Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dhylif Alvyan Kustiono

NIM : 3280 2000 027

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers di Indonesia memberikan mekanisme


penyelesaian sengketa pemberitaan di media massa melalui Pasal 1 butir 12, Pasal 4, Pasal
5, dan Pasal 8. Berikut adalah cara penyelesaiannya:

1. Perbaikan, Koreksi, dan Hak Jawab (Pasal 1 butir 12) :

Jika ada pemberitaan yang dianggap merugikan atau tidak akurat terhadap individu atau
kelompok, pihak yang merasa dirugikan berhak untuk meminta perbaikan dan koreksi
kepada media yang bersangkutan. Selain itu, pihak yang merasa dirugikan juga berhak
untuk memberikan hak jawab, yaitu memberikan tanggapan atau pandangan yang
berlawanan dengan isi berita yang telah dipublikasikan.

2. Pengadilan Pers (Pasal 4) :

Apabila terjadi perselisihan antara pihak yang merasa dirugikan dan media massa
terkait perbaikan, koreksi, atau hak jawab yang diajukan, maka sengketa tersebut dapat
diajukan ke Pengadilan Pers. Pengadilan Pers merupakan badan arbitrase yang khusus
menangani sengketa yang berkaitan dengan pers dan media massa. Pengadilan Pers
memiliki kewenangan untuk mengeluarkan putusan mengenai sengketa tersebut.

3. Sanksi Hukum (Pasal 5) :

Dalam hal media massa tidak mematuhi putusan Pengadilan Pers atau tidak
mengakomodasi permintaan perbaikan, koreksi, atau hak jawab, media massa tersebut
dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sanksi ini bertujuan
untuk memastikan kepatuhan media massa terhadap putusan Pengadilan Pers dan
perlindungan bagi pihak yang merasa dirugikan.

4. Penyelesaian di Luar Pengadilan Pers (Pasal 8) :

Terkadang, pihak yang merasa dirugikan dan media massa juga dapat mencoba
menyelesaikan sengketa secara damai di luar Pengadilan Pers melalui mediasi atau jalur
penyelesaian alternatif lainnya. Namun, apabila upaya penyelesaian secara damai ini tidak
berhasil, maka sengketa dapat diajukan ke Pengadilan Pers.

Penting untuk diingat bahwa Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
memberikan perlindungan terhadap kebebasan pers sejauh tidak bertentangan dengan
hukum dan norma yang berlaku. Oleh karena itu, penyelesaian sengketa pemberitaan di
media massa harus berlandaskan pada prinsip-prinsip keadilan, kebenaran, dan
keseimbangan informasi.

2. Profesionalitas wartawan merupakan perlindungan terbaik dalam menjalankan tugas


profesinya karena alasan berikut:

1. Kredibilitas dan Kepercayaan Masyarakat : Wartawan yang


menjalankan tugas dengan profesionalisme akan memastikan bahwa laporan dan
informasi yang disajikan akurat, obyektif, dan tidak bias. Hal ini membantu
membangun kredibilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap media dan
jurnalisme. Kepercayaan publik adalah aset berharga dalam dunia jurnalisme, dan
profesionalitas wartawan membantu mempertahankan integritas media massa.

2. Tanggung Jawab Sosial : Wartawan memiliki tanggung jawab sosial


untuk menyediakan informasi yang relevan dan bermakna bagi masyarakat.
Dengan profesionalitas dalam menyampaikan berita, wartawan dapat membantu
masyarakat dalam memahami isu-isu penting, membentuk opini yang berdasarkan
fakta, dan berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan berdemokrasi.

3. Etika dan Standar Jurnalisme : Profesionalitas wartawan mencakup


kepatuhan terhadap kode etik jurnalisme yang berlaku. Kode etik ini menetapkan
pedoman tentang bagaimana mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan
informasi. Dengan mengikuti standar etika ini, wartawan dapat menghindari
pelanggaran hak-hak individu, meminimalkan risiko penyebaran informasi palsu
atau tendensius, serta menjaga integritas jurnalisme.
4. Perlindungan Hukum : Profesionalitas wartawan juga memberikan
perlindungan hukum dalam menjalankan tugas jurnalistiknya. Jika seorang
wartawan beroperasi dengan tepat sesuai kode etik dan mengikuti standar
profesional, mereka cenderung mendapatkan perlindungan hukum lebih baik jika
menghadapi gugatan atau tuntutan hukum terkait pemberitaan mereka.

5. Penghormatan Hak Asasi Manusia : Dalam menjalankan tugasnya,


wartawan harus menghormati hak asasi manusia dan privasi individu.
Profesionalitas yang tinggi akan memastikan bahwa laporan wartawan tidak
mencemarkan nama baik, merugikan, atau menyakiti pihak-pihak tertentu secara
tidak adil.

6. Menghindari Konflik Kepentingan : Wartawan yang beroperasi secara


profesional berusaha menghindari konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi
objektivitas dan independensi pemberitaan. Dengan memprioritaskan kepentingan
publik di atas kepentingan pribadi atau golongan tertentu, wartawan dapat
memastikan bahwa pemberitaan mereka bebas dari bias yang tidak sehat.

Dengan mengedepankan profesionalitas dalam setiap aspek pekerjaannya,


wartawan dapat berfungsi sebagai penjaga dan pilar keempat kekuasaan dalam
masyarakat. Mereka membantu mengawasi kekuasaan, memberikan informasi
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan, dan memainkan peran penting
dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan dan
masyarakat.

3. Asas-asas moralitas dalam Kode Etik Jurnalistik adalah prinsip-prinsip etika yang harus
diikuti oleh wartawan dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya. Meskipun kode etik dapat
bervariasi di setiap negara atau lembaga jurnalistik, namun umumnya asas-asas moralitas
yang dijunjung tinggi dalam jurnalisme adalah sebagai berikut:
1. Kebenaran dan Akurasi :

Wartawan harus berkomitmen untuk menyajikan fakta yang benar dan akurat.

2. Independensi dan Objektivitas :


Wartawan harus bertindak secara independen dan tidak dipengaruhi oleh tekanan atau
kepentingan politik, ekonomi, atau pihak lain.
3. Keadilan dan Ketidakberpihakan :
Asas ini menuntut agar wartawan bersikap adil dalam meliput berita dan tidak berpihak
pada pihak tertentu.
4. Rasa Empati dan Sensitivitas Sosial :
Wartawan diharapkan memiliki rasa empati terhadap penderitaan dan kesulitan orang
lain.
5. Menghormati Privasi dan Martabat Manusia :
Wartawan harus menghormati privasi individu dan kelompok, serta menjaga martabat
manusia dalam pemberitaan.
6. Transparansi dan Akuntabilitas :
Wartawan diharapkan transparan mengenai sumber informasi yang digunakan dalam
laporan, serta menyertakan klarifikasi jika ada kesalahan dalam pemberitaan.
7. Menjaga Kehormatan dan Nama Baik Profesi :
Wartawan memiliki tanggung jawab untuk menjaga reputasi baik profesi jurnalistik.
8. Keterbukaan terhadap Kritik :
Wartawan harus terbuka menerima kritik yang konstruktif terhadap pekerjaan
jurnalistiknya dan siap untuk memperbaiki kesalahan.
Dengan mengikuti asas-asas moralitas ini, wartawan dapat memastikan integritas dan
kredibilitas dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya, serta memberikan kontribusi yang
positif bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi yang benar, obyektif, dan bermakna.

Anda mungkin juga menyukai