Anda di halaman 1dari 5

KETEATERAN

[Oleh: Lutfi S. Mendut]

1. PENGERTIAN/DEFINISI
Dalam sejarah, Teater berasal dari bahasa Inggris yaitu “Theatre/Theater”, bahasa Yunani
yaitu “Theatron”, dan bahasa Prancis yaitu “Théâtre”, yang (secara bahasa) dapat berarti
Gedung/Panggung Pertunjukan. Adapun dalam istilah, Teater dapat diartikan segala sesuatu
yang dipertunjukkan/dipentaskan diatas panggung untuk dinikmati para konsumen/penonton.
Selain itu, istilah Teater dapat diartikan dengan dua cara, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti
luas. Secara sempit, Teater didiskripsikan sebagai sebuah Drama (kisah perjalanan hidup
seseorang yang dipertunjukkan diatas pentas, disaksikan banyak orang dan berdasarkan atas
naskah tertulis). Namun dalam arti yang lebih luas, Teater adalah proses pemilihan teks/naskah,
penafsiran, budidaya, representasi, atau pementasan serta proses pemahaman/penikmatan
masyarakat atau penonton (termasuk pembaca, pendengar, analisator, kritikus dan peneliti).
Lain dari hal diatas, penulis mempunyai definisi khusus mengenai Teater, yaitu:
a. Teater adalah Membaca

Mungkin hal yang paling sering kita jumpai adalah yang didekat kita, begitupun dengan
peristiwa. Tentu, mata yang melihat akan mentransfer ingatan itu sampai pada otak, dan kita
pun mudah untuk mengingatnya. Lain dari apa yang kita lihat, yang kita rasakan dan kita
alami akan lebih melekat dalam ingatan. Sehingga untuk membuat karya pentas, sebenarnya
lah kita tak perlu jauh-jauh mencarinya. Cukup dengan melihat kejadian serupa disekitar
kita, sekurang-kurangnya kita telah mendapatkan data yang kita cari untuk bahan pentas.
Sedangkan kita sebagai pemeran pasif dalam sebuah pertunjukan, hanya dapat membaca
dari apa yang kita saksikan. Alangkah lebih bermakna jika kita bumbui dengan berpikir.
b. Teater adalah Berpikir

Maksudnya adalah, segala yang kita pikir bisa jadi sebuah tontonan. Seperti halnya
pemikiran kita. Orang-orang akan menganggap ungkapan, kejiwaan, serta intelektualitas kita
bermutu atau tidak, sekurang-kuranya dapat dilihat dari gaya dan paradigma berpikir kita.
Begitupun apa yang hendak kita lakukan, seyogyanya kita berpikir terlebih dulu sebelum
menuangkannya dalam bingkisan tontonan. Ataupun yang telah kita simak, lihat, rasakan,
dan yang kita telah saksikan, sekiranya sebagai bahan berpikir sebelum menyimpulkan.
c. Teater adalah Menulis

Menulis adalah aktifitas yang membutuhkan perenungan dalam. Selain itu, kejadian-kejadian
yang melingkari kita, berturah-turah setiap harinya. Maka dari setiap sajian kejadian itu,
sebenarnya patut untuk kita tulis. Sebab, kejadian-kejadian itu yang menghantarkan kita
sampai didepan pintu ilmu. Adapun berkenan masuk atau tidak kedalamnya, sebagaimana
berhasrat atau tidak kita menulisnya. Dengan menulis, setidaknya kita telah mementaskan
karya kita.
d. Teater adalah Bergerak

Maksud dari bergerak disini bukan saja gerak badan/tubuh, melainkan bergerak yang
mampu menembus lapisan-lapisan keadaan, dimensi, atau juga segala masa, sehingga
mampu mencapai tujuan yang pasti. Dalam bergerak tidak dibutuhkan berlama-lama dalam
berpikir. Hanyasaja, tetap memikirkan strategi yang jitu untuk melakukannya.
e. Teater adalah Kehidupan

Teater merupakan sebuah seni yang kompleks. Artinya, apapun yang ada dikehidupan ini
dapat terlibat dalam Teater. Termasuk bagian-bagian dari tubuh Manusia, organ, sifat, dll.
Misalnya aspek Biologi, Sejarah, Ekonomi, dll. Semua dapat dituangkan kedalam Teater.
Sebab, didalam kehidupan sendiri pun sebenarnya kita telah berada dalam arena pentas.
Dengan Tuhan sebagai Sang Sutradara, para makhluk sebagai Pemeran, ajaran-ajaran agama
sebagai Naskah sekaligus tuntunannya, dll. Maka dari itu, belajar Teater adalah sama halnya
belajar kehidupan. Lengkap dengan segala perwujudan watak, artistik, dan unsur lainnya.

Dalam perkembangannya, istilah Teater selalu dikaitkan dengan kata Drama. Hubungan
kata “Teater” dan “Drama” bersandingan sedemikian erat yang pada prinsipnya keduanya
merupakan istilah yang berbeda. Dalam kehidupan kita sehari-hari saja misalnya. Ketika telinga
kita mendengar kata Teater, maka yang timbul dibenak kita pertama kali adalah sebuah
pertunjukan Drama. Padahal belum tentu yang terjadi disebuah pertunjukan adalah drama saja,
bisa jadi sebuah Puisi, Musik, Tari atau kesenian lainnya. Drama, merupakan istilah yang berasal
dari bahasa Yunani Kuno, yakni “Draomai” yang berarti bertindak atau berbuat; dan dalam
bahasa Prancis “Drame” menjelaskan tingkah laku kehidupan kelas menengah. Berikut penulis
sajikan pendapat dari para Ahli mengenai Drama:
a) Moulton
Drama merupakan kisah hidup yang dilukiskan dalam bentuk gerakan (life presented in action).
b) Balthazar Vallhagen
Drama merupakan sebuah kesenian yang melukiskan sifat dan watak manusia dengan gerakan.
c) Ferdinand Brunetierre
Menurutnya, Drama harus melahirkan sebuah kehendak dengan action dan gerak.
d) Budianta, dkk (2002)
Drama merupakan genre sastra dimana penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya
percakapan atau dialog antara para tokoh yang ada.
e) Tim Matrix Media Literata
Drama merupakan kisahan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui tingkah
laku (akting) yang dipentaskan.
f) Seni Handayani & Wildan
Drama adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni seni sastra dan seni
pentas. Sehingga Drama juga terbagi menjadi dua, yakni drama dalam bentuk naskah tertulis dan
drama yang dipentaskan.
g) Anne Civardi
Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan lewat kata-kata dan gerakan untuk dipentaskan.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa istilah “Teater” berkaitan langsung dengan
pertunjukan, sedangkan “Drama” berkaitan dengan peran atau naskah cerita yang akan
dipentaskan. Jadi, teater adalah visualisasi dari Drama, atau Drama yang dipentaskan diatas
panggung dan disaksikan oleh penonton. Dengan kata lain, Drama merupakan bagian atau
unsur penting dari Teater.
2. FUNGSI DAN KEGUNAAN TEATER
Peranan seni Teater telah mengalami pergeseran seiring dengan berkembangnya teknologi.
Seni Teater tidak lagi hanya dijadikan sebagai sarana upacara maupun hiburan saja, melainkan
juga sebagai sarana pendidikan, bahkan sampai pada dakwah. Tentu, sebagai seni, teater tidak
hanya menjadi konsumsi sebagai hiburan masyarakat semata, namun juga berperan dalam nilai
efektif kebudayaan bermasyarakat. Adapun beberapa fungsi seni teater diantaranya sebagai
berikut:
a. Sebagai Sarana Upacara

Pada awal munculnya, Teater hadir sebagai sarana upacara persembahan kepada Dewa
Dyonesos dan upacara pesta untuk Dewa Apollo. Teater yang befungsi untuk keperluan
upacara tidak membutuhkan penonton, karena penontonnya adalah bagian dari upacara itu.
Di Indonesia, Teater yang sebagai sarana upacara dikenal dengan istilah Teater Tradisional.
b. Sebagai Media Ekspresi

Teater merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku dan dialog. Berbeda
dengan seni musik yang mengedepankan aspek suara, dan seni tari yang menekankan pada
keselarasan gerak dan irama. Dalam praktiknya, seniman Teater akan mengekspresikan
seninya dalam bentuk gerakan dan ucapan-ucapan.
c. Sebagai Media Hiburan

Dalam perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya sebuah Teater itu harus
dipersiapkan dengan usaha yang maksimal. Sehingga harapannya, penonton akan benar-
benar terhibur oleh pertunjukan yang digelar.
d. Sebagai Media Pendidikan

Teater adalah seni kolektif. Dalam artian, teater tidak dikerjakan secara individual, melainkan
diperlukan kerja tim yang harmonis dan solid. Jika sebuah pertunjukan teater digelar,
diharapkan pesan-pesan yang diamanatkan penulis dan pemain dapat tersampaikan kepada
penonton. Melalui pertunjukan, biasanya orang akan lebih mudah memahami nilai baik-
buruk kehidupan., dibandingkan hanya dengan mendengar saja. Lain dari itu, pendidikan
karakter juga sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup, sehingga perlu dilatih untuk
mendalaminya. Pemain Teater biasanya memiliki kejiwaan sosial, emosional, dan karakter
yang lebih unggul dibanding lainnya. Sebab, ia telah teruji mentalitasnya, juga terlatih
mendalami karakter-karakter tertentu. Sehingga ia mdah mengerti tentang kehidupan yang
sebenarnya.
e. Sebagai Media Dakwah

Akhir-akhir ini, kita telah menyaksikan sendiri seberapa banyak orang yang benar-benar
paham tentang apa yang disampaikan oleh para Muballigh itu. Entah karena kurang
menariknya yang disampaikan, atau metode/media penyampaiannya yang kurang tepat.
Namun lain lagi dengan seseorang yang mempunyai jiwa seni. Setidaknya ia akan lebih
mudah menguasai audience, atau mental yang dimiliki pun memang benar-benar unggul.
Teater sendiri dapat digunakan media dalam berdakwah. Sebagaimana ajaran-ajaran, pesan,
atau amanat yang ingin disampaikan ketika ber-drama, dapat dikemas sedemikian rupa
karya pentas dalam suatu acara tertentu, untuk keperluan dakwah. Sebagaimana yang
dilakukan oleh Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), Candra Malik, Zastrow al-Ngatawi, dll.

3. UNSUR-UNSUR DALAM TEATER


Unsur-unsur yang terdapat didalam Teater dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Unsur Internal
Unsur internal merupakan unsur yang menyangkut bagaimana keberlangsungan
pementasan sebuah Teater. Tanpa unsur internal ini, pementasan Teater sulit diadakan.
Sehingga unsur-unsur ini dikatakan sebagai jantungnya sebuah pementasan Teater. Apa
sajakah itu? Berikut:
 Naskah/Skenario
 Pemain/Aktor
 Sutradara
 Pentas/Panggung
 Penataan (kostum, make-up, bunyi, gerak, dll)

 Penonton
b. Unsur Eksternal
Unsur eksternal adalah unsur yang mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal
yang dibutuhkan dalam sebuah pementasan. Diantara unsur-unsur eksternal adalah berikut:
 Produser/Pimpinan Produksi
 Asisten Produser [Ass.Pro]
 Sutradara
 Asisten Sutradara [Ass.Trada]
 Crew-Crew:
- Tata-Kelola Busana
- Tata-Kelola Make-up
- Tata-Kelola Cahaya/Lighting
- Tata-Kelola Musik
 Loket/Ticketing

 Konsumsi, dll
4. JENIS DAN RAGAM TEATER
Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, Teater memiliki banyak ragam. Diantaranya
berikut:
a. Teater Tradisional, termasuk:
- Wayang Kulit; - Wayang Orang/Tengul;

- Ludruk; - Lenong, dll.


b. Teater Modern/Kontemporer, termasuk:
- Dramatikal/Teatrikal Puisi; - Stand-Up Comedy;

- Musikalisasi Puisi; - Pantomim/Teater Gerak; dll


5. PRINSIP DAN AZAS TEATER
Dalam kehidupan berkesenian, biasanya seniman Teater memiliki prinsip dan azas berikut:
a. Kesederhanaan
b. Kebebasan/Kemerdekaan
c. Keadilan
d. Kejujuran
e. Keikhlasan

Anda mungkin juga menyukai