Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rahman Hadi

Nim : 19.96.1386
Kelas : 19 ILKOM 06

JAWAB :

1. Pendapat saya tentang siaran langsung pernikahan aurel dan atta yang disiarkan
distasiun televisi itu tidak sesuai dengan P3SPS diakrenakan dalam P3SPS BAB II
Pasal 3 Pedoman Perilaku Penyiaran ditetapkan berdasarkan asas kemanfaatan, asas
keadilan, asas kepastian hukum, asas kebebasan dan tanggung jawab, asas
keberagaman, asas kemandirian, asas kemitraan, asas keamanan, dan etika profesi. Dan
BAB VII tentang perlindungan kepentingan publik pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa
lembaga peyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk
kepentingan publik, akan tetapi menurut saya siaran langsung pernikahan atta dan aurel
dengan menggunakan frekuensi publik tersebut tidak memiliki unsur kemanfaatan
sesuai dengan isi P3SPS dan siaran tersebut tidak memiliki unsur kepentingan publik
karena dalam suatu acara pernikahan adalah acara personal dan tidak harus disiarkan
ke publik apalagi dengan durasi 3,5 jam.

2. Diversity of Ownership adalah prinsip keberagaman kepemilikan yang mana jaminan


bahwa kepemilikan perusahaan media massa di indonesia tidak terpusat dan
dimonopoli oleh beberapa orang atau lembaga saja sedangkan Diversity of Content
adalah keberagaman isi siaran bagi publik baik berdasarkan jenis program maupun isi
program, dalam artian siaran mengenai kelompok budaya, etnik, agama, ras dan
golongan mempunyai posisi dan peluang yang sama dalam penyiaran. Seperti halnya
menanyangkan siaran-siaran lokal atau daerah sehingga masyarakat bisa memperoleh
keberagaman isi siaran.
Dampak dari diversity of content di indonesia adalah indonesia memiliki banyak
siaran atau program yang beraneka ragam, dan mempunyai peluang yang sama untuk
disiarkan ke publik. Contohnya yaitu siaran yang menampilkan kebudayaan di suatu
daerah akan membuat masyarakat tahu akan keberagaman isi dari suatu daerah tersebut.
Dampak dari diversity of ownership di indonesia adalah dalam penyiaran tidak akan
menimbulkan konglomerasi (penggabungan perusahaan menjadi perusahaan yang
lebih besar dan membawahi banyak perusahaan ) pada media, yang akhirnya bisa
mempengaruhi isi siaran karena hanya menayangkan kepentingan pemilik media saja.
Akan tetapi diversity of ownership ini belum berjalan dengan optimal, karena saat ini
pemilik media hanya dimiliki oleh beberapa orang saja di Indonesia.

3. Asas Demokrasi
Dalam asas demokrasi ini tidak boleh adanya sensor, pemberedelan, ataupun
pelarangan siaran. Dalam kata lain pers harus bisa bebas dalam membuat suatu berita
kepada khalayak luas tanpa ada sensor yang dilakukan oleh pihak pemerintah.
Contoh kasus : Media pada masa orde baru hanya menampilkan berita tentang
kepentingan pemerintah dan menyembunyikan suatu masalah dalam pemerintahan
tersebut dalam kata lain media saat itu dikendalikan oleh pemerintah.
Asas Keadilan
Dalam Asas Keadilan ini pers berkewajiban memberitakan peristiwa dengan pedoman
taat pada kode etik jurnalistik dan pers wajib melayani hak jawab dan Hak koreksi.
Contoh kasus : Dalam kasus ini, Dewan Pers menyatakan Majalah Tempo melanggar
Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik, karena memuat opini yang menghakimi.Majalah Tempo
yang memberitakan tentang pasukan tim Mawar yang dikomandoi oleh mantan (purn)
Chairawan pada kerusuhan Sarinah, Majalah tempo menggunakan judul “Tim Mawar
dan Kerusuhan Sarinah” dianggap oleh dewa pers berlebihan. hak jawab untuk
membela jurnalis digunakan oleh majalah Tempo disini.

Asas Supremasi Hukum


Dalam asas ini Pers nasional menghormati asas praduga tidak bersalah,Wartawan
mempunyai hak tolak, dan pers wajib menghormati norma-norma agama dan rasa
kesusilaan masyarakat..
Contoh kasus : Wartawan yang menggunakan hak tolak untuk melindungi narasumber
yaitu pasien Covid 19, pada hal ini wartawan bisa menggunakan hak tolak untuk
melindungi identitas pasien yang dapat mengganggu dan merugakan pasien tersebut.

4. Delik pers adalah suatu tindakan pidana yang dilakukan oleh lembaga pers atau
wartawan.Dalam delik pers yang lebih kepada penggunaan hak tanya jawab.
Mantan Jaksa Agung Marsilam Simanjuntak berpendapat, UU Pers merupakan lex
specialis (hukum yang bersifat khusus) yang mengenyampingkan KUHP maupun
KUH Perdata. Adanya tuntutan perdata dan pidana terhadap pers karena aparat penegak
hukum, terutama pengadilan, membiarkan dirinya menjadi alat pengancam yang
menerbitkan ketakutan kepada pers.
Kaitan delik pers dengan lex specialis ini yaitu mereka memiliki harapan yaitu jika
terdapat masalah tentang pers yang menyangkut pencemaran nama baik. agar tidak
langsung dilaporkan, akan tetapi lebih menggnakan hak jawab, hak tolak dan mediasi
di dewan pers. Karena UU pers ini berdiri untuk melindungi suatu pers jadi intinya
mereka ingin mengunakan uu pers dalam persoalan pers.

5. Pendapat saya tentang kepemilikan media oleh orang asing adalah hal yang tidak bisa
dibiarkan karena dengan orang asing memiliki media di indonesia akan menyebabkan
terganggunya kebebasan per di indonesia ini, mereka akan bisa semena mena
melakukan hal yang tidak wajar pada media seperti mereka melakukan suatu hal untuk
kepentingan dirinya sendiri dan akan merusak aturan dalam kebebasan pers di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai