Anda di halaman 1dari 16

Gambar ( 1 )

Scandal PB XIII, Solopos 14/ 8/ 2014


Gambar ( 2 )

Iklan Avanza Merdeka, Solopos 14/ 8/ 2014


Gambar ( 3 )

Nguri – uri Budaya, Solopos 14/ 8/ 2014


Gambar ( 4 )

Remaja 14 Tahun Diperkosa 7 Tetangganya 21/11/14


Gambar ( 5 )

Ayu Ting Ting Bikin Penasaran 24/11/4


A. Asas – asas Hukum Media
1. Asas Kebebasan Media
Kebebasan media atau kebebasan per telah menjadi masalah
penting sejak 200 tahun yang lalu terutama di Amerika. Kebebasan bukan
merupakansuatu definisi yang mati. Apa yang dimaksud dengan
kebebasan, batasan, dan bagaimana cara melakukan selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan sosial, politik, budaya bahkan teknologi.
Perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap pengertian dari
kebebasan media dan mengubah pandangan sosial, budaya, dan politik
tentang arti kebebasan. Asas kebebasan menjadi sangat vital bagi media,
sebab tanpa adanya kebebasan maka media tidak bisa berkembag sesuai
dengan fungsinya, yaitu untuk memberikan pelayanan informasi,
pendidikan, hiburan, dan control sosial.
Kebebasan media meliputi kebebasan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyimpan dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak
melalui media massa. Kebebasan berbicara dan kebebasan pers berakhir
manakala telah melanggar kebebasan orang lain. Secara spesifik batasan
yang dimaksud adalah bila kebebasan itu sudah memasuki area,
pencemaran nama baik, pencabulan dan tindakan makar.
Berita mengenai dugaan kasus pencabulan yang dilakukan oleh
Paku Buwono ( PB ) XIII yang mengakibatkan korbannya, Pt alias At,
hamil. Dalam pemeberitaan tersebut telah sesuai dengan asas kebebasan
media, karena fungsi dari media sendiri adalah mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyimpan dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak
melalui media massa. Pada pemberitaan tersebut media tidak memihak
pada satu oknum walaupun yang menjadi terduga adalah Paku Buwono.
Berita tersebut bertujuan untuk mengimformasikan kepada khalayak untuk
memproses lebih lanjut kasus tersebut dan meminta Polda Jateng untuk
turun tangan langsung agar kasus tersebut dapat terselesaikan dengan
cepat. Selain itu korban juga inin mendapatkan perlindungan hukum yang
adil dari pihak kepolisian. Isi dari berita ini tidak mengandung unsur
pencemaran nama baik karena sesuai dengan kasus yang dialami, sehingga
berita tersebut tidak melanggar batasan dalam kebebsaan media.

2. Asas Anti Sensor


Sensor adalah suatu upaya disiarkan atau diberitakan suatu
informasi oleh media kepada khalayak. Terhadap suatu informasi oleh
media kepada khalayak. Terdapat dua pengertian sensor yaitu sensor
preventif dan sensor represif. Sensor preventif adalah sensor yang
dilakukan oleh suatu pihak diluar media untuk mencegah berita sebelum
berita itu disiarkan kepada masyarakat. Sedangkan sensor reprensif adalah
sensor yang dilakukan setelah informasi tersebar ke khalayak.
Sensor untuk mencegah suatu berita sebelum diberitakan adalah
tindakan yang terlarang. Dalam hal ini konstitusi harus memberikan
perlindungan kepada media terhadap adanya upaya sensore preventif atau
pembatasan sebelum penerbitan. Namun jika penerbitan sudah keluar atau
sudah diterbitkan, maka konstitusi tidak wajib memberikan perlindungan.
Para wartawan tidak bisa berlindung di balik konstitusi, melainkan harus
berjuangan sendiri mempertahankan argumentasinya. Meskipun secara
prinsip ketentuan tentang sensor represif melalui mekanisme hukum
adalah suatu hal yang dibenarkan, namun ketentuan tersebut tetap harus
memerhatikan asas kebebasan media.
Berita mengenai dugaan kasus pencabulan yang dilakukan oleh
Paku Buwono ( PB ) XIII yang mengakibatkan korbannya, Pt alias At,
hamil tersebut telah memenuhi asas anti sensor. Pada faktanya tidak ada
pihak yang dirugikan dalam pemberitaan tersebut karena berita yang telah
dikeluarkan keranah publik itu telah sesuai dengan etika jurnalistik.
Batasan – batasan dalam isi berita tersebut tidak melanggar hak asasi
manusia dari korban maupun terduga pencabulan yang menjadi objek
berita secara individual maupun secara kolektif dalam hal ini kepentingan
umum.
3. Asas Pertanggungjawaban Sosial
Asas pertanggungjawaban sosial ini mengajarkan bahwa media
massa disamping memiliki kebebasan untuk menerbitkan, menayangkan,
dan menyiarkan sesuai dengan kaidah – kaidah dalam ilmu komunikasi,
dalam ilmu komunikasi massa, ilmu jurnalistik, dan bahkan bebas
menjalankan prfesinya untuk meraih keuntungan ekonomis, namun media
juga harus bertanggung jawab dengan apa yang telah disajikan kepada
masyarakat.
Asas pertanggungjawaban sosial ini dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu asas pelindungan masyarakatdari materi media massa yang
bersifat politik disebut perlindungan kepentingan umum dan perlindungan
masyarakat dari isi pesan media yang bersifat ekonomi, khususnya iklan,
yang disebut perlindungan konsumen.
Pada iklan yang ditampilkan oleh media cetak SOLOPOS tersebut
menurut kami telah meyakinkan konsumen yang membacanya, karena
kelengkapan dari iklan tersebut sudah mendetail dimana produk yang
diiklankan juga secara real telah terbukti dimasyarakat. Sehingga
konsumen tidak tertipu dengan tampilan iklan yang disajikan pada media
cetak tersebut. Dan dalam iklan tersebut tidak menjatuhkan pihak lain
sebagai pesaingnya sehingga etika periklanan tidak dilanggarnya.
Media cetak SOLOPOS juga memberikan akses produser
mengenai pendidikan. Media cetak ini memberikan dua blok dalam setiap
edisinya untuk ranah pendidikan. Hak yang diberikan media cetak ini
kepada khalayak pembacanya cukup menarik, karena SOLOPOS ingin
tetap menjaga budaya Jawa yang disajikan tampilan berita yang cukup
menarik untuk dibaca oleh setiap khalayak pembacanya. Menurut kami
akses produser pada media ini bertujuan untuk tetap menjaga budaya lokal
yang sekarang ini jarang dikenalkan oleh orang tua kepada anak –
anaknya. Budaya berbahasa Jawa yang baik sekarang ini sudah hampir
luntur bahkan hanya sedikit orangtua yang berkomunikasi dengan anaknya
menggunakan bahasa Jawa, maka dalam blok surat kabar tersebut
menampilkan bacaan yang seluruhnya menggunakan bahasa Jawa. Sangat
menarik dan kreatif dalam isi berita tersebut dan dapat memberikan efek
pemikiran baru untuk orang tua yang kurang mengenalkan bahasa Jawa
sebagai bahasa komunikasi terhadap anaknya.

4. Asas Pembatasan Kepemilikan Media


Pembatasan kepemilikan media memiliki dua landasan filosofi
yaitu politik dan ekonomi, karena media dari segi isi memiliki muatan
politis, sedangkan dari sisi wadah memiliki nilai ekonomi. Pembagian
kepemilikan media dari segi “ isi “ (politisi) bertujuan menjamin adanya
kebhinekaan atau keragaman pendapat. Keragaman pendapat atau isi bisa
dicapai antara lain melalui keberagaman media. Keberagaman media bisa
dicapai bila terdapat keberagaman pemilik media.
Sedangkan dari dimensi politik, pembatasan kepemilikan media
dilatarbelakangi oleh landasan pemikiran bahwa untuk menumbuhkan
masyarakat yang demokratis, memerlukan keberagaman pendapat.
Keberagaman dapat dicapai apabila terdapat wahana untuk melakukan
debat publik antara lain melalui media massa. Dari sisi pembatasan
kepemilikan media dari segi wadah mencegah adanya persaingan bisnis
yang tidak sehat. Pembatsan kepemilikan pada mulanya merupakan upaya
untuk mencegah monopoli isi media.
Media cetak SOLOPOS menurut kami pemberitaannya tidak
meihak pada salah satu tokoh, golongan maupun suku sehingga tidak
melanggar asas pembatasan kepemilikan media. Dalam keseluruhan
pemebritaan media cetak SOLOPOS isi beritanya netral tanpa ada satu
kepentingan golongan dalam setiap berita yang disajikan untuk khalayak.
Media cetak ini otomatis tidak akan memonopliisi berita yang ada
dimasyarakat. Sehingga dalam pemberitaanya menjadi beragam dan
persaingan dengan media cetak lain tidak terlalu menonjol karena tidak
sarat akan kepentingan golongan.
5. Asas Perlindungan Profesi
Hukum media harus memberikan perlindungan kepada kaum profesional
yang berkarya di dunia media seperti wartawan, produser, pendesain grafis, dsb.
Perlindungan ini penting karena setiap karya memiliki nilai ekonomi yang tinggi
sehingga untuk menghindari penggunaan cipta karya oleh pihak yang tidak
memiki hak cipta.
Perlindungan profesi bukan hanya pada karya namun juga dalam proses
kerja insan media. Di dunia pers, hal ini sering disebut sebagai hak tolak. Hak
tolak adalah hak sang wartawan untuk menolak memberitahukan siapa
narasumber yang diwawancarai. Dalam penulisan sebuah berita, ditulis dengan
tanpa menyebut jati diri narasumber, karena narasumber tidak ingin diketahui
oleh masyarakat dengan alasan seperti keamanan, politik, dsb. Seringkali kita
menjumpai dalam badan berita dengan kata – kata “menurut sumber kami” atau
dalam berita dari kantor asing sering disebut “menurut sumber – sumber
diplomatik”, “menurut sumber – sumber kantor itu”. Sang wartawan memiliki
kewajiban untuk tetap menyimpan rahasia atau kepercayaan yang telah diberikan
oleh narasumber kepada wartawan. Perlindungan kepada profesi juga dapat
ditegakkan melalui penerapan undang – undang hak cipta. Pemimpin media
berkewajiban menjamin karya cipta para profesionalnya agar terlindungi secara
hukum.
Dalam pemberitaan yang dilansir SOLOPOS pada 21 November lalu,
tidak disebutkan narasumber dalam pemberitaan kasus pemerkosaan karena
melindungi identitas korban dan keluarga korban. Hal tersebut penting karena
apabila dinyatakan menggunakan identitas asli, korban yang notabene masih
remaja ini akan mendapatkan ejekan, cemoohan dan cibiran dari para warga yang
mengenalnya.

6. Asas Perlindungan Hak Pribadi


Media massa sebagai suatu public sphere seharusnya berisi tentang
hal – hal yang berhubungan dengan kepentingan massa. Karena itu, hal
yang berkaitan dengan kepentingan pribadi sebenarnya bukan sesuatu hal
yang harus dikerjakan oleh media massa. Apabila terdapat kepentingan
dan hak pribadi, maka itu tidak sesuai dengan sifat dasar media. Namun
batasan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum seringkali
sangat tipis.
Hukum media harus memberi jaminan bahwa hak pribadi harus
mendapat perlindungan. Manakala hak pribadi seseorang dirugikan maka
terdapat mekanisme yang mengatus secara hukum untuk memulihkannya
Berita mengenai keartisan atau kehidupan artis sebenarnya tidak
begitu diperlukan dalam sebuah koran atau media. Namun sebagai seorang
tokoh, maka kehidupan pribadinya pun tak luput dalam incaran wartawan.
Seperti berita mengenai Ayu Ting Ting dan foto yang dia unggah melalui
media sosialnya. Foto Yang menampakkan setengah wajah Ayu Ting Ting
bersama seorang pria sontak membuat geger akun Instagramnya. Karena
Ayu adalah seorang publik figur, maka kehidupan dan kepentingan
pribadinya juga masuk dalam media massa. Ayu sebenarnya memiliki hak
untuk melarang hal tersebut ada di media. Namun, dia sendiri yang
mengunggah foto tersebut dan sengaja untuk membuat penasaran para
penikmat media.

B. Pelanggaran Oleh Media


Kehadiran Solopos memang ditunggu banyak orang. Terutama
mereka yang bermukim di Surakarta, karena selama ini (pada kurun 1830-
1900-an)di Surakarta belum ada koran. Surat kabar, kalaupun dulu pernah
ada, usianya tidak begitu panjang, alias putus di tengah jalan.
Harian Umum SOLOPOS yang memilih basis terbit di Kota Solo,
Jawa Tengah, lahir bersamaan dengan dimulainya penerapan teknologi
baru di bidang persurat-kabaran. Pada saat bersamaan, sejumlah media
cetak nasional mulai menerapkan sistem jarak jauh di berbagai daerah.
Sebagai salah satu kota utama di Jawa Tengah, Solo dengan 6 kabupaten
berdekatan yang tergabung dalam Eks Karesidenan Surakarta adalah pasar
yang sangat potensial. Solo yang lambat laun akan menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi seiring dengan perkembangan ekonomi di
Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar) menjadi basis terbit SOLOPOS.
Hal tersebut berdasar ekonomi dan historis.
Kebijakan redaksional SOLOPOS mengedepankan netralitas
karena menyadari adanya pluralitas dalam masyarakat kota Solo. Dalam
kerangka tersebut, SOLOPOS tidak memperbolehkan wartawannya
berpolitik aktif sebagai fungsionalis parpol. Selain itu dalam
pemberitaaannya SOLOPOS mengenal konsep ABC (Accurate, Balance
and Clear). Accurate berarti titik banding harus tepat dan berdasar fakta
sebenarnya, Balance berarti suatu berita memerlukan adanya
keseimbangan yang melibatkan beragai pihak terkait atau kepentingan
dengan berita tersebut, minimal dua pihak yang bersebrangan dalam suatu
kasus tertentu (cover both side) dan Clear adalah sebuah berita tidak boleh
menimbulkan persepsi yang bermacam-macam yang justru menyebabkan
kebingungan pembacanya. ABC yang kedua memiliki pengertian Actual,
Big, Complete. Actual artinya menyajikan sesuatu yang terkini dan perlu
diketahui masyarakat, Big berarti bahwa berita yang ditampilkan
mempunyai pengaruh kepada masyarakat, Complete dimaksudkan agar
tidak menimbulkan salah persepsi dari pembaca dengan selengkap-
lengkapnya.
Karena kerangka kerja itulah jarang sekali ditemukan kesalahan
yang fatal pada SOLOPOS. Mungkin ada satu atau dua kesalahan yang
disebabkan oleh human error seperti salah ketik atau salah foto. Namun
beberapa hal tersebut akan langsung disadari dan diberikan ralat pada edisi
berikutnya atau pada halaman Solopos.com.

C. Kajian Teoritis
Media cetak merupakan media yang berpengaruh besar dalam
sejarah kemerdekaan Indonesia. Pasca Indonesia merdeka, media cetak
adalah sarana yang paling utama bagi masyarakat dalam mengemukakan
pendapat. Sehingga pada akhirnya akibat dari kesadaran pihak pemerintah
mengenai dampak dari media cetak itu sendiri terhadap opini publik, maka
dalam eksistensinya untuk menyampaikan informasi, media cetak tersebut
harus memiliki Surat Ijin Terbit.
Terhadap aktivitas profesi jurnalistik dapat terjadi kemerosotan
dalam kegiatan pengembangannya sebagai akibat dilanggarnya etika dan
kode etik profesi oleh sebagian pengembannya. Pertanyaan tentang etika
dan kode etik profesi serta mengapa profesi memerlukan etika dan kode
etik, akan menghasilkan jawaban yang bergantung pada pengertian kata
profesi.
Secara etimologi, kata profesi dan profesional sesungguhnya
memiliki beberapa pengertian. Profesi dalam percakapan sehari-hari dapat
diartikan sebagai pekerjaan (tetap) untuk memperoleh nafkah, baik legal
maupun ilegal. Profesi diartikan sebagai setiap pekerjaan untuk
memperoleh uang. Dalam artian lebih teknis, profesi diartikan sebagai
setiap aktivitas tertentu untuk memperoleh nafkah yang dilaksanakan
secara berkeahlian yang berkaitan dengan cara berkarya dan hasil karya
yang bermutu tinggi, dengan imbalan bayaran yang tinggi. Realitas pasar
ini menggambarkan betapa media massa berada di bawah tekanan
ekonomi persaingan yang keras dan ketat.
Hukum persaingan menuntut media massa bisa menampilkan
informasi terbaru, tidak didahului oleh media lain. “Slow news, no news”
yang menjadi slogan CNN adalah ilustrasi kerasnya tuntutan persaingan
antara media. Hanya dengan mempertahankan aktualitas, keuntungan
ekonomi bisa diperoleh. Keuntungan ini yang akan menjamin
keberlangsungan sebuah media. Aktual, cepat dan ringkas mendefinisikan
logika waktu pendek. Pragmatisme ekonomi memaksa media mengadopsi
mentah-mentah logika waktu pendek (memburu deadline). Logika ini
menuntut pengorganisasian kerja harus tepat waktu, ringkas dan
menguntungkan. Logika yang sama juga menciptakan anggapan bahwa
informasi yang baik adalah bila didapatkan secara langsung, peliputan
langsung, siaran langsung, reportase ke tempat kejadian dan informasi dari
sumber pertama. Kecepatan memperoleh berita belum cukup untuk
menjamin posisi keberlangsungan suatu media. Agar tidak ditinggal oleh
konsumen, maka media harus selalu mampu mempertegas kekhasannya
dan memberi presentasi yang menarik. Tuntutan ini menyeret masuk
kepada kecenderungan menampilkan yang spektakuler dan sensasional.
Penampilan seperti ini biasanya cenderung superfisial, karena ingin
menyentuh banyak orang dan tidak merugikan, maka dicari yang
menyenangkan semua pihak, lalu yang ditampilkan mirip dengan acara
serba-serbi.
Sudah tampak jelas bahwa media mengikuti masyarakat, untuk
wilayah Solo dan sekitarnya yang memang masih kental dengan keraton
dan budaya Jawa, SOLOPOS hadir menampilkan sejumlah realitas yang
bisa dinikmati masyarakat di hampir semua lapisan. Terdapat semua aspek
berita dan hiburan ada di harian SOLOPOS. Mencoba untuk mengikuti
pasar namun juga tidak keblinger untuk ikut – ikutan. SOLOPOS media
yang netral, tidak berpihak pada satu parpol atau golongan. Oleh karena
itu berita yang dihadirkan juga sesuai dengan fakta di lapangan, diiringi
dengan hiburan berupa berita olahraga dan informasi menarik lainnya

D. Media yang Seharusnya


Di lingkungan masyarakat, media massa merupakan yang paling
rendah penggunaannya di antara jenis-ienis komunikasi yang dijalankan
anggota masyarakat. Meskipun cakupan distribusinya lebih luas, frekuensi
penggunaannya kalah banyak dibandingkan dengan komunikasi sosial
seperti media kelompok/ forum dan antar perorangan. Artinya proses
komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat sesungguhnya
didominasi oleh komunikasi yang bidak menggunakan media massa.
Media massa khususnya media jurnalisrne berfungsi bagi masyarakat pada
tataran institusional, yaitu melayani warga masyarakat dalam
keberadaannya sebagai bagian dari suatu institusi sosiai (politik, ekonomi
dan kultural). Dari sini media jurnalisme dapat dibedakan dengan media
hiburan ,yang menjalankan fungsinya pada untuk mengisi ruang psikologis
khalayak.
Media pers hadir sebagai institusi sosial, menjalankan fungsinya
unfuk menyediakan informasi bagi masyarakat yang berada dalam
berbagai institusi sosial. Begitulah dia dilekati dengan fungsi yang harus
dijalankannya dalam sistem sosial. Keberadaan dalam sistem sosial ini
menjadikan pengelola media sebagai aktor sosial yang harus menjalankan
fungsinya sesuai dengan harapan (expectation) dari masyarakat. Harapan
inilah yang menjadi pendorong dalam menformat fungsi yang harus
dijalankan oleh media massa sebagai institusi sosial. Ia dapat berupa
dorongan psikologis, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah dorongan
sosiologis. Jika dorongan pertama membawa seseorang ke dunia-dalam
(inner world) yang bersifat subyektif, maka dorongan kedua membawa
seseorang ke dunia-luar (outer world) yang bersifat empiris obyektif.
Media massa akan mensuplai masyarakatnya untuk dapat memasuki dunia
yang dipilihnya. Materi informasi fiksional semacam musik akan
membawa penggunanya ke dunia subyektif, sedang materi faktual seperti
berita digunakan sebagai dasar memasuki dunia sosial empiris.-
DAFTAR PUSTAKA

Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan, dan


Pornografi. Kanisius. Yogyakarta

McQuail, Denis, (1989), Teori Komunikasi Massa, (edisi kedua)


terjemahan Dharma dan Ram, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wiryawan, Hari. 2007. Dasar – Dasar Hukum Media. Pustaka Pelajar . Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai