Oleh:
Magister Ekonomi
Universitas Trisakti
1
1. Gambaran Umum Industri Pembiayaan Syariah di Indonesia
Saat ini, jumlah perusahaan pembiayaan ada 173 unit dengan total aset Rp447 triliun
sedangkan asset lembaga pembaiyaan syariah sebesar 15,5 Trilyun atau sebesar
3,5% terhadap total asset lembaga pembaiyaan syariah dengan data 4 tahun terakhir
sebagai berikut: (dalam Rp Milyar)
Item 2018 2019 2020 Agt 2021
Lembaga Pembiayaaan Konvensional 504.763 518.138 456.061 431.953
Lembaga Pembiayaaan Syariah 22.179 20.016 15.331 15.497
Total MF 526.942 538.155 471.392 447.450
Market share Syariah 4,21% 3,72% 3,25% 3,46%
Sumber : Data Statistik Lembaga Pembiayaan (OJK, http://www.ojk.go.id, akses 22/10/2021)
Hingga Agustus 2021, kinerja lembaga pembiayaan syariah masih menunjukkan tren
penurunan, ditambah lagi kondisi pandemi yang semakin memperburuk kinerja
keuangan perusahaan.
2
Kegiatan usaha ini juga berlaku atas perusahaan pembiayaan syariah, hanya saja
dalam melakukan kegiataanya perusahaan pembiayaan syariah harus menyalurkan
dananya berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perusahaan pembiayaan
konvensional. Kegiataan usaha pembiayaan dan sumber pendanaan perusahaan
pembiayaan syariah harus sesuai dengan ajaran Islam (in complinace with syariah)
yang bebas dari unsur riba, haram, dan gharar. Oleh karena itu, perusahaan
pembiayaan syariah harus diatur dalam peraturan yang jelas.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, untuk memberikan kerangka hukum yang
jelas dan memadai terhadap sumber pendanaan, pembiayaan dan akad syariah yang
menjadi dasar kegiataan perusahaan pembiayaan syariah, Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) mengeluarkan peraturan No: PER-
03/BL/2007 tentang Kegiataan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
dan No: PER-04/BL/2007 tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Kegiataan
Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Pasal 5 Peraturan Ketua
BAPEPAM LK No: PER-03/BL/2007 jelas menyatakan: “Setiap perusahaan
pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib
menyalurkan dana untuk kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.”
Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah, sebagaimana menurut Pasal 1 butir
6 adalah sebagai berikut: “Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam yang
menjadi pedoman dalam kegiatan operasional perusahaan dan transaksi antara
lembaga keuangan atau lembaga bisnis syariah dengan pihak lain yang telah dan
akan diatur oleh DSN-MUI.”
3
Pada dasarnya, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, kegiataan usaha
perusahaan pembiayaan konvesional dengan perusahaan pembiayaan syariah
adalah sama, yang membedakan antara keduanya adalah model akad yang
digunakan dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut. Ketentuan di atas
menjelaskan akad-akad apa saja yang sesuai untuk diaplikasikan pada setiap
kegiataan usaha yang ada. Namun yang penting untuk dipahami adalah, sesuai
dengan Pasal 6 huruf e di atas, perusahaan pembiayaan syariah bisa melakukan atau
mengembangkan model kegiataan pembiayaan lain diluar model kegiataan
pembiayaan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, ada peluang bagi perusahaan
pembiayaan syariah untuk mengembangkan produk-produk pembiayaan baru yang
lebih variatif yang dianggap profitable sehingga kegiataan perusahaan menjadi lebih
berkembang. Produk-produk baru tersebut baru bisa dijalankan oleh perusahaan
pembiayaan syariah setelah mendapatkan opini dari Dewan Pengawas Syariah dan
disetujui oleh OJK.
Sesuai dengan data statistik yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan melalui
http://www.ojk.go.id, kelembagan lembaga pembiayaan syariah yaitu:
a. Perusahaan Pembiayaan Syariah
b. Perusahaan Modal Ventura Syariah
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur Syariah
Secara umum, tekanan yang dialami perusahaan pembiayaan mungkin tak berbeda
dengan pengalaman industri lain, yaitu akibat pandemi. Namun untuk penyaluran
pembiayaan dengan sistem syariah, ternyata sudah jauh lebih besar penurunannya,
4
DAFTAR PUSTAKA