Anda di halaman 1dari 102

Etika Media

Arifuddin Tike
Konsep Dasar Etika Media
• Kata etika mempunyai kedekatan makna
dengan kata moral dan akhlak.
• Etika secara etimologi berasal dari kata ethos
yang secara bebas dapat diartikan kumpulan
kesusilaan
• Pengertian etika menurut Altschull adalah
bentuk dari nilai-nilai moral dan prinsip
tentang benar dan salah
• Etika media dapat dipahami secara objectif
karena dalam prakteknya media memiliki kode
etik jurnalistik (dimana di dalamnya mengandung
standard mengenai nilai-nilai moral serta prinsip
benar dan salah dalam dunia jurnalistik) yang
telah dibentuk oleh sebuah lembaga pers melalui
kesepakatan dari anggota lembaga pers yang
terdiri perwakilan dari para pekerja media. Kode
etik jurnalistik diberlakukan dan diterima oleh
semua pekerja media dimanapun dan kapanpun
serta menjadi acuan bagi mereka ketika
melakukan kegiatan jurnalistik
Etika Media
• Cara pandang teoritis etika media tidak saja perlu
dipahami para profesional media (wartawan) tetapi juga
masyarakat pengguna media diantaranya Humas
• Etika media (jurnalistik) adalah cabang Filsafat yang
membantu wartawan menentukan benar untuk dilakukan
• Praktek media bersinggungan dengan kecermatan
(accuracy), kebenaran (truthful), kejujuran (fairness) dan
keleluasaan pribadi (privacy)
• Media tidak bisa sepenuhnya independen dan obyektif
karena isi media dibentuk berbagai faktor yang
menghasilkan realitas
Fungsi Media
• Secara Normatif: adalah ruang publik (public
sphere) yang memberi kontribusi
menyampaikan informasi yang utuh, jujur dan
dapat dipercaya.
• Sebagi saluran meng-ekspresikan pandangan,
memberi akses munculnya banyak suara(many
voices) dan menfasilitasi partisipasi warga dalam
kehidupan sosial dan politik
• Fungsi ideal tsb dapat tercapai apabila:
• Media diberi kepercayaan secara konseptual
dikenal kebebasan jurnalistik/pers (journalistic
freedom) yaitu bebas meng-eksplorasi,
menemukan, mengungkap peristiwa,
mengekpresikan kreatifitas dan opini
kewartawannya
• Secara konsep, kebebasan relatif tidak berubah;
namun secara praktek ditentukan situasi yang
berkembang, dibatasi biaya dan dampak yang perlu
dipertimbangkan. Artinya Kebebasan Jurnalistik
perlu berjalan seiring dengan tanggung jawab
jurnalistik
• Dalam kaitannya dengan media, media selalu
bersinggungan dengan persoalan public yang dalam
realitas terdapat kecermatan, kebenaran, kejujuran dan
keleluasaan pribadi.
1. Kecermatan adalah Informasi yang disampaikan oleh
media kepada publik merupakan informasi yang pasti
dan tepat, baik dari segi isi (5W + 1H) maupun teknis
2. Kebenaran
• Informasi yang disampaikan kepada publik merupakan
informasi yang sebenarnya atau sesuai dengan fakta yang
ada di lapangan. Informasi yang disampaikan haruslah
objectif (Kebenaran adalah elemen pertama dari kinerja
media
3. Kejujuran, Jurnalisme yang pantas dan layak
adalah jurnalisme yang jujur terhadap publik. Jujur
dalam megungkapkan fakta, tanpa adanya manipulasi
informasi dari wartawan atau lembaga berita
4. Keluasan Pribadi, Pemberitaan yang dilakukan
oleh media terkadang dengan privacy seseorang,
terutama bila memberitakan seorang tokoh, artis,
pejabat negara, atau masyarakat sipil lainnya yang
menjadi objek berita. Oleh karena itu penting adanya
kode etik untuk menghormati hak-hak pribadi
seseorang
5. Tanggung Jawab adalah patokan dalam
penyapaian informasi kepada khlayak yang
dapat dipertanggung jawabkan atau tidak.
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam
kerja jurnalis
1. Akurasi yang didukun oleh:
a. Tanya pertanyaan yang efektif
b. Mencacat semua hal yang penting
c. Mengumpulkan sumber dokumen
d. Tanyakan lagi informasi tersebut
e. Verifikasi informasi tersebut
f. Fast-checking konten yang kamu tulis
2. Obyektifitas meliputi:
1. Faktual : Menulis berita sesuai kenyataan yang ada dan dapat
diverifikasi.
2. Fair : Mencari dan memberikan semua pihak kesempatan untuk
menceritakan kejadian dalam kapasitas yang sama.
3. Non-Bias : Tidak berbelok arah / menyimpang kepada siapapun.
4. Independen : Memberitakan berita secara fakta tanpa ada
paksaan atau campur tangan dari pihak manapun.
5. Non Interpretation : Tidak berusaha untuk memberikan
penafsiran apapun apalagi yang dapat membuat pertanyaan
dan keraguan baru untuk publik.
6. Netral : Tidak berpihak kepada siapapun.
3. fairness
berarti ketidakberpihakan dan selalu
menempatkan nilai yang penting, signifikan
dan relevan untuk menjadi prioritas utama.
Dalam mencapai fairness, jurnalis harus memberikan
kesempatan yang setara untuk semua pihak yang
terlibat dari peristiwa atau masalah tersebut. Setara
(balance) di sini bukan berarti kutipan yang sama
banyaknya, namun dilihat dari fakta-fakta yang
substansial. Misalnya, saat kita meliput kecelakaan
kereta
4. Akuntabel
• artinya setiap berita yang dilaporkan oleh
jurnalis harus bisa dipertanggungjawabkan
semua isinya dan dapat dibuktikan
kebenarannya kepada semua masyarakat.
II. Hukum dan etika media
komunikasi
• Hukum dan etika media komunikasi merupakan peraturan
perilaku formal yang dipaksakan oleh otoritas berdaulat,
seperti pemerintah kepada rakyat atau warga negaranya.
• Dalam ranah media massa, ada beberapa regulasi yang
mengatur penyelenggaraan dan pemanfaatan media massa.
• Selain undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang
dibuat oleh lembaga legislatif ataupun pemerintah tersebut,
perlu adanya pedoman berperilaku lain yang tidak memberi
sanksi fisik, baik berupa penjara atau denda, namun lebih
pada sanksi moral untuk mengatur manusia dalam
berinteraksi dengan media yang memiliki aspek yang
kompleks berupa etika.
• Dalam ranah media massa, ada beberapa regulasi yang
mengatur penyelenggaraan dan pemanfaatan media
massa
1. Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang
keterbukaan informasi
Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa
Informasi adalah keterangan, pernyataan,
gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung
nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan
dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan
dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara
elektronik ataupun nonelektronik.
Pasal 1 ayat 2
Informasi Publik adalah informasi yang
dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan
publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan
negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik lainnya
yang sesuai dengan Undang-Undang ini
serta informasi lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
• Mengenai hak dan
Kewajiban pengguna
informasi publik terdapat
pada bab III undang-
undang no 14 tahun 2008
pasal 4 dan 5
2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008
TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Misalnya kode etik ttg pemberitaan pribadi diatur
dalam pasal 26 ayat 1 dan 2
(1)Kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang
undangan,penggunaan setiap informasi melalui media
elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang
harus dilakukan atas persetujuan Orang yang
bersangkutan.
(2) Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan gugatan
atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan Undang-
Undang ini.
• Etika media terkait dengan benar atau salah, baik
dan buruk, baik dan buruk tindakan yang diambil
oleh orang yang bekerja untuk media.
• Etika adalah studi tentang apa yang harus kita
lakukan, etika berkaitan dengan tugas, kewajiban
untuk diri dan tugas kepada orang lain.
• Etika dibagi menjadi dua macam, pertama adalah
etika personal dan kedua adalah etika
masyarakat. Etika personal tidak
mengesampingkan etika masyarakat begitupun
juga sebaliknya.
Terdapat Tiga jenis teori etika
1. deontological (teori absolute atau teori legalisik), adalah
berkaitan dengan tugas, dengan mengikuti aturan
formalistik, prinsip, atau prinsip-prinsip. Jika kita
mengikuti berarti etis jika tidak berarti tidak etis
2. Teleogical (teori konsekuensi) adalah sesuatu dikatakan
etis apabila kita melakukan sesuatu yang berguna pada
seseorang yang kita anggap penting dalam kehidupan kita.
3. teori personal atau subjektif mengatakan bahwa etika
berdasarkan hati nurani, naluri, atau bimbingan rohani.
Teori ini bersifat tidak rasional karena lebih spontan serta
dimotivasi oleh naluri atau spiritual.
Selain dari 3 Teori tersebut ada beberapa
sub teori yang perlu diperhatikan
1. Acquired-Virtue Ethics (etika kebajikan), adalah “jangan melakukan
kepada orang lain apa yang tidak ingin orang lain lakukan kepadamu”.
2. Cultural relativism (relativisme kebudayaan), etis tidak ada standar
objektif untuk menyebut satu kode sosial yang lebih baik dari yang lain,
masyarakat mempunyai kebudayaan memiliki kode etik yang berbeda
pula, kode moral kebudayaan tertentu tidak serta merta berguna pada
kebudayaan yang lain, tidak ada kebenaran universal dalam etika dan
tidak lebih dari arogansi kita untuk menilai perilaku orang lain.
3. Ethical Subjectivism (subyektifitas etika), adalah pandangan etika yang
mengatakan bahwa pendapat moral kita hanya didasarkan pada perasaan
kita. Seorang yang menganut subyektivisme etika, hanya mengakui
bahwa pendapatnya mewakili perasaan pribadinya sendiri dan tidak ada
hubungannya dengan “kebenaran” dari sebuah permasalahan
4. Religious Morality (moralitas keagamaan, Religious Morality (moralitas
keagamaan, Tindakan dikatakan etis apabila selalu melakukan apa yang Tuhan
kehendaki pada setiap saat. Solusi dari sebuah masalah ditemukan teori perintah ilahi,
di mana etika yang benar atau secara moral benar berarti diperintahkan oleh Allah dan
moral yang salah berarti dilarang oleh Allah. Sebuah keputusan didasarkan pada tiga
hal yaitupada masalah keyakinan, iman, dan interpretasi pada konsep perintah ilahi.
Ethical Egoism (egoisme etika), suatu tindakan dikatakan etis apabila bermanfaat bagi
diri sendiri serta mengatakan bahwa kita harus mengejar sendiri atau mengutamakan
kepentingan diri kita

5. Machiavellian Ethics (etika Machiavellian), menghalalkan segala cara untuk


memenuhi segala kepentingan kita. Etis menurut saya.

6. Utilitarian Ehtics (etika utilitarian), mengatakan bahwa moralitas lebih dari


kesetiaan kepada aturan abstrak dan bahkan lebih dari menyenangkan Allah namun
sebuah usaha untuk memaksimalkan kebahagiaan di dunia. keputusan etis adalah
menentukan beberapa kemungkinan tindakan yang akan membawa kebahagiaan untuk
sejumlah besar orang
7. Ethical Absolutism (Etika Absolutisme), Ethical Absolutism termasuk
pada golongan teori deontological. Dasar dari teori ini adalah rasa hormat
dan penilaian yang mendalam akan martabat seorang manusia (Kant, 1959).
Sesuatu dikatakan etis apabila tidak merendahkan martabatorang lain.
8. Antinomian Ethics, Situation Ethics (Etika Situasi, Antinomian Ethics
melemparkan semua prinsip-prinsip dasar, aturan, kode, standar, dan
hukum yang menjadi pedoman perilaku. Antinomian cenderung ke arah
anarki atau nihilisme dalam hal moralitas. Seseorang yang dikatakan
bertindak tidak etis adalah korban dari masyarakat yang dibatasi oleh
ketatnya kode moral yang berlaku
9. Situation EthicsSituation ethics mengatakan bahwa kita harus
mempertimbangkan situasi tertentu sebelum kita dapat menentukan apa
yang etis. Situasi menentukan etika. Setiap situasi membutuhkan
pengambilan keputusan yang etis yang khusus dan berbeda-beda.
Pengambilan keputusan etis ini menggunakan standar apa pun yang mereka
pikir terbaik.
10. Intuitive ethics (Etika Naluri, secara naluri tahu apa yang
benar dan apa yang salah tanpa ada aturan apriori atau tanpa
memerlukan banyak pemikiran sebelum kita melakukan sebuah
tindakan.
11. Social Contract Theory (Teori Kontrak Sosial) sesuatu
dikatakan etis apabila diambil dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat dan negara
12. Existentialist Ethical Theory (Teori Etika Eksistensialis)
etika dan kebebasan yang baik diperlukan untuk kehidupan
yang produktif dan yang menguntungkan baik bagi individu
maupun bagi masyarakat. Martabat adalah sesuatu yang hanya
membatasi tindakan karena seseorang tidak hidup terisolasi
dalam masyarakat, dan semua anggota masyarakat memiliki
martabat manusia yang sama.
III. Etika dalam Penggunaan Media
Komunikasi
Penggunaan media komunikasi
merupakan bagian dari kehidupan kita.
Macam-macam Media komunikasi kini
digunakan secara luas dalam berbagai
bidang kehidupan seperti pendidikan,
kesehatan, politik, ekonomi, dan lain-
lain.
Penggunan media komunikasi
umumnya dimaksudkan agar
komunikasi yang dilakukan antara
pengirim pesan dan penerima pesan
dapat berjalan secara efektif. Media
yang digunakan untuk berkomunikasi
umumnya meliputi tatap muka,
berbagai macam media komunikasi
tradisional, dan Media komunikasi
Modern.
• Fungsi utama media komunikasi adalah
untuk menyampaikan pesan Karena itu,
di dalam penggunaan media komunikasi
selayaknya kita juga menerapkan
beberapa standar perilaku etika yang kita
ikuti dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah beberapa etika dalam
penggunaan media komunikasi yang
dirangkum dari berbagai sumber
1. Berkomitmen pada etika komunikasi

• Etika merupakan prinsip-prinsip yang diterima untuk


mengatur perilaku dalam masyarakat. Tidak semua
orang dalam suatu masyarakat sepakat dengan
perilaku etis. Karena itu, sebelum mengatakan atau
menyampaikan sesuatu kepada orang lain, kita
memiliki tanggung jawab untuk memikirikan apa yang
akan disampaikan dan konsekuesinya. Di atas
permukaan, kita dengan mudah mengenali berbagai
perilaku yang etis, namun memutuskan apa yang etis
dalam suatu situasi yang kompleks merupakan
tantangan tersendir
2. Menggunakan media komunikasi secara
proporsional
• Dalam dunia kerja, hendaknya kita menggunakan media
komunikasi seperti media sosial dan media elektronik lainnya
sesuai dengan tujuan dan fungsi. Jangan menggunakan media
komunikasi di kantor untuk tujuan pribadi selama jam kerja
karena berbagai media komunikasi tersebut ditujukan untuk
mempermudah komunikasi di lingkungan pekerjaan. Selain di
dunia kerja, kita juga harus menggunakan media komunikasi
secara proporsional dalam kehidupan sehari-hari seperti
misalnya tidak menggunakan media komunikasi untuk tujuan
kejahatan. Penggunaan media komunikasi yang tidak
proporsional dapat berujung pada tindak kriminal dan
menimbulkan konsekuensi hukum.
3. Menggunakan media komunikasi secara
produktif
• Media komunikasi yang kita gunakan di dunia
kerja seperti media sosial dan media komunikasi
elektronik lainnya hendaknya ditujukan untuk
menunjang kinerja kita di kantor. Mengetahui
dan menggunakan media komunikasi dengan
baik, tidak perlu mahir, dapat membuat kita
menjadi lebih produktif. Karena bagi mereka yang
nyaman menggunakan media komunikasi akan
memiliki keuntungan kompetitif di dunia kerja
4. Berhati-hati dalam menyampaikan
informasi
• Kita harus ingat bahwa semua informasi yang
kita kirimkan secara elektronik dapat bersifat
permanen dan dapat diakses oleh publik bahkan
setelah informasi tersebut dihapus. Untuk itu,
berpikir dua kali sebelum menyampaikan
informasi secara elektronik atau melalui dunia
maya. Karena sangat mungkin untuk
menemukan pengarang atau pencipta dari
informasi yang diposting dalam dunia maya.
5. Menghormati privasi orang lain
• Ketika berkomunikasi dengan orang lain
melalui internet, maka kita juga perlu
mengacu pada etika berkomunikasi di internet
. Setiap orang memiliki kepentingan pribadi
masing-masing yang tidak bisa kita langgar
begitu saja. Ada batasan-batasan yang harus
kita pahami dan turuti agar tidak terjadi
konflik
6. Memaafkan kesalahan orang lain

• Bersikap baik ketika memberi respon atau


tanggapan terhadap pelanggaran etika yang
dilakukan oleh orang lain dan jangan
mengatakan apapun mengenai kesalahan-
kesalahan yang sifatnya kecil. Dengan begitu
kita akan terhindar untuk melakukan
kesalahan yang sama dan tidak terpancing
memberikan respon yang dapat memantik
terjadinya konflik.
7. Jangan menyalahgunakan kekuasaan

• Ketika kita memiliki akses ke komputer orang lain,


baik di tempat kerja atau di rumah atau dimanapun,
maka kita jangan mengambil keuntungan dari akses
tersebut. Misalnya menggunakan computer tanpa
membatasi waktu pemakaian karena bisa jadi orang
lain juga ingin menggunakan kompter tersebut.
Selain itu perlu berhati-hati ketika membuka berkas
dalam komputer karena bisa jadi di dalam komputer
tersebut tersimpan data yang bersifat rahasia yang
tidak boleh diketahui oleh banyak orang.
8. Jangan terpancing
• Dalam komunikasi langsung dan tidak langsung
atau komunikasi tatap muka dan komunikasi
bermedia, kita harus bisa tetap menahan diri
ketika orang lain memberikan ekspresi atau
respon yang sangat negatif atau memberikan
pendapat secara emosional. Sebagai lawan
bicara kita jangan terpancing hingga membuat
suasana menjadi lebih panas. Karena kalau
terpancing maka konflik tidak dapat dihindari
9. Mengirim dan menerima pesan tanpa
memberikan penilaian
• Dalam komunikasi tatap muka atau komunikasi
bermedia, kedua belah pihak hendaknya
menyadari dan mengenal adanya perbedaan nilai
dari satu budaya ke budaya yang lain. Dengan
menyadai dan mengenal perbedaan nilai maka kita
akan cenderung untuk menemukan jalan untuk
menciptakan rasa saling percaya satu sama lain.
Ketika rasa percaya mulai tumbuh, maka kita akan
lebih berhati-hati saat mengirim dan menerima
pesan dari orang lain.
10. Mengirim pesan secara jujur

• Ketika menggunakan media komunikasi untuk


menyampaikan pesan sebagaimana fungsi
media komunikasi pada umumnya, maka kita
harus bisa bersikap jujur. Pesan-pesan yang
disampaikan juga harus jujur dengan tetap
melihat situasi. Kita juga harus tetap berhati-
hati dengan kepribadian yang dimiliki orang
lain serta bias-bias budaya
11. Menunjukkan rasa hormat terhadap adanya perbedaan
budaya

• Ketika mengirimkan dan menerima pesan


melalui media komunikasi, masing-masing
pihak harus memahami dan mengakui
kebutuhan orang lain, menghargai serta
menghormati orang lain. Masing-masing pihak
juga harus menyadari bias budaya sendiri
dengan cara belajar untuk mengidentifikasi
ketika asumsi yang dibuat berbeda dengan
orang lain.
12. Berhati-hati dengan bahasa tubuh dalam komunikasi

• Ketika kita terlibat dalam komunikasi tatap muka,


bahasa tubuh dapat memainkan peran sebagai
pelengkap pesan atau penguatan pesan yang kita
komunikasikan. Bahasa tubuh
mengkomunikasikan rasa hormat dan minat.
Namun kita harus pandai dalam menggunakan
bahasa tubuh dengan melihat situasi dan pihak
yang menjadi lawan bicara. Karena, bahasa tubuh
mengandung makna yang berbeda bagi setiap
budaya
13. Bersikap sabar

• Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain


dengan latar belakang budaya yang berbeda
secara tatap muka maupun menggunakan
media elektronik atau media sosial, maka kita
harus bersikap sabar. Tidak semua orang
memiliki pola atau gaya komunikasi yang sama
dengan kita. Untuk itu, diperlukan waktu dan
kesabaran agar terjalin komunikasi yang baik
14. Memperlakukan orang lain secara manusiawi

• Ketika berkomunikasi secara tatap muka maupun


bermedia, kita harus tetap memperlakukan orang
lain sebagai manusia sebagaimana kita ingin
diperlakukan oleh orang lain. Dengan
memanusiakan manusia, sejatinya kita juga
memanusiakan diri sendiri. Bersikap baik
terhadap orang lain sejatinya kita bersikap baik
terhadap diri sendiri. Dengan begitu, orang lain
juga akan memperlakukan kita dengan cara yang
sama
15. Berbagi informasi yang bermanfaat

• Komunikasi adalah pertukaran pesan. Untuk


itu, pesan yang kita kirimkan kepada orang
lain hendaknya mengandung informasi yang
bermanfaat bagi orang lain dan memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
orang lain.
Manfaat Mempelajari Etika dalam Penggunaan Media
Komunikasi

• Kita dapat mengetahui dan memahami makna


etika
• Kita dapat mengetahui dan memahami
tentang media komunikasi
• Kita dapat mengetahui dan memahami etika
dalam penggunaan media komunikasi
VI. Kebebasan Pers dan Etika Media
• Pers merupakan institusi sosial yang memiliki
fungsi signifikan yang sering didefinisikan
sebagai lembaga kontrol sosial. Fungsi pers
dapat diwujudkan secara maksimal apabila
kebebasan pers dijamin. Pers yang terjamin
kebebasannya sebagai prasyarat untuk dapat
berfungsi maksimal, bertanggung jawab atas
semua informasi yang dipublikasikan tidak
kepada negara
Kiousis (dalam
Wahab dan Rahim, 2013)
• menyatakan bahwa dalam jaman modern, kebebasan
pers dan kredibilitas media terkait erat dengan
kepercayaan masyarakat kepada media. Kepercayaan
masyarakat ditentukan oleh kandungan isi penerbitan.
Kegagalan media dalam mempertahankan kredibilitas
akan mempengaruhi kemampuan media dalam
menjalankan fungsi normatifnya.
• Merril, menyebut Tugas utama wartawan adalah
memberikan informasi kepada publik. Tujuan lain diluar
itu, misalkan uang, jabatan, asosiasi, berpotensi
menimbulkan konflik
Naomi, 1996: xii
• Persepsi terhadap kebebasan pers ternyata
tidak tunggal. Ada yang menilai positif ada
pula yang menyebut negatif. Positif, karena
dengan adanya kebebasan pers berarti
kemandirian pers terjamin. Kondisi itu
berkorelasi pada upaya mewujudkan fungsi
ideal pers sebagai “anjing penjaga” dan
karenanya pers sebagai pilar keempat
demokrasi benar-benar terwujud
(Luwarso dalam Astraatmadja, 2000:90)

• Negatifnya, seiring tercipta kebebasan pers,


banyak media tumbuh. Perkembangan
tersebut dibarengi kecenderungan banyak
media mengabaikan sikap profesional.
Misalnya, menulis liputan yang bersifat
spekulatif dan tidak mengindahkan kode etik
• Dalam pendahuluan UU No. 40 tahun 1999
tentang pers disebutkan bahwa kemerdekaan
pers adalah salah satu wujud kedaulatan
rakyat yang berdasarkan asas-asas demokrasi,
keadilan dan supremasi hukum. Oleh karena
itu, tidak boleh ada pengekangan apapun
terhadap kebebasan pers. pemerintah juga
tidak memiliki hak untuk campur tangan
dengan media massa apapun alasannya
• Sebagai pedoman pelaksanaan kebebasan
pers, dalam penjelasan UU No. 40 Tahun 1999
pasal 4 ayat 1 ditegaskan “kemerdekaan pers
adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran
pentingnya penegakan supremasi hukum yang
dilakukan oleh pengadilan, tanggung jawab
profesi yang dijabarkan dalam kode etik
jurnalistik serta dengan hati nurani insan pers
VII. Media dan Kepentingan Publik
• Gagasan mengenai kepentingan publik
memiliki akar sejarah dalam mengidentifikasi
masalah-masalah ini yang memerlukan
beberapa kontrol publik secara kolektif dan
arah bagi kebaikan masyarakat dan negara,
misalnya pembangunan dan pemeliharaan
jalan dan saluran air, peraturan mengenai
berat, ukuran dan mata uang, penyediaan
kebijakan dan keamanan
• Masalah yang dihadapi adalah bahwa kontrol
publik, bahkan dalam hal kepentingan publik dari
semua media tidak konsisten dengan kebebasan
berekpresi, sebagaimana yang biasanya dipahami.
Hal ini menujuk pada masalah kunci dalam
menentukan apa itu kepentingan publik dan siapa
yang harus menetukannya. Media seharusnya
dibebaskan melakukan apa yang mereka mau
didalam koridor hukum. Ketika media bekerja
dengan dasar komersial, sebagaimana yang telah
mereka lakukan, pandangan media akan apa itu
kepentingan publik cenderung sama apa dengan
apa disukai publik.
• Media massa diasumsikan tidak hanya memiliki efek
tertentu terhadap masyarakat tetapi juga mengabdi
kepada tujuan sosial-kemasyarakat atau kepentingan
publik (public interest).
• Isi media harus menjaga ketertiban masyarakat dan
keamanan negara. Disaat media diluar-kewajaran dituntut
mengerjakan sesuatu yang lazim yang dilakukan oleh
aparat polisi atau pihak otoritas dalam hal ini pemerintah,
yaitu mengawasi secara kritis, ada pandangan yang luas di
negara-negara demokrasi yang mengakui adanya
pembatasan kebebasan media yang diakui secara syah.
• Teori normatif dapat dipetakan dalam hal isu yang muncul
mengenai struktur media, perilaku atau kerja media.
Kriteria utama kepentingan publik bagi media:

Struktur
 Kebebasan publikasi
Kebebasan secara pokok terdiri atas tiadanya sensor atau pengesahan secara berlebihan
atau hukuman sesudah peristiwa publikasi yang tidak melanggar hukum. Masyarakat juga
harus bebas dalam menerima media pilihan mereka sendiri.
 Pluralistik kepemilikian
Disini, norma yang ada melarang konsentrasi kepemilikan dan monopoli kontrol, baik oleh
pemerintah maupun industri media swasta.
 Jangakauan yang luas (hampir universal)
Dalam model kegunaan publik, jaringan komunikasi masyarakat harus menjangkau semua
warga dengan ongkos yang sama dengan konsumen, kewajiban untuk menyediakan
jangakuan penyiaran jatuh ke tangan negara.
 Keberagaman saluran dan bentuk
Struktur media juga memiliki banyak jenis media yang berbeda dan saluran-saluran yang
terpisah untuk memaksimalkan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi
publik yang luas.
• Konten
 Keberagaman konten informasi, opini dan budaya
• Diharapkan bahwa sistem media secara keseluruhan harus
memperlihatkan serangakaian keluaran yang mencerminkan
keragaman masyarakat. Terutama dalam dimensi wilayah,
politik, etnik, kebudayaan dan seterusnya.
 Mendukung tatanan publik dan hukum
• Media pada umumnya tidak diminta untuk melakukan
pekerjaan polisi atau pihak berwenang lainnya yang
seharusnya dilakukan media kritis terhadapnya, terdapat
pandangan yang diyakini secara luas dalam negara-negara
demokrasi bahwa terdapat yang sah bagi kebebasan media
dan beberapa hal dimana mereka memiliki tugas untuk
membantu kekuasaan.
 Informasi dan budaya yang berkualitas tinggi
• Media diharapkan untuk menghormati , jika tidak
mendukung nilai dan standar moral yang dominan
dari masyarakat mereka sendiri dan memberikan
ekspresi walaupun secara kuat atas nilai-nilai budaya
tradisional dan seni serta bahasa nasional dan lokal.
 Mendukung sistem politik demokratis (ranah publik)
• Kontribusi ini dibuat melalui penyiaran yang utuh,
adil, dan dapat di andalkan mengenai masalah publik,
membantu mengungkapkan sudut pandang yang
beragam, memberikan akses bagi banyak suara
masyarakat, memfasilitasi partisipasi warga negara
dalam kehidupan sosial dan politik dan seterusnya.
 Menghormati kewajiban internasional dan hak
asasi manusia
• Meskipun media umumnya adalah lembaga
nasional, mereka dapat memiliki jangkauan
liputan secara internasional dan memiliki efek
terhadap komunitas internasional yang lebih
luas.
 Menghindari hal-hal yang berbahaya bagi
masyarakat dan individu.
• Media dan masyarakat merupakan dua hal yang tak
terpisahkan, ibarat ikan dan air. Karena itu
memisahkan media dari masyarakat, sama halnya
memisahkan ikan dari air. Hal ini tidaklah berarti
masyarakat dapat mengontrol media secara otoriter,
tetapi di maksudkan untuk menggambarkan
keberadaan media tidak bisa dipisahkan dari
masyarakat. Demikian pula, dalam batas-batas
tertentu dapat dipahami bahwa media dan
keberadaannya merepresentasikan suatu masyarakat.
Sebagaimana dikatakan oleh Jeffres (1968:14).”The
mass media can reflect society in multitude of ways”.
Ingin dikatakan disini, media dan masyarakat memiliki
hubungan yang sangat erat.
VIII. Etika dalam Menggunakan Media
Sosial
• Media Sosial. Saat ini penggunaan media sosial
nampaknya telah menjadi bagian dari sebagian besar
masyarakat Indonesia. Selain itu media sosial saat ini juga
telah di jadikan sebagai tempat untuk saling mendapatkan
dan menyebarkan informasi.

• Namun, sayangnya akibat dari penyalahgunaan sosial


media dalam menyebarkan informasi juga berdampak
pada banyaknya para pengguna yang masuk ke ranah
hukum akibat dari penyebaran informasi pada sosial
media yang tidak menggunakan etika.
• Dalam upaya mengurangi permasalahan
tersebut maka di perlukanlah suatu etika
dalam menggunakan media sosial agar
tidak saling menghina ataupun menuduh
orang lain tanpa alasan yang jelas.
Karena pada dasarnya hal seperti itulah
yang nantinya akan terjerat hukum
karena kurang hati-hati dalam
menyebarkan informasi pada internet.
Etika dalam Bermedia sosial

1. Menggunakan kata-kata bijak


Pada saat melakukan komunikasi dengan
memanfaatkan media sosial, biasanya banyak
yang cenderung melupakan etika dalam
berkomunikasi. Hal ini di buktikan dengan
banyaknya kata-kata kasar yang kerap kali
muncul pada saat melakukan percakapan
melalui jejaring sosial, baik yang sengaja dan
tidak sengaja.
2. Hindari Penyebaran SARA, Pornografi dan Aksi Kekerasan

• Hindari dalam menyebarkan informasi yang mengandung unsur


SARA (Suku, Agama dan Ras) serta pornografi pada jejaring sosial.
Biasakan untuk menyebarkan hal-hal yang berguna dan tidak
menimbulkan konflik antar sesama. Hindari juga mengupload foto
kekerasan seperti foto korban kekerasan, foto kecelakaan lalu lintas
maupun foto kekerasan dalam bentuk lainnya.

• Jangan menambah kesedihan para keluarga korban dengan


menyebarluaskan foto kekerasan karena mungkin saja salah satu
dari keluarganya berada di dalam foto yang Anda share. Jangan
mengajarkan generasi muda mengenai hal kekerasan melalui foto
kekerasan yang di upload secara terang-terangan pada media sosial.
3. Kroscek Kebenaran Berita

• Saat ini tentu tidak jarang kalau kita menemukan berita


yang menjelekan salah satu pihak di media sosial. Hal
inilah yang terkadang bertujuan demi menjatuhkan
nama pesaing dengan menyebarkan berita yang hasil
rekayasa. Maka dari itu, pengguna media sosial dituntut
agar lebih cerdas lagi saat menangkap sebuah
informasi, apabila Anda ingin menyebarkan informasi
tersebut, alangkah bijaknya jika Anda melakukan
kroscek terlebih dahulu atas kebenaran informasi
tersebut.
4. Menghargai Hasil Karya Orang Lain

• Pada saat menyebarka informasi baik dalam


bentuk foto, tulisan maupun video milik orang
lain maka biasakan untuk mencantumkan
sumber informasi sebagai salah satu bentuk
penghargaan atas hasil karya seseorang.
Jangan membiasakan diri untuk serta merta
mengcopy-paste tanpa mencantumkan
sumber informasi tersebut.
5. Jangan Terlalu Mengumbar Informasi Pribadi

• Ada baiknya Anda harus bersikap bijak dalam


menyebarkan informasi mengenai kehidupan pribadi
(privasi) Anda saat sedang menggunakan media
sosial. Janganlah terlalu mengumbar informasi
pribadi Anda terlebih lagi informasi mengenai nomor
telepon atau alamat rumah Anda. Hal tersebut bisa
saja membuat kontak lain dalam daftar Anda juga
akan menjadi informasi bagi mereka yang ingin
melakukan tindak kejahatan kepada diri Anda.
IX. Etika Media Massa di Era Global
• Media Massa (mass-media) adalah channel, medium, saluran,
sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi
massa.
Dalam sudut pandang ini media massa dapat meliputi:
(1) Media cetak (printed media) surat kabar, majalah, buku, pamphlet,
billboards dan alat teknik lainnya yang membawa pesan kepada
massa dengan cara menyentuh indera penglihatan;
(2) Media elektronik (electronic media) seperti program radio dan
rekaman yang menyentuh indra pendengaran dan program televisi,
gambar bergerak dan rekaman video yang menyentuh kedua indra
pendengaran dan penglihatan
(3) Media online (online media, cybermedia), yaitu media massa yang
dapat ditemukan di internet (situs web).
Tamburaka
• Secara spesifik institusi media massa adalah:
1) sebagai saluran produksi dan distribusi konten
simbolis,
2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai aturan
yang ada,
3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima
sukarela,
4) menggunakan standar professional dan birokrasi,
5) media sebagai perpaduan antara kebebasan dan
kekuasaan
Menurut McQuail ada enam perspektif dalam
hal melihat peran media
1. Melihat media massa sebagai window on event
and experience. Media dipandang sebagai
jendela yang memungkinkan khalayak melihat
apa yang sedang terjadi di luar sana atau media
merupakan sarana belajar untuk mengetahui
berbagai peristiwa.
2. Media juga sering dianggap sebagai a mirror of
event in society and the world, implying a faithful
reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di
masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa
adanya. Karenanya para pengelola media sering
merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh
dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai
keburukan lain, karena memang menurut mereka
faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi
fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal
sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi
yang dianggap sebagai cermin.
3. Memandang media massa sebagai filter atau
gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi
perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu,
informasi atau bentuk yang lain berdasar standar para
pengelolanya. Khalayak “dipilihkan” oleh media
tentang apa-apa yang layak diketahui dan perlu
perhatikan.
4.Media massa dipandang juga sebagai guide, penunjuk
jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan
menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau
alternatif yang beragam.
• 5. Melihat media massa sebagai forum untuk
mempresentasikan berbagai informasi dan ide-
ide kepada khalayak, sehingga memungkinkan
terjadinya tanggapan dan umpan balik.
• 6. Media massa sebagai interlocutor, yang
tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya
informasi, tetapi juga partner komunikasi
yang memungkinkan terjadinya komunikasi
interaktif.
Di era globalisasi, media mempunyai tanggung
jawab pada khalayak dalam bentuk etika
1. Media harus menyajikan pemberitaan yang
benar, komprehensif dan cerdas. Media dituntut
untuk selalu akurat dan tidak berbohong. Fakta
harus disajikan sebagai fakta, dan pendapat
harus dikemukakan sebagai pendapat. Kriteria
kebenaran juga dibedakan menurut ukuran
masyarakat: masyarakat sederhana dan
masyarakat modern.
2. Media harus berperan sebagai forum pertukaran
pendapat, komentar dan kritik. Karenanya, media
tak hanya berfungsi sebagai sumber informasi
melainkan juga forum penyelesaian masalah.
3. Media harus menyajikan gambaran khas dari
setiap kelompok masyarakat. Syarat ini menuntut
media untuk memahami karakteristik dan juga
kondisi semua kelompok di masyarakat tanpa
terjebak pada stereotipe. Tujuannya adalah untuk
menghindari terjadinya konflik sosial di
masyarakat terkait dengan isi berita yang disajikan.
4. Media harus selalu menyajikan dan
menjelaskan tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
Ini tidak berarti media harus mendramatisir
pemberitaannya, melainkan berusaha mengaitkan
suatu peristiwa dengan hakikat makna
keberadaan masyarakat dalam hal-hal yang harus
diraih. Hal ini karena media merupakan
instrumen pendidik masyarakat sehingga media
harus memikul tanggung jawab pendidik dalam
memaparkan segala sesuatu dengan
mengaitkannya ke tujuan dasar masyarakat.
5. Media harus membuka akses ke berbagai
sumber informasi. Masyarakat industri modern
membutuhkan jauh lebih banyak ketimbang di
masa sebelumnya. Alasan yang dikemukakan
adalah dengan tersebarnya informasi akan
memudahkan pemerintah menjalankan
tugasnnya. Dengan informasi, sebenarnya media
membantu pemerintah menyelesaikan berbagai
persoalan yang terjadi dalam masyarakat
X. Etika Jurnalisme Kontemporer
• Globalisasi dan perkembangan teknologi memberi
dampak terhadap berbagai sisi kehidupan, tak
terkecuali ranah komunikasi dan jurnalisme. Di ranah
komunikasi, teknologi internet telah menggeser
paradigma linear (satu arah) dalam bermedia.
Internet telah membuat batasan antara sender dan
receiver menjadi kabur. Internet mendapat julukan
sebagai media baru (new media) melengkapi tiga
media tradisional atau media konvensional lainnya
(radio, televisi, dan media cetak).
• Sebagai media baru, internet lebih interaktif
dan memberikan otonomi kepada user
untuk menjadi peserta aktif, bahkan pada
kondisi tertentu, bisa ‘sejajar’ dengan jurnalis
(Denis McQuail, 2000 dalam Wijayana, 2009).
Internet memungkinkan siapa saja bisa
mempublikasikan informasi dengan cepat dan
instan dengan biaya kecil (zero cost). Internet
bersifat dinamis, interaktif, dan
memungkinkan pertukaran pikiran dan
gagasan
• Di ranah jurnalisme, internet melahirkan
jurnalisme online dan menawarkan saluran
informasi baru berupa media online. Foust
(2005) mencatat beberapa kekuatan atau potensi
jurnalisme online sebagai sumber informasi
utama bagi masyarakat, antara lain:
pertama, audience bisa lebih leluasa dalam
memilih berita yang ingin didapatkannya
(audience control).
Kedua, setiap berita yang disampaikan dapat
berdiri sendiri (nonlienarity).
• Ketiga, berita tersimpan dan bisa diakses kembali
dengan mudah oleh masyarakat (storage and
retrieval).
• Keempat, jumlah berita yang disampaikan menjadi
jauh lebih lengkap (unlimited space).
• Kelima, informasi dapat disampaikan secara cepat
dan langsung kepada masyarakat (immediacy).
• Keenam, redaksi bisa menyertakan teks, suara,
gambar animasi, foto, video dan komponen
lainnya di dalam berita yang akan diterima oleh
masyarakat (multimedia capability).
• Ketujuh, memungkinkan adanya interaksi
(interactivity).
• Kehadiran jurnalisme online telah merevolusi
pemberitaan dimana kecepatan menjadi
faktor utama. Kini, berita bukan lagi
peristiwa yang ‘telah berlangsung’, tetapi
peristiwa yang ‘sedang berlangsung’ yang
disiarkan media. Jurnalisme online yang
disiarkan melalui internet menyajikan berita
yang memungkinkan pengguna untuk meng-
update berita dan informasi secara cepat dan
saling berhubungan. Karena itu, orang melihat
internet sebagai media yang ‘cepat’ dari pada
yang ‘lebih detil’ menyajikan informasi.
• Internet juga mengubah ruang dan konstelasi
media dan jurnalisme dengan
mempromosikan jurnalisme yang diinisiasi
oleh warga, yang dikenal sebagai jurnalisme
warga (citizen journalism). Melalui internet,
kemampuan warga (non jurnalis) untuk
‘mempublikasikan’ kata-kata mereka telah
menyeimbangkan kekuatan antara mereka
yang mengontrol media dan mereka yang
memiliki sesuatu yang mereka percaya
penting untuk dikatakan
• Jurnalisme tradisional lebih tinggi
kredibilitasnya jika dibandingkan dengan
jurnalisme online. Hal ini terjadi karena bagi
kalangan jurnalisme tradisional, kredibilitas
pemberitaan merupakan kredibilitas media.
Apabila masyarakat sudah tidak percaya
mengenai suatu media, maka masyarakat
tidak akan mengkonsumsi media itu.
Akibatnya, media ditinggalkan khalayaknya
dan terancam kekurangan pembaca
• Kredibilitas dan obyektivitas jurnalisme
tradisional didukung dan dijamin oleh
penyaring informasi (gate keeper). Data
diolah dan dilter, sampai akhirnya keluar
menjadi ‘berita’. Editor melakukan kontrol
terhadap isi berita dan melakukan
pemeriksaan terhadap fakta.
• Jurnalisme online memiliki kecenderungan
lain. Karena faktor mengejar kecepatan dan
aktualitas, pemberitaan pada jurnalisme
online sering kali berdasarkan isu yang sering
tidak jelas sumbernya, tidak berdasarkan
fakta. Tak jarang informasi tersebut
merugikan beberapa pihak karena tidak
jelas kebenarannya dan kurang cover both
sides
• Jurnalisme online yang berbasis pada
jurnalisme konvensional, memiliki media
cetak ataupun memiliki ilmu jurnalistik,
masalah kredibilitas ini relatif tidak menjadi
masalah karena sumber berita pasti dapat
dipertanggungjawabkan.
• Masalah ada pada jurnalisme warga yang
dikelola oleh mereka yang tidak memiliki ilmu
jurnalistik dan tidak memiliki standar yang
jelas. Kredibilitas belum menjadi kunci utama
dan sedikit terabaikan bagi berlangsungnya
jurnalisme warga
Lasica mengatakan bahwa persoalan etika jurnalisme online ada tiga kelompok

• . Pertama, pengumpulan berita: jurnalis


menghadapi kondisi yang membutuhkan
pertimbangan etis terkait dengan media
online, mulai dari reporter yang
menyembunyikan identitasnya di chat room
untuk merekam dan mengutip posting dari
bulletin board dan menyebarluaskannya tanpa
ijin
• Kedua, pelaporan berita: Internet meningkatkan
intensitas kompetisi untuk menjadi yang
pertama, sementara peristiwa masih
berkembang dan fakta kunci belum diketahui.

• Ketiga, penyajian berita: pemisahan antara


kepentingan redaksi dan bisnis media sering
kabur karena tujuan utamanya adalah untuk
bertahan hidup atau lebih dominan kepentingan
bisnisnya. Redaksi online menghadapi persoalan
iklan dan bisnis yang bisa berakibat pada
kredibilitas dan independensi redaksi.
• Pengikisan idealisme dan kredibilitas dalam
jurnalisme online terjadi karena beberapa hal.
• Pertama, persaingan yang ketat antarmedia
dan tuntutan kecepatan menghadirkan berita.
Jargon jurnalisme untuk menyajikan berita
secara cepat, akurat dan lengkap, sehingga
menjadi bernilai penting. Upaya menyajikan
berita secara cepat, akurat dan lengkap
membuat antar-media massa dan jurnalisnya
saling bersaing. Kecepatan dan anonimitas yang
dimiliki internet bisa menyebabkan jurnalis
kehilangan etika jurnalistik.
• Kedua, tidak adanya hukum yang jelas dalam
jurnalisme online. Bahkan, di dalam UU Pers,
peraturan bagi jurnalisme online pun belum
ada. Hal ini mengakibatkan pada kebebasan
yang kebablasan dalam jurnalisme online.
• Ketiga, penguasaan ilmu jurnalistik yang
minim mengakibatkan ketidaktahuan mengenai
etika-etika dalam jurnalisme. Contohnya di
dalam jurnalisme online, informasi dari satu
orang pun bisa menjadi berita
• Keempat, persoalan hak cipta. Kemudahan
mencari, mengakses, dan mendistribusikan
informasi di internet mendorong mereka
menyebarkan informasi tanpa menyebutkan
sumber berita awal atau memberikan tautan (link).
• Kelima, berkembangnya internet turut
menghadirkan audience yang ‘tidak sabar’, yang
senantiasa haus terhadap berita teraktual. Mereka
ingin mendapatkan informasi secara cepat, real
time. Bagi mereka, berita adalah segala sesuatu
yang ada di real time, terjadi saat ini. Akibatnya,
jurnalis sering kali tidak menghadirkan berita yang
lengkap.
XI Etika Media di Tahun Politik
• Sejak 2012, aura politik di media sudah terasa
terutama di Jakarta. Dimulai dari pemilihan
Kepala Daerah (pilkada) DKI pada Juli­
September 2012, disusul pilkada Jawa Barat
dan Jawa Tengah, dan pertengahan 2013
pilkada Jawa Timur. Suasana politis makin
mengental, seiring munculnya problem etika
jurnalistik dalam pemberitaan media.
• problem etik lain adalah semakin
berkelindannya politik dan media karena
keterlibatan pemilik media dalam ranah
politik. pada Mei 2013, aJI Indonesia
mengeluarkan pernyataan menyoal rencana
penyalahgunaan media jurnalisme dan
frekuensi publik untuk kepentingan politik
tertentu, menyusul beredarnya rekaman
pembicaraan dimaksud pada media sosial
(Youtube).
• Padahal, Kode Etik Jurnalistik (KEJ)
dan Undang Undang penyiaran
nomor 32 tahun 2002 pasal 36 (4)
menyatakan isi siaran wajib dijaga
netralitasnya dan tidak boleh
mengutamakan kepentingan
golongan tertentu, termasuk pemilik
perusahaan media.
• Dewan Pers mengingatkan bahwa tahun politik pada tahun
politik menjadi tantangan bagi pers di Indonesia untuk
mempraktikkan jurnalisme yang profesional dan
independen.
• “Saat Pilkada 2018, pers Indonesia akan diuji apakah bisa
menjalan fungsinya secara benar atau berselingkuh dengan
kepentingan politik,
• Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo.
menambahkan, selama 2,5 tahun (207-2019) terakhir,
jurnalisme di Indonesia juga terganggu oleh membanjirnya
berita-berita hoaks atau kabar bohong. Bahkan, fakta
kebenaran yang diungkap oleh media arus utama kerap
tertutup oleh berbagai berita hoaks.
• “Berita hoaks ini bukan semata
memuat kobohongan, tapi juga
menebar kebencian, prasangka SARA,
fitnah, dan juga ketidakpercayaan
kepada badan-badan publik. Pada saat
menjelang Pilkada serentak 2017-
2019, dan 2024 fenomena ini kian
menguat,” ujar dia.
• Direktur Eksekutif Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) Pers, Ade Wahyudin meminta kepada
pemerintah untuk memastikan perlindungan
kebebasan pers di tahun politik Pemilu 2019. “
• Presiden Joko Widodo memerintahkan jajarannya
untuk memastikan perlindungan kebebasan pers
dan kebebasan berekspresi di tahun politik
sebagai bagian untuk merawat demokrasi dan
hak asasi manusia," ujarnya saat di Kantor LBH
Pers, Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019).
• Mengingat kebebasan pers adalah syarat mutlak untuk
negara demokrasi. Menurut Ade, LBH Pers juga
mendesak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) beserta
jajarannya untuk mematuhi Nota Kesepahaman Kapolri
dengan Dewan Pers, dalam menyelesaikan kasus-kasus
yang berkaitan dengan media massa.
• LBH Pers juga mengimbau kepada masyarakat untuk
mempergunakan UU Pers jika merasa dirugikan oleh
pemberitaan di media.
• Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pustaka dan Informasi, Prof
Dadang Kahmad menegaskan arti penting etika komunikasi
saat seorang Muslim menggunakan media sosial.
Menurutnya, teknologi seharusnya mempererat rasa
kemanusiaan dan empati, bukan justru malah menafikannya.
• Dia lantas mengimbau seluruh elemen bangsa, khususnya
warga Muhammadiyah, agar semakin cerdas, dewasa, bijak,
dan beretika mulia dalam bermedia sosial.“Walaupun pilihan
politik berbeda, tidak menebar pertentangan dan
permusuhan satu sama lain
• Secara khusus, pp Muhmamadiyah meminta kader
Muhammadiyah agar memahami prinsip, kepribadian,
dan khittah organisasi tersebut. Tujuannya, agar
segenap warga Muhammadiyah tidak hanyut terbawa
arus politik praktis, apalagi yang tega menyebarkan
benih konflik dan kebencian terhadap pribadi.

“Anggota dan kader Muhammadiyah harus


menunjukkan rasa memiliki Muhammadiyah. Jangan
karena politik malah menegatifkan Muhammadiyah,”
ujarnya.
• Indonesia merupakan negara dengan multi etnis yang
memiliki aneka ragam suku, budaya, bahasa, dan agama
bersatu di bawah semboyan Bhineka Tunggal Ika. Namun,
adakalanya tidak demikian halnya dalam kenyataan.
Keanekaragaman dan perbedaan itu merupakan potensi
terpendam pemicu konflik. Salah satu hal yang menjadi
pemikiran kita bersama bahwa konflik yang saat ini terjadi
di tahun politik (2014,2019) adalah konflik yang disebabkan
informasi, khusus menjelang momen ppilpres. Informasi ini
menjadi hal yang sangat berpengaruh karena diviralkan
melalui media baik media mainstream, maupun media
sosial.
• Peristiwa konflik yang terjadi akan selalu ada
media yang meliput, karena isu ini memang
“seksi” bagi insan media. Peristiwa yang
mengandung konflik adalah salah satu
peristiwa yang dianggap layak untuk dijadikan
sebuah berita. Konflik dianggap memiliki nilai
berita yang termasuk tinggi karena biasanya
menimbulkan kerugian atau korban.
• Di era reformasi saat ini, media menyajikan produk-produk
jurnalistiknya dengan cara yang lebih lugas dan terang-
terangan. Media semakin berani menulis dan membangun
sebuah realitas sosial di luar sumber-sumber formal
kekuasaan. Kondisi ini juga mengakibatkan media mampu
mempengaruhi opini publik dengan framing terhadap sebuah
pemberitaan. Analisis framing merupakan suatu pendekatan
untuk mengetahui bagaimana perspektif yang digunakan
wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Perspektif
itu akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian
mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa
kemana berita itu.
• Di era kebebasan ini, tidak ada lagi syarat ketat dalam
mengelola dan menerbitkan media massa seperti yang
terjadi di masa orde baru sehingga siapa yang memiliki
modal dan kemampuan berhak mengelola penerbitan
media massa. Pemberitaan oleh media menjadi
subjektif, karena “isi” media dapat dikonstruksi oleh
pemilik dengan beberapa penonjolan dalam sudut
pandang tertentu. Media dapat menjadi komunikator
yang “memainkan” isi berita sehingga isi berita dapat
dikontrol oleh media massa. Hal ini memang menjadikan
isi berita seperti dua mata pisau.

Anda mungkin juga menyukai