu dukungan emosional atau
memperoleh solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi nyata dalam (Zhang,
2017).
Dari pemaparan di atas, maka peneliti ingin meneliti tentang hubungan self-
disclosure dengan tingkat stress pada ibu tunggal yang menjadi kepala keluarga.
Hal ini didasari oleh peneliti belum menemukan penelitian tentang ibu tunggal yang
15
dijadikan sampel dalam penelitian dengan variabel self-disclosure dan stres.
Peneliti berharap dengan sampel penelitian yang berbeda, yaitu ibu tunggal, dapat
memberikan tingkat masalah dan kesimpulan yang berbeda. Oleh karena itu,
yang seharusnya dipikul bersama, beralih dipikul oleh salah satu pihak saja.
dibandingkan dengan perempuan yang masih memiliki suami. Para ibu tunggal
mengalami gejala stres yang beragam dan tentunya mengalami dampak stres yang
tidak ringan seperti adanya gangguan pada fisik, psikis, dan kognisinya.
dan tekanan yang terjadi terus menerus sehingga menjadi gangguan dalam
kehidupannya. Gangguan yang terjadi berupa gangguan pada fisik seperti adanya
gangguan pola tidur dan makan, lalu gangguan pada perilaku dan emosi seperti
mudah marah atau menangis. Salah satu penyebab yang menjadi tekanan, adalah
masalah ekonomi, karena setelah perpisahan dengan pasangan membuat ibu harus
berperan ganda menjadi pencari nafkah untuk anak-anaknya. Ibu tunggal juga
16
Selain itu, stigma negatif status janda di masyarakat menjadi masalah sosial yang
Ibu tunggal merasakan komunikasi menjadi salah satu hal yang dipikirkan
dan dilakukan ketika mencari solusi dalam masalahnya. Ibu tunggal berharap
seseorang agar dapat merasakan ketenangan. Setiap ibu tunggal bercerita dengan
frekuensi dan durasi yang berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan dan beratnya
masalah yang ingin diceritakan. Maksud dan tujuan ibu tunggal ketika bercerita itu
tidak semuanya untuk mencari solusi untuk masalahnya, tetapi ibu tunggal
Melihat dampak stres yang tidak ringan, perlu teknik yang tepat untuk
sebagai bentuk komunikasi dasar yang baik kemungkinan dapat meringankan stres.
orang lain, seseorang tersebut akan belajar mengenai dirinya sendiri juga tentang
orang lain. Dari perjumpaan seperti itu, seseorang akan menyadari, misalnya,
bahwa perasaan dan pemikirannya ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan
orang lain. Perasaan dan pemikiran yang tidak jauh berbeda dengan orang lain ini
17
Pengukuhan positif tersebut membantu seseorang merasa ‘normal’ (DeVito,
2018). Kondisi ‘normal’ yang disebutkan oleh DeVito, merupakan pemahaman dari
kondisi individu yang bebas dari tekanan, kegelisahan, ataupun rasa penolakan
yang dapat membangun rasa bersalah. Jika kita merasa orang lain menolak kita, kita
cenderung menolak diri sendiri juga (DeVito, 2018). Rasa bersalah, penolakan, dan
penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara self-disclosure dengan tingkat
1.3 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan self-disclosure dengan tingkat stres pada
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
dan ibu tunggal, khususnya bagi peneliti lain dan pembaca pada umumnya.
18
b. Untuk memperkaya ilmu psikologi dan menambah wawasan dalam wacana
2. Manfaat Praktis
self-disclosure dan tingkat stres pada ibu tunggal yang menjadi kepala
keluarga di Indonesia.
b. Bagi ibu tunggal sebagai kepala keluarga, hasil penelitian ini diharapkan
mentalnya.
c. Bagi masyarakat, dapat membantu masyarakat untuk lebih baik lagi dalam
19