Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS RISIKO PADA PEMBIAYAAN RAHN EMAS

DI PEGADAIAN SYARIAH
(Studi Kasus Pada Pegadaian Syariah UPS Pasar Johar)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Sarjana Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi
Universitas Wahid Hasyim

Disusun oleh :
Anis Aprilia
dhNIM 151030009

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu ekonomi merupakan salah satu masalah yang selalu berkembang dan

menjadi perhatian masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia. Sektor

keuangan yang terdiversifikasi yang baik merupakan kunci untuk mendukung

perkembangan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas,

dan perbaiki taraf hidup bagi seluruh rakyat Indonesia (World Bank, 2006 :

XI). Perkembangan tersebut akan senantiasa diikuti dengan meningkatnya

berbagai aktifitas ekonomi, termasuk kebutuhan akan kredit oleh para pelaku

ekonomi (Afdhila, 2014:2).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah

pemberian kredit di Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Grafik 1.1
Pemberian Kredit oleh Lembaga-Lembaga Keuangan Lainnya
( dalam miliar rupiah)
periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016

Pemberian Kredit (miliyar rupiah)


140000
120000 Jumlah Rumah Gadai
100000 Posisi pemberian kredit
80000
Diberikan
60000
Dibayar kembali
40000
20000
0
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : https://www.bps.go.id (data diolah)


Berdasarkan grafik diatas menunjukkan posisi pemberian kredit pada

lembaga kuangan lainnya mengalami peningkatan yang signifikan. Pada

tahun 2012 kredit yang diberikan sebesar 101.849,7 miliyar rupiah meningkat

15,7% selama kurun waktu lima tahun mencapai 120.901 milyar rupiah pada

tahun 2016. Meski mengalami peningkatan dalam pemberian kredit, namun

yang dapat dibayar kembali hanya sebesar 96% dari total yang diberikan yaitu

sebesar 116.412,4 miliyar rupiah.

Masyarakat yang berpenghasilan rendah dan para pengusaha kecil sangat

membutuhkan lembaga pembiayaan yang mempunyai kantor yang tersebar di

berbagai tempat dan dapat memberikan pembiayaan dengan cara yang

sederhana dan sesuai tingkat kemampuan (golongan ekonomi) dan

pengetahuan mereka (Roikhan, 2017:2). Ketika seseorang membutuhkan dana

dalam kondisi yang sangat mendesak dan cepat, sedangkan yang

bersangkutan tidak memiliki dana cash atau tabungan, maka pendanaan pihak

ketiga menjadi alternatif pemecahnya. Saat mengakses jasa perbankan bagi

beberapa masyarakat akan menghadapi administrasi dan persyaratan yang

rumit, sehingga sebagian akan datang pada rentenir, meski dengan bunga

yang cukup tinggi (Subagyo, 2014:2).

Perusahaan umum pegadaian merupakan badan usaha milik negara

Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan

lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke

masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata Pasal 1150 (Supriyadi, 2010:3). Pasal tersebut

menjelaskan bahwa “suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu
barang bergerak, yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lainnya

atas namanya untuk menjamin suatu utang dan yang memberikan

kewenangan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang tersebut

lebih dahulu dari kreditur-kreditur lainnya terkecuali biaya untuk melelang

barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara atau

menyelamatkan benda itu biaya-biaya mana harus didahulukan” .

Dari total jumlah penduduk yang ada di Indonesia, sekitar 87,2%

mayoritas masyarakat yang beragama islam membuat lembaga keuangan

berlomba-lomba mendirikan unit usaha yang berbasis syariah untuk menarik

minat masyarakat muslim dalam penyaluran pembiayaan, termasuk juga

Pegadaian yang berdasarkan prinsip syariah. Pegadaian Syariah merupakan

sarana pendanaan yang sangat cepat dan mudah. Masyarakat akan lebih

memilih Pegadaian Syariah dibandingkan dengan pembiayaan di lembaga

perbankan karena lembaga perbankan mengacu pada prinsip kehati-hatian

(prudential banking principle) dalam pemberian kredit. Berdasarkan data

statistik perbankan Indonesia, posisi pinjaman rupiah yang diberikan

perbankan pada kredit non UMKM hingga Juli 2018 mencapai 4.113.156,6

miliar rupiah dibandingankan dengan kredit UMKM yang hanya mencapai

1.024.781,2 miliar rupiah dari total kredit perbankan sebesar 5.137.937,8

miliyar rupiah (www.ojk.co.id). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerima bagian terbesar kredit perbankan yaitu, pengusaha besar dan

konglomerasi (Abubakar, 2013:6).

Melihat permasalahan pembiayaan tersebut, Pergadaian Syariah

memfokuskan diri sebagai pembiayaan yang dapat dinikmati oleh semua


kalangan, khususnya bagi perorangan maupun pemilik usaha kecil dan mikro.

Dengan mengeluarkan produk yang memiliki karakteristik seperti, tidak

menuntut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebgai

alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan, dan yang oasti

keuntungan diperoleh dari biaya jasa simpan barang yaitu memberlakukan

biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan seperti yang sudah diatur

oleh Dewan Syariah Nasional. Biaya tersebut dihitung dari nilai barang bukan

dari jumlah pinjaman (Khadijah, 2015:2).

Dengan syarat yang sangat mudah dan pendanaan yang didapat relatif

cepat sehingga Pergadaian Syariah berkembang pesat (Nurbanatra, 2016:1).

Perkembangan Pegadaian Syariah dapat dilihat dari statistik total aset dari

Pegadaian Syariah periode 2013 sampai dengan 2017 dibawah ini :

Grafik 1.2
Total Aset Perusahaan Pegadaian Syariah
Dalam Triliyun Rupiah

Total Aset Pegadaian Syariah


Dalam Triliyun Rupiah

6
5
TOTAL ASET PEGADA-
4 IAN SYARIAH
3
2
1
0
2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: OJK, Statistik Perusahaan Pergadaian Indonesia (data diolah)

Berdasarkan grafik diatas, perrkembangan aset industri Pegadaian Syariah

mengalami peningkatan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Total aset
perusahaan Pegadaian Syariah pada akhir tahun 2016 mengalami peningkatan

dari Rp 4,57 triliyun menjadi Rp 5,22 triliun pada akhir tahun 2017. Sehingga

mengalami peningkatan sebesar 14,22% dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 4,04% pertahun.

Aset terbesar di Pegadaian Syariah diperoleh dari pembiayaan Gadai

Syariah (Rahn). Gadai syariah (Rahn) merupakan salah satu alternatif

pembiayaan dengan bentuk pemberian uang pinjaman kepada masyarakat

yang membutuhkan berdasarkan pada prinsip syariat islam dan terhindar dari

praktek riba atau penambahan sejumlah uang atau persentase tertentu dari

pokok utang pada waktu membayar utang (Kurniawati, 2013:2).

Dalam transaksi pada gadai syariah dana yang dipinjamkan berbentuk

pertolongan yang tidak mengharapkan tambahan atas hutang tersebut. Jika

dalam praktik gadai syariah besaran biaya yang diperoleh oleh nasabah atas

barang yang digadai berdasarkan besaran nilai taksiran. Jika gadai dihitung

berdasarkan uang yang dipinjamkan atau sewa barang maka hal tersebut

menyimpang dari prinsip syariah dan termasuk transaksi riba (Afdhila,

2014:3).

Pegadaian syariah memiliki beberapa produk diantaranya Gadai Syariah

(Rahn), Amanah, Arrum haji dan Arrum BPKB serta produk lainnya.
Grafik 1.3
Pinjaman yang Diberikan PT Pergadaian (Persero)
Khusus untuk Pembiayaan Syariah (Miliar Rp)
Periode Februari 2017 - Februari 2018

1. Rahn 2. Rahn Tasjili 3. Mulia 4. Lainnya JUMLAH


12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
-
17 r-17 r-17 -17 -17 l-17 -17 -17 t-17 -17 c-17 -18 -18
b- a y n Ju Aug Sep Oc Nov De n b
Fe M Ap Ma Ju Ja Fe

Sumber : OJK, Pegadaian Syariah (data diolah)

Dari data statistik OJK, periode Februari 2017 sampai dengan Februari

2018 menunjukkan bahwa produk yang paling unggul pada PT Pegadaian

Syariah yaitu pembiayaan Rahn. Hal ini berarti minat masyarakat terhadap

pembiayaan dan pinjaman yang ditawarkan oleh PT Pergadaian sangat tinggi.

Dalam produk rahn terdiri tiga kategori yaitu rahn emas, rahn elektronik

serta rahn kendaraan bermotor (sepeda motor dan mobil). Pada penelitian ini

penulis memilih produk Rahn Emas sebagai bahan penelitian karena salah

satu keuntungan dari emas adalah begitu banyak fasilitas pembiayaan yang

tersedia dan dapat dicairkan sewaktu-waktu atau dapat ditukarkan dengan

uang dengan cepat dan bersifat universal sehingga dihargai dimanapun. Maka

jika mempunyai simpanan dalam bentuk emas dan suatu saat ada kebutuhan

dana yang mendesak, tidak perlu serta merta menjual emas yang dimiliki

untuk menutupi kebutuhan tersebut. Dengan emas, bisa mendapatkan


pinjaman dana cepat dengan menggadaikan emas tersebut di Pegadaian

Syariah (Sari, 2013:2)

Untuk mengajukan pembiayaan rahn emas, Pegadaian Syariah memiliki

prosedur tersendiri dalam pelaksanaannya. Pada praktiknya, Pegadaian

Syariah pembiayaan gadai dengan emas sebagai agunan dengan jangka waktu

maksimal selama 4 bulan atau 120 hari yang bisa diperpanjang sebanyak

2(dua) kali dengan cara membayar mu’nah (biaya pemeliharaan dan

penjagaan barang agunan) saja atau mengangsur sebagian uang pinjaman

serta pemberian gadai emas 92% dari nilai taksiran emas itu

sendiri(www.pegadaiansyariah.co.id). Emas yang dijadikan jaminan pada

dasarnya tetap milik orang yang menggadaiakan, tetapi dikuasai oleh

penerima gadai (Aji dan Nafik, 2017:2).

Pegadaian Syariah yang mengelola lembaganya dengan baik maka fungsi

bisnis akan berjalan dengan baik. Perolehan laba merupakan hal yang perlu

dipertimbangkan oleh Pegadaian Syariah. Pencapaian laba yang dimaksud

mecncakup seberapa banyak aset yang diperoleh, berapa outstanding yang

mampu disalurkan, juga bagaimana risiko dapat diminimalisir (Nurbanatra

dan Nafik, 2016:2).

Prosedur pembiayaan rahn emas ini juga kemungkinan bisa mengalami

risiko baik yang disengaja(seperti pemalsuan dokumen, kerjasama dengan

pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan, dan sebagainya) atau tidak

disengaja (kesalahan teknis yang menimbulkan kekeliruan pada sistem).

Risiko bisa timbul baik dari pihak internal (pihak pegadaian) atau dari pihak

eksernal (meliputi nasabah serta pihak lainnya yang terkait). Risiko dalam
pegadaian emas itu sendiri merupakan suatu keadaan yang melatar belakangi

terjadinya kerugian pada pembiayaan gadai emas(Fatmasari, 2017:6).

Risiko yang muncul jika upaya mengatasi risiko tidak berjalan dengan

baik, seperti adanya pembiayaan yang sebenarnya tidak layak diberikan tetapi

dianggap layak untuk mendapatkan pembiayaan, dampaknya akan muncul

pembiayaan bermasalah pada Pegadaian Syariah (Nurbanatra. 2016:2).

Dari hasil penelitian terdahulu, menurut Fatmasari (2017) menyatakan

bahwa risiko dalam prosedur gadai emas pada Bank BJB Syariah KCP

Kuningan dapat diminimalisir dengan pengendalian sistem internal.

Sedangkan menurut Nurbanatra (2016) menyatakan bahwa resiko timbul

akibat pihak internal hanya menjalankan SOP sebagai formalitas, sehingga

untuk meminimalisir resiko tersebut dimulai dari pihak internalnya.

Penelitian ini dilakukan pada salah satu unit Pegadaian Syariah dari

Cabang Kaligarang Kanwil Kota Semarang yaitu di Pegadaian Syariah UPS

Pasar Johar sebagai objek penelitian. Hal ini diperkuat dari data omset yang

diperoleh dari PT Pegadaian Syariah sebagai berikut.

Grafik 1.4
Omset Produk Gadai Syariah (Rahn) Per Unit
di Cabang Kaligarang Kanwil Semarang

Omset Produk Gadai Syariah (Rahn)


Desember 2017
3000000
2500000 2621090
2215150
2000000
1500000 1592530
1100190 1199010
1000000
500000 RE-
ALIASI
0 THN 2...
R N RE AI GU
HA DI UA RM
JO D Q PE UN
R NU S IW
SA SA N AL L
PA H A IYA ND KA
G AL KE R E
N .SO
PS

Sumber : MIS (Managemen Information System) PT. Pegadaian Syariah (data diolah)
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa pendapatan omset dari

pembiayaan Gadai Syariah (Rahn) terendah berada di Pegadaian Syariah UPS

Pasar Johar dibandingkan 4(empat) unit lainnya yang tergabung dalam

Pegadaian Syariah Cabang Kaligarang. Hal ini membuat peneliti tertarik

untuk menganalisis risiko pada Pegadaian Syariah UPS Pasar Johar sehingga

peneliti menarik judul “Analisis Risiko Pada Pembiayaan Rahn Emas di

Pegadaian Syariah (Studi Kasus di Pegadaian Syariah UPS Pasar

Johar)”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode analisis risiko yang dilakukan Pegadaian

Syariah UPS Pasar Johar pada pembiayaan Rahn Emas?

2. Bagaimana meminimalisir risiko yang muncul pada pembiayaan

Rahn emas di Pegadaian Syariah UPS Pasar Johar?

1.3 Tujuan Penulisan

21 Untuk mengetahui metode analisis risiko Pegadaian Syariah UPS

Pasar Johar pada pembiayaan Rahn Emas.

22 Untuk mengetahui cara meminimalisir risiko yang muncul pada

pembiayaan rahn emas di Pegadaian Syariah UPS Pasar Johar.

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa


pihak diantaranya :
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan teori
tentang analisis risiko pada pembiayaan Rahn Emas. Selanjutnya
untuk meneliti dan mengembangkan lebih lanjut terkait masalah
pembiayaan rahn emas.
2. Bagi Universitas Wahid Hasyim Semarang
Diharapakan bermanfaat secara teori dan aplikasi terhadap
pengembangan khasanah ilmu ekonomi Islam.
3. Bagi Pegadaian Syariah UPS Pasar Johar
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam
menganalisis risiko pada pembiayaan rahn emas yang ada di
Pegadaian Syariah UPS Pasar Johar.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraiakan tentang landasan teori dan penelitian

terdahulu yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang landasan teori dan penelitian

terdahulu, serta kerangka penelitian yang merupakan jawaban sementara

dari suatu yang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang pendekatan penelitian, jenis

penelitian sumber dan teknik pengumpulan data serta pengujian keabsahan

data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembiayaan

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

perbankan pada pasal 1 butir 12, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tabungan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi

hasil. Pendapat lain mengatakan, pembiayaan adalah tempat bernaungnya

fungsi kredit dalam perbankan. Dalam prinsip syariah pembiayaan adalah

pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi dana pihak-pihak

yang merupakan defisit unit (www.ojk.go.id, 2018).

Tujuan pembiayaan syariah dalam hal ini bukan hanya untuk

mencari keuntungan, akan tetapi juga untuk menciptakan lingkungan

bisnis yang aman, hal ini dikarenakan pembiayaan syariah memberikan

beberapa manfaat di antaranya sebagai berikut:

1. Memberikan pembiayaan berprinsip syariah dengan sistem bagi hasil

yang tidak memberatkan kreditur.

2. Membantu mempermudah masyarakat dhuafa yang tidak tersentuh

oleh lembaga perbankan maupun lembaga konvensional karena tidak

mampu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh lembaga

terkait.
3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan

rentenir dengan membantu melalui usaha yang dilakukan.

Menurut sifat pembiayaannya, pembiayaan dibagi menjadi dua

bagian yaitu: pembiayaan produktif untuk meningkatkan kegiatan

produksi; dan pembiayaan konsumtif untuk memenuhi kegiatan

konsumsi.

2.1.2 Rahn

Rahn adalah akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada

pihak yang lain, dengan uang sebagai gantinya. Akad ini digunakan

sebagai akad tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan

jaminan tambahan. Lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun

kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan barang tersebut

(www.ojk.go.id).

Menurut Antonio (2001:128) menyatakan Rahn adalah menahan

salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pnjaman yang

diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.

Dengan demikian pihak yang memperoleh jaminan untuk dapat

mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

Menurut Hakim (2012:121) gadai (rahn) merupakann salah satu

kategori dari perjanjian utang piutang, yang mana untuk suatu

kepercayaan dari orang yang berpiutang, orang yang berutang

menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu. Barang


jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berutang)

tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang).

2.1.2.1 Dasar hukum gadai syariah

a. Al quran dan Hadits

Menurut QS. Al Baqarah ayat 283 yang digunakan sebagai dasar

membangun konsep gadai adalah sebagai berikut :

‫ض ُك ْم بَ ْعضًا‬ ُ ‫ضةٌ ۖ فَِإ ْن َأ ِمنَ بَ ْع‬ َ ‫َان َم ْقبُو‬


ٌ ‫ َكاتِبًا فَ ِره‬b‫َوِإ ْن ُك ْنتُ ْم َعلَ ٰى َسفَ ٍر َولَ ْم ت َِجدُوا‬
ِ َّ‫فَ ْليَُؤ ِّد الَّ ِذي اْؤ تُ ِمنَ َأ َمانَتَهُ َو ْليَت‬
ُ‫ق هَّللا َ َربَّهُ ۗ َواَل تَ ْكتُ ُموا ال َّشهَا َدةَ ۚ َو َم ْن يَ ْكتُ ْمهَا فَِإنَّه‬
ٌ‫آثِ ٌم قَ ْلبُهُ ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َعلِيم‬

Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak


secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) maka hendaklah ia bertaqwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang berdosa
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS. Al Baqarah ayat 283).

Shaihk Muhammad ‘Ali As-Sayis yang dikutip dalam

Erangga (2013:6) mengungkapkan bahwa rahn dapat dilakukan

ketika dua pihak bertansaksi sedang melakukan perjalanan

(musafir), dan transaksi yang demikian ini harus dicatat dalam

sebuah berita acara dan ada orang yang menjadi saksi terhadapnya.

Penerima gadai (murtahin) juga dibolehkan tidak menerima barang

jaminan (marhun) dari pemberi gadai (rahin) dengan alasan bahwa

murtahin meyakini rahin tidak akan menghindar dari


kewajibannya. Fungsi marhun adalah untuk menjaga kepercayaaan

masing-masing pihak, sehingga murtahin meyakini bahwa rahin

beritikad baik untuk mengembalikan pinjamannya (marhun bih)

dengan cara mmenggadaikan barang atau benda yang dimilikinya

(marhun) dengan tidak tidak melalaikan jangka waktu

pengembalian utang tersebut.

Hadist (sabda, perbuatan, takrir, atau ketetapan Nabi

Muhammad SAW yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat

untuk menjelaskan dan menentukan hukum islam) Aisyah ra

berkata :

‫ ِع ْن َد ِإب َْرا ِهي َم‬b‫َح َّدثَنَا ُم َعلَّى بْنُ َأ َس ٍد َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َوا ِح ِد َح َّدثَنَا اَأْل ْع َمشُ قَا َل َذكَرْ نَا‬
‫صلَّى‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ي هَّللا ُ َع ْنهَا َأ َّن النَّب‬ ِ ‫ال َّر ْهنَ فِي ال َّسلَ ِم فَقَا َل َح َّدثَنِي اَأْل ْس َو ُد ع َْن عَاِئ َشةَ َر‬
bَ ‫ض‬
‫ي ِإلَى َأ َج ٍل َو َرهَنَهُ ِدرْ عًا ِم ْن َح ِدي ٍد‬
ٍّ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ا ْشتَ َرى طَ َعا ًما ِم ْن يَهُو ِد‬

“Telah menceritakan kepada kami [Mu'alla bin Asad] telah


menceritakan kepada kami ['Abdul Wahid] telah menceritakan
kepada kami [Al A'masy] berkata; Kami membicarakan tentang
gadai dalam jual beli kredit (Salam) di hadapan [Ibrahim] maka
dia berkata, telah menceritakan kepada saya [Al Aswad] dari
['Aisyah radliallahu 'anha] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam pernah membeli makanan dari orang Yahuid yang akan
dibayar Beliau pada waktu tertentu di kemudian hari dan Beliau
menjaminkannya (gadai) dengan baju besi.” (HR. Bukhari no
1926, kitab Al-Buyu, dan Muslim)

Hadist riwayat Abu Hurairah r.a berbunyi :

‫ ُم َح َّم ُد بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن‬b‫س ح َح َّدثَنِي‬ ٍ َ‫َح َّدثَنَا ُم ْسلِ ٌم َح َّدثَنَا ِه َشا ٌم َح َّدثَنَا قَتَا َدةُ ع َْن َأن‬
‫ب َح َّدثَنَا َأ ْسبَاطٌ َأبُو ْاليَ َس ِع ْالبَصْ ِريُّ َح َّدثَنَا ِه َشا ٌم ال َّد ْستَ َواِئ ُّي ع َْن قَتَا َدةَ ع َْن‬ ٍ ‫َحوْ َش‬
ٍ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِ ُخب ِْز َش ِع‬
‫ير‬ َ ‫ي هَّللا ُ َع ْنهُ َأنَّهُ َم َشى ِإلَى النَّبِ ِّي‬ bَ ‫ض‬
ِ ‫س َر‬ ٍ َ‫َأن‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِدرْ عًا لَهُ بِ ْال َم ِدينَ ِة ِع ْن َد‬ َ ‫َوِإهَالَ ٍة َسنِخَ ٍة َولَقَ ْد َرهَنَ النَّبِ ُّي‬
‫صلَّى‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد‬ ِ ‫ َأِل ْهلِ ِه َولَقَ ْد َس ِم ْعتُهُ يَقُو ُل َما َأ ْم َسى ِع ْن َد‬b‫ي َوَأ َخ َذ ِم ْنهُ َش ِعي ًرا‬ ٍّ ‫يَهُو ِد‬
‫ع َحبٍّ َوِإ َّن ِع ْن َدهُ لَتِ ْس َع نِ ْس َو ٍة‬ ُ ‫صا‬ َ ‫ع بُرٍّ َواَل‬ َ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم‬
ُ ‫صا‬ َّ
“Telah menceritakan kepada kami [Muslim] telah menceritakan
kepada kami [Hisyam] telah menceritakan kepada kami [Qatadah]
dari [Anas]. Dan diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada
saya [Muhammad bin 'Abdullah bin Hawsyab] telah menceritakan
kepada kami [Asbath Abu Al Yasa' Al Bashriy] telah menceritakan
kepada kami [Hisyam Ad-Dastawa'iy] dari [Qatadah] dari [Anas
radliallahu 'anhu] bahwa dia pernah di sore hari bersama Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dengan hidangan rati terbuat dari
gandum dan sayur yang sudah basi. Sungguh Nabi shallallahu
'alaihi wasallam telah menggadaikan baju besi Beliau kepada
seorang Yahudi untuk mendapatkan makanan di Madinah lalu
dengan itu Beliau mendapatkan gandum untuk keluarga Beliau.
Dan sungguh aku mendengar Beliau bersabda: "Tidaklah ada satu
malampun yang berlalu pada keluarga Muhammad dimana ada
satu sha' dari gandum atau satu sha' rati". Padahal Beliau
memelilki sembilan isteri” (HR Bukhari no, 1927, kitab Al-Buyu,
Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah)

b. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(DSN-MUI) menjadi salah satu rujukan yang berkaitan dengan

gadai syariah, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Fatwa DSN-MUI No. 25/DSNMUI/III/2002 tentang Rahn.

Dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Murtahin (penerima gadai) berhak menahan marhun bih

(barang jaminan) sampai hutang rahin (nasabah) dilunasi.

2. Marhun bih dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadai pada dasarnya

menjadi kewajiban nasabah, namun dapat dilakukan juga oleh

penerima gadai, sedangkan biaya pemeliharaan dan

penyimpanan tetap menjadi kewajiban nasabah.

4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan barang gadai tidak

boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.


5. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka

penyelesaiannya dapat dilakukan melalui Badan Arbitrase

Nasional setelah mencapai kesepakatan Musyawarah.

2) Fatwa DSN-MUI No. 26/DSNMUI/III/2002 tentang Rahn

Emas. Memutuskan bahwa :

1. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip pada Fatwa DSN-

MUI No. 25/DSNMUI/III/2002 tentang Rahn, ongkos

penyimpanan ditanggung nasabah, biaya penyimpanan

berdasarkan akad ijarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan

jika dikemudian hari ternyata terdpat kekeliruan akan diubah

dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

3. Ketentuan-ketentuan umum Fatwa DSN-MUI No.

25/DSNMUI/III/2002 tentang Rahnyang terkait dengan

pelaksanaan akad Rahn Tasjilytetap berlaku. Akad Rahn Tasjily

adalah jaminan dalam bentuk barang atas hutang tetapi barang

jaminan tersebut tetap berada dalam penguasaan Rahin dan

bukti kepemilikannya diserhkan kepada Murtahin.

4. Ketentuan penutup, fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

dengan ketentuan jika ada suatu kekeliruan akan diubah dan

disempurnakan sebagaimana metinya.

2.1.2.2 Syarat Sah dan Rukun Gadai Syariah

Ulama fiqh berbeda pendapat dalam menetapkan rukun rahn.

Menurut jumhur ulama rukun rahn ada empat, yaitu :


a. Sighat (lafadz ijab dan qabul)

b. Orang yang berakad (rahin dan murtahin)

c. Harta yang dijadikan jaminan (marhun)

d. Utang (Marhun bih)

Ulama Hanafiyyah berpendapat, rukun Rahn hanya ijab

(pernyataan penyerahan barang sebagai jaminan pemilik barang) dan

qabul (pernyataan ketersediaan memberi utang dan menerima barang

jaminan tersebut). Menurut Ulama Hanafiyyah agar lebih sempurna dan

mengikat akad rahn maka diperlukan qabdh (penguasaan barang) oleh

pemberi hutang.adapun rahin, murtahin, marhun, marhun bih termasuk

syarat rahn, bukan rukunnya (Nasution, 2016 : 10).

2.1.2.3 Skema pembiayaan Gadai Syariah (Rahn)


2. Permohonan pembiayaan
Marhun Bih
(Hutang)

1.3
3. Akad pembiayaan
Murtahin Rahin
4. utang + mark up
1.1
1.2 titipan/gadai pembiayaan
Marhun
(Barang jaminan)

Sumber : Antonio, (2001:131) Bank Syariah : Dari Teori ke Terapan


Penjelasan mengenai teknis dari skema diatas adalah sebagai berikut.

1. Rahin (nasabah) menjaminkan barang gadai kepada Murtahin

untuk mendapatkan pembiayaan. Kemudian pihak Murtahin

menaksir barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam memberikan

pembiayaan.

2. Murtahin dan Rahin menyetujui akad gadai. Akad ini mengenai

berbagai hal, seperti kesepakatan biaya gadaian jatuh tempo gadai

dan sebagainya.

3. Pegadaian syariah menerima biaya gadai, seperti biaya penitipan,

biaya pemeliharaan, penjagaan dan biaya penaksiran yang dibayar

pada awal transaksi oleh nasabah.

4. Nasabah menebus barang yang digadaikan setelah jatuh tempo.

1.1.1 Risiko

Risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari

suatu perbuatan atau tindakan (https://kbbi.web.id/risiko 2018).

Darmawi (2002) menyampaikan beberapa definisi risiko, antara lain :

yang pertama Risk is the chance of loss, dipergunakan untuk

menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan

(exposure) terhadap kerugian. Yang kedua Risk is the possibility of loss,

berari bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara nol dan satu.

Yang ketiga Risk the uncertainty, Risiko berhubungan erat dengan

ketidakpastian. Sedangkan menurut Voughan (1997) mendefinisikan


risiko dalam dua elemen, yaitu indeterminacy dan loss (Sholahuddin

2006:3).

1.1.1.1 Tipe-tipe risiko

Salah satu cara untuk mengelompokkan risiko adalah dengan

melihat tipe-tipe risiko (Hanafi, 2006:6). Tipe-tipe risiko dibagi

menjadi 2(dua) tipe, yaitu :

1. Risiko Murni (pure risk)

2. Risiko Spekulatif

1.1.2 Analisis Risiko

Menurut Tim Pembimbingn dan Konsultasi Manajemen Risiko

Kementrian Keuangan (2010), Analisis Risiko merupakan bagian dari

tahapan proses manajemen risiko yang berupaya meningkatkan

pemahaman terhadap risiko yang telah teridentifikasi melalui proses

sistematis untuk memahami karakteristik risiko dan mengetahui level

risiko yang menjadi dasar bagi kegiatan evaluasi risiko dan pengambilan

keputusan mengenai penangan risiko.

Analisis risiko meliputi :

1. Pemahaman aatas sumber-sumber risiko

2. Dampak positif dan negatif dari risiko

3. Frekuensi keterjadian dari risiko

4. Tinjauan atas pengendalian yang ada


Analisis risiko dilakukan dengan menggabungkan (melalui

perhitungan yang sistematis) antara konsekuensi dan frekuensi. Hasil dari

kegiatan analisis risiko adalah level risiko, yang merupakan perhitugan

antara level konsekuensi dan level frekuensi.

1.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian Dewi Fatmasari dan Anah Hasanah (2017) yang bejudul

“Analisis Manajemen Risiko Dalam prosedur Pembiayaan Gadai Emas di

BJB Syariah Cabang KCP Kuningan”. Dalam penelitian ini membahas

tentang bagaimana manajemen risikoterhadap prosedur pembiayaan gadai

emas mulai dari prosedur permohonan pembiyaan gadai emas, prosedur

penaksiran barang gadai, prosedur pelunasan penuh, prosedur pelunasan

sebagian, prosedur SP 1 s/d SP 2 atau setara 3, lelang, kuasa lelang,

penjualan, dan pelunasan/penutupan pada sistem.

Tabel ringkasan penelitian terdahulu

No Judul dan Pendekatan Indikator/alat Hasil


peneliti penelitian ukur penelitian
1 Analisis Pendekatan Manajemen
manajemen kualitatif dengan risiko, prosedur,
risiko dalam jenis penelitian pembiayaan gadai
prosedur studi pustaka emas
pembiayaan
gadai emas di
BJB Syaraih
cabangKCP
Kuningan
(Dewi
Fatmasari dan
Anah Hasanah,
2017)
2 Proses
mnajemen
resiko gadai
emas baitul
mal wat
tamwil uasaha
gabungan
terpadu
sidogiri cabang
klampis
bangkalan
madura (rifki
satriyo aji,
2017)
3
4
5

1.3 Kerangka Penelitian

Lembaga Keuangan

Bank Non Bank

PT Pegadaian
(Persero)

Pegadaian Konvensional Pegadaian Syariah

Amanah Arrum haji Tabungan emas Rahn

Arrum BPKB MPO Mulia


Barang Kendaraan Emas
elektronik Bermotor

Ditambah risikonya Analisis


risiko
Keterangan :
yang diteliti
tidak diteliti

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

3.2 Jenis Penelitian

Kualitatif deskriptif

3.3 Sumber Data

Data primer

Data sekunder

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Wawancara
Observasi

Dokumentasi

3.5 Pengujian Keabsahan Data

trianggulasi

Anda mungkin juga menyukai