Sebelum kita membicarakan masalah etika, sudah terbayang dalam ingatakan kita
betapa sulit mendefinisikan etika secara tepat. Masalah etika sedemikian kompleks dan
banyak yang terkait dengannya. Itulah sebabnya sulit dicari definisi yang paling sesuai.
Apalagi jika etika itu harus deibedakan dengan moral. Bayangan kesulitan akan muncul
seketika pula.
Manusia hidup dengan orang lain tepatnya bermasyarakat. Dalam masyarakat ada
aturan-aturan tertentu baik tertulis atau tidak tertulis yang diyakini sebagai tolak ukur dalam
sikap den perilaku anggota kelompoknya, meskipun diakui juga bahwa aturan antar
komnunitas masyarakat berbeda satu sama lain. Intinya adalah bahwa aturan (salah satunya
etika) itu penting juga kita merupakan manusia nornaml dan menjadi konsekuensi tata
pergaulan social. Karena manusia normal jelas membutuhkan bergaul dengan masyarakat.
Dalam proses bergaaul, jelas dibutuhkan peraturan agar terjadi harmoni kehudpan. Sebav,
jarang manusia yang tidak membutuhkan harmoni dan keteraturan.
Sementara itu, istilah etika berasal dari kata Latin Ethic, sedangkan dalam bahasa
Gerik Ethikos (a body of moral principles or values). Dengan demikian, ethic berarti
kebiasaan, habit, custom. Yang dimaksud dengan baik atau buruk dalam hal ini yang sesuai
dengan kebiasaan masyarakat atau tidak, meskipun kebiasaan masyarakat itu akaan berubah
sejalan dengan perkembaangan masyarkat. Etika dengan sendirinya bisa diartikan sebagai
ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat
dinilai baik dan mana yang juahat. Etika sendiri sering dgigunakan dengan kata moral, susila,
budi pekerti, daan akhlak (Burhanuddin Salam, 2000).
Menurut K. Bertens (1994), etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau
tentang manusia sejauh yang berkaitan dengan moraalitas. Prof I.R. Poedjowijatna (1986)
mengatakan bahwa sasaran etika khusus kepada tindakan-tindakan itu merupakan kesatuan
dan keseluruhan. Etika social jauh lebih luas disbanding etika individual karena hampir
semua kewajiban manusia bergandengan dengan kenyataan bahwa ia merupakan makhluk
social. Dengan bertolak dari martabat manusiaa sebagai pribadi yang social, etika social
membahas norma-norma moral yang seharusnya menentukan sikap dan tindakan antar
manusia.
Untuk memperjelas, Bertens kemudian mencoba menjelaskan kaitan antara etika,
moral, dan etiket. Baginya secara etimologi etika dan moral itu sama artinya, meskipun asal
katanya berbeda, tetapi bisa berarti bahwa etika merupakan moral itu sendiri, sedangkan
etiket berarti berarti sopan santun. Lalu jika demikian adakah perbedaan antara etika dan
etiket? Ada beberapa perbedaan yang bisa dilihat sebagai berikut.
d. Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya memandang mansuia dari segi lahiriah,
sedangkan etika menyangkut mansusia dari dalam.
Dengan berbagai pendapat diatas, bisa dikatakan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat,
sedaangkan moral merupakan bagian dari etika. Intinya adalah “aturan bersama” yang hidup
dimasyarakat yang sama-sama diyakini untuk mengatur tata pergaulan masyarakat agar
tercapai kehidupan secara lebih baik.
1. Saat ini, kita hidup dalam masyarakat yang terus berkembang. Sebagaimana kita ketahui
teknologi komunikasi khususnya berdampak pada pemupukan sifat individu manusia.
2. Etika diperlukan dikalangan agamawan yang disatu pihak menemukan dasar kemantapan
mereka dalam iman kepercayaan mereka.
3. Masyarakat modern yang cenderung hidup dalam individualisme disertai kompetisi hidup
yang semakin ketat ini menuntu masing-masing irang untuk bertahan.
Dari pemaparan diatas sudah jelas bahwa etika penting dalam kehidupan inmi, apalagi dalam
komunikasi massa. Bahkan etika menjadi ukuraan wajib dalam komunikasi massa. Mengapa?
Komunikasi massa dalam prosesnya melibatkan banyak individu, sementara masing-masing
individu mempunyhai sifat khusus berbeda yang menyebabkan berbeda pula dalam
kepentingannya. Kepentingan berbeda itu akan bertarung dalam proses komunikasi massa.
Etika mengarahkan bagaimana sebuah isi media massa ditulis atau disiarkan. Bagaimana
iklan yang sesuai etika dan lebih berguna bagi masyarakat. Bagaimana tayangan sinetron dan
film membantu kemajuan masyarakat dan bukan merendahkannya. Bagaimana pula buku itu
tidak sekedar menghibur, tetapi juga memberikan informasi dan pendidikan. Intinya,
bagaimana isi pesan media massa itu sesuai dengan harapan ideal semua pihak. Memang sulit
dan subjektif, tetapi bukan berarti tidak perlu diindahkan.
D. Etika Komunikasi Massa
Mengapa etika komunikasi massa penting? Alasannya, karena komunikasi massa itu
berkaitan erat dengan banyak pihak sehingga tidak terlepas dari etika. Hubunganna dengan
masalah etika komunikasi massa, ada beberapa poin penting yang berkaitan dengan etika
seperti yang pernah dikemukakan oleh Shoemaker dan Reese (1991), yakni (1) tanggung
jawab; (2) kebebasan pers; (3) masalah etis; (4) ketepatan dan objektivitas; (5) tindakan adil
untuk semua orang.
1. Tanggung Jawab
Jurnalis atau orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa barus mempunyai
tanggung jawab dalam pemberitaan atau apa yang disiarkan. Apa yang diberitakan oleh
media massa harus bisa dipertanggung jawabkan. Jadi, jurnalis tidak sekedar menyiarkan
informasi tanpa bertanggung jawab terhadap dampak yang ditimbulka. Tanggung jawab ini
bisa ditujukan pada Tuhan, masyarakat, profesi, atau dirinya masing-masing.
2. Kebebasan Pers
3. Masalah Etis
b. Objectivitas dalam pelaporaan beritanya merupakan tujuan lain untuk melayani public
sebagai bukti pengalaman professional di dunia kewartawanan.
c. Headline yang dimuncukkan harus benar-benar sesuai denga nisi yang diberitakan.
d. Penyiar radio atau reporter televisi harus bisa membedakan dan menekankan dalam
ucapannya mana laporan berita dan mana opini darinya.
f. Artikel khusus atau semua bentuk penyajian yang isinya berupa pembelaan atau
kesimpulan sendiri penulisnya harus menyebut nama dan identitas dirinya.
b. Media tidak boleh menjadi kaki tangan pihak tertentu yang akan mempengaruhi
proses pemberitaannya.
c. Media berita mempunyai kewajiban membuat koreksi lengkap dan tepat jika terjadi
ketidaksengajaan kesalahan yang dibuat.
d. Wartawan bertanggung jawab atas laporan beritanya kepada public dan public sendiri
harus berani menyampaikan keberatannya kepada media.
e. Media tidak perlu melakukan tudduhan yang bertubi-tubi pada seseorang atau suatu
kesalahan tanpa memberi kesempatan tertuduh untuk melakukan pembelaan dan
tanggapan.
Etika adalah pedoman baik tidaknya sebuah proses pelaaksanaan komunikasi massa.
Sebagai sebuah pedoman aturan, tidak tertutup peluang memunculkan pelanggaran-
pelanggaran. Dalam aktualisasinya, proses pelaksanaan etika masih banyak batu sandungan.
Ada beberapa catatan tentang pelaksanaan etika komunikasi massa sebagai berikut.
a. Pelaksanaan etika komunikasi massa masih membutuhkan perjuangan yang beraat
dan terus-menerus. Etika komunikasi massa sangat suklit untuk dilaksanakan semua
pihak. Dengan kata lain, semua media massa mau melaksanakan etika komunikasi
massa. Bukan berarti mereka tidak sadar, tetapi tuntutan, misi, visi, dan orientasi satu
sama lain yang berbeda memungkinkan mereka berbeda pula dalam melaksanakan
etika.
b. Pelaksanaan etika bisa terhambat karena masing-masing pihak (per, pemerintah, dan
masyarkat) membuat ukuraan sendiri. Bagi pers, apa yang diberitakan dianggap sudah
mewakili kepentingan masyarakat. Bagi pemerintah, model apa pun cenderung untuk
mempertahankan kekuasaan, atau palinmg tidak, bagaimana saang pemimpin itu bisa
berkuasa tanpa ada ganggaun.
c. Pelaksaan etika komunikasi massa masih sulit diwujudkan karena tanggung jawabnya
terletak pada diri sendiri dan sanksi masyarakat. Karena tanggung jawabnya ada pad
diri masing-masing, sangatlah subjektiv pelaksanaannya.