Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap warga negara berhak untuk menjalankan hidup dan kehidupannya di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tanpa adanya tindakan-

tindakan yang dapat menganggu atau bahkan merampas hak-hak asasinya sebagai

seorang manusia pada umumnya. Tindakan-tindakan tersebut dapat berupa

intimidasi atau ancaman kekerasan, percobaan tindakan kejahatan, tindakan

kejahatan, atau bahkan hal-hal yang mengandung unsur pidana lainnya. Untuk

dapat mempertahankan hak asasi tersebut maka setiap orang bukan hanya berhak

untuk mendapatkan perlindungan dari negara, namun juga berhak untuk untuk

mengupayakan atau melindungi dirinya sendiri.

Secara konstitusional, melalui Pasal 28A, Pasal 28B ayat (2), pasal 28G ayat

(1) dan ayat (2), serta Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2) telah dijamin adanya hak

untuk mempertahankan kehidupan seseorang telah diatur dalam konstitusi

Indonesia, yakni dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (UUD 1945). Rumusan norma tersebut diuraikan secara jelas dalam BAB

XA yang mengakomodir persoalan tentang hak asasi manusia (HAM).

Diakomodirnya hak setiap orang dalam mempertahankan hidup dan

kehidupannya dalam kerangka HAM selain mencerminkan adanya tanggung

jawab negara dalam melindungi setiap warga negaranya, juga sekaligus

menunjukkan konstitusi Indonesia telah mengakomodir hal-hal pokok yang

seharusnya diatur dalam konstitusi. Hal ini didasarkan dari pendapat Sri

1
Soemantri yang menyatakan bahwa pada umumnya UUD atau konstitusi berisi

tiga hal pokok, yakni:1 Pertama, adanya jaminan hak asasi manusia dan warga

negara. Kedua, ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat

fundamental. Ketiga, adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan

yang juga bersifat fundamental.

Tidak dipisahkannya hak antara masing-masing orang dalam menjalani

hidup dan kehidupannya tersebut menunjukan bahwa konstitusi menganut prinsip

persamaan dihadapan hukum. Akan tetapi, pada praktiknya hak setiap orang untuk

mendapatkan kehidupan yang aman dan tentram tersebut tidak selamanya berjalan

sebagaimana mestinya. Tidak jarang seseorang justru mendapatkan ancaman

kekerasan atau bahkan mengalami tindakan kekerasan dari pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab. Adanya tindakan kekerasan ini dapat mengakibatkan

seseorang mengalami kesakitan atau bahkan kehilangan nyawanya.

Salah satu tindakan kekerasan yang sering muncul baik didaerah maupun di

perkotaan adalah tindakan kekerasan yang menyasar pada profesi tertentu,

diantaranya profesi wartawan. Profesi wartawan sebagai salah satu profesi yang

semakin berkembang dan mempunyai tugas dan pekerjaan yang memiliki

fleksibitas tinggi dalam menghimpun data hingga menyebarluaskan berita kepada

khalayak ramai/publik pada prinsipnya akan membantu publik dalam memperoleh

informasi.

Pasca reformasi dan dibukanya kebebasan berekspresi semakin memberikan

ruang dalam menyebarkan informasi melalui berita yang disiarkan atau


1
Sri Soemantri, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Bandung: Alumni, 2006. Hlm. 60.

2
diberitakan oleh wartawan, baik melalui media elektronik, media cetak, hingga

media online yang saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Terlebih

lagi saat ini, pembatasan ruang gerak masyarakat dalam melakukan aktifitas

karena adanya pandemik Covid-19 justru semakin mendorong konsumsi berita

yang semakin masif oleh masyarakat.

Hal inilah secara tidak langsung juga mendorong para wartawan untuk

makin aktif memberitakan setiap persitiwa atau kegiatan yang terjadi. Pada

hakikatnya, penyebaran berita yang secara nyata terjadi tentu tidak akan

berimplikasi banyak hal dan justru akan membantu masyarakat dalam

mendapatkan informasi yang ada. Akan tetapi, apabila terdapat pemberitaan yang

masih sekedar dugaan dan menyasar pada pihak-pihak tertentu, maka hal tersebut

justru akan membuat ketidaknyamanan kepada pihak-pihak yang diberitakan

tersebut.

Kondisi yang demikian, akan membuka ruang adanya tindakan perlawanan

dari pihak-pihak yang diberitakan atau dimuat informasinya dalam sebuah topik

pemberitaan. Tindakan perlawanan yang dimaksud dapat berupa tindakan hukum,

tindakan administratif, hingga tindakan fisik yang mengakibatkan adanya tekanan,

intimidasi, hingga luka yang dapat dirasakan oleh wartawan yang memberitakan

suatu berita. Tindakan semacam ini sejatinya akan merugikan baik materil

maupun imateriil bagi seorang wartawan.

Beberapa kasus terhadap wartawan terjadi pada tahun 2021 ini dan menyita

perhatian publik dalam skala nasional. Salah satu kasus kekerasan yang terjadi

3
ialah kasus yang dialami oleh jurnalis Tempo bernama Nurhadi di Surabaya.

Jurnalis/wartawan yang sementara menjalankan tugas penugasan tersebut

mengalami tindakan penyekapan dan penganiayaan pada sebuah hotel. Kejadian

ini bermula ketika pengawal dari pihak yang akan dimintai konfirmasi terkait

suatu permasalahan menuduh Nurhadi masuk ketempat acara yang dihadiri oleh

pihak tersebut dengan tanpa izin. Padahal, Nurhadi hanya menjalankan tugas

jurnalistik dengan memintakan konfirmasi kebenaran dari suatu peristiwa yang

sedang aktual terjadi, yakni terkait penanganan kasus korupsi.2

Kasus yang hampir sama dan lebih mengenaskan dialami oleh salah satu

wartawan media online di Sumatera Utara. Wartawan bernama Marasalem

Harahap yang bertugas sebagai wartawan di kabupaten Simalungun ditemukan

telah meninggal dunia setelah ditembak oleh orang tidak dikenal di dalam mobil

dekat tempat tinggalnya. Penemuan jenazah Marasalem terjadi setelah warga

mendengar bunyi alarm mobil korban berbunyi dan korban ditemukan sudah tidak

bernyawa.3

Terbaru, kasus pembacokan dialami oleh wartawan media online di

Gorontalo, yang bernama Jefry Rumampuk. Korban yang sementara mengendarai

sepeda motor dan berboncengan dengan istrinya dibacok di tangan kanannya dari

2
Tempo.com, Kekerasan Terhadap Wartawan, Maret 2021 Sudah 3 Kasus, AJI: Terbanyak
Tahun 2020, https://nasional.tempo.co/read/1447023/kekerasan-terhadap-wartawan-maret-
2021-sudah-3-kasus-aji-terbanyak-tahun-2020, diakses tanggal 05 Juni 2021.
3
Reza Kurnia Darmawan, Penembakan Wartawan Media Online di Sumut, Jenazah Ditemukan
300 Meter dari Rumahnya, https://regional.kompas.com/read/2021/06/20/150000978/
penembakan-wartawan-media-online-di-sumut-jenazah-ditemukan-300-meter-dari?page=all,
diakses tanggal 05 Juni 2021.

4
belakang dan mengakibatkan korban terluka dan istrinya mengalami keguguran

kandungan. Menurut penuturan korban, beberapa hari sebelum terjadinya kasus

penganiayaan, korban mendapat intimidasi dan ancaman dari pihak-pihak yang

merasa terganggu oleh pemberitaan yang dilakukan oleh korban.4

Rentetan kasus yang terjadi hanya pada awal tahun hingga pertengahan

tahun 2021 tersebut menunjukkan bahwa profesi wartawan rentan atas tindakan-

tindakan yang akan merugikan dan mengakibatkan luka setiap wartawan dalam

menjalankan tugas jurnalistiknya. Begitu pentingnya manfaat yang akan dirasakan

oleh publik dari kerja-kerja wartawan pada kenyataannya justru berbanding

terbalik dengan upaya perlindungan terhadap wartawan.

Bertitik tolak dari uraian permasalahan diatas, hal tersebut menjadi daya

tarik utama bagi penulis untuk mengkaji masalah ini lebih secara komprehensif,

maka penulis mengangkat masalah ini dengan judul: Analisis Yuridis

Perlindungan Hukum Terhadap Wartawan Dalam Menjalankan Tugas

Jurnalistik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran terhadap permasalahan hukum di atas, maka penulis

membatasi dua pokok permasalahan yang akan diurai, yaitu:

4
Hal ini disampaikan oleh Korban dalam wawancara di program Apa Kabar Indonesia Malam di
TV.One pada tanggal 26 Juni 2021

5
1. Bagaimana Konstruksi Hukum Tentang Pelaksanaan Tugas Profesi Jurnalistik

Di Indonesia?

2. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Wartawan Dalam

Menjalankan Tugasnya Kedepan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui dan Menganalisis Tentang Pelaksanaan Tugas Profesi

Jurnalistik Di Indonesia.

2. Untuk Mengetahui dan Menguraikan Bentuk Perlindungan Hukum

Terhadap Wartawan Dalam Menjalankan Tugasnya Kedepan.

1.4 Manfaat penelitian

Gambaran mengenai tujuan-tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

1. Secara teoritis, kajian ini akan menjadi salah satu referensi sekaligus

menjadi evaluasi tentang pengaturan dan pelaksanaan perlindungan

terhadap wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.

2. Secara praktis, kajian ini dapat memberikan bermanfaat sebagai sebuah

informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi berbagai pihak,

seperti mahasiswa, peneliti, akademisi, insan pers, terhadap upaya

perlindungan terhadap wartawan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinajaun Tentang Perlindungan Hukum

Pada hakikatnya, hukum sebagai sebuah aturan dan norma yang mengatur

setiap individu maupun kelompuk menyediakan berbagaimekanisme agar

7
dijalankan sebagaimana mestinya, baik dalam proses pelaksanaan sebagai tahapan

akhir maupun dalam upaya perlindungan sebagai tahapan awal agar hukum tidak

hanya dimaknai sebagai aturan tertulis semata, namun juga memmberikan

manfaat bagi masyarakat.

Dalam konstruksi yang demikian, sebagai proses awal maka hukum

memberikan perlindungan atau sering disebut dengan perlindungan hukum.

Perlindungan hukum yang dimaksud tidak hanya memberikan sanksi terhadap

suatu tindakan pidana yang terjadi, namun juga menjadi alternatif pencegahan dari

adanya suatu tindak pidana yang dapat terjadi dan menimpa seseorang yang dapat

mengakibatkan kerugian baik materiil maupun imateriil.

Secara gramatikal, perlindungan diartikan sebagai: (1) tempat berlindung;

atau (2) hal (perbuatan) memperlindungi. Memperlindungi adalah mengakibatkan

adanya bentuk terlindungi atau berlindung. Arti berlindung meliputi: (1)

menempatkan dirinya supaya tidak terlihat; (2) bersembunyi; atau (3) minta

pertolongan. Sementara itu, pengertian melindungi, meliputi: (1) menutupi supaya

tidak terlihat atau tampak; (2) menjaga, merawat atau memelihara; (3)

menyelamatkan atau memberikan pertolongan.5

Pada hakikatnya, istilah perlindungan hukum tidak dapat dilepaskan dari

sejarah perkembangan hukum yang berasal dari Eropa. Perlindungan hukum

berasal dari bahasa Inggris, yang apabila diartikan menjadi legal protection

theory, sementara dalam bahasa Belanda, disebut dengan theorie van de wettelijke

5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1989, h. 526.

8
bescherming, dan sedangkan dalam bahasa Jerman diartikan sebagai theorie der

rechtliche schutz.6

Soerjono Soekanto mendefinisikan perlindungan hukum sebagai seluruh

upaya dalam pemenuhan hak serta memberikan bantuan dalam memberikan rasa

aman kepada saksi/korban, perlindungan hukum terhadap korban kejahatan

sebagai bagian dari perlindungan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai

bentuk, seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan

bantuan hukum.7

Dalam pandangan Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan oleh

orang lain dan perlindungan itu di berikan terhadap masyarakat agar supaya

merasakan seluruh hak-hak yang diberikan oleh hukum itu sendiri.8 Dalam hal

yang demikian, antar setiap manusia yang bertindak sebagai subjek hukum

mendapatkan perlindungan sebagai bentuk meolindungi hak-hak asasinya.

Philipus M. Hadjon berpendapat dengan mengkonkritkan prinsip

perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia melalui metode penggabungan

ideologi Pancasila dengan konsepsi perlindungan hukum rakyat barat. Konsep

perlindungan hukum bagi rakyat barat bersumber pada konsep-konsep pengakuan,

perlindungan terhadap hak- hak, sedangkan prinsip perlindungan hukum bagi

rakyat Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan

6
Halim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, h. 259.
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1984, h. 133.
8
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, h 53

9
martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara hukum yang

berdasarkan Pancasila.9

Secara teoretis, perlindungan hukum tidak dari teori yang berkaitan dengan

pemberian pelayanan kepada masyarakat. Rescou Pound membagi kepentingan

manusia yang dilindungi hukum menjadi tiga macam, yang meliputi:10

(1) Public interest (kepentingan umum), yang teridiri: Kepentingan dari negara

sebagai badan hukum dalam mempertahankan kepribadian dan substansinya,

dan Kepentingan-kepentingan dari negara sebagai penjaga kepentingan

masyarakat.

(2) Social interest (Kepentingan masyarakat), adapun kepentingan masyarakat,

terdapat enam yang dilindungi oleh hukum, terdiri atas

1. Kepentingan masyarakat bagi keselamatan umum, semisal keamanan,

kesehatan, kesejahteraan, serta jaminan bagi transaksi pendapatan.

2. Kepentingan bagi lembaga-lembaga sosial, yang meliputi perlindungan

dalam bidang perkawinan, politik (kebebasan berbicara), ekonomi.

3. Kepentingan masyarakat terhadap kerusakan moral, diantaranya seperti

korupsi, perjudian, Tidak sahnya transaksi-transaksi yang bertentangan

dengan moral yang baik.

4. Kepentingan masyarakat dalam pemeliharaan sumber sosial, seperti

menolak perlindungan hukum bagi penyalahgunaan hak (abuse of right).

9
Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1987, hlm, 3-4.
10
Lili Rasyidi, Filsafat Hukum, Bandung: Remadja Karya, 1988, h. 228-231.

10
5. Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum, seperti perlindungan

terhadap hak milik, kemerdekaan industri dan penemuar hal baru.

6. Kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia secara individual

seperti perlindungan terhadap Kehidupan yang layak serta Kemerdekaan

berbicara.

(3) Private interest (kepentingan pribadi), terdapat tiga jenis kepentingan

individual, yang perlu mendapat perlindungan hukum, yang terbagi atas

1. Kepentingan kepribadian (interest of personality), meliputi perlindungan

terhadap Integritas (keutuhan) fisik, Kemerdekaan kehendak, Reputasi

(nama baik), serta Terjaminnya rahasia-rahasia pribadi.

2. Kepentingan dalam hubungan rumah tangga (interest in domestik), yang

terdiri atas Perlindungan bagi perkawinan serta Hubungan hukum antara

orang tua dan anak-anak.

3. Kepentingan substansi (interest of subtance), yang diantaranya adalah

perlindungan terhadap harta.

Secara khusus, perlindungan hukum yang dimaksud dalam penelitian ini

adala perlindungan terhadap profesi wartawan yang dilindungi dalam UU tentang

Pers serta tidak dapatdipisahkan dari kedudukan wartawan sebagai seseorang yang

dilindungi setiap hak asasinya melalui UU tentang HAM.

Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HakAsasi

Manusia, perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan HAM merupakan

tanggung jawab pemerintah disamping juga masyarakat. Sementara itu, Merujuk

pada Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, disebutkan bahwa dalam

11
menjalankan tugas profesinya, wartawan mendapatkan perlindungan hukum.

Adapun yang dimaksud dengan perlindungan hukum sebagaimana dalam

penjelasan pasal 8 Undang-Undang Pers adalah jaminan perlindungan pemerintah

dan atau masyarakat kepada wartawan dalam melaksanakan fungsi, hak,

kewajiban dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Secara praktik, bentuk perlindungan hukum harus secara jelas terlihat dan

dilaksanakan dengan konkrit. Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang

melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Muchsin membagi

Perlindungan hukum menjadi dua, yaitu:11

a) Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta

memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu

kewajiban.

b) Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi

seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah

terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.


11
Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Surabaya:
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004, hlm. 15.

12
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas baik dalam pandangan ahli

hukum maupun bentuk dari perlindungan hukum, maka perlindungan hukum

adalah usaha dan/atau tindakan dalam melindungi atau memberikan perlindungan

dalam kerangka dan dengan dasar hukum serta melalui alat-alat kelengkapan

lainnya yang disediakan oleh hukum. Usaha dan tindakan yang dimaksud adalah

bentuk jaminan dari menghormati dan menjamin tegaknya hak asasi manusia.

2.2 Tinjauan Tentang Wartawan

Terbukanya kebebasn informasi dan berpendapat di Indonesia

memberikan ruang yang lebar bagi berkembangnya lembaga pers di Indonesia

pasca adanya reformasi. Tidak hanya perkembangan dengan bertambahnya media

massa secara kuantitas, namun juga meliputi beragamnya sifat dan jenis dari

media masa yang ada di Indonesia. Konsekuensi dari hal tersebut adalah

bertambahnya jumlah pekerja dalam media atau pekerja pers di Indonesia.

Salah satu pekerja pers yang aktif dan memiliki peran sentral dalam

perkembangan pers di Indonesia adalah wartawan. Sebagai salah satu profesi,

wartawan menjadi pekerjaan yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan

informasi yang begitu cepat saat ini, dimana kecepatan teknologi juga penting

diimbangi dengan kecepatan informasi yang terferifikasi dengan jelas dan

bersumber yang valid dan tidak mengandung berita kebohongan atau upaya

propaganda.

13
Menurut Junaedhie Kurniawan pada dasarnya setiap orang yang

mempunyai urusan dengan warta atau berita dapat dikatakan sebagai wartawan.

Wartawan sendiri menjadi suatu profesi yang terbuka terhadap seluruh pihak, baik

pria maupun wanita dengan latar belakang pendidikan apa saja. Akan tetapi,

secara ringkas terdapat beberapa kriteria agar dapat menjadi wartawan/jurnalis

yang baik, diantaranya ialah mempunyai rasa ingin tahu yang besar,

berkepribadian, kuat fisik dan mental, punya integritas dan tuntutan-tuntutan lain

seperti berlatar pendidikan, berdaya cium berita tinggi, jujur, dapat dipercaya,

berani, tabah dan tahan uji, cermat, cepat, punya daya imajinasi tinggi, gembira,

optimisme, punya rasa humor, punya inisiatif, dan kemampuan menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitarnya.12

Dalam pandangan Djoko Waluyo, wartawan atau sering disebut juga

dengan sebutan jurnalis adalah seorang yang melaksanakan aktifitas dengan

tugas-tugas jurnalisme, yakni orang yang dengan teratur mencari, menemukan,

mengolah hingga menuliskan berita atau suatu liputan ataupun laporannya yang

berupa tulisan dikirimkan atau dimuat pada sebuah media massa. Dalam mencari

sumber berita yang akan dirulis dalam setiap laporannya, seorang wartawan

diharapkan untuk menulis laporan yang objektif dan tidak memiliki pandangan

dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.13

Sementara itu, wartawan juga dapat dimaknai sebagai sebuah profesi yang

hasil karyanya berkaitan langsung dengan kepentingan publik. Disebut demikian

12
Junaedhie Kurniawan, Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 1991, hlm. 277.
13
Djoko Waluyo, “Tinjauan Standar Kompetensi Wartawan Untuk Meningkatkan KapasitasMedia
Dan Profesionalisme”, Jurnal Studi Komunikasi dan Media, Vol. 22 No. 2, Desember 2018, hlm.
169.

14
karena apabila tidak memperhatikan kaidah-kaidah jurnalistik maka karya seorang

wartawan dapat mengakibatkan kerugian pada objek berita sekaligus

menimbulkan keresahan sosial. Pada dasarnya, komunikasi merupakan aktivitas

dasar yang dilakukan oleh seluruh manusia, melalui berkomunikasi manusia dapat

berhubungan satu dengan lainnya di berbagai aktivitas di semua tempat di

manapun manusia berada.14

Wartawan atau jurnalis sebagai sebuah profesi diatur secara khusus dalam

Undang-Undang Pers. Oleh sebab itu, definis tentang wartawan tidak dapat

dilepaskan dari pemaknaan dari UU Pers. Menurut Pasal 1 ayat (4) undangundang

No. 40 tahun 1999 tentang pers. ”Wartawan adalah orang yang secara teratur

melaksanakan kegiatan jurnalistik”. Kegiatan tersebut meliputi : mencari,

memperoleh, memiliku, menyimpan, mengolah, dan menyebarkan informasi

dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data-data grafik maupun dalam bentuk

lain menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang

tersedia.

Seorang wartawan dalam menjalankan tugas dan profesinya agar

mendapatkan informasi yang tepat dan akurat, wartawan sering kali diharuskan

untuk datang langsung ke lapangan dalam mengungkap fakta-fakta dan peristiwa

secara langsung. Sehingga dibutuhkan seorang wartawan yang berani bertindak

dalam menghadapi resiko-resiko besar yang mungkin saja akan mengancam

jiwanya. Begitu pula terhadap wartawan perang yang berada atau ikut serta dalam

14
Ibid.

15
medan pertempuran yang nantinya mungkin akan menemui berbagai rintangan

yang tidak diduga sama sekali.15

Merujuk pada UU Pers, wartawan yang dimaksud adalah wartawan yang

menjalankan kerj-kerja jurnalisitik yang intens dan berkesinambungan

sebagaimana diamantkan dalam UU Pers. Hal ini disebabkan karena saat inikerj-

kerja jurnalistik semakin menjamur, bukan hanya bagi wartawan yang dulunya

hanya berkutat dalam media cetak atau elektronik dan bertambah dengan adanya

wartawan media online, juga karena banyaknya penggiat media sosial yang

bersinggungan langsung dengan media sosial dan media online.

Para penggiat media sosial ini pada prakteknya melakukan kegiatan-

kegiatan yang bertalian erat dengan kerja-kerja jurnalisitik sebagaimana wartawan

pada umumnya, namun orang-orang yang dengan kegiatan seperti ini tidak dalam

lingkungan perusahaan pers maupun tidak mempunyai badan hukum yang

ditetapkan oleh pejabat terkait serta tidak memiliki konistensi yang secara rutin

selayaknya melakukan kegiatan jurnalistik. Oleh sebab itu, wartawan dan pihak-

lain yang memiliki keterkaitan erat dengan kerja-kerja jurnalisitik yang setiap

hari, seperti para pemiliki media juga masuk dalam kriteria pekerja jurnalistik.

Dengan demikian, pihak-pihak tersebut diperlakukan sama halnya selayknya para

wartawan yang menjalankan kegiatan jurnalisitik sesuai amanat dari UU Pers.16

15
Zurriati, Perlindungan Terhadap Wartawan Perang Ditinjau Dari Hukum Humaniter
Internasional, dalam Desia Rahma Banjarani, (Et.al), “Perlindugan Terhadap Wartawan Perang Di
Daerah Konflik Bersenjata Menurut Hukum Internasional (Studi Kasus Daerah Konflik Dan
Suriah)”, Jurnal Cepalo, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2019, hlm. 12.
16
Lihat Infra Wahdaniah dan Prudensius Maring, “Dramatugri Profesi wartawan Dalam realita
Kehkidupan”, PARAHITA : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, Vol 1, No. 2, 2020, hlm. 31-
32.

16
Melalui UU Pers, ditetapkan pula fungsi pers nasional di Indonesia.

merujuk pada Pasal 3 UU Pers, fungsi pers bagi kehidupan nasional adalah

sebagai berikut:

1) Media informasi (to inform); Pers mempunyai fungsi untuk member

informasi atau kabar kepada masyarakat atau pembaca. Melalui

tulisan-tulisan pada setiap edisinya, pers memberikan informasi yang

beranekaragam. Dengan membaca surat kabar, majalah, mingguan atau

melihat siaran televisi, mendengarkan siaran radio, audience dapat

memperoleh berbagai informasi, baik itu 24 yang berasal dari dalam

maupun luar negeri, karena pers memberikan kabar atau informasi

tersebut, maka pers berarti mempunyai fungsi informasi.

2) Media pendidikan (to educated) Pers mempunyai fungsi sebagai

pendidik. Melalui berbagai macam tulisan-tulisan atau pesan-pesan

yang dimuatnya, pers bisa mendidik masyarakat atau audience

pembacanya. Dengan demikian, pers mempunyai andil yang penting

dalam memberikan pendidikan pada masyarakat/bangsa.

3) Media hiburan (to entertaint) Pers melalui tulisan-tulisannya atau

melalui penayanganpenayangannya di siaran televisi, bisa memberikan

hiburan kepada masyarakat. Menghibur di sini bukan hanya dalam

pengertian hal-hal yang lucu saja, melainkan juga bisa memberikan

kepuasan-kepuasan, kesenang-senangan, keberhasilan dan sebagainya.

4) Media kontrol (to kontrole) Pers ditengah-tengah masyarakat

mempunyai peran memberikan kontrol sosial. Dengan tulisan-

17
tulisannya, pers bisa melaksanakan atau memberikan kontrol sosial,

memberikan berbagai kritik yang bersifat membangun yang juga

berguna bagi masyarakat secara luas. Melalui tulisan-tulisannya bisa

menyajikan kritik atau kontrol terhadap pihak-pihak yang melakukan

penyimpangan-penyimpangan yang dinilai bisa 25 merugikan

masyarakat luas. Pers, khususnya majalah dan surat kabar, mempunyai

pengaruh yang sangat luas, dan juga mempengaruhi pendapat umum.

Karena kuatnya pengaruh pers tersebut sehingga menjadi kekuatan ke-

4 setelah eksekutif, legislative, dan yudikatif.

5) Lembaga ekonomi Pers sebagai lembaga, institusi, perusahaan

menghimpun banyak tenaga kerja, termasuk wartawan dan memiliki

produk yang menghasilkan perolehan finansial untuk mensejahterakan

karyawannya, sehingga fungsi bisnisnya tetap berjalan yakni menjual

produk berita akurat yang menumbuhkan kepercayaan masyarakat

terhadap produk tersebut dan dampaknya media yang dimiliki akan

diminati pemasang iklan promosi, sehingga siklus bisnis juga terjadi.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah dan judul yang ditetapkan, maka penelitian

ini akan mengkaji pokok permasalahan secara yuridis-normatif, atau dalam hal ini

penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian normatif atau dikenal juga dengan

istilah penelitian doktrinal atau penelitian kepustakaan. Hal ini dikarenakan

analisis ini akan melakukan studi dokumen pada peraturan yang tertulis atau

bahan hukum lainnya.

Menurut Soerjono Soekanto metode penelitian hukum normatif atau metode

metode penelitian kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan dalam

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.17
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan Singkat,
Cetakan ke-11, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Hlm. 13-14.

19
3.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, guna memecahkan dan merumuskan hasil dari dua

permasalahan yang diajukan oleh penulis, digunakan beberapa pendekatan, yaitu

pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case

approach), dan pendekatan konseptual (conseptual approach).

3.3 Bahan Hukum

Dalam penelitian ini bahan hukum yang digunakan dapat dibedakan menjadi

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat seperti

norma atau kaidah dasar dalam UUD NRI Tahun 1945, Peraturan perundang-

undangan, dan yurisprudensi (putusan pengadilan)18. Dalam penelitian ini,

peraturan perundang-undangan yang digunakan untuk dikaji adalah Undang-

Undang Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers, Undang-Undang Nomor 32

tahun 2002 Tentang Penyiaran, serta Peraturan Dewan pers tentang Standar

perlindungan profesi wartawan.

2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan hukum sekunder adalah berupa semua publikasi tentang

hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Adapun publikasi

tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal

hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.

18
Ibid.

20
3.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif ini dilakukan

dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum. Penelusuran bahan-bahan

hukum tersebut dapat dilakukan dengan membaca, melihat, mendengarkan,

maupun sekarang banyak dilakukan penelusuran bahan hukum tersebut dengan

melalui internet.19

3.5 Analisis Bahan Hukum

Data dan bahan hukum yang telah dikumpulkan, selanjutnya di susun secara

sistematis dan konstruktif untuk memudahkan analisis yang akan dilakukan oleh

calon peneliti. Analisis terhadap data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan

melakukan analisis evaluatif terhadap permasalahan yang ada. Akhirnya, calon

peneliti akan memberikan penilaian berupa kesimpulan dan solusi dari

permasalahan yang diangkat.

19
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta: Kencana Prenamedia
Group, 2005, h. 160.

21
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arif Gosita. 1993. Masalah Korban Kejahatan (Kumpulan Karangan). Jakarta:

Akademika Pressindo.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

HS, Halim. dan Erlies Septiana Nurbani. 2013. Penerapan Teori Hukum Pada

Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Kurniawan, Junaedhie. 1991. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka.

Muchsin. 2004. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,

Surabaya: Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

M. Hadjon, Philipus. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia.

Surabaya: PT Bina Ilmu.

22
Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum Edisi Revisi. Jakarta: Kencana

Prenamedia Group.

Raharjo, Satijipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Rasyidi, Lili. 1988. Filsafat Hukum. Bandung: Remadja Karya.

Soekanto, Soerjono. 1989. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

______ dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tujuan

Singkat, Cetakan ke-11. Jakarta: PT Raja Grafindo Persad.

Soemantri, Sri. 2006. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi. Bandung:

Alumni.

Jurnal

Djoko Waluyo, “Tinjauan Standar Kompetensi Wartawan Untuk Meningkatkan

KapasitasMedia Dan Profesionalisme”, Jurnal Studi Komunikasi dan

Media, Vol. 22 No. 2, Desember 2018.

Infra Wahdaniah dan Prudensius Maring, “Dramatugri Profesi wartawan Dalam

realita Kehkidupan”, PARAHITA : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat,

Vol 1, No. 2, 2020

Zurriati, Perlindungan Terhadap Wartawan Perang Ditinjau Dari Hukum

Humaniter Internasional, dalam Desia Rahma Banjarani, (Et.al),

“Perlindugan Terhadap Wartawan Perang Di Daerah Konflik Bersenjata

Menurut Hukum Internasional (Studi Kasus Daerah Konflik Dan Suriah)”,

Jurnal Cepalo, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2019.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

23
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.

Sumber Lain

Program TV “Apa Kabar Indonesia Malam” di TV.One pada tanggal 26 Juni 2021

Reza Kurnia Darmawan, Penembakan Wartawan Media Online di Sumut,

Jenazah Ditemukan 300 Meter dari Rumahnya,

https://regional.kompas.com/read/2021/06/20/150000978/ penembakan-

wartawan-media-online-di-sumut-jenazah-ditemukan-300-meter-dari?

page=all.

Tempo.com, Kekerasan Terhadap Wartawan, Maret 2021 Sudah 3 Kasus, AJI:

Terbanyak Tahun 2020,

https://nasional.tempo.co/read/1447023/kekerasan-terhadap-wartawan-

maret-2021-sudah-3-kasus-aji-terbanyak-tahun-2020 .

24

Anda mungkin juga menyukai