Apa pengertian Syari’ah yang kalian pahami? Dan mengapa harus dibedakan pengertian Syari’ah
dalam arti luas dan sempit? Coba jelaskan!
Secara umum ada dua pendekatan dalam studi keislaman yaitu normatifitas dan historisitas, coba
jelaskan pengertian keduanya. Dan coba golongkan ajaran-ajaran Islam secara normative dan
historis. Mengapa pula Studi Keislaman harus didekati dengan dua pendekatan itu.
Dalam diskursus teologi kita lebih senang menyebutnya dengan istilah ilmu kalam, mengapa
demikian? Dan dalam diskusi kalam dikenal dua kelompok utama yaitu mutakallimun dan filosof
mereka mendekati kalam secara berbeda, coba jelaskan!
Dalam era Covid-19 ini tafsir keagamaan dapat berubah, seperti sholat Idul Fitri yang lalu tidak
harus dilakukan di Masjid, kira-kira bagaimana penjelasannya jika dikaitkan dengan normatifitas
dan historisitas!
1.Menurut pemahaman saya Syari’ah merupakan jalan hidup muslim yang memuat ketetapan-
ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun berupa
suruhan/perintah, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.
Sedangkan menurut para ahli, definisi syariah adalah segala titah Allah yang berhubungan
dengan tingkah laku manusia di luar yang mengenai akhlak. Dengan demikian syariah itu adalah
nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah. Sedangka menurut Muhammad Syultut, syariah
adalah hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan Allah bagi hamba-Nya untuk diikuti
dalam hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya.
mengapa harus dibedakan pengertian Syari’ah dalam arti luas dan sempit?
Karena syariah dalam arti luas dan sempit memeliki hukum islam dan bidang yang berbeda dan juga
karena pengertian dari syariah itu sangatlah banyak, untuk menghindari perbedaan pendapat yang
begitu besar maka di buatlah perbedaan arti dari kata syariah itu sendiri secara luas (umum) dan arti
syariah secara sempit (khusus). Dalam arti luas; “as-syari’ah” berarti seluruh ajaran Islam yang
berupa norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem
kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang individual dan
kolektif.
Dalam arti ini, as-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh cabang pengetahuan
keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih, usul fikih, dan seterusnya. (Akidah,
Akhlak dan Fikih).Sedangkan dalam arti sempit; as-syari’ah berarti norma-norma yang
mengatur sistem tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan pengertian
ini, as-syari’ah dibatasi hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih.
Sementara syari'ah dalam arti sempit (fikih) itu sendiri dapat dibagi menjadi empat bidang:
(1) ‘ibadah,
(2) mu’amalah,
(3) ‘uqubah dan
(4) lainnya.
Ibn Jaza al-Maliki, seorang ulama dari mazhab Maliki mengelompokkan fikih menjadi dua,
yakni:
(1)‘ibadah,dan
(2) mu’amalah.
• Normatifitas berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan,
ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan.
• Pendekatan normatifitas dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak pada suatu keyakinan bahwa
wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan
dengan yang lainnya.
• Pendekatan normatifitas di satu sisi merupakan pendekatan yang berpijak pada teks yang
tertulis di dalam kitab suci masing-masing agama. Sehingga dalam batasan-batasan
tertentu pendekatan ini cenderung bercorak liberalis, tekstualis, atau skripturalis.
dengan demikian corak yang dikembangkan dalam pendekatan ini adalah Ta’abudi
Sedangkan pengertian historisitas adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi. Definisi tersebut terlihat menekankan
kepada materi peristiwanya tanpa mengkaitkan dengan aspek lainnya. Sedangkan dalam pengartian
yang lebih komprehensif suatu peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa yang melakukan peristiwa
tersebut, dimana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.
Tujuan pendekatan normatif dan historis adalah untuk membuat rekonstruksi masalampau secara
sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan,mengevaluasi, memverifikasikan, serta
mensistesiskan bukti-bukti untukmenegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Melalui
pendekatan normatif dan historis seseorang diajak menukik dari alam idealis yang bersifat empiris dan
mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang
terdapat dalam idealis dengan yang ada di alam empiris.
Menurut Nasr Hamid Abu Zaid, Pengelompokan Islam normatif dan Islam historis dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
C. Mengapa pula Studi Keislaman harus didekati dengan dua pendekatan itu?
• Karena Ketika melakukan studi atau penelitian Islam, perlu lebih dahulu ada kejelasan
Islam mana yang diteliti; Islam pada level mana. Maka penyebutan Islam normatifitas
dan Islam Historisitas adalah salah satu dari penyebutan level tersebut. Istilah yang
hampir sama dengan Islam Normatifitas dan Islam Historisitas adalah Islam sebagai
wahyu dan Islam sebagai produk sejarah.[5] Sebagai wahyu, Islam didefinisikan
sebagaimana ditulis sebelumnya di atas, yakni: Artinya: Wahyu ilahi yang diwahyukan
kepada nabi Muhammad SAW. Untuk kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.
• Sedangkan Islam Historisitas atau Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang
dipahami dan Islam yang dipraktikkan kaum muslim di seluruh penjuru dunia, mulai dari
masa nabi Muhammad SAW sampai sekarang
3. A. .Di kalangan umat Islam, istilah teologi tidak begitu populer, hal itu karena
umat Islam mempunyai istilah sendiri dalam hal ilmu ketuhanan yaitu ilmu kalam.
Selain nama ilmu kalam, umat Islam juga mengenal istilah-istilah lain yang
bermakna sama dengan istilah tersebut, seperti ilmu tauhîd, ilmu ushûluddîn, ilmu
aqâid/akidah, ilmu nadzr wa istidlâh, ilmu fikih akbâr dan sebagainya .
Ilmu Kalam ini kemudian mencakup beberapa obyek pembahasan. Yang pertama
adalah kepercayaan terhadap Allah di dalam segala seginya, termasuk wujud-Nya,
keesaan-Nya, dan sifat-sifat-Nya. Yang kedua, hubungan antara Allah dengan alam
semesta, yang mencakup kekuasaan Allah, proses penciptaan alam, pengaturan
Allah terhadap alam, penciptaan serta kedudukan malaikat dan jin. Yang ketiga
adalah hubungan Allah secara khusus dengan manusia, yang mencakup keadilan
dan kebijaksanaan Allah, kasih sayang Allah, keadilan Allah, pengutusan Rasul-
rasul dan wahyu yang diturunkan kepada mereka, hari Kiamat dan pemeriksaan
atas semua sikap dan perilaku setiap orang, pembalasan Allah atas perbuatan baik
dan buruk yang dilakukan manusia selama hidup di dunia.
B. Dalam diskusi kalam dikenal dua kelompok utama yaitu mutakallimun dan
filosof mereka mendekati kalam secara berbeda, coba jelaskan!
Memang perbedaan itu ada dan berkisar dalam dua hal yaitu:
2) Dari segi pembinaanya juga ada perbedaan antara ilmu kalam dan filsafat
Islam. ilmu kalam timbul berangsur-angsur dan mula-mula hanya merupakan
beberapa persoalan yang terpisah-pisah. Seorang mengeluarkan pendapat nya
kemudian di susul dg yg lain pula, seperti persoalan dosa besar yg sudah di
singgung di atas . dengan berlalu nya masa maka timbullah mazhab – mazhab ilmu
kalam.
lain halnya dengan filsafat islam yang tidak lagi timbul berangsur-angsur.
tetapi sudah melalui fase pertumbuhan di yunani sendiri maupun di negeri-negeri
lainnya. ketika masuk kepada kaum muslimin, filsafat itu sudah lengkap atau
hampir lengkap dan mereka tinggal memberi penjelasan – penjelasan dan
mempertemukannya dengan kepercayaan Islam. karena itu ilmu kalam lebih tepat
dinamakan Ilmu Keislaman meskipun terpengaruh oleh filsafat Yunani. sedangkan
filsafat Islam kalau di namakan Ilmu keislaman maka hanya dalam lahirnya saja.
4. • Dari pendekatan secara normativitas, kasus tidak wajib sholat Idul Fitri di
masjid di karenakan Covid-19. Melihat dari berita yang ada secara normatif kasus
ini merupakan suatu progres yang dijalankan oleh pemerintah setelah ditelaah oleh
banyak pemikir agama (ulama) mengenai pencegahan penyebaran virus Covid-19
yang sudah banyak menjangkit ribuan bahkan jutaan umat di seluruh dunia. Maka
dari itu diberitahukan lah progres ini ke seluruh orang di Indonesia, demi
melindungi masyarakat dari virus yang sangat berbahaya ini.
• Dari pendekatan secara historisitas, kasus "tidak wajib sholat Idul Fitri di masjid
dikarenakan Covid-19" ini sudah sangat di perhitungkan oleh ulama dan
pemerintah dari berbagai segi aspek, baik itu dari sisi keagamaan itu sendiri
ataupun dari segi keselamatan jiwa masyarakat Indonesia. Wabah penyakit ini
terjadi juga di zaman Rasulullah SAW meski bukan virus corona. Wabah tersebut
salah satunya kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Nabi
memerintahkan tidak dekat-dekat atau melihat orang yang mengalami lepra atau
leprosy.Melihat dari sumber-sumber berita yang ada dan para ulama banyak
mengkaji serta melihat banyak nya umat yang terjangkit virus tersebut, dengan
memikirkan keselamatan kesehatan untuk banyak orang maka di putuskan perintah
untuk tidak sholat Idul Fitri di masjid dahulu untuk menghindari penyebaran virus
yang sangat cepat menular ke banyak orang. Sebagai mana yang di jelaskan :