Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENELITIAN

PENYELENGSAIAN SENGKETA BIDANG PERDAGANGAN


MELALUI MEKANISME NONLITIGASI
(SUATU KAJIAN NORMATIF)

Oleh:
1. DEWI TUTI MURYATI, SH, MH. (KETUA)
2. B.RINI HERYANTI, S.H, M.H. (ANGGOTA)

Proyek Penelitian ini dibiayai oleh Universitas Semarang


Dengan Surat Perjanjian Nomor : 267.8/USM.H8/L/2010

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO


UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS HUKUM
2011
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. a. Judul Penelitian : Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen
(Suatu Kajian Normatif)
b. Bidang Penelitian : Ilmu Hukum (Hukum Bisnis)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Ketua Peneliti
a.Nama Lengkap : Dewi Tuti Muryati, S.H, M.H.
b.Jenis Kelamin : Perempuan
c.NIP : 06557003801003
d.Pangkat/Golongan : Penata / III-C
e.Jabatan Fungsional : Lektor
f. Fakultas/Jurusan : Hukum/ Ilmu hukum
g.Universitas : Universits Semarang
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. Jumlah Anggota Peneliti : 1 orang
a.Nama Anggota I : B. Rini Heryanti, S.H, M.H.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Lokasi Penelitian : Kota Semarang
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
5. Jangka Waktu Penelitian : 6 (enam) bulan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
6. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp.2.500.000,-
(dua juta lima ratus ribu)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
7. Sumber Biaya : Universitas Semarang
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mengetahui, Semarang, Maret 2011
Dekan Fakultas Hukum, Ketua Peneliti,

Efi Yulistyowati,S.H,M.H . Dewi Tuti Muryati,S.H, M.H.


NIS: 06557003801006 NIS: 06557003801003
Menyetujui,

Ketua LPPM Universitas Semarang

Wyati Saddewisasi, SE., M.Si


NIP. 196001191987032001
ABSTRAK

Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi antar masyarakat dan antar bangsa, masalah
yang dihadapi oleh para pihak juga semakin beragam dan tidak menutup kemungkinan
menimbulkan sengketa. Sengketa berawal pada situasi di mana pihak yang satu merasa dirugikan
oleh pihak lain.
Timbulnya sengketa di bidang perdagangan dalam perkembangannya dapat diselesaikan
melalui mekanisme litigasi (Pengadilan) maupun nonlitigasi (di luar pengadilan) atau alternatif
penyelesaian sengketa/APS. Dalam penyelesaian sengketa nonlitigasi harus didasarkan pada
itikat baik dari para pihak, sehingga proses penyelesaiannya dapat dilakukan secara cepat sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.
Pasal 1 butir 10 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa menyebutkan bahwa Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian
sengketa di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli. Sedangkan arbitrase juga merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase.
Penyelesaian sengketa nonlitigasi mulai dikenal oleh masyarakat, khususnya di bidang
perdagangan. Hal ini dapat dicermati dari berbagai kontrak di bidang perdagangan sudah mulai
mencantumkan klausul penyelesaian sengketa di luar pengadilan (khususnya arbitrase).

Kata kunci : penyelesaian sengketa, perdagangan, pengaturan dan mekanisme.

33
PENDAHULUAN Timbulnya sengketa pada kegiatan
perdagangan dalam perkembangannya dapat
Perdagangan merupakan salah satu diselesaikan melalui mekanisme litigasi
sektor jasa yang menunjang kegiatan (Pengadilan) maupun nonlitigasi atau
ekonomi antar anggota masyarakat dan antar penyelesaian sengketa di luar pengadilan
bangsa. Bagi Indonesia dengan ekonominya (melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa/
yang bersifat terbuka, perdagangan sangat APS). Dalam penyelesaian sengketa di luar
vital bagi upaya peningkatan pertumbuhan pengadilan, pihak yang bersengketa tidak
ekonomi sekaligus guna memelihara melalui proses hukum formal yang
kemantapan stabilitas nasional. seringkali mahal dan memakan waktu. Para
Merupakan hal yang wajar apabila pihak cukup mengajukan perkaranya pada
dalam hubungan perdagangan pada suatu pihak ketiga untuk menyelesaikan
saat mengalami pertikaian atau konflik persengketaan.
(conflict), hal ini pada hakekatnya
Bentuk-bentuk Alternatif
merupakan salah satu bentuk dari interaksi
Penyelesaian Sengketa dapat dibagi dalam :
sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertama, alternative to ajudikasi yang terdiri
Konflik akan berkembang menjadi sengketa
atas negosiasi dan mediasi; Kedua,
apabila pihak yang merasa dirugikan
alternative to litigasi yang terdiri atas
menyatakan rasa tidak puas pada pihak yang
negosiasi, mediasi dan arbitrase.2
menimbulkan kerugian pada pihak lain.
Kata sengketa (conflict; dipute) Undang-undang Nomor 30 Tahun
mestinya tidak hanya bersifat merusak 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
(destructive) dan merugikan (harmful), Penyelesaian Sengketa, Pasal 1 butir 10
melainkan membangun (constructive), menyebutkan bahwa Alternatif penyelesaian
menarik/ menantang (challenging) serta Sengketa adalah lembaga penyelesaian
dinamis sebagai katalisator perubahan (a sengketa atau beda pendapat melalui
catalyst for change). 1 prosedur yang disepakati para pihak, yakni

2
Abdul Halim Barkatullah, Bentuk Perlindungan
Hukum Bagi Konsumen Dalam Penyelesaian
1
Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Sengketa Transaksi Elektronik Internasional
Menurut UUPK Teori & Praktik Penegakan Hukum, Menurut UU No. 11 Tahun 2008, Jurnal Hukum
PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm. 12. Bisnis, Vol. 29, No. 1, hlm. 57, 2010.

4
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara 1. Pengertian Penyelesaian Sengketa
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, Nonlitigasi
atau penilaian ahli. Adapun arbitrase Litigation (bahasa Inggris) artinya
dipersepsikan oleh pembuat undang-undang pengadilan. Jadi nonlitigasi adalah di luar
seolah-olah bukan termasuk Alternatif pengadilan. Sebagai bahan perbandingan,
Penyelesaian Sengketa, padahal sebetulnya litigation (pengadilan), sebagian besar
arbitrase juga termasuk Alternatif tugasnya adalah menyelesaikan sengketa
Penyelesaian Sengketa. dengan menjatuhkan putusan (constitutif)
misalnya menjatuhkan putusan atas sengketa
Berdasarkan uraian tersebut maka
waris, perbuatan melawan hukum dan
perlu dikaji lebih lanjut mengenai
sebagian kecil tugasnya adalah penangkalan
Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian
sengketa dengan menjatuhkan penetapan
Sengketa Nonlitigasi di Bidang Perdagangan
pengadilan (deklaratoir) misalnya penetapan
Melalui Mekanisme Nonlitigasi, mengingat
wali, penetapan anak angkat dan lain-lain.3
penyelesaian sengketa melalui mekanisme
Nonlitigasi sebagai kebalikan dari
nonlitigasi tersebut sudah merupakan suatu
litigasi (argumentum analogium) adalah
kebutuhan bagi para pelaku usaha di bidang
untuk menyelesaikan sengketa di luar
perdagangan dalam upaya memperoleh
pengadilan melalui perdamaian dan
jaminan kenyamanan dan keamanan dalam
penangkalan sengketa dengan perancangan-
melakukan hubungan-hubungan hukum.
perancangan kontrak yang baik.
Penyelesaian sengketa secara nonlitigasi
meliputi bidang yang sangat luas bahkan
mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dapat diselesaikan secara hukum. 4
Penyelesaian sengketa secara
nonlitigasi adalah penyelesaian sengketa di
luar pengadilan yang didasarkan kepada
PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP hukum, dan penyelesaian tersebut dapat
PENYELESAIAN SENGKETA
digolongkan kepada penyelesaian yang
NONLITIGASI
3
I Wayan Wiryawan & I Ketut Artadi,
Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan,
Udayana University Press, Denpasar-Bali, 2010,
hlm. 3.
4
Ibid.
5
berkualitas tinggi, karena sengketa yang globalisasi dengan ciri “moving quickly”,
diselesaikan secara demikian akan dapat menuntut cara-cara yang “informal
selesai tuntas tanpa meninggalkan sisa procedure and be put in motion quickly”.
kebencian dan dendam. Dengan demikian, Alternative Dispute Resolution
penyelesaian sengketa secara nonlitigasi (ADR) merupakan istilah yang pertama kali
adalah penyelesaian masalah hukum secara dimunculkan di Amerika serikat. Konsep ini
hukum dan nurani, sehingga hukum dapat merupakan jawaban atas ketidak puasan
dimenangkan dan nurani orang juga tunduk yang muncul di masyarakat Amerika Serikat
untuk mentaati kesepakatan/ perdamaian terhadap sistem pengadilan mereka. Ketidak
secara sukarela tanpa ada yang merasa puasan tersebut bersumber pada persoalan
kalah. waktu yang sangat lama dan biaya mahal,
Penyelesaian sengketa melalui serta diragukan kemampuannya
proses di luar pengadilan menghasilkan menyelesaikan secara memuaskan. Pada
kesepakatan yang bersifat “win-win intinya Alternative Dispute Resolution
solution”, dijamin kerahasiaan sengketa para (ADR) dikembangkan oleh para praktisi
pihak, dihindari kelambatan yang hukum maupun para akademisi sebagai cara
diakibatkan karena hal prosedural dan penyelesaian sengketa yang lebih memiliki
administratif, menyelesaikan masalah secara akses pada keadilan. 5
komprehensif dalam kebersamaan dan tetap Pasal 6 UU No. 30 Tahun 1999
menjaga hubungan baik. Satu-satunya mengatur mengenai pilihan dalam
kelebihan proses nonlitigasi ini sifat penyelesaian sengketa melalui cara
kerahasiaannya, karena proses persidangan musyawarah para pihak yang bersengketa, di
dan bahkan hasil keputusannya pun tidak bawah title “ Alternatif Penyelesaian
dipublikasikan. Sengketa”, yang merupakan terjemahan dari
Penyelesaian sengketa di luar Alternative Dispute resolution (ADR).
pengadilan ini umumnya dinamakan dengan Pengertian Alternative Dispute Resolution
Alternative Dispute Resolution (ADR). Ada disini adalah lembaga penyelesaian sengketa
yang mengatakan kalau Alternative Dispute 5
Mas Achmad Santoso, “Alternative Dispute
Resolution (ADR) ini merupakan siklus Resolution (ADR) di Bidang Lingkungan Hidup.
Makalah disampaikan dalam acara Forum Dialog
gelombang ketiga penyelesaian sengketa tentang Alternative Dispute Resolution (ADR) yang
diselenggarakan oleh Tim Pakar Hukum Departemen
bisnis. Penyelesaian sengketa bisnis pada era Kehakiman dan The Asia Foundation. Jakarta, 1995,
hlm. 1.

6
atau beda pendapat melalui prosedur yang mengalami perkembangan dari waktu ke
disepakati para pihak, yakni penyelesaian di waktu. 6
luar pengadilan dengan cara konsultasi, Pihak-pihak yang bersengketa dalam
negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian praktik dapat melakukan beberapa
ahli. Dengan demikian, jelaslah yang pendekatan dalam mengelola sengketa yang
dimaksud dengan Alternative Dispute dihadapi. Secara umum ada beberapa
Resolution (ADR) dalam perspektif UU No. pendekatan pengelolaan konflik atau
30 Tahun 1999 itu suatu pranata sengketa yang terjadi, yaitu : 7
penyelesaian sengketa di luar pengadilan a. Power Based
berdasarkan kesepakatan para pihak dengan Power Based merupakan pendekatan
pengelolaan sengketa dengan mendasarkan
mengesampingkan penyelesaian sengketa pada kekuatan atau kekuasaan untuk
secara litigasi di pengadilan. memaksa seseorang untuk berbuat sesuatu
atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya dengan
cara mengancam, menakut-nakuti, blokade,
2. Ruang Lingkup Penyelesaian Sengketa boikot dan sebagainya. Pendekatan ini
umumnya dilakukan apabila satu pihak
Nonlitigasi memiliki posisi dan akses yang lebih kuat
Seperti diuraikan di muka, bahwa dari pihak yang lain.
b. Right Based
sengketa bisnis adalah sengketa yang timbul Right Based adalah pendekatan
di antara pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan sengketa dengan mendasarkan
konsep hak (hukum), yaitu konsep benar dan
berbagai macam kegiatan bisnis atau salah berdasarkan parameter yuridis melalui
perdagangan termasuk didalamnya meliputi prosedur adjudikasi, baik di pengadilan
maupun arbitrase. Dengan demikian pencari
pula unsur-unsur yang lebih luas, seperti keadilan yang ingin menyelesaikan
pekerjaan, profesi, penghasilan, mata sengketanya harus terlebih dahulu
mengajukan perkaranya ke pengadilan yang
pencaharian dan keuntungan. berwenang atau melalui arbitrase.
Dalam penjelasan ketentuan Pasal 66 Pendekatan seperti ini umumnya mengarah
pada keadaan win-lose solution, di mana ada
UU No. 30 Tahun 1999 dirumuskan lebih pihak yang dimenangkan dan ada pula pihak
lanjut tentang ruang lingkup kegiatan yang dikalahkan di sisi lainnya.
c. Interest Based
perdagangan, yang meliputi antara lain Interest Based merupakan pendekatan
kegiatan di bidang perniagaan, perbankan, pengelolaan sengketa dengan mendasarkan
pada kepentingan atau kebutuhan pihak-
keuangan, penanaman modal (investasi), pihak yang bersengketa, bukan melihat pada
industry dan hak kekayaan intelektual 6
Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif
(HaKI). Dalam prakteknya sengketa bisnis Penyelesaian Sengketa, Gama Media, Yogyakarta,
2008, hlm. 8.
7
Ibid, hlm. 9.
7
posisi masing-masing. Solusi diupayakan Penyelesaian sengketa nonlitigasi
mencerminkan kepentingan pihak-pihak
yang bersengketa secara mutual (win-win pada dasarnya adalah cara penyelesaian
solution). Termasuk pendekatan interest sengketa yang dilakukan melalui
based diantaranya negosiasi, mediasi, dan
konsiliasi. perdamaian. Landasan penyelesaian
sengketanya adalah hukum, namun
Ruang lingkup penyelesaian sengketa
konstruksi penyelesaiannya disesuaikan
nonlitigasi adalah seluas ruang lingkup cara
dengan kehendak para pihak dengan tujuan
penyelesaian sengketa hukum kecuali
agar para pihak merasa puas dengan cara
hukum-hukum yang bersifat memaksa dan
penyelesaian sengketa tersebut.
8
hukum publik. Dengan demikian dapat
Penyelesaian sengketa secara damai
dikatakan bahwa ruang lingkup dari
dilandasi adanya kesepakatan yang oleh para
penyelesaian sengketa nonlitigasi adalah
pihak dianggap paling baik. Dianggap baik
meliputi perbuatan hukum atau tindakan
artinya bahwa walaupun jalan kesepakatan
hukum yang dapat mendorong orang untuk
untuk menyelesaikan sengketa ini harus
memilih penyelesaian persoalan hukumnya
dilakukan dengan kesediaan untuk saling
secara damai, karena para pihak menyadari
berkorban, maka pengorbanan ini dinilai
bahwa pilihan cara nonlitigasi adalah yang
paling wajar dan dengan biaya yang tidak
paling efektif, efisien dan aman bagi
mahal, jika dibandingkan dengan
penuntasan sengketanya.
penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi.
Untuk mencapai perdamaian tersebut,
Adapun landasan hukum
pilihan nonlitigasi dengan
penyelesaian sengketa nonlitigasi dapat
mempertimbangkan pada bahan-bahan
dikemukakan sebagai berikut :
penjelasan pasal-pasal hukum, biaya-biaya
1. Pasal 1338 KUHPerdata yang
litigasi, pentingnya penyelesaian sengketa menyatakan bahwa semua
secara tuntas, tidak menyisakan dendam, perjanjian yang dibuat secara
sah, berlaku sebagai undang-
dengan menyentuh nurani, dan tidak undang bagi yang membuatnya.
melukainya dengan debat. Ketentuan ini mengandung asas
perjanjian bersifat terbuka.
Artinya, dalam menyelesaikan
LANDASAN HUKUM PENYELESAIAN masalah, setiap orang bebas
memformulasikannya dalam
SENGKETA NONLITIGASI bentuk perjanjian yang isinya
apapun untuk dapat dijalankan
dalam rangka menyelesaikan
8
Ibid, hlm. 15.

8
masalah. Selanjutnya sengketa hukum dapat
sebagaimana ditentukan dalam diselesaikan dengan cara
Pasal 1340 KUHPerdata bahwa perdamaian di luar Pengadilan
perjanjian hanya berlaku antara dan perdamaian itu mempunyai
pihak-pihak yang membuatnya. kekuatan untuk dijalankan.
Untuk penyelesaian sengketa 4. UU No. 30 Tahun 1999,
nonlitigasi ketentuan tersebut menyebutkan bahwa arbitrase
menjadi penting dalam hal adalah cara penyelesaian
mengingatkan kepada para pihak sengketa perdata di luar peradilan
yang bersengketa bahwa umum yang didasarkan kepada
kepadanya diberikan kebebasan perjanjian arbitrase yang dibuat
oleh hukum untuk memilih jalan secara tertulis sebelum atau
dalam menyelesaikan sesudah sengketa dengan
masalahnya yang dapat menunjuk seorang atau lebih
dituangkan dalam perjanjian, asal arbiter untuk memberi putusan
perjanjian itu dibuat secara sah, atas sengketa. Selanjutnya yang
memenuhi syarat-syarat sahnya dimaksud dengan alternatif
perjanjian sebagaimana penyelesaian sengketa adalah
ditentukan dalam Pasal 1320 penyelesaian sengketa atau beda
KUHPerdata. pendapat melalui prosedur yang
2. Pasal 1266 KUHPerdata disepakati oleh para pihak yakni
menyebutkan bahwa syarat batal penyelesaian di luar pengadilan
dianggap selalu dicantumkan dengan cara konsultasi,
dalam persetujuan tibal balik, negosiasi, mediasi, konsiliasi
manakala salah satu pihak tidak atau penilaian ahli.
memenuhi kewajibannya.
Ketentuan tersebut penting untuk
mengingatkan para pihak yang
membuat perjanjian dalam
menyelesaikan masalahnya
bahwa perjanjian harus
dilaksanakan secara konsekuen
oleh para pihak.
3. Pasal 1851 s/d 1864 KUHPerdata
tentang Perdamaian. Bahwa
perdamaian adalah perjanjian,
karenanya perjanjian perdamaian
itu sah kalau dibuat memenuhi PENGATURAN DAN MEKANISME
syarat-syarat sahnya perjanjian
dan dibuat secara tertulis. PENYELESAIAN SENGKETA
Perdamaian dapat dilakukan di NONLITIGASI DI BIDANG
dalam Pengadilan maupun di luar
Pengadilan. Dalam penyelesaian PERDAGANGAN
sengketa nonlitigasi, perdamaian
dibuat di luar Pengadilan yang
lebih ditekankan yaitu bagaimana

9
1. Pengaturan Penyelesaian Sengketa para pihak (produsen/ merchant dan
Nonlitigasi Di Bidang Perdagangan konsumen) dalam kegiatan
Pada asasnya, para pihak yang bisnis/perdagangan.
terlibat dalam dunia bisnis ingin agar segala Mekanisme penyelesaian sengketa
sesuatunya dapat berjalan sesuai dengan apa bisnis yang sifatnya konvensional/
yang direncanakan. Akan tetapi, dalam tradisional sangat dibatasi oleh letak
praktik ada kalanya apa yang telah disetujui geografis dan hukum tempat aktivitas bisnis
oleh kedua belah pihak tidak dapat dilakukan. Penentuan mengenai hukum serta
dilaksanakan karena salah satu pihak pengadilan (yurisdiksi) manakah yang
mempunyai penafsiran yang berbeda dengan berwenang memeriksa/ mengadili suatu
apa yang telah disetujui sebagaimana yang sengketa, sering menjadi masalah pada saat
tercantum dalam kontrak sehingga dapat para pihak akan membuat suatu kontrak,
menimbulkan perselisihan. sekalipun akhirnya, dalam transaksi
Munculnya perselisihan tersebut konvensional penentuan hukum mana yang
dapat menimbulkan berbagai hal yang tidak akan berlaku relatif lebih mudah ditentukan.
diinginkan oleh kedua belah pihak. Oleh Undang-undang Nomor 30 Tahun
karena itu, untuk merealisasikan kembali 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
perjanjian diperlukan kesepakatan lagi. Penyelesaian Sengketa (UUAAPS), Pasal 1
Dengan demikian, ditinjau dari sudut bisnis butir 10 menyebutkan Alternatif
jelas kurang menguntungkan karena hal ini Penyelesaian sengketa adalah lembaga
dapat menimbulkan kerugian bukan saja penyelesaian sengketa atau beda pendapat
materiil, melainkan juga kemungkinan melalui prosedur yang disepakati para pihak,
terjadinya kerugian immaterial, yaitu nama yakni penyelesaian di luar pengadilan
baik yang selama ini terjaga dengan baik. dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
Salah satu upaya yang dapat konsiliasi, atau penilaian ahli. Pengaturan
ditempuh guna menyelesaikan masalah- alternatif penyelesaian sengketa telah
masalah tersebut adalah dengan membuat seolah-olah arbitrase bukanlah
digunakannya mekanisme penyelesaian Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS),
sengketa yang efektif, efisien, disertai biaya walaupun demikian arbitrase tetap
murah, yang tidak dapat ditunda-tunda lagi merupakan bagian dari alternatif
realisasinya guna terwujudnya kepercayaan penyelesaian sengketa (APS).

1
Mengikuti alur pikir dari penyusun b. menurut perundang-undangan,
undang-undang, pembedaan semacam itu sengketa atau beda pendapat
adalah wajar. Pembuat undang-undang tersebut dapat diajukan dengan
berpikir bahwa alternatif penyelesaian upaya “damai” (perdamaian).
sengketa APS dilakukan oleh para pihak Menurut Priyatna Abdurrasyid,
sendiri baik dengan atau tanpa bantuan dari bahwa suatu penyelesaian sengketa
pihak ketiga. Dengan demikian hasil yang nonlitigasi yang dapat memuaskan para
diharapkan dari suatu APS adalah perjanjian pihak dapat dilakukan melalui suatu
di antara para pihak sendiri. Pihak lain combined processes of disputes resolution
hanya berfungsi untuk mempertemukan technique/ mechanism. Digabungkannya
perbedaan-perbedaan pendapat yang beberapa mekanisme APS tersebut dengan
terdapat di antara para pihak. Di lain pihak, tujuan untuk menghemat tenaga, waktu,
hasil yang diharapkan arbitrase adalah biaya, dan dapat menjamin keberlanjutan
adanya putusan yang diambil oleh pihak pelaksanaan kontrak, yakni dengan
ketiga. Namun dalam pengertian yang lain menggunakan mekanisme pendahuluan,
apa yang ditentukan oleh pembuat undang- yaitu mediasi atau konsiliasi dan determinasi
undang tersebut kurang tepat karena dari ahli atau evaluasi ahli. Bilamana kedua
arbitrase termasuk alternatif penyelesaian mekanisme tersebut ternyata tidak berhasil,
sengketa juga. dapat dilanjutkan melalui arbitrase dengan
Dengan demikian, alternatif dibatasi oleh suatu waktu yang ditetapkan
penyelesaian sengketa berdasarkan undang- oleh undang-undang atau ketentuan yang
undang bertindak sebagai lembaga putusan akhirnya final dan mengikat. 9
independen di luar arbitrase, dan arbitrase Dengan landasan hukum bagi
oleh undang-undang mempunyai ketentuan, pelaksanaan APS ini, maka memberikan
cara dan syarat-syarat tersendiri untuk kepastian hukum bagi berlakunya lembaga
pemberlakuan formalitasnya, namun kedua- penyelesaian sengketa nonlitigasi melalui
duanya terdapat kesamaan mengenai bentuk prosedur informal dan efisien. Di lain pihak,
sengketa yang dapat diselesaikan, yaitu : hal ini memberikan kemudahan bagi
a. sengketa atau beda pendapat masyarakat, khususnya pelaku usaha di
secara perdata di bidang 9
Priyatna Abdurrasyid, Penyelesaian Sengketa
Perdagangan Internasional di Luar Pengadilan,
perdagangan; dan
Makalah Seminar Nasional Hukum Bisnis, FH
UKSW, Salatiga, 1996, hlm. 45.

1
bidang perdagangan/ bisnis untuk berperan yang baru yang tidak dapat dilakukannya
serta dan mengembangkan mekanisme sendiri, misalnya dalam transaksi jual
beli, pihak penjual dan pembeli saling
penyelesaian konfliknya sendiri dan memerlukan untuk menentukan harga,
mendapatkan pilihan untuk menyelesaikan dalam hal ini tidak terjadi sengketa; dan
(2) untuk memecahkan perselisihan atau
sengketa yang mungkin timbul. sengketa yang timbul diantara para pihak.
Pada umumnya, sebagaimana b. Mediasi, yaitu upaya penyelesaian
sengketa dengan melibatkan pihak ketiga
ditemukan dalam praktik atau aktivitas netral, yang tidak memiliki kewenangan
bisnis, dalam setiap perjanjian yang mengambil keputusan, yang membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai
dilakukan terutama dalam bidang perdata, penyelesaian (solusi) yang diterima oleh
khususnya bidang perdagangan/ bisnis, kedua belah pihak. Jika dicermati
pengaturan tentang mediasi berdasarkan
masyarakat umumnya dihadapkan pada UU No. 30 Tahun 1999 sangat kurang
pilihan penyelesaian sengketa secara litigasi/ memadai, sehingga memicu
dikeluarkannya peraturan terkait seperti
pengadilan, tetapi sekarang masyarakat Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun
dihadapkan atau dapat memilih untuk 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, yang memberikan pengertian
menggunakan sarana atau lembaga mengenai tahap pramediasi, proses
penyelesaian sengketa nonlitigasi sebagai mediasi, serta tempat dan biaya mediasi.
c. Arbitrase, merupakan cara penyelesaian
pilihan penyelesaian sengketanya yang sengketa di luar peradilan, berdasarkan
mungkin timbul dalam aktivitas bisnis pada perjanjian arbitrase yang dibuat oleh
para pihak, dan dilakukan oleh arbiter
mereka. yang dipilih dan diberi kewenangan
Untuk menyelesaikan sengketa mengambil keputusan. Sengketa yang
dapat diselesaikan melalui arbitrase
perdagangan, khususnya melalui mekanisme hanya sengketa di bidang perdagangan
nonlitigasi pada umumnya terdapat beberapa dan hak yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai
cara yang dipilih. Cara-cara yang dimaksud sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
adalah sebagai berikut :
Untuk negosiasi dan mediasi
a. Negosiasi, yaitu cara untuk penyelesaian
masalah melalui diskusi (musyawarah) dilakukan dengan mendiskusikan
secara langsung antara pihak-pihak yang perbedaan-perbedaan yang timbul di antara
bersengketa yang hasilnya diterima oleh
para pihak tersebut. Jadi, negosiasi para pihak yang bersengketa melalui
tampak sebagai suatu seni untuk “musyawarah untuk mufakat” dengan tujuan
mencapai kesepakatan dan bukan ilmu
pengetahuan yang dapat dipelajari. Dalam untuk mencapai “win-win solution”. Untuk
praktik, negosiasi dilakukan karena 2 berhasilnya penyelesaian sengketa tersebut
alasan, yaitu : (1) untuk mencari sesuatu

1
sangat tergantung pada keinginan dan itikad bentuk ADR termasuk mekanismenya yang
baik para pihak yang bersengketa. diselaraskan dengan kebutuhan penyelesaian
Sedangkan cara penyelesaian sengketa dagang di Indonesia, sehingga
sengketa dengan menggunakan arbitrase, terdapat pemahaman masyarakat mengenai
merupakan pilihan yang paling menarik, manfaat dan kelebihan negosiasi, mediasi
khususnya bagi kalangan pengusaha. dan arbitrase dalam menyelesaikan
Bahkan arbitrase dinilai sebagai suatu sengketa.
“pengadilan pengusaha” yang independen Mekanisme penyelesaian sengketa
guna menyelesaikan sengketa yang sesuai yang dimaksud di sini mengenai tata cara
10
dengan keinginan dan kebutuhan mereka. atau proses penyelesaian sengketa melalui
Kecenderungan untuk menyelesaikan nonlitigasi (negosiasi, mediasi dan arbitrase)
sengketa melalui arbitrase terlihat pada dan lika-likunya, seperti misalnya strategi
pencantuman arbitrase clause (klausul dan tekniknya dari proses awal sampai
arbitrase) dalam kontrak-kontrak bisnis. diperoleh putusan akhir. Cara tersebut akan
diuraikan sebagaimana berikut ini :
2. Mekanisme Penyelesaian Sengketa a. Mekanisme Penyelesaian Sengketa
Nonlitigasi Di Bidang Perdagangan Dengan Negosiasi
Menghadapi tantangan penyelesaian Negosiasi sebagai sarana bagi para
sengketa dagang era perdagangan bebas pihak yang bersengketa, untuk
(global market and competition) di masa mendiskusikan penyelesaiannya tanpa
datang, tidak ada cara lain, bangsa Indonesia keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah,
perlu mencari sistem penyelesaian sengketa sehingga tidak ada prosedur baku, akan
model ADR sebagai alternatif peneyelesaian tetapi prosedur dan mekanismenya
sengketa di luar pengadilan dan diserahkan kepada kesepakatan para pihak
mengembangkan metode serta cara-cara yang bersengketa tersebut. Penyelesaian
penyelesaiannya. Dunia bisnis perlu sengketa sepenuhnya dikontrol oleh para
mengkaji dan mengembangkan berbagai pihak, sifatnya informal, yang dibahas
adalah berbagai aspek, tidak hanya
10
Gatot Soemartono, Persoalan Pilihan-pilihan persoalan hukum saja.
Pengadilan, Hukum, dan Arbitrase dalam
Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional, dalam Supaya negosiasi dapat berhasil
Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di
Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, dengan baik dan memuaskan para pihak,
2006, hlm. 4.

1
maka seorang negosiator harus lose-some” (mendapat dengan
menggunakan strategi dan taktik. Strategi- member) atau “take and give
bargaining”. Hal ini berarti
strategi negosiasi merupakan cara dasar bahwa salah satu pihak harus
dalam mengendalikan hubungan kekuatan, memberi ganti atas beberapa
yang diinginkan agar mendapat
pertukaran informasi, dan interaksi diantara sesuatu. Pada prinsipnya satu
para pihak pelaku negosiasi. pihak harus mengorbankan
sesuatu untuk mendapatkan
Menurut Garry Goodpaster, kesepakatan, negosiator tidak
dikatakan meskipun mekanisme negosiasi mendapatkan semua yang
diinginkannya, tetapi hanya
sangat kompleks dan beragam, namun sebagian.
secara esensial ada tiga strategi dasar 3). Kolaborasi pemecahan masalah
(problem solving).
negosiasi yaitu : 11 Negosiasi berkolaborasi
1). Bersaing (competiting); pemecahan masalah (problem
Negosiasi dengan cara bersaing solving) disebut juga negosiasi
atau kompetitif, disebut juga integratif atau kepentingan
“hard bargaining” (tawar- (positive-sum atau win-win).
menawar bersikeras),distributif, Strategi ini para pihak bertujuan
posisional, “zero-sum memenuhi kepentingan sendiri ,
bargaining” (menang tawar- juga kepentingan pihak mitra
menawar sebesar kekalahan untuk memaksimalkan
pihak lawan) atau “win-lose keuntungan, para pihak harus
bargaining” (tawar-menawar berkolaborasi guna
menang kalah). Negosiasi menyelesaikan problem dari
bersaing mempunyai maksud penemuan tindakan bersama
memaksimalisasi keuntungan yang dapat mereka lakukan guna
yang didapat pelaku tawar- memenuhi kepentingan masing-
menawar kompetitif terhadap masing.
pihak lain, yaitu untuk mencari Terdapat beberapa hal yang sangat
kemenangan, berupaya mempengaruhi jalannya negosiasi, yaitu :
mendapatkan harga termurah,
laba yang besar, biaya rendah, (1) kekuatan tawar-menawar; (2) pola tawar-
persyaratan yang lebih menawar; (3) strategi dalam tawar-menawar.
menguntungkan dibandingkan 12
dengan pihak lain. Melakukan negosiasi untuk
2). Kompromi (compromising); menyelesaikan sengketa harus melalui
Strategi negosiasi kompromi
disebut juga “soft bargaining” tahapan-tahapan sebagaimana pendapat
(negosiasi lunak), “win-some- Howard Raiffa (seperti dikutip oleh Suyud
11
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Margono) sebagai berikut : 13
Penyelesaian Sengketa, Seri Dasar-dasar Hukum
1). Tahap persiapan
Ekonomi 2, Arbitrase di Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1995, hlm. 21-24. 12
Ibid.

1
Dalam mempersiapkan dahulu menyampaikan tawaran,
perundingan, hal pertama yang bagaimana menyikapi tawaran
harus dipersiapkan adalah apa awal tersebut. Apabila ada dua
yang dibutuhkan/ diinginkan. tawaran dalam perundingan,
Dengan kata lain, negosiator biasanya midpoint (titik diantara
harus mengenali dulu dua tawaran) merupakan solusi
kepentingan sendiri sebelum atau kesepakatan, sebelum
mengenali kepentingan pihak midpoint dijadikan kesepakatan
lain, misalnya seberapa hendaknya dibandingkan dengan
terbukanya informasi yang harus level aspiration para pihak.
diberikan, dimana perundingan 3). Tahap pemberian konsesi (the
akan dilaksanakan, apa sasaran negotiated dance)
yang diinginkan. Tahap ini sering Konsesi yang harus dikemukakan
diistilahkan dengan know tergantung pada konteks
yourself. Dalam tahap persiapan negosiasi dan konsesi yang
ini, juga perlu menelusuri diberikan oleh pihak lawan.
berbagai alternatif lainnya, Seorang perunding harus
apabila alternatif terbaik atau melakukan kalkulasi yang tepat
maksimal tidak tercapai atau tentang agresifitas, seperti
disebut BATNA (Best bagaimana menjaga hubungan
Alternative To A Negotiated baik dengan pihak lawan, empati
Agreement). Dalam tahap ini terhadap pihak lawan, dan
perlu juga menentukan hal-hal fairness. Negosiator mempunyai
yang bersifat logistik, seperti peranan penting dalam konsesi
siapa yang harus bertindak dan menjaga posisi tawar sampai
sebagai perunding, perlukah pada tingkat yang diinginkan.
menyewa perunding yang 4). Tahap akhir permainan (end play)
mempunyai ketrampilan khusus, Tahap akhir permainan ini
apabila perundingan bersifat meliputi pembuatan komitmen
internasional bahasa apakah yang atau membatalkan komitmen
akan digunakan serta siapa yang yang telah dinyatakan
bertanggung jawab menyediakan sebelumnya.
penerjemah. Selanjutnya
dilakukan simulasi (simulated Lebih lanjut Howard Raiffa
role playing), hal ini sangat menyatakan, agar suatu negosiasi dapat
bermanfaat dalam berlangsung secara efektif dan mencapai
mempersiapkan strategi kesepakatan yang bersifat stabil, ada beberapa
bernegosiasi. kondisi yang mempengaruhinya, di antaranya
2). Tahap tawaran awal (opening sebagai berikut :
gambit) 1). Pihak-pihak bersedia bernegosiasi
Dalam tahap ini seorang
secara sukarela berdasarkan
perunding melakukan strategi
kesadaran penuh (willingness);
tentang siapa yang harus lebih
2). Pihak-pihak siap melakukan
13
Howard Raiffa, The Art and Science of negosiasi (preparedness);
Negotiation, Cambridge, Massachusetts : Harvard 3). Mempunyai wewenang mengambil
University Press, 1982, dalam Suyud Margono
op.cit., hlm.48-50. keputusan (authoritative);

1
4). Memiliki kekuatan yang relatif
seimbang sehingga dapat
menciptakan saling ketergantungan
(relative equal bargaining power);
5). Mempunyai kemauan
menyelesaikan masalah.

Gambar 1
Mekanisme Negosiasi
(Menurut UU No. 30 Tahun 1999)

Para Pihak Para Pihak

Kesepakatan Sepakat/ setuju


Negosiasi

Negosiasi Oleh Negosiator para pihak

Sepakat Tidak Sepakat

Pendaftaran Perjanjian
Akta Kesepakatan Pada
Pengadilan Negeri

MEDIASI
Tidak Dilaksanakan Dilaksanakan

1
Permohonan Eksekusi
Fiat Eksekusi

b. Mekanisme Penyelesaian Sengketa 2) Merumuskan titik temu/


Dengan Media si kesepakatan para pihak;
Seperti halnya penyelesaian sengketa membantu para pihak agar
melalui negosiasi, maka penyelesaian sengketa menyadari, bahwa sengketa
melalui mediasi juga memiliki beberapa tahapan bukan sebuah pertarungan untuk
yang harus dilalui. Menurut Jacqueline M. & dimenangkan, tapi diselesaikan;
Nolan-Haley ada beberapa tahapan yang harus 3) Menyusun dan mengusulkan
dilakukan dalam mediasi, yaitu : (1) screening; alternatif pemecahan masalah;
(2) mediator describes procces and role of 4) Membantu para pihak
mediator; (3) mediator assists parties in menganalisis alternatif
drafting egreement. 14 pemecahan masalah.
Dalam mekanisme penyelesaian Menurut Fuller sebagaimana dikutip
sengketa menggunakan mediasi perlu oleh Suyud Margono, menyebutkan 7 (tujuh)
dikemukakan mengenai peran dan fungsi fungsi mediator, yakni : 16
mediator sebagaimana yang dikemukakan oleh 1) Sebagai katalisator (catalyst)
Raiffa yaitu sisi peran yang terlemah hingga sisi mengandung pengertian bahwa
peran yang terkuat. Sisi peran terlemah adalah kehadiran mediator dalam
apabila mediator hanya melaksanakan perannya, proses perundingan mampu
yakni : 15 mendorong lahirnya suasana
1) Penyelenggara pertemuan; yang konstruktif bagi diskusi.
2) Pemimpin diskusi netral; 2) Sebagai pendidik (educator)
3) Pemelihara atau penjaga aturan berarti seorang mediator harus
perundingan agar proses berusaha memahami aspirasi,
perundingan berlangsung secara prosedur kerja, keterbatasan
beradab; politis dan kendala usaha dari
4) Pengendali emosi para pihak; para pihak. Oleh sebab itu, ia
5) Pendorong pihak/ perunding harus berusaha melibatkan diri
yang kurang mampu atau segan dalam dinamika perbedaan
mengemukakan pandangannya. diantara para pihak.
3) Sebagai penerjemah
Sisi peran yang kuat oleh mediator bila (translator), berarti mediator
dalam perundingan adalah mengerjakan/ harus berusaha menyampaikan
melakukan hal-hal diantaranya : dan merumuskan usulan pihak
1) Mempersiapkan dan membuat yang satu kepada pihak lainnya
notulen perundingan; melalui bahasa atau ungkapan
yang enak didengar oleh pihak
14
Suyud Margono, Op. Cit., hlm. 53-54.
16
15
Ibid, hlm. 55. Ibid, hlm. 56.

1
lainnya, tanpa mengurangi tahu kepada para pihak
sasaran yang dicapai oleh mengenai bentuk dari proses,
pengusul. menjelaskan aturan dasar,
4) Sebagai narasumber (resource bekerja berdasar hubungan
person), berarti seorang perkembangan dengan para
mediator harus pihak dan mendapat
mendayagunakan sumber- kepercayaan sebagai pihak
sumber informasi yang tersedia. netral, dan melakukan negosiasi
5) Sebagai penyandang berita jelek mengenai wewenangnya dengan
(bearer of bad news), berarti para pihak, menjawab
seorang mediator harus pertanyaan para pihak, bila para
menyadari, bahwa para pihak pihak sepakat melanjutkan
dalam proses perundingan dapat perundingan, para pihak diminta
bersikap emosional, maka komitmen untuk mentaati aturan
mediator harus mengadakan yang berlaku.
pertemuan terpisah dengan 2) Tahap kedua: pengumpulan dan
pihak-pihak untuk menampung pembagian informasi.
berbagai usulan. Setelah tahap awal selesai, maka
6) Sebagai agen realitas (agent of mediator meneruskannya
reality), berarti mediator harus dengan mengadakan rapat
berusaha memberi pengertian bersama, dengan meminta
secara terang kepada salah satu pernyataan atau penjelasan
pihak bahwa sasarannya tidak pendahuluan pada masing-
mungkin/ tidak masuk akal masing pihak yang bersengketa.
untuk dicapai melalui Pada tahap informasi, para
perundingan. pihak dan mediator saling
7) Sebagai kambing hitam membagi informasi dalam acara
(scapegoat), berarti seorang bersama dan secara sendiri-
mediator harus siap disalahkan, sendiri saling bagi informasi
misalnya dalam membuat dengan mediator, dalam acara
kesepakatan hasil perundingan. bersama. Apabila para pihak
setuju meneruskan mediasi,
Lebih lanjut, mekanisme mediasi mediator kemudian
sebenarnya tergantung pada situasi sosial dan mempersilahkan masing-masing
budaya masyarakat dimana para pihak berada. pihak menyajikan versinya
Secara garis besar dapat dikemukakan tahapan- mengenai fakta dan patokan
tahapan mediasi sebagai berikut : yang diambil dalam sengketa
1) Tahap pembentukan forum. tersebut. Mediator boleh
Pada awal mediasi, sebelum mengajukan pertanyaan untuk
rapat antara mediator dan para mengembangkan informasi,
pihak, mediator menciptakan tetapi tidak mengijinkan pihak
atau membentuk forum. Setelah lain untuk mengajukan
forum terbentuk, diadakan rapat pertanyaan atau melakukan
bersama. Mediator memberi interupsi apapun. Mediator

1
memberi setiap pihak dengar mengadakan “caucus” dengan
pendapat mengenai versinya masing-masing dalam mediasi.
atas sengketa tersebut. Mediator Suatu caucus merupakan
harus melakukan kualifikasi pertemuan sendiri para pihak
fakta yang telah disampaikan, pada satu sisi atau suatu
karena fakta yang disampaikan pertemuan sendiri antara para
para pihak merupakan pihak pada satu sisi dengan
kepentingan-kepentingan yang mediator. 17
Mediator
dipertahankan oleh masing- menggunakan caucus (bilik
masing pihak agar pihak lain kecil) untuk mengadakan
menyetujuinya. Para pihak pertemuan pribadi dengan para
dalam menyampaikan fakta pihak secara terpisah, dalam hal
memiliki gaya dan versi yang ini mediator dapat melakukan
berbeda-beda, ada yang santai, tanya jawab secara mendalam
ada yang emosi, ada yang tidak dan akan memperoleh informasi
jelas, ini semua harus yang tidak diungkapkan pada
diperhatikan oleh mediator. suatu kegiatan mediasi bersama.
Kemudian dilanjutkan dengan Mediator juga dapat membantu
diskusi terhadap informasi yang suatu pihak untuk menentukan
disampaikan oleh masing- alternatif-alternatif untuk
masing pihak, untuk menyelesaikannya,
mengukuhkan bahwa mediator mengeksplorasi serta
telah mengerti para pihak, mengevaluasi pilihan-pilihan,
mediator secara netral membuat kepentingan dan kemungkinan
kesimpulan atas penyajian penyelesaian secara lebih
masing-masing pihak, terbuka. Apabila mediator akan
mengulangi fakta-fakta esensial mengadakan caucus, harus
menyangkut setiap perspektif menjelaskan penyelenggaraan
atau patokan mengenai caucus ini kepada para pihak,
sengketa. menyusun perilaku mediator
3) Tahap ketiga, merupakan tahap sehubungan dengan caucus
penyelesaian masalah. yang mencakup kerahasiaan
Selama tahap tawar-menawar yaitu mediator tidak akan
atau perundingan penyelesaian mengungkapkan apapun pada
problem, mediator bekerja pihak lain, kecuali sudah diberi
dengan para pihak secara wewenang untuk itu. Hal ini
bersama-sama dan terkadang untuk menjaga netralitas dari
terpisah, menurut keperluannya, mediator dan akan
guna membantu para pihak memperlakukan yang sama pada
merumuskan permasalahan, para pihak.
menyusun agenda untuk 4) Tahap pengambilan keputusan.
membahas masalah dan Dalam tahap ini para pihak
mengevaluasi solusi. Pada tahap saling bekerja sama dengan
ketiga ini terkadang mediator
17
Gary Goodpaster, Op. Cit., hlm. 246.

1
bantuan mediator untuk memilih yang sepakat berhasil membuat
solusi yang dapat disepakati keputusan bersama, yang
bersama atau setidaknya solusi kemudian dituangkan dalam
yang dapat diterima terhadap bentuk perjanjian. Mediator
masalah yang diidentifikasi. dapat membantu untuk
Setelah para pihak menyusun ketentuan-ketentuan
mengidentifikasi solusi yang yang akan dimuat dalam
mungkin, para pihak harus perjanjian agar seefisien
memutuskan sendiri apa yang mungkin, sehingga tidak ada
akan mereka setujui atau keuntungan para pihak yang
sepakati. Akhirnya para pihak tertinggal di dalam perundingan.

Gambar 2
Mekanisme Mediasi
(Menurut UU No. 30 Tahun 1999)

Para Pihak Para Pihak

Perorangan
MEDIATOR
Mediasi

Lembaga Mediasi

Kesepakatan
Tidak Sepakat Sepakat Final & banding

Didaftarkan pada
Pengadilan Negeri

Tidak dilaksakan Dilaksanakan

2
Permohonan
Fiat Eksekusi

Eksekusi

c. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999,


Dengan Arbitrase pada prinsipnya mekanisme penyelesaian
Mekanisme penyelesaian sengketa sengketa dengan arbitrase adalah melalui tiga
dengan arbitrase pada hakekatnya secara umum tahapan, yaitu : tahap persiapan atau pra
tidak jauh berbeda dengan proses pemeriksaan pemeriksaan, tahap pemeriksaan atau penentuan
perkara di pengadilan. Karena baik arbitrase dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan adalah
maupun litigasi sama-sama merupakan tahap untuk mempersiapkan segala sesuatunya
mekanisme adjudikatif, yaitu pihak ketiga yang guna sidang pemeriksaan perkara. Tahap
dilibatkan dalam penyelesaian sengketa tersebut persiapan antara lain meliputi :
sama-sama mempunyai kewenangan 1) Persetujuan arbitrase dalam
memutuskan sengketa tersebut. Arbitrase dokumen tertulis;
termasuk adjudikatif privat sedangkan litigasi 2) Penunjukan arbiter;
termasuk adjudikatif public. Sehingga baik 3) Pengajuan surat tuntutan oleh
arbitrase maupun litigasi sama-sama bersifat pemohon;
win-lose solution. 4) Jawaban surat tuntutan oleh
Meskipun demikian pada umumnya termohon;
dalam dunia bisnis orang lebih memilih arbitrase 5) Perintah arbiter agar para pihak
karena memiliki beberapa keunggulan daripada menghadap sidang arbitrase.
cara litigasi, seperti jaminan kerahasiaan/ Tahap kedua adalah tahap pemeriksaan,
pemeriksaan dilakukan tertutup, menghindari yaitu tahap mengenai jalannya sidang
kelambatan prosedural administrasi, mempunyai pemeriksaan perkara, mulai dari awal
kebebasan memilih arbiter, bebas menentukan pemeriksaan peristiwanya, proses pembuktian,
pilihan hukum, dan tempat penyelenggaraan sampai dijatuhkannya putusan oleh arbiter.
serta pelaksanaan putusan arbitrase, serta Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan sebagai
putusan arbitrase bersifat final dan berkekuatan tahap terakhir, yaitu tahap untuk merealisasi
hukum tetap. putusan arbiter yang bersifat final dan mengikat.
Pelaksanaan putusan dapat dilakukan secara

2
sukarela maupun dengan paksa melalui eksekusi pihak yang memiliki wewenang
oleh Pengadilan negeri. untuk memilih dan menunjuk arbiter
yang ketiga yang nantinya bertindak
Setelah dikeluarkannya UU No. 30 sebagai ketua majelis arbitrase.
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Arbiter yang telah menerima
Penyelesaian Sengketa, maka secara lex penunjukan tersebut tidak dapat
generalis ketentuan mengenai penyelesaian menarik diri, kecuali atas
sengketa nonlitigasi adalah berdasarkan UU No. persetujuan para pihak.
30 Tahun 1999 termasuk arbitrase. Adapun c) Dalam sidang pertama diusahakan
mekanisme arbitrase menurut UU No. 30 Tahun perdamaian, bila dicapai
1999 adalah sebagai berikut : kesepakatan maka arbiter atau
a) Permohonan arbitrase dilakukan majelis arbitrase membuat suatu
dalam bentuk tertulis dengan cara akta perdamaian yang sifatnya final
menyampaikan surat tuntutan dan mengikat para pihak dan
kepada arbiter atau majelis arbitrase memerintahkan untuk memenuhi
yang memuat identitas para pihak, ketentuan perdamaian tersebut. Jika
uraian singkat tentang sengketa usaha perdamaian tidak berhasil,
yang disertai dengan lampiran bukti- maka pemeriksaan terhadap pokok
bukti dan isi tuntutan yang jelas. sengketa akan dilanjutkan.
Kemudian surat tuntutan dan surat Pemeriksaan atas sengketa harus
permohonan tersebut disampaikan diselesaikan dalam waktu 180
kepada termohon yang disertai (seratus delapan puluh) hari sejak
perintah untuk memberikan arbiter atau majelis arbitrase
tanggapan dan jawaban dalam terbentuk. Jangka waktu ini dapat
waktu 14 (empat belas) hari sejak diperpanjang dengan persetujuan
diterimanya tuntutan oleh termohon, para pihak apabila diperlukan.
selanjutnya diteruskan kepada d) Atas perintah arbiter atau majelis
pemohon. Bersamaan dengan itu, arbitrase atau atas permintaan para
arbiter atau ketua majelis arbitrase pihak dapat dipanggil seorang atau
memerintahkan kepada para pihak lebih saksi atau saksi ahli untuk
untuk menghadap di muka sidang didengar kesaksiannya yang
arbitrase dalam waktu 14 (empat sebelumnya disumpah. Saksi atau
belas) hari terhitung sejak saksi ahli tersebut dapat
dikeluarkannya surat perintah memberikan keterangan tertulis atau
tersebut. didengar keterangannya di muka
b) Pemeriksaan sengketa arbitrase sidang arbitrase yang dihadiri oleh
harus dilakukan secara tertulis, para pihak atau kuasanya.
kecuali disetujui para pihak maka e) Putusan arbiter atau majelis
pemeriksaan dapat dilakukan secara arbitrase diambil berdasarkan
lisan. Semua pemeriksaan sengketa ketentuan hukum atau berdasarkan
oleh arbiter atau majelis arbitrase keadilan dan kepatutan, putusan
dilakukan secara tertutup. Jumlah tersebut harus diucapkan dalam
arbiter harus ganjil, penunjukan 2 waktu paling lama 30 (tiga puluh)
(dua) arbiter dilakukan oleh para hari setelah pemeriksaan ditutup.

2
Putusan arbitrase bersifat final, Penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat
mempunyai kekuatan hukum tetap juga dilakukan dengan menggunakan lembaga
dan mengikat para pihak. arbitrase nasional atau internasional berdasarkan
Selanjutnya putusan tersebut kesepakatan para pihak, yang dilakukan menurut
peraturan dan acara dari lembaga yang dipilih,
didaftarkan kepada kepaniteraan
kecuali ditetapkan lain.
Pengadilan Negeri setempat.

Gambar 3
Mekanisme Arbitrase
(Menurut UU No. 30 Tahun 1999)

Para Pihak Para Pihak

Sengketa

Arbitrase

Dipimpin oleh : Dalam


-Arbiter Waktu
-Majelis Arbiter 30 hari
Arbitrase
Institusional/ Adhoc
Acara
Pemeriksaan
30 hari
Pendapat & Pelaksanaan Pendapat
Keputusan Arbitrase &
Putusan Arbitrase

Dilaksanakan Tidak dapat


dilaksanakan
2
Kasasi Kasasi

Mahkamah Mahkamah
Agung Agung

SIMPULAN syarat tersendiri untuk pemberlakuan


formalitasnya, namun kedua-duanya terdapat
Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 kesamaan mengenai bentuk sengketa yang dapat
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian diselesaikan, yaitu :
Sengketa (UUAAPS), Pasal 1 butir 10 a. sengketa atau beda pendapat secara perdata
menyebutkan Alternatif Penyelesaian Sengketa di bidang perdagangan; dan
adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda b. menurut perundang-undangan, sengketa
pendapat melalui prosedur yang disepakati para atau beda pendapat tersebut dapat diajukan
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan upaya “damai” (perdamaian).
dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, Terdapat perbedaan mekanisme
konsiliasi, atau penilaian ahli. Pengaturan penyelesaian sengketa nonlitigasi dalam
alternatif penyelesaian sengketa telah membuat sengketa perdagangan, antara lembaga arbitrase
seolah-olah arbitrase bukanlah Alaternatif dengan penyelesaian sengketa alternatif lainnya
Penyelesaian Sengketa (APS), walaupun yaitu negosiasi dan mediasi. Mekanisme
demikian arbitrase tetap merupakan bagian dari penyelesaian sengketa melalui arbitrase telah
alternatif penyelesaian sengketa (APS). tersusun secara formal dan sistematis, sehingga
Mengikuti alur pikir dari penyusun para pihak tidak mempunyai keleluasaan untuk
undang-undang, pembedaan semacam itu adalah membuat proses beracara sendiri. Proses
wajar. Pembuat undang-undang berpikir bahwa beracara pada lembaga arbitrase di Indonesia
alternatif penyelesaian sengketa/ APS dilakukan telah diatur dalam UU No. 30 Tahun 1999
oleh para pihak sendiri baik dengan atau tanpa tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
bantuan dari pihak ketiga. Namun dalam Sengketa, sedangkan beracara melalui negosiasi
pengertian yang lain apa yang ditentukan oleh dan mediasi, mekanisme pelaksanaannya
pembuat undang-undang tersebut kurang tepat, diserahkan pada kesepakatan para pihak yang
karena arbitrase termasuk alternatif penyelesaian bersengketa dengan dibantu oleh pihak ketiga
sengketa juga. yang netral sebagai penengah atau fasilitator.
Dengan demikian, alternatif
penyelesaian sengketa berdasarkan undang- DAFTAR PUSTAKA
undang bertindak sebagai lembaga independen
di luar arbitrase, dan arbitrase oleh undang- BUKU
undang mempunyai ketentuan, cara dan syarat-

2
Abdul Halim Barkatullah, Bentuk Perlindungan Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang
Hukum Bagi Konsumen Dalam Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Penyelesaian Sengketa Transaksi Sengketa.
Elektronik Internasional Menurut UU Rules and Prosedure Badan Arbitrase Nasional
No. 11 Tahun 2008. Jakarta : Jurnal Indonesia.
Hukum Bisnis, Vol. 29 No. 1, 2010.
MAKALAH
Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase Dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Priyatna Abdurrasyid, Penyelesaian Sengketa
Yogyakarta : Gama Media, 2008. Perdagangan Internasional Di Luar
Pengadilan, makalah Seminar
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Nasional Hukum Bisnis, Fakultas
Penyelesaian Sengketa. Jakarta : Hukum UKSW, Salatiga, 1996.
Ghalia Indonesia, 1995.

Gatot Soemartono, Persoalan Pilihan-pilihan


Pengadilan, Hukum, dan Arbitrase
Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis
Internasional. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006.

Howard Raiffa, The Art and Science of


Negotiation. Masschusetts : Harvard
University Press, 1982.

I Wayan Wiryawan & I Ketut Artadi,


Penyelesaian Sengketa Di Luar
Pengadilan. Denpasar -Bali : Udayana
University Press, 2010.

Mas Achmad Santoso, Mekanisme Penyelesaian


Sengketa Lingkungan Secara
Kooperatif (Alternative Dispute
Resolution/ ADR). Jakarta : Indonesian
Center for Environment Law, 1995.

Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen


Menurut UUPK Teori dan Praktik
Penegakan Hukum. Bandung : PT
Citra Aditya Bakti, 2003.

UNDANG-UNDANG

Anda mungkin juga menyukai