Bab 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
B. Pailit......................................................................................................................................5
BAB 3 PEMBAHASAN..................................................................................................................7
A. Usaha yang Dilakukan PT Sariwangi AEA..........................................................................7
BAB 4 PENUTUP.........................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang melakukan berbagai kegiatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah
untuk memperoleh laba demi menjamin kelangsungan perusahaan tersebut baik perusahaan
dagang, jasa, maupun manufaktur,
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa suatu kegiatan usaha ditinjau dari segihukumnya
ada dua, yaitu yang berbadan hukum dan yang tidak berbadan hukum sepertiusaha dagang atau
UD. Sementara salah satu usaha yang berbentuk badan hukum adalahPerseroan Terbatas atau
sering disingkat dengan PT
1
Sri Rejeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan,Mandar Maju, Bandung, 2002, hal 1-2.
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perseroan Terbatas
Nama Asli Dari PT adalah Namlooze Venootschap yang disingkat menjadi NV.
Istilah itu digunakan di dalam KUHD Pasal 36, yang secara harfiah bermakna
persekutuan tanpa nama dan hal ini merupakan pengecualian dari ketentuan pasal 16
KUHD.Dalam perkembanganya Ketentuan tersebut sudah ditinggalkan.
Perseroan Terbatas atau PT adalah bentuk badan usaha yang berbentuk badan
hukum, didirikan oleh 2 orang atau lebih berdasarkan akta pendirian yang dibuat oleh
pejabat pemerintah atau notaries, dan telah memperoleh pengesahan dari Mentri
Kehakiman dan HAM serta telah melaksanakan wajib daftar perusahaan dan telah
diumumkan dalam tambahan berita negara.
3
Menurut H.M.N. Purwosutjipto,Perseroan terbatas adalah persekutuan berbentuk
badan hukum. Badan hukum ini tidak disebut “persekutuan”, tetapi “perseroan”, sebab
modal badan hokum itu terdiri dari sero-sero atau saham yang dimilikinya.2
Maka dapat disimpulkan Perseoan Terbatas adalah bentuk usaha yang berbadan
hukum dan didirikan bersama oleh beberapa orang, dengan modal tertentuyang terbagi
atas saham-saham, yang para anggotanya dapat memiliki satu atau lebih saham dan
bertanggung jawab terbatas sampai jumlah saham yang dimilikinya.
2
H.M.N. Purwosutjipto,“Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia,. Djambatan, Jakarta,1979
3
Zaeni Asyhadie, “Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005
4
Soedjono Dirjosisworo, “HukumPerusahaan Mengenai Bentuk-bentuk Perusahaan (badan
usaha) di Indonesia”, Mandar Maju, Bandung, 1997
4
B. Pailit
Pailit dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai keadaan yang
merugi, bangkrut. Sedangkan dalam kamus hukum ekonomi menyebutkan bahwa,
liquidation, likuidasi: pembubaran perusahaan diikuiti dengan proses penjualan harta
perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, serta penyelesaian sisa harta atau utang
antara pemegang saham.
Martias gelar Iman Radjo Mulano mengemukakan pailit sebagaimana yang ditentukan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Pdt) yaitu seluruh harta dari kekayaan
debitor menjadi jaminan untuk seluruh utang-utangnya. Pailit merupakan penyitaan umum atas
seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan bersama.
6
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1973, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta.
7
Kartono, 1974, Kepailitan dan Pengunduran Pembayaran, Pradnya Paramita, Jakarta
6
BAB 3
PEMBAHASAN
Sariwangi sendiri merupakan perusahaan teh yang berdiri sejak tahun 1962.
Lengkapnya adalah PT Sariwangi Agricultural Estate Agency. Kantornya berada di
Gunung Putri Bogor Jawa Barat. Awalnya, perusahaan ini bergerak di bidang trading
komoditas teh.Selanjutnya bertransformasi menjadi produsen, yang meliputi proses
blending serta pengemasan.
Sariwangi mulai memperkenalkan produk teh dalam kantong pada tahun 1970an.
Menggunakan nama perusahaan sendiri, saat diluncurkan, produk teh ini kemudian diberi
merek Teh Celup Sariwangi.Teh Celup Sariwangi sukses di pasaran. Ketika merek-merek
lain masih berkutat pada produk teh yang dikemas secara konvensional, Sariwangi sudah
melangkah di depan.
Kesuksesan inilah yang menggoda Unilever untuk mengakuisisi produk dan brand Teh
Celup Sariwangi pada 1989. Setelah produk Teh Celup Sariwangi diakuisisi, PT Sariwangi
tetap melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang trading, produksi,
dan pengemasan teh. Sariwangi masih menjual produk teh dengan merek SariWangi Teh
Asli, SariWangi Teh Wangi Melati, SariWangi Teh Hijau Asli, SariWangi Gold Selection,
SariMurni Teh Kantong Bundar.
7
B. Kronologi Pailitnya PT Sariwangi AEA
Nahasnya, sejumlah investasi PT Sariwangi AEA pada 2013 hingga 2014 itu tidak
memberikan imbal hasil yang baik, atau bisa dikatakan investasi yang mereka lakukan
justru buntung. Akibatnya perusahaan yang berdiri sejak 1962 itu tak mampu membayar
kredit yang mereka pinjam untuk investasi.8
Menurut catatan Bank ICBC, PT Sariwangi AEA memiliki utang plus bunga Rp
288,9 miliar. Namun di luar utang terhadap Bank ICBC itu, PT Sariwangi AEA itu juga
memiliki utang lain kepada beberapa pihak yang totalnya mencapai Rp 1,05 triliun.
Total utang Rp 1,05 triliun itu terdiri dari pinjaman dari lima kreditur separatis
(dengan jaminan) sebesar Rp 719,03 miliar, 59 kreditur konkuren (tanpa jaminan) Rp
334,18 miliar, dan kreditur preferen (prioritas) Rp 1,21 miliar.
8
Erandhi Hutomo Saputra , 2018, Memahami Vonis Pailit Perusahaan Teh Sariwangi ,
Kumparan.com (Diakses 29 Maret 2019)
8
Tidak jelas alasan mengapa perusahaan pelopor teh celup di Indonesia itu tidak
membayar utangnya. Tetapi pada tahun 2015 lalu, sebenarnya PT Sariwangi AEA pernah
digugat pailit oleh beberapa kreditur (pemberi utang) di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Namun PT Sariwangi AEA sebagai debitur (pihak yang diberi utang) berdamai
(homologasi) dengan para kreditur -salah satunya Bank ICBC- melalui putusan penundaan
kewajiban pembayaran utang (PKPU) pada 2015. 9
Andrew Hutapea, salah satu pengurus dalam perkara ini menjelaskan dalam rapat
kreditur saat itu seluruh kreditur separatis yang hadir setuju. Sedangkan dari 44 kreditur
konkuren yang hadir, satu kreditur menolak dan tiga kreditur tidak menggunakan hak
suaranya.
Selain itu ia juga menjelaskan, skema pembayaran yang ditawarkan dalam proposal
perdamaian itu notabene tak banyak perubahan yakni, utang kepada kreditur konkuren akan
dibagi menjadi tiga kelompok yakni pertama Rp 1-Rp 100 juta, kedua Rp 100 juta-Rp 1
miliar, dan ketiga di atas Rp 1 miliar.
Kelompok pertama akan dilunasi pada tahun pertama setelah homologasi. Adapun,
kelompok kedua akan dibayar selama dua kali hingga tahun kedua homologasi. Sedangkan
9
Ibid.
9
kelompok ketiga akan dibayar selama tiga tahap hingga tahun ketiga dengan tahapan 20%,
30%, dan 50%.
Namun yang membedakannya adalah adanya salah satu klausul yang mencantumkan
adanya opsi beli bagi kreditur separatis yakni CR Aroma Ltd. Kendati demikian, dirinya
juga belum bisa memastikan CR Aroma akan menjadi investor Sariwangi. Secara terpisah,
kuasa hukum Sariwangi Aji Wijaya pun menanggapi hal ini dengan positif. "Ya memang
tujuan PKPU itu kan perdamaian, lagipula tak ada kreditur yang menginginkan debiturnya
untuk pailit," ungkapnya di media Lebih lanjut ia juga menyampaikan, salah satu sumber
dana pembayarannya nanti akan berasal dari CR Aroma.
Dimana dalam tahap awal CR Aroma akan menyuntikan dana sebagai modal kerja awal
sebesar US$ 6 juta. "Lalu untuk kedepannya nantinya, CR Aroma akan membawa investor
untuk mengakuisisi saham Sariwangi," tambah Aji.
Adapun porsi saham yang akan diakuisi itu sebesar 70%. Namun sayangnya, calon
investor itu masih belum diketahui lantaran masih dalam diskusi kedua belah pihak.
Lantaran proposal telah disetujui maka, perdamaian antar Sariwangi dengan para
krediturnya pun berakhir dengan perdamaian.
Bank ICBC telah berdamai dengan Sariwangi Agricultural dan Perkebunan Indorub
dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada September 2015 lalu.
10
Sariwangi Agricultural punya tagihan total mencapai Rp 1,05 triliun. Perinciannya: dari
lima kreditur separatis (dengan jaminan) sebesar Rp 719,03 miliar, 59 kreditur konkuren
(tanpa jaminan) Rp 334,18 miliar, dan kreditur preferen (prioritas) Rp 1,21 miliar.
Sementara Perkebunan Indorub memiliki tagihan sebesar Rp 35,71 miliar. 10
Swandy Halim, kuasa hukum Bank ICBC, bilang, kliennya mengajukan gugatan
tersebut lantaran Sariwangi Agricultural dan Perkebunan Indorub tak menunaikan
kewajibannya sesuai rencana perdamaian, terlebih soal cicilan pembayaran bunga. "Ada
cicilan bunga yang tidak dibayar. Sudah kami somasi sampai ada aanmaning (peringatan
pengadilan), tetap tidak digubris," ungkapnya ke KONTAN.
Hingga 24 Oktober 2017, total piutang ICBC kepada Sariwangi Agricultural mencapai
Rp 288,93 miliar dan Indorub Rp 33,827 miliar. Sidang perkara ini sudah berlangsung dua
kali. Tapi, Sariwangi Agricultural dan Perkebunan Indorub tak datang. Padahal, pengadilan
sudah melakukan pemanggilan melalui surat kabar. Aji Wijaya, kuasa Hukum Sariwangi
Agricultural untuk proses PKPU, mengaku belum ditunjuk untuk menangani perkara
pembatalan perdamaian itu.
6. Dinyatakan Pailit
10
Anggar Septiadi,2018, “Tidak bayar cicilan bunga, Bank ICBC gugat Sariwangi”,
Kontan.co.id ,( Di Akses 29 Maret 2019 )
11
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah memutuskan perkara permohonan pembatalan
perjanjian perdamaian (homologasi) dari PT Bank ICBC Indonesia terhadap PT Sariwangi
Agricultural Estate Agency dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung.
Menurut kuasa hukum ICBC Swandy Halim, hakim mengabulkan permohonan ICBC
dan menyatakan kedua perusahaan tersebut dalam keadaan pailit. Putusan itu dibacakan
pada Selasa, (16/10).
"Diputus pailit. Putusan sesuai dengan permohonan kami, karena dari perjanjian
perdamaian, mereka janjinya kan mau bayar bunga dan juga pokok, tapi kenyataanya
mereka, Sariwangi tidak pernah bayar," kata Swandy saat dikonfirmasi, Rabu (17/10).
"Indorup itu setahun lebih tidak bayar-bayar, lalu mencicil, tapi kan wanprestasi kalau
begitu," sambungnya.
Ia mengatakan dengan adanya putusan itu, maka aset kedua perusahaan itu akan
dilelang dan dibagikan kepada para kreditur. "Kalau sudah pailit kan ada kurator, nanti
kurator yang melelang harta yang ada kemudian nanti membagi-bagikan kepada
krediturnya," ujarnya.
Dalam hal suatu perusahaan dinyatakan pailit, secara hukum berarti bahwa perusahaan
tersebut kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya. Pasca dinyatakan
pailit suatu perusahaan masih dapat beroperasi dan bahkan diharapkan agar perusahaan
tetap produktif dan mendapatkan pemasukan uang. Selama perusahaan berstatus pailit,
pengurusan aset dan pemberesan utang-utang perusahaan dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan hakim pengawas yang ditunjuk oleh pengadilan dalam putusan pailit. Tugas
12
pokok dari kurator adalah melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
memaksimalisasi aset perusahaan guna kepentingan pelunasan utang perusahaan.
Kemudian bagaimana dengan nasib pekerja selama perusahaan dalam status pailit?
Secara hukum hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan adalah tidak berubah,
dalam arti perjanjian kerja yang ada tetap berlaku. Namun demikian, pasal 39 UU No 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU
Kepailitan dan PKPU) membuka kemungkinan bagi pekerja untuk memutuskan hubungan
kerja dan sebaliknya bagi kurator untuk memberhentikan pekerja dalam hal diperlukan,
dengan pemberitahuan paling sedikit 45 hari sebelumnya.
Pemutusan hubungan kerja dalam hal ini harus dilakukan dengan tetap memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan. Lebih lanjut, pasal
39 ayat (2) UU Kepailitan dan PKPU dengan jelas menyatakan bahwa upah yang terhutang
sebelum maupun sesudah putusan pernyataan pailit adalah merupakan utang perusahaan
dan karenanya harus diperhitungkan dalam proses pemberesan oleh kurator.11
Lantas bagaimana posisi utang upah dan hak-hak lainnya dari pekerja dibandingkan
dengan posisi utang para kreditur perusahaan? Pasal 95 ayat (4) UU No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) dengan jelas menyatakan bahwa dalam hal
perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya. Dalam hal ini, Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan
putusan No 62/PUU-XI/2013 yang menegaskan bahwa pasal 95 ayat (4) UU
Ketenagakerjaan tersebut harus dimaknai bahwa pembayaran upah pekerja/buruh yang
terhutang didahulukan atas semua jenis kreditur, termasuk atas tagihan kreditur separatis,
11
Dini S Purwono,2017,”Nasib Karyawan Setelah Perusahaan Pailit”,Radarsemarang.com (
Di Akses 29 Maret 2019)
13
tagihan hak negara, kantor lelang dan badan umum yang dibentuk pemerintah. Pun
pembayaran hak-hak pekerja/buruh lainnya didahulukan atas semua tagihan, termasuk
tagihan hak negara, kantor lelang dan badan umum yang dibentuk pemerintah, kecuali
tagihan dari kreditur separatis.
Dengan demikian jelas bahwa upah pekerja/buruh secara hukum harus didahulukan
pembayarannya dari segala tagihan kreditur lainnya. Sementara untuk hak-hak
pekerja/buruh lainnya (selain upah) secara hukum juga didahulukan pembayarannya dari
segala tagihan kreditur lainnya, kecuali tagihan dari kreditur separatis. Kreditur separatis ini
adalah kreditur yang memegang hak jaminan tertentu seperti gadai, fidusia atau hak
tanggungan.12
12
Ibid.
14
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Pasal 2 ayat (1) UU No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitian dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (UU Kepailitan) sebagai berikut:
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya
satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya”.
Jika dirinci, maka syarat dinyatakan pailit berdasarkan bunyi pasal di atas sebagai berikut:
Kesimpulan yang dapat diambil adalah perusahaan PT Sariwangi AEA dinyatakan pailit
karena melakukan wanprestasi, yaitu telat dalam melakukan pembayaran utang.yang
berujung pada gugatan kepada PT Sariwangi AEA oleh para Kreditor.
15
D. Saran
3. Bagi para investor harus lebih berhati-hati agar tidak mengalami kerugian dalam
melakukan investasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Asyhadie, Z., 2005. Hukum Bisnis: Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.
RajaGrafindo Persada.
Purwosutjipto, H.M.N., 1978. Pengertian pokok hukum dagang Indonesia (Vol. 6).
Djambatan.
Septiadi, Anggar ,2018, “Tidak bayar cicilan bunga, Bank ICBC gugat Sariwangi”,
Kontan.co.id ,( Di Akses 29 Maret 2019 )
Situmorang, V.M. and Soekarso, H., 1994. Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia.
Rineka Cipta.
17