Anda di halaman 1dari 23

SPDP BERCIRIKAN ISLAM DAN BUDAYA LOKAL

TEATER ANTAGONE

OLEH :

TRI RAHMAWATI

NIM. 12110133

DOSEN PENGAMPU

AKHMAD ZAINI,M.Pd.

DISUSUN OLEH :

TRI RAHMAWATI ( 12110133)

KELAS 4E

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menceritakan tentang kisah kerajaan thebes yang banyak mengalami

konflik. Paska oedipus sang raja thebes, ayah kandung dari antagone

mengetahui fakta bahwa dia gtelah menikahi jocasta ibu ibu

kandungnya sendiri.

Dan kekacauan tidak ada berhenti-hentinya terjadi dalam kerajaan

thebes. Konflik antara antagone dengan creon, pamannya yang

mengantikan oedipus sebagai raja thebes mengakibatkan kembali

datangnya bencana di kerajaan thebes.

Sebelumnya sempat terjadi pertengkaan antra antigone, eteocle dan

polyneicies, yang mengakibatkan mereka berdua meninggal namun

jenazahnya mereka brdua di perlakukan secara berbeda. Karena

polynieces di anggap jahat maka itu Creon tidak memperbolehkan

seorangpun untukk mengubur jenazah polyneicies namun antigone

sebagai saudarinya ingin memperlakukan jenazahnya itu dengan

layak dan sesuai dengan perintah agama meski harus menentang

perintah raja. Kemudian lambat laun creon mengetahui kalau jenzah

polyneicies telah di kuburkan oleh antigone. Namun lutukan dewa

tidak berhenti sampai di situ, setelah creon menghukum antigone,

kerajaan thebes kembali mendapat masalah, haemon anak creon

2
serta istri dari creon ikut mati bersama antigone di karenakan ulah

creon yang sombong

Bahasa yang di gunakan bahasa indonesia dengan baik dan sopan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apresiasi

Wawancara sutradara :

1. Nama bapak sutradara siapa ?

Namanya akrabnya beben nama lengkapnya ahmad ben yamen

2. Di peran tadi sebagai apa ?

Sebagai creon dia raja sebenarnya yang mendapatkan tahta dari

peristiwa berdara juga karena sebenrnya yang mendapatkan

pewaris itu adalah eteocles sama polyneices karna saling berperang

karna mati dua-duanya maka di ambil alih

3. Berpa total pemain dalam naskah antigone ?

Totalnya ada 20 orang

4. Kenapa sutradara mengambil cerita tentang antigone ?

Karna cerita ini banhyak filosofi dari kata-katanya dan bagus untuk

pembelajaran baik dari sisi pemeranan kemudian juga dari sisi

permainan kemudian juga untuk menambah pengetahuan ini juga

adalah naskah kelasik yang mana menjadi naskah-naskah pilihan

kalo di sekolah seni untuk ujian dan antigon itu sebenarnya sejarah

romawi jadi naskah ini muncul saat perjuangan nasionalisme di

romawi itu begitu kuat saat merebutkan kekuasaan, naskah ini

sangat ribet dan sutradara sangat perlu biaya dan pendanaan dan

sutradara mengajarkan kepada adik-adik semuanya dalam bentuk

4
suport yok bisa yok berbuat dengan menghitung apa-apa yang di

butuhkan maka sutradara mebuat model tiket bukan sekedar

menghargai seni akan tetapi juga mengajak anak-anak untuk

bekarya karna memang dari kostumnya sutradara membeli dan ada

yang membuat ada juga yang mencari-cari baju bekas

5. Pemain-pemainnya dari mana saja ?

Nah para pemain ada yang dari pelajar kemudian yang

bekerja, mahasiswa dan ada yang umum. Pemeran yang

bernama antigone itu sudah bekerja dan yang menjadi

haemon itu sebenarnya mahasiswa karena dia tidak

melanjutkan lagi menjadi mahasiswa

6. Sutradara sendiri sudah lama kah terjun di dunia teater ?

Sutradara nya menjawab sudah lama maka dari itu adanya

saya di sini mau menukarkan ilmu kepada adik-adik yang

lain dan sudah cukup lama

7. Proses latihannya cukup waktu berapa lama ?

Persiapa mulai Dari desember sebenarnya untuk ukuran teater

ini di bilang tidak lama para pemain ini juga sudah banyak

coba-coba kemudian dari tim yang tadi malam tampil ini ada

satu bulan satu minggu

8. Sutradara sendiri puas atau tidak dengan penampilan malam

tadi ?

5
Saya cukup puas karna kepuasan saya paling utama itu adalah

ketika teman-teman dari IAIN Pontianak bisa hadir dan menonton

dan memberikan energi juga karna itu membuat para pemaain makin

lebih energi untuk menampilkan yang lebih bagus dan baik, puas

juga jadi teman-teman mahasiswa mempelajari seperti ini tetater

kemudian yang pemain juga bisa belajar

9. Bapak ini sebenarnya menjadi apa ketua atau apa ?

Bapak ini sebenarnya mengajar di sekolah SMA 11 bagian teater

dan di dapur teater juga menjadi pelatih tapi dua tahun lalu saat

kovid pimpinan bapak sudah tidak ada jadi bapk yang melanjutkan

dan menjadi sutradara

Teori

Pengertian teater

Menurut pramayoza dede 2013 Melakukan suatu analisis

terhadap pertunjukan teater, maka bentuk yang terdapat di

dalamnya meliputi dua unsur, yakni unsur struktur dan tekstur.

Dengan melakukan analisis terhadap struktur, maka diharapkan

akan mendapatkan pemahaman yang berguna dalam menemeukan

fungsi dan makna sebuah pertunjukan. Struktur merupakan bentuk

lakon dalam waktu pementasan, yang merupakan bangunan pikiran

yang tidak dapat dilihat namun dapat dipahami. Yang terdiri dari:

alur, karakter, dan tema, sedangkan tekstur pertunjukan teater

merupakan apa yang secara langsung dialami oleh pengamat

6
melalui perasaannya, terdiri dari: apa yang didengar melalui telinga

(dialog), apa yang dilihat mata (spektakel), dan apa yang dirasakan

sebagai mood atau suasana melalui seluruh pengalaman indera.

Struktur merupakan bentuk lakon dalam waktu pementasan yang

merupakan bangunan pikiran yang tidak dapat dilihat namun dapat

dipahami. Agar diperoleh pemahaman

yang lengkap tentang struktur cerita teater struktur pertunjukan

tersebut difokuskan pada latar atau setting cerita yang berfungsi

sebagai landasan acuan penafsiran dan sumber analisis terhadap

fungsi dan makna.

Menurut Hamdy Salad (2000:123) Teater berasal dari kata

“teatron” (bahasa Yunani/Greek).Teater merupakan suatu tempat

pementasan yang mempunyai kapasitas kurang lebih sekitar seratus

ribu penonton, jika tempat teater ini diumpakan stadion sepak bola,

maka separuh dari luas lapangan itu dijadikan sebagai tempat

pementasan teater Teater dapat pula dimaknai meliputi gedung,

pekerja (termasuk pemain dan kru panggung), sekaligus kegiatannya

(isi pentas/peristiwanya).Dalam arti luas teater berarti semua atraksi

ataupun tontonan yang dipertunjukkan

Menurut Harymawan RMA (1988: 2) Dalam arti sempit

teater dinamakan drama yang di dalamnya ada cerita kehidupan

seseorang yang disajikan ke dalam wujud pementasan serta

dipertunjukkan di depan penonton yang berbentuk percakapan atau

7
dialog, aksi bahasa tubuh ataupun mimik (ekspresi) dengan

ataupun tanpa dekorasi (artistik), musik (suara/bunyi) serta gaya

tari bersumber pada naskah tertulis berbentuk hasil karya

Kesustraan Kegiatan teater ini juga dapat membiasakan seseorang

untuk melatih atau mengasah pola pikirnya ketika mengalami dan

menangani suatu permasalahan di dalam kehidupannya. Selain itu,

merupakan aktivitas yang menyenangkan dan dapat memberikan

edukasi dalam membangun nilai-nilai sikap yang positif seperti

bersikap religius, disiplin, percaya diri, jujur, bekerja sama,

bertanggung jawab, kreatif, peduli lingkungan dan bahkan dapat

membentuk kepribadian yang diinginkan.

mengemukakan teater itu adalah perkara kebatinan, dimata aku

banyak sekali perihal yang bisa dicoba dalam teater, sebab

kegentingan yang dialami oleh negara Indonesia bagi aku

merupakan ketegangan kebatinan, teater dapat dijadikan sebagai

senjata akhlak untuk memusnahkan ketidakseimbangan kebatinan

tersebut, bersama agama pembelajaran akan menghasilkan individu

lebih beradat.

Menurut Putu Wijaya (1999:52) Untuk yang menguasai

teater dengan cara mendalam, mesti tidak cuma diamati dari

pandangan seni pementasan ataupun lakonnya saja, namun peran

seni, teater atau drama dianggap mempunyai nilai lebih, yakni nilai

kebatinan yang di dalamnya terdapat nafas religius, sehingga

8
teaterdikategorikan sebagai produk yang sakral bukan termasuk

produk yang bersifat duniawi.

Adapun asal usul teatermuncul di kalangan suatu suku atau

masyarakat yang peradabannyamulai tumbuh dan berkembang di

masanya, terdapat kebiasaan-kebiasaan khusus yang kerap kali

dilakukan oleh suku tersebut dalam berinteraksi dengan para

dewa-dewa atau yang berkaitan dengan kekuatan transendental

mistis (supernatural).Kebiasaan ini hadir ketika mereka

melangsungkan suatu ritual yang bersifat sakral dan salah satu di

antara mereka yang memiliki keahlian, diyakini dan dipercaya

untuk memimpin ritual itu atau mereka juga kerap menyebutnya

sebagai dukun.Dari ritual seperti itu, maka tercipta yang disebut

dengan teater.

Nilai-nilai kebudayaan islam memalui seni teater

Berikut ini adalah nilai-nilai akhlak yang terdapat pada

pembelajaran sejarah kebudayaan Islam melalui seni teater

(bermain peran).

Menurut Riantiarno (2003:3)

a. Nilai religius

Pada tahap ini, penanaman sikap religius akan terlihat ketika

seorang guru membiasakan anak didiknya untuk berdoa sebelum

memulai dan mengakhiri suatu pembelajaran. Dengan doa yang

dipanjatkan kepada Allah swt., akan menumbuhkan kepercayaan

9
diri peserta didik dalam melaksanakan seluruh aktivitas

pembelajaran. Misalnya doa belajar yang artinya: “Kami ridho

Allah swt., sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Nabi

Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku, Ya Allah tambahkanlah

kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang baik.” Doa ini

secara tidak langsung akan memberikan dorongan dan keyakinan

dalam diri seseorang untuk senantiasa melakukan kebaikan serta

menyadari bahwa Allah swt., telah membekali dengan potensi yang

sangat luar biasa. Dengan adanya potensi itu dapat pula di jadikan

sebagai wadah untuk berbuat kebaikan dan kebenaran.

Dalam materi sejarah kebudayaan Islam terdapat nilai-nilai religius

yang dapat membentuk kepribadian peserta didik yang mengarah

pada kepribadian muslim. Hal ini sejalan dengan Standar

Kompentensi Lulusan pada tingkatan Madrasah Ibtidaiyah yang

menjelaskan bahwa secara substansial mata pelajaran sejarah

kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati

sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan

yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,

watak dan kepribadian peserta didik

Menurut Isnaenti Fat Rochimi Suismnato (2018:231)

10
b. Nilai disiplin

Seorang guru dituntut untuk memberikan contoh keteladanan yang

baik kepada peserta didik dalam menanamkan nilai-nilai

kedisiplinan, misalnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran

dengan tepat waktu serta disiplin dan konsisten dalam

melaksanakan ibadah shalat maupun berupa ibadah lainnya. Dengan

adanya contoh perilaku tersebut peserta didik tentu akan melihat dan

menilai bahkan sampai menirunya, sehingga pada akhirnya nilai

kedisiplinan ini akan melekat dalam diri mereka dan menjadikan

nilai tersebut sebagai suatu kebiasaan dalam melakukan segala

runitasnya. Senada dengan hal itu, bahwa penanaman sikap nilai

kedisplinan dapat dilakukan melalui keteladanan, pembiasaan,

pemberian hadiah atau reward, dan pendekatan secara personal

Menurut Quraish Shihab (472)

c. Nilai tanggung jawab

Untuk menanamkan nilai tanggung jawab pada peserta didik dalam

suatu kegiatan pembelajaran, seorang guru umumnya menggunakan

metode seperti memberikan tugas pembelajaran.Pemberian tugas ini

disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik

yang berbentuk individu maupun kelompok. Dengan penugasan

yang telah diberikan mereka akan merasa punya tanggung jawab

dan kewajiban untuk melaksanakannnya. Dalam lubuk hati

manusia, dimana atau kapan dan dalam situasi apapun akan menilai

11
dirinya baik dan sebaliknya menilai orang lain sesuatu yang buruk,

maka dari itu Allah swt., memerintahkan jangan kamu berucap jika

kamu tidak mengetahuinya begitupun janganlah kamu merasa tahu

sesuatu jika tidak mengetahuinya atau membenarkan sesuatu hal

yang tidak pernah kamu dengar sama sekali dan sesungguhnya

pendengaran, penglihatan serta hati atau qolbu merupakan suatu

kenikmatan yang diberikan Allah swt., untuk manusia dan semua itu

akan dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya

Menurut Rayyani (2020: 82-95)

d. Nilai kerjasama

Pembelajaran pada umumnya telah memuat nilai-nilai kerjasama di

dalam setiap materinya, namun nilai ini dapat terlaksana dan

tercapai secara maksimal, jika metode yang digunakan dalam

pembelajaran oleh pendidik sudah tepat sasaran. Metode yang baik

itu adalah suatu metode yang dapat memantik atau menumbuhkan

semangat atau rasa antusias belajar peserta didik, sehingga dengan

rasa antusias itu akan menghasilkan suasana belajar yang kondusif.

Integrasi nilai-nilai kerjasama dapat dilihat pada materi pelajaran

dalam suatu kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah

pembelajaran sejarah kebudayaan Islam melalui seni teater

(bermain peran) dengan pokok bahasan.

Menurut Harymawan RMA (1988)

12
e. Nilai mandiri

Nilai-nilai ini dapat terwujud, jika seorang guru menempatkan

peserta didik sebagai subjek untuk belajar. Sebagai subjek belajar,

peserta didik tentu akan diberi ruang, kesempatan dan kebebasan

untuk menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang telah

dimilikinya. Dengan cara seperti ini, peserta didik akan lebih

leluasa menuangkan dan mengembangkan potensinya yang

diwujudkan dalam bentuk suatu keahlian maupun keterampilan,

Allah memberikan toleransi kepada kaum mukminin yang lemah

atau yang tidak menyempurnakan amalnya, selama mereka sudah

berupaya semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki dan Allah swt., tidak akan membebani umatnya melebihi

dari kemampuannya adi dapat di pahami bahwa setiap manusia itu

tidak dapat dikategorikan sebagai individu yang tidak memiliki

kemampuan atau potensi, namun sebaliknya Allah swt.,

menciptakan manusia dengan bekal potensi luar biasa yang dapat

digali dan dikembangkan secara mandiri sesuai dengan usaha atau

upaya yang telah dilakukan serta berbagai macam pengalaman

belajar yang diperolehnya.

Menurut sjarkawi (2009)

f. Nilai kreatif

13
Peserta didik dapat dikatakan memiliki nilai-nilai kreatif di dalam

dirinya, jika ia mampu menuangkan suatu konsep ide dan

gagasannya dalam suatu pembelajaran. Ide dan gagasan ini

merupakan hasil dari bentukan kontemplasi maupun imajinasi

peserta didik melalui cara berpikir yang bertujuan untuk

menemukan suatu konsep baru yang dapat membantu

menghasilkan suatu kreasi dalam belajar dan kemudian diterapkan

dalam kegiatan pembelajaran. Diantara ciri-ciri peserta didik yang

memiliki nilai-nilai kreatif dapat diamati pada aspek belajarnya,

misalnya memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, senang

dengan tantangan, rasa ingin tahu yang tinggi, percaya diri, dan

siap menerima segala resiko ketika keputusannya dianggap benar.

14
B. Interpretasi

Cerita antigone ini sangat menginspirasi sekali dari bahasa dan cerita

nya sangat menarik dan seru menceritakan tentang kerajaan di mana

sosok raja yang sangat angkuh dengan pendirian nya di dalam cerita

ini anak sang raja yang ingin menikahi antigone akan tetapi tidak di

restui oleh ayahnya dan anak nya tersebut pun marah dan pergi dari

kerajaan.

eteochles dan polyneicies tidak di kuburkan akan tetapi di buang di

hutan secara berpisah dan prajurit di dalam kerajaan yang sekarang

kerajaan nya di ambil alih oleh creon yang sangat licik creon

menghasut prajurit-prajurit dalam hal yang jelek.

Kemudian tiba-tiba datang sosok orang ke kerajaan creon yang

bernama basuboba dan ia memberi tau creon bahwasnya ada yang

memakam kan jenzah polyneicies dengan upacara kemudian creon

sangat marah dan salah satu prajurit yang berada di dalam istana

berbicara ke pada creon sepertinya basuboba itu utusan dewa untuk

memberi tahu creon bahwasanya jenazah polyneicies sudah di

makamkan dengan upacara.

Kemudian ada sosok datang ke kerajaan bahwasanya keluarga creon

akan mendapatkan bencana dan awalnya creon tidak percaya akan

15
hal itu dan pada ahirmnya dapat kabar anaknya meninggal bunuh

diri di samping kekasihnya dan creon membawa anaknya di dalam

kerajaan kemudian orang yang memberi tahu creon datang ke istana

dan mengatakan ini ulah kamu creon dan pada ahirnya anakmu

meninggal tidak lama kemudian istri creon juga ikut mninggal

karena tidak sanggup dengan sifat yang ada di diri creon pada ahinya

creon menyesal.

Jujur saya sangat senang dengan cerita teater antigone ini karna seru

dan menarik. Melihat sosok raja yang sangat egois dengan

pendiriannya dan tidak mau mendengar perkataan orang yang ada di

sekitarnya. Yang mana setelah eteochles dan polyneicies meninggal

creon mengambil kerajaan nya yang pada ahirnya creon membuat

peraturan baru dan Dayang-dayang yang berada di situ tidak

menyetujui dengan peraturan nya pada ahirnya terpaksadan

mengikut dengan creon yang egois.

16
C. Kritik

Dari saya sendiri awalnya bingung kenapa begitu mulai acara lampu

di matikan dan berfiki bagaimana cara saya mengambil foto atau

vidio untuk di jadikan dokumentasi dan saya pun berfikir mungkin

ini hanya di awal dan lama kelamaan ahirnya di hidupakan dengan

memakai lampu yang tidak terang hanya redup-redup mungkin ya

kalo dari saya biar lebih menarik saja karna di mana alur cerita teater

ini menjelaskan kerajaan.

Kemudian lebih lucu lagi ketika keluar pemain yang selalu buat

audiens tertawa dengan tingkah laku nya yaitu basuboba ( badan

subur tapi bodo bala ) sehingga creon sangat marah dengan

kedatangan dia dia dia dan dia hahaha.

Kemudian musik yang ada di cerita itu sangat bagus dan membuat

hati tegang dan seram.

Kemudian busana yang di pakek cukup bagus dan unik ya dari

bagian bawah yaitu sendal nya ni ada kayak tali di lilitkan smpai ke

bagian betis ada juga yang tidak nah saya melihat dari dekat tenyata

17
itu adalah tali tambang yang kecil saya kira awalnya itu tali-tali yang

dari akar-akar tanaman.

Nah itu membuat saya heran awalnya.

Hah dari baju yang di kenakan tadi malam sungguh bagus bernuansa

putih semua dari raja nya dayang-dayang dan semua nya itu

berwarna putih, dekoran nya juga berwarna purih, kemudian alat-

alat yang di pakai kalo yang raja memakai mahkota yang cukup

bagus istri dari raja pun memakainya.

Punggawa nya creon yaitu tidak memakai baju dan masing-masing

membawa tongkat yang unik

Power-power suara yang di pakai pun mantap memakai suara dalam.

Menurut saya cara berbicara gak jelas karna memakai suara dalam

sehingga samar-samar ketika di dengar besar sih tapi karna ruangan

nya juga besar belom lagii yang menonton da yang ribut sehingga

susah tuk mendengrkan percakapannya

Nama-nama tokohnya juga awalnya susah di ingat karna emang

asing sekali di telinga

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Drama "Antigone" yang ditulis oleh Sophocles memperlihatka pesan

moral dalam menyikapi dilema yang dialami Antigone dalam memutuskan

untuk menjalankan kewajibannya mematuhi rajanya atau memperjuangkan

nilai moral yang diyakininya. Pada akhimya Antigone memutuskan untuk

mengikuti hati nuraninya dalam menegakkan moralitas karena dalam

pertimbangannya keputusan yang ditetapkn Creon, sang raja, bertentangan

dengan nilai moral dan nilai kemanusiaan. Keputusan Creon untuk

membiarkan jenazah Polynices dimakan burung dengan tidak

menguburkannya, dianggap benar oleh Creon karena ia ingin

menunjukkan kepada rakyatnya konsekuensi yang harus diterima jika

seseorang menentang dan mengkhianati rajanya. Namun bagi Antigone,

keputusan itu tidak manusiawi dan tidak menjunjung moralitas. Karena

itulah dengan menyadari segala konsekuensi dan resiko yang akan ia

hadapi, dengan berani ia menguburkan jenazah Polinices. Tindakannya ini

berarti Antigone menentang atau tidak mematuhi rajanya.

Seperti yang sudah ia duga, perbuatannya itu menimbulkan kemarahan

Creon. Walaupun Antigone adalah anak kakak perempuannya, dan calon

istri anaknya, Creon tidak segan-segan menghukumnya karena

19
keputusannya. Creon, lalu, memutuskan hukuman untuk Antigone dengan

mengasingkannnya ke sebuah gua dan menjauhkannya dari keramaian.

B. Lampiran

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Hamdy Salad, Agama Seni:Refleksi Teologis dalam Ruang

Estetik, (Yogyakarta: Yayasan Semesta , 2000), h.

123.

Harymawan RMA, Dramaturgi, (Cet.II; Bandung: Rosda

Karya, 1988), h. 2.

Harymawan RMA, Dramaturgi, Cet.II; Bandung: Rosda

Karya, 1988.

Isnaenti Fat Rochimi Suismnato, “Upaya Guru Menanamkan

Nilai-Nilai Kedisiplinan pada Anak Usia Dini”,

Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini,

Vol. 3, No. 4, Desember 2018, h. 231.

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan

Keserasian Al-Qur’an…., h. 472

N Riantiarno, Menyentuh Teater, (Cet. I; Jakarta: MU: 3

Books , 2003), h. 3.

Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret

Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial.

Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Private Islamic University. Jurnal Al-Dustur, 3(1), 82-95.

Putu Wijaya, Esai-Esai Budaya, (Cet. II; Yogyakarta: Bentang

Budaya, 1999), h. 52

22
Rayyani, W. O., & Hannani, H. (2020). Accountability Values

for the Performance in

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak , Cet. III; Jakarta:

PT. Bumi Aksara,

2009.

23

Anda mungkin juga menyukai