Anda di halaman 1dari 5

A.

Etika Komunikasi Massa

Sebelum kita membicarakan masalah etika, sudah terbayang dalam ingatakan kita
betapa sulit mendefinisikan etika secara tepat. Masalah etika sedemikian kompleks dan
banyak yang terkait dengannya. Itulah sebabnya sulit dicari definisi yang paling sesuai.
Apalagi jika etika itu harus deibedakan dengan moral. Bayangan kesulitan akan muncul
seketika pula.

Manusia hidup dengan orang lain tepatnya bermasyarakat. Dalam masyarakat ada
aturan-aturan tertentu baik tertulis atau tidak tertulis yang diyakini sebagai tolak ukur dalam
sikap den perilaku anggota kelompoknya, meskipun diakui juga bahwa aturan antar
komnunitas masyarakat berbeda satu sama lain. Intinya adalah bahwa aturan (salah satunya
etika) itu penting juga kita merupakan manusia nornaml dan menjadi konsekuensi tata
pergaulan social. Karena manusia normal jelas membutuhkan bergaul dengan masyarakat.
Dalam proses bergaaul, jelas dibutuhkan peraturan agar terjadi harmoni kehudpan. Sebav,
jarang manusia yang tidak membutuhkan harmoni dan keteraturan.

B. Etika, Etiket, dan Moral

Sebelum membahas etika komunikasi massa, perlu digarisbawahi tentang pengertian


eika. Di samping itu, juga perlu diketahui pengertaan moral. Kata moral berasal dari bahasa
Latin Mores. Mores berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan.
Dengan demikian, moral bisa diartikan sebagai ajaran kesusilaan. Moralitas berarti hal
mengenai kesusilaan. Moral juga berarti ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan kelakuan.
Dari asal katanya bisa ditarik kesimpulan bahwa moral mempunyai pengertian yang sama
dengan kesusilaan.

Sementara itu, istilah etika berasal dari kata Latin Ethic, sedangkan dalam bahasa
Gerik Ethikos (a body of moral principles or values). Dengan demikian, ethic berarti
kebiasaan, habit, custom. Yang dimaksud dengan baik atau buruk dalam hal ini yang sesuai
dengan kebiasaan masyarakat atau tidak, meskipun kebiasaan masyarakat itu akaan berubah
sejalan dengan perkembaangan masyarkat. Etika dengan sendirinya bisa diartikan sebagai
ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat
dinilai baik dan mana yang juahat. Etika sendiri sering dgigunakan dengan kata moral, susila,
budi pekerti, daan akhlak (Burhanuddin Salam, 2000).

Menurut K. Bertens (1994), etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau
tentang manusia sejauh yang berkaitan dengan moraalitas. Prof I.R. Poedjowijatna (1986)
mengatakan bahwa sasaran etika khusus kepada tindakan-tindakan itu merupakan kesatuan
dan keseluruhan. Etika social jauh lebih luas disbanding etika individual karena hampir
semua kewajiban manusia bergandengan dengan kenyataan bahwa ia merupakan makhluk
social. Dengan bertolak dari martabat manusiaa sebagai pribadi yang social, etika social
membahas norma-norma moral yang seharusnya menentukan sikap dan tindakan antar
manusia.
Untuk memperjelas, Bertens kemudian mencoba menjelaskan kaitan antara etika,
moral, dan etiket. Baginya secara etimologi etika dan moral itu sama artinya, meskipun asal
katanya berbeda, tetapi bisa berarti bahwa etika merupakan moral itu sendiri, sedangkan
etiket berarti berarti sopan santun. Lalu jika demikian adakah perbedaan antara etika dan
etiket? Ada beberapa perbedaan yang bisa dilihat sebagai berikut.

a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia.

b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan.

c. Etiket bersifat relative.

d. Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya memandang mansuia dari segi lahiriah,
sedangkan etika menyangkut mansusia dari dalam.

Dengan berbagai pendapat diatas, bisa dikatakan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat,
sedaangkan moral merupakan bagian dari etika. Intinya adalah “aturan bersama” yang hidup
dimasyarakat yang sama-sama diyakini untuk mengatur tata pergaulan masyarakat agar
tercapai kehidupan secara lebih baik.

C. Mengapa Mempelajari Etika?

Ada beberapa alasan mengapa kita perlu mempelajari etika.

1. Saat ini, kita hidup dalam masyarakat yang terus berkembang. Sebagaimana kita ketahui
teknologi komunikasi khususnya berdampak pada pemupukan sifat individu manusia.

2. Etika diperlukan dikalangan agamawan yang disatu pihak menemukan dasar kemantapan
mereka dalam iman kepercayaan mereka.

3. Masyarakat modern yang cenderung hidup dalam individualisme disertai kompetisi hidup
yang semakin ketat ini menuntu masing-masing irang untuk bertahan.

4. Media massa tumbuh begitu pesatnya.

5. Media massa itu mempresentasikan kepentingan banyak pihak.

Dari pemaparan diatas sudah jelas bahwa etika penting dalam kehidupan inmi, apalagi dalam
komunikasi massa. Bahkan etika menjadi ukuraan wajib dalam komunikasi massa. Mengapa?
Komunikasi massa dalam prosesnya melibatkan banyak individu, sementara masing-masing
individu mempunyhai sifat khusus berbeda yang menyebabkan berbeda pula dalam
kepentingannya. Kepentingan berbeda itu akan bertarung dalam proses komunikasi massa.
Etika mengarahkan bagaimana sebuah isi media massa ditulis atau disiarkan. Bagaimana
iklan yang sesuai etika dan lebih berguna bagi masyarakat. Bagaimana tayangan sinetron dan
film membantu kemajuan masyarakat dan bukan merendahkannya. Bagaimana pula buku itu
tidak sekedar menghibur, tetapi juga memberikan informasi dan pendidikan. Intinya,
bagaimana isi pesan media massa itu sesuai dengan harapan ideal semua pihak. Memang sulit
dan subjektif, tetapi bukan berarti tidak perlu diindahkan.
D. Etika Komunikasi Massa

Mengapa etika komunikasi massa penting? Alasannya, karena komunikasi massa itu
berkaitan erat dengan banyak pihak sehingga tidak terlepas dari etika. Hubunganna dengan
masalah etika komunikasi massa, ada beberapa poin penting yang berkaitan dengan etika
seperti yang pernah dikemukakan oleh Shoemaker dan Reese (1991), yakni (1) tanggung
jawab; (2) kebebasan pers; (3) masalah etis; (4) ketepatan dan objektivitas; (5) tindakan adil
untuk semua orang.

1. Tanggung Jawab

Jurnalis atau orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa barus mempunyai
tanggung jawab dalam pemberitaan atau apa yang disiarkan. Apa yang diberitakan oleh
media massa harus bisa dipertanggung jawabkan. Jadi, jurnalis tidak sekedar menyiarkan
informasi tanpa bertanggung jawab terhadap dampak yang ditimbulka. Tanggung jawab ini
bisa ditujukan pada Tuhan, masyarakat, profesi, atau dirinya masing-masing.

2. Kebebasan Pers

Kebebasan sangatlah penting. Sebab, hanya dengan kebebasanlah berbagai informasi


bisa tersampaikan ke masyarakat. Media massa yang tidak mempunyai kebebasan dalam
menyiarkan beritanya,ibarat sudah kehilangan sifat dasarnya. Tidak boleh ada pengekangan
apa pun terhadap kebebasan pers. Jadi, kebebasan pers adalah penting dalam kehidupan pers,
tetapi kebebasan pers akan lebih bermakna jika disertai tanggung jawab.

3. Masalah Etis

Jurnalis haruslah bebas dari kepentingan. Ia mengabdi kepada kepentingan umum.


Meskpun mengabdi pada kepentingan umum, itu berarti kepentingan juga. Pers tidak bisa
lepas dari kepentingan. Yang bisa dilakukan adalan menekannya, sebab, tidak ada ukuran
pasti seberapa jauh kepentingan itu tidak boleh terlibat dalam pers. Untuk memperjelas, ada
bebrapa ukuran normative berikut yang bisa dijadikan pegangan.

a. Hadiah, perlakuan istimewa, biaya perjalan dapat mempengaruhi kerja jurnalis.

b. Keterlibatan dalam politik, melayani organisasi masyarakat tertentu, menjadikan


profesi wartawan sebagai pekerjaan sambilan perlu dihindari.

c. Tidak menyiarkan sumber individu jika tidak mempunyai news value.

d. Wartawan akan mencari berita yang memang benar-benar melayani kepentingan


public.

e. Wartawan melaksanakan kode etik kewartawanan untuk melindungi rahasia sumber


berita.

f. Plagiatisme harus dihindari karena merupakan aib bagi dun ia kewartawanan.

4. Ketepatan dan Objektivitas


Ketepatan dan pbjectivitas disini wartawan berarti dalam menulis berita wartawan
harus akurat, cermat, dan diusahakan tidak ada kesalahan. Sementara itu, objectivitas adalah
pemberitaan yang didasarkan fakta-fakta dilapangan, bukan opini wartawannya. Namun itu
saja belum cukup, sebab bisa jadi seorang wartawan sudah menulis berdasarkan fakta, tetapi
nilai keadlian bagi yang diliput belum ada. Bisa jadi seoranf wartawan menulis berita sudah
sesuai faakta, tetapi fakta yang diliput justru menyulut api permusuhan kedua pihak dalam
sebuah berita. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikaan sebagai berikut.

a. Kebenaran adalah tujuan utama.

b. Objectivitas dalam pelaporaan beritanya merupakan tujuan lain untuk melayani public
sebagai bukti pengalaman professional di dunia kewartawanan.

c. Headline yang dimuncukkan harus benar-benar sesuai denga nisi yang diberitakan.

d. Penyiar radio atau reporter televisi harus bisa membedakan dan menekankan dalam
ucapannya mana laporan berita dan mana opini darinya.

e. Editorian yang partisansip dianggap melanggar profesionalisme atau semangat


kewartyawanan.

f. Artikel khusus atau semua bentuk penyajian yang isinya berupa pembelaan atau
kesimpulan sendiri penulisnya harus menyebut nama dan identitas dirinya.

5. Tindakan Adil untuk Semua Orang

a. Media berita harus melawan campur tangan individu dalam medianya.

b. Media tidak boleh menjadi kaki tangan pihak tertentu yang akan mempengaruhi
proses pemberitaannya.

c. Media berita mempunyai kewajiban membuat koreksi lengkap dan tepat jika terjadi
ketidaksengajaan kesalahan yang dibuat.

d. Wartawan bertanggung jawab atas laporan beritanya kepada public dan public sendiri
harus berani menyampaikan keberatannya kepada media.

e. Media tidak perlu melakukan tudduhan yang bertubi-tubi pada seseorang atau suatu
kesalahan tanpa memberi kesempatan tertuduh untuk melakukan pembelaan dan
tanggapan.

E. Realitas Pelaksanaan Etika Komunikasi Massa

Etika adalah pedoman baik tidaknya sebuah proses pelaaksanaan komunikasi massa.
Sebagai sebuah pedoman aturan, tidak tertutup peluang memunculkan pelanggaran-
pelanggaran. Dalam aktualisasinya, proses pelaksanaan etika masih banyak batu sandungan.
Ada beberapa catatan tentang pelaksanaan etika komunikasi massa sebagai berikut.
a. Pelaksanaan etika komunikasi massa masih membutuhkan perjuangan yang beraat
dan terus-menerus. Etika komunikasi massa sangat suklit untuk dilaksanakan semua
pihak. Dengan kata lain, semua media massa mau melaksanakan etika komunikasi
massa. Bukan berarti mereka tidak sadar, tetapi tuntutan, misi, visi, dan orientasi satu
sama lain yang berbeda memungkinkan mereka berbeda pula dalam melaksanakan
etika.

b. Pelaksanaan etika bisa terhambat karena masing-masing pihak (per, pemerintah, dan
masyarkat) membuat ukuraan sendiri. Bagi pers, apa yang diberitakan dianggap sudah
mewakili kepentingan masyarakat. Bagi pemerintah, model apa pun cenderung untuk
mempertahankan kekuasaan, atau palinmg tidak, bagaimana saang pemimpin itu bisa
berkuasa tanpa ada ganggaun.

c. Pelaksaan etika komunikasi massa masih sulit diwujudkan karena tanggung jawabnya
terletak pada diri sendiri dan sanksi masyarakat. Karena tanggung jawabnya ada pad
diri masing-masing, sangatlah subjektiv pelaksanaannya.

d. Semakin tinggi pendidikan masyarakat, semakin sadar mereka akan pentingnya


pelaksanaan etika komunikasi massa. Meskipun ini belum tentu jaminan.

Anda mungkin juga menyukai