Disusun oleh:
Markus Adi Pratama Sebayang
2011121032 – B
Sinematik jepang tidak tepas dari budaya jepang serta apa yang terjadi pada kota dan
masyarakat jepangnya. Melalui sinematik jepang menjadi bentuk menggambarkan
kebiasaan dan sagala sesuatu di jepang. Jepang
marupakan bagian dari Asian maka tak lepas juga
yang memiliki perwakilan bentuk film dari Asian itu
sendiri, contoh lain, bentuk film seperti warna
menjadi ciri khas yang akan dipakai oleh negara-
negara Asian seperti warna-warna dingin, biru,
hijau, dan sebagainya yang menggambarkan
warna dari kota metropolitan dan segala bentuk aktivitas gelap di malam hari. Warna ini
adanya relevansi dengan film-film hollwood sebagai unsur pendukung film memberikan
maksud dan tujuan dari naratifnya, maka warna-
warna dingin oleh negara di Asian terutama pun
jepang dipakai oleh fil hollwood. Warna dingin yang
dipakai atas teori-teori film jepang bermaksud
memberi penekanan ekpresi dan drama dan merasa
tertekan dari sosok karakter tersebut. Selain itu
warna dingin bisa memiliki rasa kecewa, kehilangan
sesuatu, sedih, dan sebagainya yang memiliki
perasaan yang mendalam. Pada buku sergei
Eisenstein membahas persoalan teknis editing pada
sebuah bentuk film. Teknis editing ini pun menjadi merajalela terhadap film-film Hollywood,
terkesan meningkatkan drama melalui music teknik
editing montase menjadi kunci bagi bentuk film supaya tidak terkesan monoton. Mengetahui
sebuah film memakai teknik editing montase dapat dipahami bahwa sebuah perpotongan
footage atau gambar akan bergantian dalam satu waktu bisa dengan satu lokasi yang sama
atau berbeda tapi dengan music yang terus berjalan. Pemakaian teknik ini menjadi relevan
hingga dipakai oleh seluruh film dunia termasuk Hollywood sehingga meningkatkan
dramatisasinya. Sinematik pada film jepang tidak hanya membahas soal warna melainkan
editing yang memberi maksud pada segala sesuatu informasi, buku sergei eisenstein
membahas warna, adegan, dan sebagainya yang membantu awal mula film itu terjadi.
Representasi terjadi bukan saja melalui film yang apa kita lihat, terkadang kita harus
menyadari dan mengetahui segala yang tak disadari seperti editing, teknik montase menjadi
representasi propaganda yang sangat tertekan pada zaman itu memuat adanya factor
pendukung atas teori sergei eisenstein yaitu adegan, bagaimana seorang sergei eisenstein
mempengaruhi dari karya terhadap pembuat film-film dunia melalui ciri khasnya yaitu lebih
suka menangkap gambar kerumunan atau massa dengan cerita yang nyata, dan lokasi yang
nyata tanpa settingan serta adanya unsur propaganda. Sebuah film memiliki ciri khas atas
kenginan diri sendiri untuk menepatkan dimana film itu di putar dan di tunjukan kepada
khlayak. Teori sergei eisenstein memberi inspirasi terhadap pembuat film di dunia sehingga
muncul bentuk-bentuk film baru dari berbagai dunia terutama jepang dan Hollywood yang
memiliki interest pada teori sergei eisenstein dan hollwood punya cirikhasnya sendiri dan
juga jepang punya ciri khasnya sendiri akan tetapi sumber referensi serta budaya luar akan
menjadi bahan yang akan dipakai terhadap film-film luar demi kegunaan informasi yang
dituju.
Relevansi terus ada pada sebuah bentuk film melalui akulturasi budaya secara
langsung dan tak langsung, ketika warna yang muncul, dan visual yang akan ditampilkan
sudah mengetahui maksud cerita tersebut berasal apakah dari negara mana, seseorang
keturunan apa, dan budaya yang ditampilkan berasal dari mana. Sebelum terjadinya film,
film sangat rekat terhadap adegan dan adegan itu adalah teater bagaimana teater jepang
bisa melatih dirinya memposisikan sebagai actor yang berjalan atas naratif dan suara atau
music yang pas? Memuat teori teknik editing montase pada buku sergei eisenstein bahwa
aktor jepang melakukannya menggunakan tempo lambat hingga tinggi saat dilakukannya di
atas teater aktor melakukan ini hanya untuk kaaya-karya nya. Aktor melakukannya seakan-
akan sama percis ketika dilakukannya slowmotion pada editing sebuah film sehingga
adanya relevansi atas aktor yang memperagai gerakan lambat yang memberi kesan dan
maksud pada penonton saat menikmati teater berlangsung. Penonton memiliki persepsi
berbeda-beda mengenal gerakan lambat yang di lakukan seorang aktor, aktor
melakukannya saat dilakukannya secara bersamaan pada irama tempo lambat maka hal ini
menjadi sesuatu yang penting atas teori seni peran teater yang membuat aktor dapat
bermain di film sebab film menggabungkan segala unsur didalamnya seperti seni peran,
music, dan sebagainya. Pada teori sergei eisenstein pada konsep akting menyatakan teknik
film jepang memberikan keunikannya sendiri dari bentuk-bentuk feodal tradisional jepang
yang memasukan unsur budaya-budaya leluhurnya.
Membahas sinema lebih dalam terkait editing montase, montase secara umum, ada
tiga jenis yaitu narasi, grafis, dan identional. Pada jenis narasi, adegan dan gambar
melibatkan satu subjek yang akan diikuti dari satu titik ke lainnya, montase pada gambar
bukannlah adegan atau gambar statis, akan tetapi adegan yang terus bergerak guna
memudahkan pergantian gambar ke gambar selanjutnya secara mulus tanpa adanya
sesuatu yagng merusak estetika. Montase juga bisa diartikan selalu adanya gambar-
fgambar yang terpisah atau shot-shot yang berbeda antara a dan b lalu dirangkai yang
memiliki kesinambungan yang jelas dengan gambar berikutnya. Segala bentuk kreatif dan
segi teknik editing montase memiliki gagasan yang akan dibangun dan memiliki unsur
bahasa visual pendukung supaya menjaga keselarasan antar logika cerita. Semua yang
digunakan pun pada teknik editing montase memberi kesan dramatis yang akan ditampilkan
terhadap penonton dan juga yang akan dirasakan oelh penonton. Film tak lepas dari ide
serta tujuan yang akan disampaikan, pembuat film mengetahui untuk siapa karya akan
diberi dari segala teori sergei eisenstein, ide yang dia berikan melalui karya sangat
mempengaruhi pembuat karya lain sebab sebuah karya bisa mempengaruhi audiensnya,
serta sebagai bentuk propaganda dari keresahan yang ia alami. Sergei eisenstein pada
sinematografi memberi pemahaman dalam kehidupan masyarakat dan memberi fakta yang
nyata atas realitas yang terjadi dari sebuah desakan waktu itu, propaganda melalui karya
seni menjadikan senjata bagi dirinya untuk terus berjuang dan membuat kebebasan atas
desakan pemerintah, karya seni bukanlah hanya film melainkan seni lukis apapun
bentuknya ataupun aliran surrealism yang merupakan alat propaganda. Film tak bisa berdiri
sendiri yang hanya focus pada visual, seni lukis bisa terinspirasi yang masuk pada unsur ide
cerita maupun sinematografi dalam bentuk film. hal yang menjadi ciri khas sergei eisenstein
supaya dapat dilakukan oleh pembuat film di dunia adalah mengambil gambar yang dimana
visualnya orang yang berkemunan seperti adanya massa, hal ini memberikan kesan
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di kondisi tersebut dan menimbulkan dramatisasi
dari visual yang diambilnya. Teori sergei eisenstein telah relevan terhadap pengkarya dan
karya yang memiliki kausalitas terhadap segi cerita (naratif atau plot), aktor yang akan
melakukannya, dan perusahaan yang siap menanggung segalanya.