Anda di halaman 1dari 5

Tugas Pertemuan 6

Perkembangan Lembaga Pembiayaan Syariah di Indonesia

Mata Kuliah: Istititusi dan Tata Kelola Keuangan Syariah

Oleh:

Yayat Taryadi (121012100001)

Magister Ekonomi

Islamic Economics and Finance (IEF)

Universitas Trisakti

1
1. Gambaran Umum Industri Pembiayaan Syariah di Indonesia

Lembaga pembiayaan merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di


Indonesia yang mempunyai aktivitas membiayai kebutuhan masyarakat baik bersifat
produktif maupun konsumtif. Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006
tentang Perusahaan Pembiayaan, pengertian Perusahaan Pembiayaan adalah badan
usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.

Saat ini, jumlah perusahaan pembiayaan ada 173 unit dengan total aset Rp447 triliun
sedangkan asset lembaga pembaiyaan syariah sebesar 15,5 Trilyun atau sebesar
3,5% terhadap total asset lembaga pembaiyaan syariah dengan data 4 tahun terakhir
sebagai berikut: (dalam Rp Milyar)
Item 2018 2019 2020 Agt 2021
Lembaga Pembiayaaan Konvensional 504.763 518.138 456.061 431.953
Lembaga Pembiayaaan Syariah 22.179 20.016 15.331 15.497
Total MF 526.942 538.155 471.392 447.450
Market share Syariah 4,21% 3,72% 3,25% 3,46%
Sumber : Data Statistik Lembaga Pembiayaan (OJK, http://www.ojk.go.id, akses 22/10/2021)

Sejak empat tahun terakhir, kinerja perusahaan pembiayaan konvensoinal maupun


syariah menujukkan tren yang turun (negatif) baik dari sis iasset, pembiayaan yang
disalurkan maupun laba yang usaha.

Berikut tabel perkembangan kinerja perusahaan pembiayaan syariah di Indonesia


selama kurun 5 tahun terakhir sebagai berikut: (dalam Rp Milyar)
2016 2017 2018 2019 2020 Agt-2021
Asset Lembaga
Pembiayaan 35.741 32.257 22.179 20.016 15.331 15.497
Syariah
Pembiayaan 33.073 28.645 19.297 15.987 11.610 11.511
Laba 1.281 1.747 1.427 1.189 751 615
Sumber : Data Statistik Lembaga Pembiayaan (OJK, http://www.ojk.go.id, akses 22/10/2021)

Hingga Agustus 2021, kinerja lembaga pembiayaan syariah masih menunjukkan tren
penurunan, ditambah lagi kondisi pandemi yang semakin memperburuk kinerja
keuangan perusahaan.

2. Perbedaan Prinsip dan Operasional Pembiayaan Konvensional dan Syariah

Menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Presiden No. 9/2009 tentang Lembaga


Pembiayaan, ‘Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan
untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen
dan/atau Kartu Kredit.’ (Lihat juga Pasal 2 POJK No. 29). Ketentuan ini secara jelas
mengatur bahwa perusahaan pembiayaan hanya boleh melakukan kegiatan
pembiayaan yang terkait dengan empat bentuk kegiataan usaha di atas.

2
Kegiatan usaha ini juga berlaku atas perusahaan pembiayaan syariah, hanya saja
dalam melakukan kegiataanya perusahaan pembiayaan syariah harus menyalurkan
dananya berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perusahaan pembiayaan
konvensional. Kegiataan usaha pembiayaan dan sumber pendanaan perusahaan
pembiayaan syariah harus sesuai dengan ajaran Islam (in complinace with syariah)
yang bebas dari unsur riba, haram, dan gharar. Oleh karena itu, perusahaan
pembiayaan syariah harus diatur dalam peraturan yang jelas.

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, untuk memberikan kerangka hukum yang
jelas dan memadai terhadap sumber pendanaan, pembiayaan dan akad syariah yang
menjadi dasar kegiataan perusahaan pembiayaan syariah, Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) mengeluarkan peraturan No: PER-
03/BL/2007 tentang Kegiataan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
dan No: PER-04/BL/2007 tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Kegiataan
Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Pasal 5 Peraturan Ketua
BAPEPAM LK No: PER-03/BL/2007 jelas menyatakan: “Setiap perusahaan
pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib
menyalurkan dana untuk kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.”

Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah, sebagaimana menurut Pasal 1 butir
6 adalah sebagai berikut: “Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam yang
menjadi pedoman dalam kegiatan operasional perusahaan dan transaksi antara
lembaga keuangan atau lembaga bisnis syariah dengan pihak lain yang telah dan
akan diatur oleh DSN-MUI.”

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dipahami bahwa kepatuhan terhadap prinsip


syariah bagi perusahaan pembiayaan yang menjalankan aktifitasnya berdasarkan
prinsip syariah adalah suatu kemestian yang tidak boleh dilanggar. Prinsip syariah
tersebut merupakan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam bentuk fatwa. Fatwa ini
sebagai guideline bagi perusahaan pembiayaan syariah dalam menjalankan kegiatan
pembiayaannya.

Adapun yang dimaksud dengan kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,


sesuai yang diatur dalam Pasal 6 Peraturan Ketua BAPEPAM LK No: PER-
03/BL/2007 adalah sebagai berikut:

 Sewa Guna Usaha, yang dilakukan berdasarkan: Ijarah; Ijarah Muntahiya


Bittamlik;
 Anjak Piutang, yang dilakukan berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah.
 Pembiayaan Konsumen, yang dilakukan berdasarkan: Murabahah; Salam;
atau Istishna’.
 Usaha Kartu Kredit yang dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah.
 Kegiataan pembiayaan lainya yang dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah.

3
Pada dasarnya, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, kegiataan usaha
perusahaan pembiayaan konvesional dengan perusahaan pembiayaan syariah
adalah sama, yang membedakan antara keduanya adalah model akad yang
digunakan dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut. Ketentuan di atas
menjelaskan akad-akad apa saja yang sesuai untuk diaplikasikan pada setiap
kegiataan usaha yang ada. Namun yang penting untuk dipahami adalah, sesuai
dengan Pasal 6 huruf e di atas, perusahaan pembiayaan syariah bisa melakukan atau
mengembangkan model kegiataan pembiayaan lain diluar model kegiataan
pembiayaan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, ada peluang bagi perusahaan
pembiayaan syariah untuk mengembangkan produk-produk pembiayaan baru yang
lebih variatif yang dianggap profitable sehingga kegiataan perusahaan menjadi lebih
berkembang. Produk-produk baru tersebut baru bisa dijalankan oleh perusahaan
pembiayaan syariah setelah mendapatkan opini dari Dewan Pengawas Syariah dan
disetujui oleh OJK.

3. Kelembagaan Lembaga Pembiayaan Syariah di Indonesia

Sesuai dengan data statistik yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan melalui
http://www.ojk.go.id, kelembagan lembaga pembiayaan syariah yaitu:
a. Perusahaan Pembiayaan Syariah
b. Perusahaan Modal Ventura Syariah
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur Syariah

Secara umum, tekanan yang dialami perusahaan pembiayaan mungkin tak berbeda
dengan pengalaman industri lain, yaitu akibat pandemi. Namun untuk penyaluran
pembiayaan dengan sistem syariah, ternyata sudah jauh lebih besar penurunannya,

Diharapkan lembaga pembiayaan syariah dapat memperbaiki kinerja menghadapi


pasar saat ini dan memberikan layanan untuk pemenuhan kebutuhan msyarakat.

4
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ojk.go.id, Statistik Lembaga Pembiayaan tahun 2021, Statistik Lembaga


Pembiayaan tahun 2021
http:// www.appi.id; Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan

Anda mungkin juga menyukai