Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teater pada dasarnya merupakan sebuah karya seni pertunjukan yang


mengisahkan sebuah peristiwa kehidupan dengan dibawakan oleh aktor dan ditujukan
kepada penonton. Teater sendiri merupakan istilah lain dari drama, tetapi dalam
pngertian yang lebih luas, yakni ;proses menentukan ide pemilihan naskah lakon,
penafsiran, penggarapan, penyajian/pementasan/pergelaran/pertunjukan; Drama
seperti yang berkembang saat ini berasal dari zaman Yunani purba. Yang kemudian
pada perjalanannya mengalami berbagai macam perubahan dan inovasi- inovasi dari
masa ke masa baik itu dari segi bentuk, penyajian dan tujuannya. Drama secara
harfiah berasal dari bahasa Yunani "Dromai" yang berarti berbuat atau bertindak.
Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui dialog para
tokoh-tokohnya

Akhir-akhir ini banyak sekali pementasan yang terjadi. Dari semua aliran yang
ada di teater dibagi menjadi dua aliran besar realis dan non realis. Sebagai karya
sastra, bahasa drama adalah bahasa sastra karena itu sifat konotatif juga dimiliki.
Pemakaian lambang, kiasan, irama, pemilihan kata yang khas, dan sebagainya
berprinsip sama dengan karya sastra orang lain. Akan tetapi karena yang ditampilkan
dalam drama adalah dialog, maka bahasa drama tak sebaku bahasa puisi, dan lebih
cair daripada bahasa prosa. Sebagai potret atau tiruan kehidupan, dialog drama
banyak berorientasi pada dialog yang hidup dalam masyarakat.

Saat ini wacana tubuh telah masuk sebagai salah satu agenda penting dalam
kajian budaya, tubuh telah memantapkan posisinya sebagai titik pusat diri. Ia adalah
medium yang paling tepat untuk mempromosikan dan memvisualkan diri sendiri.
Tubuh adalah bagian yang melekat pada diri kita, sekaligus penyedia ruang-ruang tak
terbatas untuk memamerkan segala jenis bentuk identitas diri. Tubuh juga bisa
dikatakan sebagai suatu proyek besar bagi seseorang; ia terus menerus
dibongkarbongkar, ditata ulang, dikonstruksi dan direkonstruksi, dieksplorasi secara
besarbesaran, didandani, disakiti, dibuat menderita atau didisiplinkan, untuk mencapai

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 1


SUTRADARA SISKA D.
efek gaya tertentu dan menciptakan cita rasa individualitas tertentu. Namun itulah
pandangan tubuh dalam khazanah kebudayaan Konsumen, lantas bagaimana tubuh
jika dilihat dari wilayah kesenian khususnya seni pertunjukan? Tubuh dalam seni
pertunjukan merupakan modal utama atau bahan dasar dari aktor yang memainkan
tokoh yang ada pada naskah. Tubuh menjadi tehnik medium untuk mengungkap
peristiwa melalui dialog antar tokoh. Aktor harus dapat mencapai titik kematangan
tubuh seperti kepala hingga kaki sehingga aktor tersebut mempunyai ketrampilan
khusus dalam menyampaikan dialognya. Selain itu juga melatih alat ucapnya seperti
mulut, lidah dan tenggorokan serta pernafasan.

Dalam penulisan konsep sebagai tugas akhir dari seni peran IV ini adalah
mengangkat sebuah pementasan yang beraliran nonrealis. Dalam pengertiannya,
Nonrealis sendiri mempunyai arti yaitu sebuah pementasan non verbal mendekati
suatu kejadian yang mementingkan kenyataan. Yang digambarkan bukannya hal-hal
yang berlebihan dan sentimental. (Prof. Dr. Herman J. Waluyo)

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 2


SUTRADARA SISKA D.
1.2 Tujuan Pementasan
1. Sebagai ujian akhir mata kuliah Seni Peran IV
2. Melakukan pengaplikasian terhadap mata kuliah seni peran IV dengan
kajian nyata.
3. Mewujudkan kerja sama berkualitas antar mahasiswa drama.
4. Menanamkan kesadaran dalam masyarakat kampus dan komunitas teater.
5. Sebagai wujud berkesenian oleh mahasiswa drama.
6. Meningkatkan pengetahuan dalam produksi pementasan teater

1.3 Manfaat Pementasan


Manfaat dari penulisan konsep ini antara lain :
1. Sebagai pertanggung jawaban resmi karya non realis.
2. Sebagai referensi banyak pihak
3. Menambah pengetahuan lebih
4. Dapat mengetahui teori-teori keaktoran
5. Mendapatkan pengalaman dari proses penggarapan konsep ini.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 3


SUTRADARA SISKA D.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori umum


2.1.1 Tadashi Suzuki
Tadashi Suzuki, sutradara teater modern Jepang yang menjadi
salah satu kiblat teater modern dunia di Asia. Sejak Tahun 1976
Suzuki memilih Toga sebagai markas pelatihan teaternya, ketika
banyak seniman lebih memilih Tokyo sebagai tempat ekspresi karya
dan kebutuhan ekonomisnya. Toga berada di salah satu puncak
wilayah pegunungan Toyama yang dibelah sungai Momose. Bila
musim salju tiba, Toga merupakan daerah permainan ski yang
mengasyikan karena memiliki ketebalan salju hingga 5 meter.

Suzuki memulai karir berteaternya 50 tahun lalu di Universitas


Waseda Jepang dengan beberapa teman kuliahnya yang membentuk
grup teater Waseda Sho-Gekijo (Teater Kecil Waseda). Setelah
mementaskan berbagai naskah Barat dan lokal Jepang, ia
menemukan kejenuhan dan kegelisahan. Ketika warga Jepang
berbondong-bondong ke pusat kota, terutama Tokyo, mencari
peruntungan hidup pasca perang, meninggalkan rumah dan
kehidupan mereka sebagai orang desa, sebagai petani dan nelayan,
sawah menjadi tak tergarap, rumah dan peternakan pun kosong.
Melihat fenomena itu, Suzuki merasa bahwa teater harus menjawab
problem itu, entah bagaimana caranya.

Salah satu hasil dari pergulatan pemikirannya adalah Metode


Akting yang dikenal dengan Suzuki Training Method yang telah
menyebarluas ke berbagai negara Eropa dan Amerika. Metode
latihan ini berangkat dari pembacaannya yang mendalam terhadap
filosofi dan bentuk kesenian tradisi Jepang (khususnya Noh dan

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 4


SUTRADARA SISKA D.
Kabuki) serta sejarah panjang teater dunia dari zaman Yunani kuno.
Unsur dasar yang diolah dalam latihannya adalah produksi energi,
pengolahan nafas dan melatih keseimbangan/ pusat gravitasi tubuh.
Ketiga unsur ini juga ditemukan di berbagai bentuk seni bela diri dan
kesenian tradisional. Metode pelatihan ini dikenal tersebar luas sejak
mulai diperkenalkan tahun 1984 ketika Festival Internasional Teater
untuk pertama kalinya diselenggarakan di Jepang, tepatnya di Toga
pada musim panas. Sejak itu, selama 30 tahun di setiap musim panas,
Suzuki membuka kursus singkat keaktoran untuk seluruh aktor atau
pencinta teater dari seluruh dunia

Mengikuti dengan saksama satu rangkaian praktik dasar Metode


Suzuki, akan terasa bagaimana prinsip praktik dan pola latihannya
bertolak dari nilai-nilai luhur yang tumbuh dalam budaya Jepang.
Mulai dari teknik pernapasan, teknik keseimbangan tubuh, teknik
pengelolaan kekuatan tubuh, teknik pengelolaan gerak tubuh yang
berenergi, teknik pengaliran energi dalam tubuh, hingga pada teknik
pengelolaan suara dan titik fokus pandangan mata.

Semua itu seolah telah menciptakan satu ketenangan tubuh yang


sama dalam tubuh seorang ahli Samurai, ketenangan tubuh seorang
Ninja, atau barangkali ketenangan tubuh seorang pegulat Sumo. Ya,
satu kondisi tubuh yang terlihat penuh ketenangan itu adalah tubuh
yang sesungguhnya begitu peka dan selalu waspada. Tubuh yang
memiliki kekuatan luar biasa, tubuh yang menyimpan penuh energi,
tubuh yang sesungguhnya setiap saat siap untuk ‘meledak’, seperti
ledakan kecepatan dan ketepatan ayunan pedang Samurai yang
mematikan, seperti ledakan kecepatan dan ketidak-terdugaan
pergerakan tubuh seorang Ninja, atau seperti ledakan kecepatan dan
kekuatan dorongan seorang pegulat Sumo.

Suzuki telah berhasil mengekstraksi spirit budaya Jepang


menjadi suatu rangkaian teknik ketubuhan untuk latihan olah
keaktoran dalam teater. Kita benar-benar akan merasakannya jika
mengikuti enam jenis praktik dasar Medote Suzuki yang terdiri dari

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 5


SUTRADARA SISKA D.
prakting Stomping(menghentakkan kaki), Slow Tenteketen (berjalan
pelan), Basic(kesimbangan dan titik tumpu berat badan), Sitting
Statue (duduk mematung), Standing Statue (berdiri mematung),
dan Walking Statue(berjalan mematung).

2.1.2 Drama
Istilah drama berasal dari Yunani (draomai) yang berarti perbuatan,
tindakan, atau aksi. Senada dengan ungkapan Harimawan bahwa drama
ialah kualitas komunikasi, situasi action. (segala yang terlihat di atas
pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan, dan ketegangan pada
pendengar/penonton (Harimawan, 2000:1).

2.1.3 Teater
Istilah teater juga berasal dari bahasa Yunani (theatron yang
diturunkan dari kata theomai yang berarti takjub melihat atau
memandang). Istilah teater mempunyai arti lebih luas dibandingkan istilah
drama. Teater dapat berarti drama, panggung, gedung pertunjukkan dan
grup pemain drama, bahkan dapat juga berarti segala bentuk tontonan
yang dipentaskan di depan orang banyak (Suparyanta, 2007:1).

2.1.4 Aktor
Aktor tidak berusaha menipu penonton. Tujuan aktor bukanlah
mewujudkan emosi,melainkan mempertunjukkan kepada kita
(penonton) kenyataan dibalik persamaan rupa. Tujuan aktor adalah
menafsirkan perwatakan serta memberikan interpretasi.(Anirun,
2002 ; 48)

2.1.5 Teater Kejam

(The Theatre of Cruelty)Teater Kekejaman adalah jenis karya


teater modern garda-depan (avant-garde) atau kontemporer yang bersifat
surrealis yang dibuat berdasarkan aturan-aturan penciptaan karya-karya
Teater Kekejaman yang dikemukakan oleh Antonin Artaud (1896-1948),
seorang penyair, penulis lakon dan aktor (yang pada akhirnya menjadi gila)
dalam bukunya yang berjudul “Theatre and its Double”.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 6


SUTRADARA SISKA D.
Teater ini merupakan teater yang sarat menyuguhkan
spektakel-spektakel yang dianggap Artaud sebagai unsur yang paling
utama karya-karya yang disebut sebagai ‘karya-karya teater’.

Bahwa metafisika, tindakan-tindakan transedental dan hal-hal


yang irasional harus masuk kembali dalam jiwa/pikiran kita agar kita
mampu mengatasi kemerosotan ahklak kita. Kekejaman menurut Artaud,
tidak menunjuk dalam kesadisan atau yang menyebabkan sakit; tetapi
lebih menunjuk pada kekerasan-kekerasan fisikal yang menegangkan
yang umumnya dilakukan manusia, tetapi yang tidak mau diakui
dilakukan manusia, apalagi dipertunjukkan secara terbuka oleh manusia
waras.

Artaud menciptakan karya-karya Teater Kekejaman karena


menurutnya, ingatan dan persepsi-persepsi manusia modern, sudah
tercemar dengan kedustaan realita-realita palsu (akibat adanya
internalisasi-internalisasi psikologis dalam masa pembentukan
kepribadian kita); kedustaan-kedustaan mana mengakibatkan manusia
modern sulit hidup secara baik dan menyenangkan; dan bahwa
kedustaan-kedustaan itu harus dibersihkan dari ingatan dan persepsi
manusia modern (yang ingin disucikan/dikatharsiskan) dengan cara
menonton karya-karya Teater Kekejaman.

Teater Kekejaman adalah teater yang mengekspresikan gesture,


gerak-gerik teatrikal, spektakel dan teater yang menyuguhkan
pemikiran-pemikiran. Artaud tidak menyukai kata-kata karena
menurutnya kata-kata telah menjadi tiran yang membatasi
kemampuan-kemampuan manusia untuk tiba pada
kesimpulan-kesimpulan objektif dan individualnya. Teater Kekejaman
dianggap sebagai wahana yang dapat membumikan kembali
manusia-manusia modern yang sudah tercemar dengan
peradaban-peradaban yang mengakibatkan manusia-manusia modern
menjadi mahkluk-mahkluk yang sakit.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 7


SUTRADARA SISKA D.
Meskipun Teater Kekejaman dianggap Stephen Barber, kurang
jelas dan ‘teater yang tidak mungkin’ (karena melihat manusia lain
melalui diri mereka yang mungkin sakit), banyak teaterawan lain yang
menganggap mereka pengikut Artaud. Teaterawan-teaterawan dimaksud
adalah Jerzy Grotowski, Peter Brook dan Richard Schechner.
2.1.6 Teater Absurd
(Theatre of the Absurd) Karya-karya Teater Absurd adalah
karya-karya yang diciptakan berdasarkan naskah-naskah lakon ciptaan
dramawan-dramawan Teater Absurd seperti Albert Camus, Samuel
Beckett, Eugène Ionesco, Harold Pinter, Jean Paul Sartre, Jean Genet, dan
lain-lain. Menurut Martin Esslin, karya-karya ini pada dasarnya
merupakan karya-karya yang mengungkapkan situasi-situasi jiwa yang
paling akhir yang dialami oleh orang-orang Barat (ketika mereka telah
mengalami kemajuan-kemajuan yang begitu berarti dalam bidang
kebudayaan), dan umumnya menceritakan keabsurditasan-keabsurditasan
manusia karena misalnya kehilangan rasa kemanusiaan, individualitas,
tujuan-hidup dan lain-lain.

Teater Absurd adalah teater yang secara total, lirikal yang


memunculkan adegan-adegan abstrak yang kebanyakan di antaranya
merupakan modifikasi dari berbagai pertunjukan teater populer seperti
mime, balet, akrobat, dan aksi para badut dalam pertunjukan music-hall
dan film-film bisu. Teater ini oleh sebagian besar pengamat, dianggap
muncul sebagai respons traumatik akan horor yang terjadi dalam Perang
Dunia Ke 2 yang secara total mempertunjukkan ketidakpermanenan suatu
nilai, ketidaksahihan suatu konvensi dan ketidakberartian manusia dalam
hidupnya. Teater ini juga dianggap muncul sebagai reaksi atas hilangnya
dimensi religiusitas dari kehidupan manusia modern; dan muncul sebagai
upaya untuk memugar mitos dan ritual dalam kehidupan di jaman modern
dengan cara mendorong manusia agar sadar mengenai kenyataan terakhir
kehidupan mereka (bahwa mereka telah kehilangan
kekaguman-kekaguman akan kosmos dan seringkali terbenam dalam
banyak kesedihan mendalam).

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 8


SUTRADARA SISKA D.
Tujuan dari penghadiran teater-teater ini adalah agar penonton
tersentak keluar dari eksistensi yang membuat mereka menjadi basi,
mekanis (dengan kebiasaan hidup modern sehari-hari) dan cenderung
berpuas-diri. Para penonton dalam pandangan kaum absurdis perlu
mengalami pengalaman-pengalaman mistikal dengan cara menonton
karya-karya Teater Absurd. Teater Absurd merupakan teater tidak
konvensional, cenderung surrealis, tidak logis, miskin konflik dan miskin
plot dengan dialog-dialog yang cenderung berbelat-belit dan sulit
dipahami.Teater ini pada dasarnya merupakan teater yang
merepresentasikan ketidakpercayaan kaum absurdis akan bahasa sebagai
alat komunikasi. Bahasa dalam pandangan kaum absurdis merupakan
wahana pengkonvensionalan, pengstereotipikalan dan ketidakmampuan
membuat pengertian. Kata-kata dalam pandangan kaum absurdis, gagal
untuk mengekspresikan hakikat dari pengalaman-pengalaman sebenarnya
umat-manusia; dan kaum absurdis mempergunakan kata-kata untuk
menghadirkan dialog-dialog konvensional yang klise, mengslogan,
mengjargon, memparodi dan lain-lain untuk menonjolkan keabsurditasan
manusia dalam mempergunakan kata-kata/bahasa dalam kehidupan
modern mereka; dan mendorong manusia agar mampu berkomunikasi
secara otentik.

Teater Absurd adalah teater yang cenderung mempermainkan


logika karena kaum absurdis adalah kaum yang anti-rasional yang benci
kemunafikan. Teater ini adalah teater dengan kecenderungan tidak ada
konflik dramatik, penuh dengan pernyataan-pernyataan lirikal; dan dalam
penciptaannya, kaum absurdis cenderung memunculkan
pengalaman-pengalaman arketipal dari situasi-situasi hidup manusia
dalam komunikasi-komunikasi atmosferikal.

2.1.7 Teater Miskin

(The Poor Theatre) Teater Miskin (The Poor Theatre) Jerzy


Grotowski adalah sejenis teater di mana: 1) karya ini diciptakan hanya
untuk mempertunjukkan laku-laku manusia dengan tidak adanya bantuan
penataan-penataan setting, cahaya, busana, rias, properti dan lain-lain; 2)

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 9


SUTRADARA SISKA D.
pemain teater dianggap dan diperlakukan sebagai pembuat pertunjukan
(performer) yang paling

utama dan yang berfungsi sebagai penampil laku-laku yang dibangun


berdasarkan teknik-teknik pemeranan yang menuntut adanya pembebasan
jiwa dan raga pemain secara utuh; dan 3) penonton dikondisikan (melalui
penataan pentas dan auditorium) untuk dapat terlibat secara langsung
sebagai pemain dalam karya yang sedang dipertunjukkan.

2.2 Teori Pilihan

Mengikuti dengan saksama satu rangkaian praktik dasar Metode


Suzuki, akan terasa bagaimana prinsip praktik dan pola latihannya
bertolak dari nilai-nilai luhur yang tumbuh dalam budaya Jepang. Mulai
dari teknik pernapasan, teknik keseimbangan tubuh, teknik pengelolaan
kekuatan tubuh, teknik pengelolaan gerak tubuh yang berenergi, teknik
pengaliran energi dalam tubuh, hingga pada teknik pengelolaan suara dan
titik fokus pandangan mata.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 10


SUTRADARA SISKA D.
BAB III
METODE PEMERANAN
3.1 Rangsang Awal
Rangsang awal berasal dari gagasan yang kemudian dijadikan sebuah
treatment pertunjukan. Keberhasilan suatu pertunjukan dipengaruhi oleh
kerjasama antara aktor dengan lawan mainnya dan aktor dengan sutradara.
Dengan kerjasama tersebut aktor dan sutradara mampu mempertunjukan sesuatu
sesuai dengan apa yang diinginkan

3.2 Latihan Sendiri


Ketika Penulis mendapatkan Sutradara pada keaktoran non realisnya, di situ
juga ia mendapatkan disiplin teori dan tema yang nantinya akan digarap bersama
selama satu semester ini. Setelah Penulis mendapatkan peran dalam cerita yang
diangkat sutradara tersebut, maka yang harus dijalankan dalam latihan adalah
sebagai berikut:

1. Memahami teknik disiplin teori Tadhasi Suzuki

2. Memahami cerita dari tema yang diangkat oleh sutradara

3. Observasi

4. Eksplorasi gerak sesuai dengan teknik disiplin teori Tadhasi Suzuki

5. Memasukkan setiap gerak yang sudah di eksplorasi aktor kedalam


cerita

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 11


SUTRADARA SISKA D.
3.3 Latihan dengan sutradara

Setelah Aktor dan Sutradara telah bertemu dalam satu disiplin teori. Sutradara
membebaskan aktornya untuk mengeksplor tubuhnya sendiri dalam metode
disiplin teori yang digunakan. Selain itu Sutradara juga memberikan
metode-metode dalam latihan. Dan itu semua untuk pencapaian dalam mendairek
actor. Hal-hal itu antara lain :
1). Berdo’a sebelum dan sesudah latihan
2). mencerita tema dan cerita yang diangkat oleh sutradara
3). pemanasan sebelum memasuki teknik disipli teori Tadhasi Suzuki
4). Pencarian karakter tokoh
5). Pencarian gerak dari eksplorasi yang lebih ditekankan pada kreatif aktor..
6). Penetapan blocking

7). Melakukan evaluasi sesudah latihan

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 12


SUTRADARA SISKA D.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penciptaan
Dalam proses latihan pertunjukan yang berjudul “ kurushimi” ini memiliki
targetan yang ingin dicapai. Dalam pertunjukan ini aktor dan sutradara membawa
pesan tersirat yang ingin disampaikan. Pesan yang ingin disampaikan dalam
pertunjukan ini adalah beradaptasi atau bisa menempatkan diri itu penting dalam
menjalani kehidupan untuk masa depan. Berikut urutan adegan dalam pementasan :

Adegan 01

1. Panggung fokus pada tengah, yayang mengeksplor dirinya diatas satu trap yang
dismbolkan sebuah pijakan diri. Disini yayang mengekpresikan dirinya pada
tubuh, dimulai dimana ia sedang menikmati hidupnya sendiri yang seperti
adanya. Asik dengan dunia sendiri hingga lupa dan sering mengabaikan
sekitarnya.

Adegan02

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 13


SUTRADARA SISKA D.
2. Kemudian disaat yayang sedang asik maka kemudian masuklah aktor banimar,
iroh, syina, diana satu persatu dengan karakter masing – masing. Disini mereka
sedang bermain asik bersama. Menciptakan keramaian dan kemudian melihat
yayang seorang diri di hampirilah oleh mereka satu persatu namun yayang yang
merasa aneh pada mereka tidak merespon.

Adegan 03
3. Hingga akhirnya dari sekian banyak yang ingin mengajak komunikasi
terhadap yayang hanya ada satu orang yang mendapatkan respon dan bermain.
Itupun karena yayang merasa nyaman berada di dekatnya seperti yayang
mendapatkan sebuah pengertian dan perhatian.
4.
5. Selanjutnya disini terjadi blakout sementara aktor yang lain berdiam diri,
mematung dengan ditutupi kain dilain sisi yayang ekplorasi dengan tubuhnya
sendiri dengan simbolis menciptakan keramaian di dalam kesunyian. Yayang
membuktikan bahwa dibalik kesendirian ia juga merasakan bahagia dengan apa
yang terjadi.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 14


SUTRADARA SISKA D.
Adegan 05
6. Hingga ia menyadari bahwa ia tidak semestinya akan bersikap seperti ini, lalu ia
mencoba berkomunikasi dengan temannya namun kali ini yayang lah yang tidak
mendapatkan respon.
7. Justru dengan sikap yayang yang semula mengabaikan aktor yang lain maka
sekarang giliran aktor yang lain mencoba menyakitinya baik dengan lisan dan
sikap. Satu persatu aktor saling bergantian

Adegan 07

8. Namun pada akhirnya yayang tidak kuat atas rasa sakit yang diterima, ia
merasakan kecewa, merasala bersalah, merasakan kesedihan yang mendalam,
hingga keputus asaan terdahap dirinya. Kegelapan memakan jiwanya hingga
menggangu psikis dirinya.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 15


SUTRADARA SISKA D.
4.2 Tata Rias dan Tata Busana
4.4.1 Tata Rias
Tata rias dapat dikatakan seni mengubah tampilan wajah menjadi
lebih sempurna dan sesuai dengan karakter. Tokoh dalam teater banyak
sekali macamnya, hal itu membutuhkan penampilan yang banyak
macamnya juga.
Tata rias yang diguakan dalam pertunjukan “ KURUSHIMI ”
adalah fantasi. Hal tersebut digunakan karena dalam pemaparan cerita
memiliki makna simbolis tersendiri yang sutradara pikirkan,
Sedangkan warna yang digunakan adalah warna merah, hitam dan
putih. Untuk aktor utama warna dominan hitam yang bertanda bahwa
ia sudah tenggelam akan kepedihan dirinya sendiri, aktor yang
dominan menggunakan warna merah makna orang – orang yang
menyakiti sementara untuk warna putih adalah aktor yang memiliki
belas kasih menolongnya dari keputus asaan. Berikut tata rias yang
digunakan :
a) yayang

b) Banimar

c) Syina

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 16


SUTRADARA SISKA D.
d) Iroh

e) Diana

f) Anung

4.4.2 Busana
Tata busana adalah seni pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai
tokoh untuk menggambarkan tokoh. Tata busana bisa dibuat berdasarkan budaya atau
jaman tertentu.
Busana dalam karya yang berjudul “ KURUSHIMI ” memberikan sebuah
simbol. Mereka seorang aktor memiliki berbagai macam karakter yang berbeda sesuai
dengan warna kostum karena pada dasarnya manusia itu berubah – ubah.
Berikut busana aktor :

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 17


SUTRADARA SISKA D.
4.3 Tata Cahaya
Lighting adalah penambah pencahayaan atau suasana yang ada dalam
pertunjukan. Ada dua jenis penataan lighting yaitu pencahayaan (penata
lampu yang digunakan berdasarkan konsep sehingga menimbulkan efek
tertentu dalam pementasan), penerangan (hanya menerangi saja dan tidak
menibulkan efek tertentu). Para ahli teknik tata cahaya dan para perancangan

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 18


SUTRADARA SISKA D.
tata cahaya pentas telah membuat lampu yang dapat memberi efek ke dalam
dimensi baru. Berikut peletakan lampu :

4.4 Tata Suara dan Musik


Musik merupakan sesuatu yang memiliki irama dan tempo yang senada,
maka dari itu musik mempunyai peranan penting dalam sebuah pementasan
teater. pun alat musik yang digunakan dalam mengiringi pementasan
‘ kurushimi ’. Pada pemilihan jenisnya, sutradara memilih musik jenis ilustrasi
dan efek sebagai pem-background adegan Dengan tempo atau ritme yang
kadang tidak sesuai dengan pertunjukan. Hal tersebut memiliki maksud yaitu
menggambarkan sebuah non ralistis sesuai deng disiplin ilmu butoh ( tadashi
suzuki ). Berikut beberapa contoh alat musik yang digunakan :

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 19


SUTRADARA SISKA D.
4.5 Setting dan Properti
Dalam pertunjukan “ kurushimi ” properti yang digunakan berupa trap 1, kursi
kecil, dan tongkat.

4.6 Blocking dan Moving


Blocking dan moving dalam pertunjukan ” kurushimi ” sebagai berikut :
1. Panggung fokus pada tengah, yayang mengeksplor dirinya diatas satu
trap yang dismbolkan sebuah pijakan diri. Disini yayang
mengekpresikan dirinya pada tubuh, dimulai dimana ia sedang
menikmati hidupnya sendiri yang seperti adanya. Asik dengan dunia
sendiri hingga lupa dan sering mengabaikan sekitarnya.

2. Kemudian disaat yayang sedang asik maka kemudian masuklah aktor


banimar, iroh, syina, diana satu persatu dengan karakter masing –
masing. Disini mereka sedang bermain asik bersama. Menciptakan
keramaian dan kemudian melihat yayang seorang diri di hampirilah
oleh mereka satu persatu namun yayang yang merasa aneh pada
mereka tidak merespon

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 20


SUTRADARA SISKA D.
3. Hingga akhirnya dari sekian banyak yang ingin mengajak komunikasi
terhadap yayang hanya ada satu orang yang mendapatkan respon dan
bermain. Itupun karena yayang merasa nyaman berada di dekatnya
seperti yayang mendapatkan sebuah pengertian dan perhatian.

4. Selanjutnya disini terjadi blakout sementara aktor yang lain berdiam


diri, mematung dengan ditutupi kain dilain sisi yayang ekplorasi
dengan tubuhnya sendiri dengan simbolis menciptakan keramaian di
dalam kesunyian. Yayang membuktikan bahwa dibalik kesendirian ia
juga merasakan bahagia dengan apa yang terjadi.

5. Hingga ia menyadari bahwa ia tidak semestinya akan bersikap seperti


ini, lalu ia mencoba berkomunikasi dengan temannya namun kali ini
yayang lah yang tidak mendapatkan respon.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 21


SUTRADARA SISKA D.
6. Justru dengan sikap yayang yang semula mengabaikan aktor yang lain
maka sekarang giliran aktor yang lain mencoba menyakitinya baik
dengan lisan dan sikap. Satu persatu aktor saling bergantian

7. Namun pada akhirnya yayang tidak kuat atas rasa sakit yang diterima,
ia merasakan kecewa, merasala bersalah, merasakan kesedihan yang
mendalam, hingga keputus asaan terdahap dirinya. Kegelapan
memakan jiwanya hingga menggangu psikis dirinya.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 22


SUTRADARA SISKA D.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aktor dalam cerita atau tema yang diangkat oleh sutradara menggunakan
disiplin teori yang sudah dipilih oleh sutradara. Disini aktor harus mampu
melakukan apa yang sudah ditargetkan oleh sutradara.Tidak hanya melakukan
latian di jadwalnya saja, tetapi setiap hari meskipun tidak dengan sutradara juga
tetap melakukan latihan. Kewajiban aktor sendiri juga harus melakukan observasi
seperti apa karakter sesorang dalam cerita kurushimi yang menggunakan disiplin
teori Tadashi Suzuki.

5.2 Saran
Di dalam sebuah proses penggarapan sebuah pertunjukan diperlukan
kesiapan yang matang, untuk menjadikan sebuah pertunjukan teater itu enak
ditonton dan bernialai baik. Yang pertama harus dilakukan adalah melakukan
analisis naskah secara benar. Agar nantinya tidak mengecewakan baik sutradara,
actor, maupun para pelaku di dalamnya.

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 23


SUTRADARA SISKA D.
DAFTAR PUSTAKA

Yudiaryani, Panggung Teater Dunia, Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli, 2002


http://my.opera.com/imdedidamhudi/blog/2011/02/20/bahan-ajar-teori-dan-pementas
an-drama-teater
http//nrteater-berteater.blogspot.com/2010/08/kupu-kupu-drama-bab-3-bermain-dram
a.html
Abdillah, Autar.2008.Dramaturgi 1.Surabaya:Unesa University Press
Harymawan, RMA, 1988; Dramaturgi, CV. Rosyda: Bandung
https://dkj.or.id/artikel/ngobrol-teater-teh-kopi-enter-40-hari-dalam
-latihan-tadashi-suzuki-bagian-1/

https://id.wikipedia.org/wiki/Tadashi_Suzuki

KONSEP KEAKTORAN NON REALIS “ KHURUSIMI” KARYA DAN 24


SUTRADARA SISKA D.

Anda mungkin juga menyukai