Anda di halaman 1dari 4

Nama: Alya Ananda

Nim: F091211022

Mata kuliah: Bacaan Pilihan Kesusatraan

KONFUSIUS (孔子)

Konfusius (孔子) adalah seorang filsuf Tiongkok abad ke-6 SM. Pemikirannya,
diekspresikan dalam filosofi Konfusianisme yang sudah mempengaruhi kebudayaan Tiongkok
hingga hari ini. Konfusius adalah sosok yang lebih besar daripada kehidupan dan sulit untuk
memisahkan antara kenyataan dan mitos. Dia dianggap sebagai guru yang pertama, ajarannya
diekspresikan dalam frase-frase pendek yang terbuka pada berbagai interpretasi.

Konfusius adalah pemikir besar. Pertama, ia mencetuskan ide “ren” (kemanusiaan dan
kebajikan) yakni agar penguasa dapat memperhatikan perasaan rakyatnya, mencintai rakyat,
tidak boleh memerah rakyat secara berlebihan. Kedua, ia berpendapat bahwa untuk memerintah
rakyat haruslah menggunakan moral, ia tidak setuju dengan pemerintahan yang kejam. Inti dari
ide-ide filosofisnya adalah pentingnya hidup yang baik, berbakti dan menghormati leluhur, juga
menekankan pada kebutuhan akan penguasa yang murah hati dan hemat. Pentingnya
keseimbangan moral dalam diri yang berhubungan langsung dengan harmoni dalam dunia fisik
serta bahwa para penguasa dan guru adalah teladan yang penting untuk masyarakat luas.
Nama: Kong Hu cu (Konfusius)

Lahir: Qufu, China, 28 September 551 SM

Wafat: Qufu, China, 479 SM

Orang Tua: Kong He (ayah), Yan Zhengzai (ibu)

Saudara: Meng Pi

Istri: Qiguan

Anak: Kong Li, Kong Rao

 Kehidupan Awal Konfusius

Konfusius dipercaya hidup dari sekitar tahun 551 SM sampai sekitar tahun 479 SM di
negara bagian Lu (sekarang Provinsi Shandong 山东). Akan tetapi, catatan tertulis yang paling
awal tentang Konfusius bertanggal dari sekitar empat ratus tahun setelah kematiannya seperti
dalam catatan sejarah Sima Qian 司马迁(atau Si-ma Ts’ien). Dibesarkan di kota Qufu 曲阜(atau
K’u-fou), Konfusius bekerja untuk Pangeran dari Lu dan diserahi berbagai macam tugas, yang
paling dikenal adalah sebagai Direktur Pekerjaan Umum di tahun 503 SM dan kemudian
Direktur Departemen Pengadilan tahun 501 SM. Kemudian, ia berkelana ke seluruh Tiongkok
dan bertemu beberapa pengelana termasuk dipenjara selama lima hari karena identitas yang
salah. Konfusius mengatasi kejadian tersebut dengan pengendalian diri yang biasa dan dikatakan
dengan tenangnya memainkan alat musik petiknya sampai kesalahan itu akhirnya ditemukan.
Pada akhirnya, Konfusius kembali ke kampung halamannya di mana ia mendirikan sekolah
untuk mengajarkan ajaran-ajaran kuno kepada murid-muridnya. Konfusius tidak menganggap
dirinya seorang ‘pencipta’ tapi lebih ke seorang ‘pemancar’ tradisi-tradisi moral kuno. Sekolah
milik Konfusius ini terbuka bagi semua kalangan, kaya dan miskin.

Konfusius juga adalah guru besar, di masa itu hanya para bangsawan yang boleh
mendapatkan pendidikan. Konfusius mendorong “you jiao wu lei” 有教无类 (pendidikan tanpa
diskriminasi). Ia menerima murid tanpa memandang mereka adalah bangsawan atau bukan,
semua bersama-sama sederajat memperoleh pendidikan. Konfusius mendirikan sekolah privat
dan mematahkan monopoli pemerintah terhadap pendidikan. Murid yang telah diajar oleh
Konfusius berjumlah 3000 orang lebih, di antaranya yang terkenal ada 72 orang. Konfusius
berpendirian “yin cai shi jiao” 因材施教 (melaksanakan pengajaran sesuai kondisi murid).
Terhadap murid yang berbeda, ia menggunakan pengajaran yang berbeda. Dia mengajarkan
muridnya belajar sebuah pengetahuan harus sering diulang kembali, “wen gu er zhi xin” 温故而
知新 (mempelajari kembali hal yang sudah pernah dipelajari, niscaya akan memperoleh hal yang
baru),sikap dalam belajar harus jujur, “zhi zhi wei zhi zhi, bu zhi wei bu zhi,shi zhi ye” 知之为
知之,不知为不知,是知也 (jika tahu katakan tahu, jika tidak tahu katakan tidak tahu), dan
juga mengajarkan untuk menggabungkan belajar dan berpikir. Akhirnya, para murid Konfusius
mencatat pengajarannya, dijadikan sebuah buku “Lun Yu” (The Analects). “Lun Yu” menjadi
salah satu buku klasik Konfusianisme. Pengajaran Konfusius menjadi ortodoks di dalam budaya
feudal di Tiongkok selama 2000 tahun lebih. Enam kitab adalah enam buku klasik
Konfusianisme: “Yi”, “Shi”, “Li”, “Yue”, “Shang Shu”, “Chunqiu”. Buku-buku ini adalah hasil
rangkuman dari Konfusius sendiri, merupakan jasa besar Konfusius bagi perkembangan budaya
kuno Tiongkok.

 Karya-karya Konfusius

Karya Konfusius tercipta ketika ia sedang mengajar di sekolahnya, Konfusius mulai menulis.
Dua koleksi puisinya adalah Kitab Nyanyian (Shijing atau Shi king) dan Kitab Hikayat (Shujing
atau Shu king). Zaman Musim Semi dan Musim Gugur (Lin Jing atau Lin King), yang
menceritakan sejarah Lu dan Kitab Perubahan (Yi Jing atau Yi King) adalah kumpulan risalah
tentang ramalan. Sayangnya untuk para penerusnya, tidak satupun dari karya-karya ini
menguraikan filosofi Konfusius. Oleh sebab itu, Konfusianisme harus dibuat dari catatan-catatan
lamanya; dan dokumentasi yang paling bisa diandalkan mengenai ide-ide Konfusius dianggap
sebagai Analek (kumpulan kesusastraan). Tiga sumber utama Konfusianisme adalah Mengzi,
Ajaran Agung dan Makna. Bersama Analek ketiga buku ini merupakan Empat
Kitab Konfusianisme yang juga dikenal sebagai Konfusianisme Klasik. Melalui teks-teks ini,
Konfusianisme menjadi agama resmi negara bagian di Tiongkok mulai dari abad ke-2 SM.

 Konfusiunisme
Pemikiran-pemikiran Konfusius dikembangkan lebih jauh dan dikelompokkan oleh dua filsuf
penting, Mengzi (atau Mencius) dan Xunkuang (Xunzi atau Hsun Tzu). Meski mereka berdua
meyakini bahwa moralitas dan rasa keadilan seseorang membedakan manusia dengan hewan
lain, Mengzi menguraikan keyakinan bahwa sifat alami manusia pada dasarnya baik; sementara
Xunkuang, meski tidak menentang, agak lebih pesimis akan sifat alami manusia dan ia, karena
itu, menekankan pentingnya pendidikan dan ritual untuk membuat orang-orang tetap pada jalur
moral yang benar. Konfusianisme dengan demikian menguraikan pentingnya empat sifat baik
yang dimiliki oleh kita semua: kebajikan (jen), kebenaran (i), ketaatan pada upacara (li) dan
kearifan moral (te). Yang kelima ditambahkan kemudian – keyakinan – yang dengan rapi
berkorespondensi dengan lima elemen (dalam kepercayaan Tiongkok) yaitu tanah, kayu, api,
logam, dan air.

Konfusius, Buddha, dan Lao-Tzu

Ajaran Konfusius dan pengikutnya, sudah menjadi bagian integral dari pendidikan Tiongkok
selama berabad-abad dan pengaruh Konfusianisme masih terlihat sampai hari ini dalam
kebudayaan Tiongkok kontemporer dan kebudayaan Asia Timur yang lain; dengan
menitikberatkan pada hubungan kekeluargaan, bakti dan penghormatan, pentingnya ritual, nilai-
nilai yang diberikan pada pengendalian diri dan upacara, dan keyakinan kuat pada kekuatan dan
manfaat pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai