The Media and Privacy: Dilema Etik Wartawan Dalam Peliputan Isu Perselingkuhan Artis
The Media and Privacy: Dilema Etik Wartawan Dalam Peliputan Isu Perselingkuhan Artis
MAKALAH
dibuat untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
Filsafat Komunikasi
Dalam video yang beredar viral di TikTok, terlihat banyak wartawan tengah berada di
depan rumah Nissa Sabyan. Tidak hanya wartawan, terdapat juga seorang kurir
yang mengantarkan paket ke rumah Nissa. Merasa putus asa, wartawan meminta
kurir tersebut untuk berteriak lebih kencang, berharap melihat Nissa keluar dan
mengambil paket. Namun, setelah dipanggil beberapa kali, orang yang ada di dalam
rumah Nissa tampak tidak ada yang keluar. Wartawan pun dibuat penasaran dengan
isi paket tersebut. Bahkan, wartawan nekat menanyakan isi paket dan berspekulasi
paket berisi susu bayi. “Paketnya apa sih, Mas? Ya kali susu bayi kan kita nggak
tahu,” kata seorang wartawan dalam video tersebut. Ternyata, kurir pengantar paket
itu tidak tahu jika rumah tersebut adalah rumah milik Nissa Sabyan. Kurir itu pun
mengaku deg-degan. Akhirnya, melalui panggilan telepon dari kurir, pihak rumah
meminta kurir tersebut untuk melemparkan paket ke teras rumah.
Sumber: viva.co.id
Hiruk pikuk pemberitaan perselingkuhan Nissa dan Ayus Sabyan di sejumlah media
massa secara tidak langsung telah mencerminkan wajah pers negeri ini. Pers atau
wartawan sepertinya tidak memahami atau tidak peduli lagi dengan batasan wilayah
publik dan wilayah privasi. Kehidupan pribadi dalam lingkup hak privasi, seperti
perselingkuhan, sering kali sangat menarik bagi pemberitaan media dan terkadang
lebih disukai oleh audiens, terbukti dari nama Nissa dan Ayus yang menjadi trending
topic di Twitter (Liputan6, 2021). Namun, hal ini belum begitu disadari tentang
konsekuensinya sehingga pemberitaan sering melakukan invasion of privacy atau
pelanggaran/penyerangan hak privasi, seperti yang dilakukan wartawan di rumah
Nissa. Publik seakan berhak tahu karena memiliki hak tahu. Bagaimana jika
masyarakat atau pembaca yang memiliki hak tahu menginginkan adanya laporan
mengenai kehidupan pribadi seseorang yang mereka anggap memiliki nilai berita?
Wartawan seakan memiliki kewajiban untuk menyampaikan berita yang faktual dan
aktual kepada publik. Dalam kasus ini, wartawan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu:
Situasi wartawan yang terjebak antara dua pilihan ini membuat wartawan berada
dalam kondisi dilema etik. Maka dari itu, sebelum mengambil keputusan yang tepat
dan tidak merugikan semua pihak yang terlibat, wartawan harus melalui tahapan
pertama, yakni the situation definition, dalam formula SAD.
Pada tahap pertama (the situation definition), wartawan sebagai agen moral harus
melihat situasi dengan menjabarkan fakta-fakta dari kasus yang sedang dihadapi
dan melihat nilai yang bertentangan antara wartawan, publik, dan artis. Dalam
menjalankan tugasnya, wartawan (pers) memiliki kebebasan dalam menjalankan
profesinya. Jaminan kebebasan pers dinyatakan dalam konstitusi negara, yakni
Pasal 28 F Undang-undang Dasar 1945 setelah amandemen yang berbunyi “Setiap
orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”. Artinya, wartawan atau
pers berhak mencari informasi. Wartawan juga harus menyampaikan informasi
kepada publik karena publik memiliki hak untuk tahu. Hal tersebut tertuang dalam
Kode Etik Jurnalistik yang menyatakan bahwa kemerdekaan atau kebebasan pers
adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi guna
memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Namun,
pemanfaatan kebebasan tersebut harus tetap memperhatikan hak-hak yang dimiliki
oleh warga negara dengan tetap memegang prinsip kode etik jurnalistik yang ada
dan dilakukan atas dasar kesadaran akan penegakan supremasi hukum (Hadi &
Agashi, 2019), salah satunya adalah hak privasi. Artis yang juga warga negara
memiliki hak privasi, yakni hak seseorang untuk memiliki kebebasan atau
keleluasaan pribadi. Hal ini tercantum dalam Pasal 28 G ayat (1) Undang-undang
Dasar 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan di atas, terdapat nilai dan prinsip yang
bertentangan dalam situasi ini. Nilai yang bertentangan adalah wartawan memiliki
hak untuk mencari informasi terkait kehidupan artis; publik memiliki hak untuk
mengetahui informasi artis; dan Nissa Sabyan sebagai artis memiliki hak privasi,
termasuk kapan dan bagian mana saja dari kehidupan pribadinya dapat diliput oleh
wartawan. Secara etika dan hukum, kebebasan wartawan untuk mencari informasi
untuk publik ketahui dibatasi oleh hak asasi, dalam hal ini hak privasi, yang dimiliki
Nissa Sabyan. Nissa memiliki hak untuk tidak membagikan masalah
perselingkuhannya dengan Ayus kepada publik. Selain itu, Nissa juga berhak
mendapatkan kenyamanan dan keamanan, termasuk rumahnya dan keluarganya
terbebas dari sorotan media dan publik. Di lain sisi, publik ingin mengetahui
mengenai perselingkuhan Nissa dan Ayus. Dengan demikian, masalah etika adalah
sebagai berikut: 1) Apakah wartawan dibenarkan untuk mengesampingkan hak
privasi seorang artis dalam rangka menjamin kebebasan pers demi memberikan
informasi kepada publik? atau 2) Apakah wartawan dibenarkan untuk
mengesampingkan hak tahu yang dimiliki publik dalam rangka menjamin hak privasi
artis? Kedua pertanyaan ini yang perlu ditinjau lebih jauh.
II. Analysis
Pada tahap kedua (analysis of the situation), sebagai wartawan, akan melihat empat
pertimbangan, yakni a. Menimbang pro dan kontra atau kelebihan dan kekurangan
dari tiap-tiap nilai dan prinsip; b. Faktor eksternal; c. Individu/kelompok lain yang
terpengaruh; dan d. Teori etika yang diterapkan.
Jika mengutamakan hak privasi yang dimiliki Nissa, wartawan tidak akan
meliput berita dan tidak akan berada di rumah Nissa untuk meminta klarifikasi
mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Artinya, tidak akan ada berita
mengenai perselingkuhan Nissa dan Ayus secara lebih lanjut. Kelebihannya
adalah hak privasi Nissa tetap terjaga, artinya Nissa akan tetap mendapatkan
kenyamanan dan keamanan karena tidak ada wartawan yang berada di
depan rumahnya. Selain itu, pemberitaan perselingkuhan yang dianggap
sebagai ranah privat dan tidak ingin diumbar tidak akan semakin banyak.
Sebaliknya, kekurangannya adalah wartawan tidak dapat menghasilkan berita
perselingkuhan Nissa dan Ayus yang sedang menjadi perhatian publik,
artinya hak publik untuk mengetahui informasi tidak terpenuhi. Media seakan
kehilangan momentum untuk memberitakan isu ini, mengingat banyak netizen
yang juga sedang mencari-cari berita mengenai perselingkuhan ini. Wartawan
juga tidak akan mendapatkan bonus upah karena tidak memberikan liputan
yang up to date dan sedang dibicarakan banyak orang.
b. Faktor eksternal
Wartawan perlu melihat faktor-faktor eksternal di luar artis (Nissa Sabyan)
dan diri wartawan itu sendiri mengenai peliputan berita perselingkuhan artis,
seperti kebijakan perusahaan media tempat wartawan bekerja dan landasan
hukum pelanggaran privasi oleh wartawan. Dalam hal kebijakan perusahaan
media tempat wartawan bekerja, biasanya perusahaan media di Indonesia
yang memang sering kali mengeluarkan berita tentang gosip artis memiliki
regulasi yang longgar terkait batasan antara ranah privat dan publik. Dari
pihak atasan sendiri sering kali malah mendorong wartawan untuk mencari
berita yang memiliki nilai drama semata-mata hanya melihat viralitas. Oleh
karena itu, mengingat longgarnya regulasi pers di perusahaan media,
dibutuhkan kesadaran lebih oleh wartawan itu sendiri.
III. Decision
Pada tahap ketiga (decision), wartawan sudah dapat menentukan keputusannya.
Setelah melalui tahapan situasi dan analisis, keputusan yang diambil adalah
wartawan tidak meliput berita perselingkuhan Nissa dan Ayus Sabyan. “Apakah
wartawan dibenarkan untuk mengesampingkan hak privasi seorang artis dalam
rangka menjamin kebebasan pers demi memberikan informasi kepada publik?”
Berdasarkan teori deontologis, wartawan tidak dibenarkan untuk mengesampingkan
hak privasi Nissa demi meliput berita mengenai perselingkuhannya karena cukup
banyak konsekuensi yang akan didapatkan, tidak hanya pada Nissa, tetapi juga
pihak lain. Konsekuensi meliputi konsekuensi hukum, sosial, dan psikologis.
Konsekuensi hukum meliputi denda dan pemberhentian pekerjaan bagi wartawan.
Sanksi sosial berupa pengucilan, kemarahan, dan serangan dari publik terhadap
Nissa akibat semakin banyak pemberitaan perselingkuhan yang dapat berpengaruh
pada keadaan psikologisnya. Pihak lain, seperti keluarga, warga sekitar rumah
Nissa, dan perusahaan media tempat wartawan bekerja, juga akan terdampak
negatif dari peliputan berita ini. “Apakah wartawan dibenarkan untuk
mengesampingkan hak tahu yang dimiliki publik dalam rangka menjamin hak privasi
artis?” Wartawan dibenarkan untuk tidak memberitahu publik mengenai
perselingkuhan Nissa dan Ayus. Walaupun publik memiliki hak untuk tahu, hal
tersebut tidak secara otomatis merupakan suatu kepentingan umum yang dapat
membenarkan pelanggaran atas hak privasi seseorang. Hak untuk tahu publik juga
tidak memberikan hak kepada pers untuk mencampuri atau mempublikasikan
kehidupan pribadi yang berada dalam wilayah privasi. Terlepas dari wartawan dan
media yang kehilangan momentum akan berita yang tengah hangat
diperbincangkan, masih terdapat topik lain yang bisa diangkat dan memiliki nilai
berita, mengingat berita perselingkuhan artis bukan satu-satunya topik yang dapat
menarik perhatian audiens.
Daftar Pustaka
Dewan Pers. (n.d.). FAQ (Frequently Asked Questions). Dewan Pers. Retrieved December 23, 2021,
from https://dewanpers.or.id/kontak/faq/start/70
DPR RI. (n.d.). Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. DPR RI. Retrieved
December 23, 2021, from https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945
Hadi, D. A. (2019). Pelanggaran hak privasi oleh wartawan infotainment dalam pengambilan berita
yang ditayangkan di stasiun televisi swasta dikaitkan dengan Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 tentang Hak asasi manusia, Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers dan
Undang-Unda.
Liputan6. (2021, February 19). Isu Perselingkuhan Nissa Sabyan dan Ayus Sabyan Trending Topic di
Twitter. Liputan6.com.
https://www.liputan6.com/tekno/read/4486990/isu-perselingkuhan-nissa-sabyan-dan-ayus-sab
yan-trending-topic-di-twitter
Nugroho, B., & Samsuri. (2013). Kode Etik Jurnalistik (2013th ed.). Dewan Pers.
https://dewanpers.or.id/assets/ebook/buku/822-Buku%20Pers%20berkualitas%20masyarakat
%20Cerdas_final.pdf
Nurul, M. (2021, March 30). Nissa Sabyan Hamil Calon Anak Ayus? Liputan6.com.
https://www.liputan6.com/showbiz/read/4518774/nissa-sabyan-hamil-calon-anak-ayus
Paket di Rumah Nissa Sabyan [TV series episode]. (2021, April 1). In TRANS7 (Executive Producer),
Selebrita Expose [YouTube]. TRANS7 Lifestyle. Paket di Rumah Nissa Sabyan (Original work
published 2021)
Permatasari, A., & Budhi, A. (2021, March 31). Antar Paket ke Rumah Nissa Sabyan, Kurir Panik
Dikerubungi Wartawan. Viva.
https://www.viva.co.id/showbiz/gosip/1360559-antar-paket-ke-rumah-nissa-sabyan-kurir-panik
-dikerubungi-wartawan
Subangkit, W. (2021, Februari 17). Nissa Sabyan Dituduh Jadi Selingkuhan Sang Keyboardis, Ini 5
Faktanya. Popbela.com.
https://www.popbela.com/relationship/married/windari-subangkit/nissa-sabyan-dituduh-jadi-pe
lakor