Anda di halaman 1dari 7

i

LUDRUK
JAWA TIMUR
DALAM PUSARAN ZAMAN

PENULIS
Prof. Dr. Henri Supriyanto, M. Hum
MATA KULIAH
SEJARAH TARI
DOSEN PENGAMPU
Dr. Rr. Yvonne Triyoga H, M. Si

Disusun Oleh :
Adellia Poetri Arsyad
NIM : 1207622028
Daftar Isi
1. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah 1
2. Tujuan Pendeskripsian Ludruk
2. Periode Awal
1. Periode Lerok Ngamen 1

Lerok zaman Kebangkitan nasional


1. Periode Wawasan Boedi Oetomo 1
1920-1930
2. Periode Zaman Jepang 1942-1945 1

Periode Sesudah Proklamasi


Kemerdekaan RI
1. Zaman Pemerintahan Presiden 2
Pertama Ir. Soekarno Tahun 1945-
1950

3. Komponen Utama, Penggarapan Lakon,


dan Manajemen Organisasi
1. Komponen Utama 2
2. Manajemen Organisasi 2

4. Identitas Sandiwara Ludruk


1. Ludruk Sebagai Teater Tradisional 2
2. Ludruk Sebagai Teater Rakyat 2
3. Ludruk Sebagai Teater Hiburan 2
4. Ludruk Sebagai Teater Sosial 2

5. Ciri Pementasan
1. Ciri Struktur Pementasan 3

6. Analisis Lakon dalam Teater Ludruk


1. Peranan Lakon dalam Teater Ludruk 3-4

7. Aspek Sastra Dalam Ludruk


1. Persoalan Pokok 3
2. Analisis Masalah 3
3. Tema Lakon Ludruk 3
4. Karakterisasi 4

8. Aktualisasi Zaman, Ahli Wahana 4


I. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Provinsi Jawa Timur memiliki teater rakyat khas yang disebut sandiwara Ludruk. Pada
periode tertentu, Ludruk pernah mengalami masa surut akibat dampak negatif pemberontakan
G 30 S/PKI pada tahun 1965. Berdasarkan hasil pengamatan para budayawan dan seniman di
JawaTimur pada Temu Budaya di Surabaya teater Ludruk semakin tersingkir dari kota besar
menuju ke desa atau daerah yang masyarakatnya termasuk masyarakar penonton sandiwara
Ludruk.
b. Tujuan Pendeskripsian Ludruk
Tujuan pendeskipsian Ludruk ini ialah untuk mendokumentasikan kesejarahan Ludruk serta
menyumbangkan gagasan dalam pembinaan dan pelestarian Ludruk Jawa Timur. Deskripsi
Ludruk ini diutamakan pada Ludruk sebagai teater rakyat.

II. Periode Awal


a. Periode Lerok Ngamen
Suripan Sadi Hutomo menyimpulkan bahwa pada abad ke 17 kata ludruk dalam arti badhut atau
bebadhutan telah menjadi kesenian rakyat.
Wojowasito mengatakan bahwa kata badhut dalam bahasa jawa kuno berarti Penari, telaah dikenal
masyarakat Jawa Timur pada abad ke-8 Masehi.
Masa awal Ludruk di Jawa Timur yang dirintis oleh Pak Santik berlangsung di Surabaya pada tanggal
21-22 Juni 1968. Setelah berkenalan dengan Pak Amir asal desa Plandi mereka berdua mulai ngamen
dengan musik kendang
Selanjutnya, diajak Pak pono dengan berbusana wanita atau wedokan menjadi ciri khas ngamen di
Jombang. Istilah yang muncul di Jombang waktu itu ialah Lerok.

b. Lerok Zaman Kebangkitan Nasional


1. Periode Wawasan Boedi Oetomo (1920-1930)
Watak satria yang digambarkan dalam tarian itu gagah perkasa dengan diikuti gerakan kepala
bergerak (gela-gelo) dan hentakan kaki (gedrak-gedruk) maka lahirlah akronim Ludruk..
Perkembangan ludruk di Jombang setelah periode 1925-1930 ditandai dengan berdirinya
perkumpulan Ludruk. Nama perkumpulan Ludruk di Jombang yang terkenal yaitu, Ludruk Brata,
ludruk Drajit, Ludruk Boedi Oetomo, ludruk Tjoleke, dan ludruk Kolekturan.

2. Periode Zaman Jepang (1942-1945)


Ludruk lebih banyak dimanfaatkan oleh penjajah Jepang sebagai media propaganda demi kepentingan
Jepang di Nusantara. Setiap penampilan Ludruk wajib menampilkan sinopsis lakon. Ludruk amat
terkenal karena keberanian menyindiri pemerintah Jepang. Lakon-lakon kolonial masih dipentaskan
oleh grup Ludruk Jawa Timur pada hari-hari besar.
c. Periode Sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI
1. Zaman Pemerintahan Presiden Pertama Ir. Soekarno Tahun 1945-1950
Masa perkumpulan ludruk yang Subur pada periode berikutnya ialah sesudah zaman Kedaulatan
Republik Indonesia. Ludruk yang terkenal di Jombang ialah Ludruk Banteng Marhen, Ludruk Suluh
Marhaen, Ludruk Marhaen Muda, Ludruk Duta Massa, Ludurk Alum Dalu, Ludruk Putra Bahari, dan
Ludruk Odadikari.
Pada tahun 1947 di daerah kantong Republik didirikan Ludruk SAGRI (Sandiwara Angkatan Gerilya
Republik Indonesia) untk meghibur TNI dan rakyat yang berjuang.

III. Komponen Utama Penggarapan Lakon, dan Manajemen


Organisasi
a. Komponen Utama Pertunjukan ludruk memiliki 4 unsur utama yaitu, pelawak, lakon,
tandak, gending. Bahasa dalam seni pertunjukan dalam bahasa nonverbal dan bahasa verbal.
Ludruk bagi sebagian seniman profesional yang mengadakan pertunjukan di gedung
merupakan lapangan kerja utama. Sebaliknya, bagi seniman ludruk non gedung merupakan
pekerjaan sambilan.
b. Manajemen Organisasi
Sistem manajemen organisasi ludruk, tidak akan dapat dipisahkan pada sistem organisasi
perkumpulan yang terbagi dalam dua macam sistem organisasi, yaitu :
1. Ludruk perkumpulan atau ludruk organisasi
2. Ludruk majikan atau ludruk milik perseorangan.

IV. Identitas Sandiwara Ludruk


a. Ludruk Sebagai Teater Tradisional
Di bidang seni pertunjukan bangsa Indonesia juga mempunyai berbagai jenis teater daerah. Teater
daerah pada umumnya memiliki ciri khas kedaerahan tertentu dan memakai bahasa pengantar bahasa
daerah.

b. Ludruk Sebagai Teater Rakyat


Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan Ludruk di Jawa Timur sejak awal abad ke 20, ternyata
Ludruk cenderung berada di masyarakat tertentu, yaitu masyarakat pedesaan, masyarakat kota kecil
atau masyarakat tingkat bawah, dan kampung di kota-kota besar.

c. Ludruk Sebagai Teater Hiburan


Peranan Ludruk sebagai seni hiburan ditonjolkan pada atraksi lawak/banyolan. Adegan lawak itu,
pada setiap pementasan Ludruk di daerah rata-rata memakan waktu 45 menit sampai 1 jam.

d. Ludruk Sebagai Teater Sosial


Ludruk sebagai Teater Sosial dapat dianalisis dari tiga aspek, yaitu :
1. Aspek Kehidupan seniman Ludruk di Masyarakatnya
2. Organisasi seniman ludruk dan Produktivitasnya
3. Sikap/ Tanggapan masyarakat terhadap kesenian Ludruk.

V. Ciri Pementasan
a. Ciri Struktur Pementasan
Struktur pementasan ludruk sesudah zaman kemerdekaan sampai pada masa sekarang tidak banyak
perubahan. Secara garis besar, struktur pementasan;
a. Atraksi pembukaan : Tari Ngeram dengan variasi gaya Jombangan dan tari Ngremo Putri
Malangan di pentaskan.
b. Bedayan/Thandakan : Menyajikan tarian-tarian dan melagukan kidungan jula juli Jawa
Timuran
c. Adegan dagelan : Penyajian adegan penuh humor
d. Penyajian Cerita/Penyajian lakon ludruk setiap pementasan oleh sutradara diatur secara
tradisional.

VI. Analisis Lakon dalam Teater Ludruk


a. Peranan Lakon dalam Teater Ludruk
Teater Ludruk di Jawa Timur pada masa pertumbuhan dan perkembangannya hidup berdampingan
dengan sandiwara profesional yang teknik pementasannya berorientasi ke bentuk drama barat.
Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwa unsur lakon/cerita merupakan salah satu unsur yang tidak
mungkin diabaikan pada setiap penelitian teater Ludruk. Perkembangan selanjutnya, karena tuntutan
zaman, sesudah periode Lerok Besut dimasukanlah lakon sebagai unsur cerita yang terpisah. Hal itu
disebabkan fungsi Ludruk sebagai cerminan masyarakat yang selalu mengungkapkan keadaan
masyarakat yang faktual.

VII. Aspek Sastra Dalam Ludruk


a. Persoalan Ludruk
Persoalan pokok dalam penulisan Ludruk sesuai dengan materi pembahasan didalam buku ini ialah
aspek sastra dalam Ludruk. Bertitik tolak dari kenyataan objektif bahwa Ludruk ialah pertunjukan
dengan teknis improvisasi, maka aspek sastra didalam Ludruk dapat dikategorikan ke dalam studi
sastra lisan.

b. Analisis Masalah
Lakon Ludruk mengenal struktur umum, yang terdiri atas introduksi atau eksposisi, komplikasi,
klimaks, penurunan klimaks, dan katastrofe. Analisis dari masing-masing struktur lakon dapat dimulai
dari dasar bangun lakon, yaitu adegan setelah itu alur dan penokohan.

c. Tema Lakon Ludruk


Brooks, Pursen, dan Warren mengatakan bahwa tema adalah pandangan hidup tertentu yang
membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra. Demikian pula lakon
Ludruk diciptakan oleh sastrawan atau dramawan alam.
d. Karakterisasi
Pada garis besarnya, lakon-lakon yang disajikan pada ludruk berfungsi sebagai teater tradisional,
teater rakyat, dan teater sosial.
Karakter tokoh putih adalah karakter inti yang berwatak ksatria, ciri fisik tokoh sering digambarkan
bagus atau cantik. Penampilannya simpatik, berbahasa baik dan sopan.
Karakter tokoh hitam adalah penggambaran tokoh yang pribadinya kasar, sering berfungsi sebagai
antagonis.

VIII. Aktualisasi Zaman, Ahli Wahana


a. Naskah Lakon Ludruk di Televisi
Lakon Ludruk Untung Surapati Pralaya ini dipersiapkan untuk ragam penayangan “Ludruk Televisi”
dan dapat dikembangkan menjadi ragam Ludruk Televisi. Seri yang terfokus pada pertemuan Robert
dan Untung Surapati Pralaya yang berakhir pada peristiwa perang besar di benteng Drema Brengil

Anda mungkin juga menyukai