Anda di halaman 1dari 7

Kong Zi,

dan filsafatnya yang abadi.

Sebuah biografi singkat.

Oleh :
Nama : Tri Agus Darmawan
NIM : 1403618074
Program Studi : Pendidikan Sejarah A 2018

“Zigong1 bertanya, ‘apakah ada satu kata saja yang bisa dipraktikkan untuk sepanjang hidup
seorang manusia?’ Sang Guru2 pun menjawab ‘kata tersebut adalah ’empati’ barangkali; jangan
memaksakan apa yang engkau sendiri tidak kehendaki kepada orang lain”. (Analek 15.24)3

Dalam mengarungi samudera filsafat Tiongkok kuno, mungkin kita akan disuguhkan dengan banyak

nama-nama besar seperti Sun Zi (孫子), Kong Zi (孔子), Lao Zi (老子), Meng Zi (孟子), Xun Zi (荀子), Mo

Zi (墨子), Zhuang Zi (莊子), dan masih banyak lagi filsuf tersohor lainnya yang belum sempat disebutkan

dalam tulisan ini. Namun, perlu kita akui bahwa filsafat Lao Zi dan Kong Zi lah yang paling populer
pengkajiannya di kalangan masyarakat Asia Timur di antara beberapa nama yang telah dituliskan tersebut.

Bahkan filsafat Kong Zi bukan hanya populer di masyarakat Asia Timur saja. Karena nilai-nilai yang
dikandung, filsafat Kong Zi juga cukup populer di luar wilayah Asia Timur. Sebut saja pemikirannya yang
dikenal sebagai The Reverse Golden Rule; ‘jangan memaksakan apa yang engkau sendiri tidak
kehendaki kepada orang lain’ yang mana adalah kutipan dari Analek 15.24. yang pada praktiknya memang
bisa diterapkan dibelahan Bumi manapun juga.4

1 Duanmu Ci (端木賜), nama kehormatan; Zigong (子貢). Adalah salah satu murid kebangaan Konfusius yang merupakan orang asli dari Wei.
2 Sang Guru yang dimaksud adalah Kong Qiu (孔丘), nama kehormatan; Zhongni (仲尼). Dikenal juga sebagai Kong Fuzi (孔夫子) (Guru Besar
Kong). Merupakan seorang filsuf Tiongkok pada masa Zhou. Ajarannya yang tersohor terus-menerus diadaptasi oleh banyak orang termasuk
Pemerintah bahkan hingga lebih dari 2 milenia setelah kematiannya.
3 Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University Press, 2014), Cet.1, Hal.23-24.
4 Cai, Xicin. Kata-kata bijak Konfusius; editor, Adeline Bangun dan Yayat Sri Hayati, (Jakarta; Kesaint Blanc, 2018), Cet.1, Hal 54-55.
Kong Zi (孔子), dikenal juga sebagai Kong Fuzi (孔夫子), nama lahir; Kong Qiu (孔丘), nama

kehormatan; Kong Zhongni (孔仲尼), latinisasi; Confucius 5


ˉ 6
(Indonesia : Konfusius) bukanlah sebuah

nama yang asing di telinga kita, bahkan cenderung sangat familiar bagi kita. terutama bagi yang
menggemari sejarah, politik, antropologi, kebudayaan, dan spiritualias masyarakat Asia Timur. Bagaimana
tidak? Ajaran Kong Zi sangatlah berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat Asia
Timur. Mulai dari etika dalam berkeluarga, berteman, berkehidupan sosial, berpolitik, bernegara, hingga
pentingnya pengembangan diri dalam mencapai kemuliaan7.

Kong Zi lahir ke dunia pada masa Dinasti Zhou (周). Tepatrnya adalah tanggal ke 27 Ba Yue,8
tahun 551 SM9 sebagai seorang dari kelas Shi (士),10 yaitu kelas sosial yang berkedudukan diantara para
aristokrat dan para rakyat jelata.11 Ia lahir dari rahim seorang ibu bernama Yan Zhengzai (顏徵) di negara
bagian Lu (魯國)12. Yan Zhengzai sendiri adalah istri muda dari seorang komandan senior Garnisun13 lokal
negara bagian Lu bernama Kong He (孔紇), yang juga dikenal dengan nama Shuliang He (叔梁紇).

Pernikahan antara bapak dan ibu dari Kong Zi dianggap sebagai pernikahan yang tabu pada masa
tersebut, bagaimana tidak? Pada saat itu, Yan Zhengzai muda bahkan belum genap berusia dua puluh
tahun, sementara Kong He telah menginjak usia senja-nya.14 Dikatakan juga bahwa Kong He menikahi Yan
Zhengzai karena ia belum memiliki pewaris resminya, kesembilan buah hati hasil pernikahan dengan istri
tuanya berjenis kelamin perempuan semua, walaupun kabarnya Kong Zi sebenarnya memiliki kakak laki-
laki yang berusia tiga tahun lebih tua darinya, kakaknya tersebut tidak dapat menjadi pewaris resmi Kong
He dikarenakan oleh kecacatan fisik yang dimilikinya sejak lahir. Oleh karena itu, Kong Zi lah yang kelak
akan menjadi pewaris resmi dari Kong He.

Kong He meninggal dunia tidak begitu lama kemudian karena umurnya yang memang sudah senja,
pada saat itu Kong Zi muda masih berusia tiga tahun. Dan dua puluh tahun kemudian, Yan Zhengzai yang
telah lama merawat dan membesarkan Kong Zi muda dalam segala kesusahan dam kekurangannya
meninggal dunia di usia kurang dari empat puluh tahun. Kong Zi muda yang mana adalah anak yang
berbakti pada orang tuanya pun melaksanakan bakti terakhirnya sebagai anak pada Ibunya dengan tradisi
berkabung tiga tahun lamanya. Namun, waktu efektif dia dalam berkabung untuk mendiang ibunya
bukanlah 36 bulan, melainkan 27 bulan.15

5 Confusius adalah latinisasi nama Kong Zi oleh padri-padri Jesuit yaitu; Michele Ruggieri(1543-1607) dan Mateo Ricci(1552-1610).
6 Kusumohamidjojo, Budiono. Sejarah Filsafat Tiongkok : Sebuah Pengantar Komprehensif, (Jakarta; Jalasutra, 2010), Cet.1, Hal. 79.
7 Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University Press, 2014), Cet.1, Chapter 2; The individual and self-

cultivation in the teachings of Confucius.


8 Ba Yue = Bulan ke 8
9 Penyesuaian untuk format penanggalan masehinya adalah 28 September 551 SM.
10 https://www.ducksters.com/history/china/confucius.php
11 https://mmsamee.weebly.com/ancient-chinas-social-classes.html
12 Negara bagian Lu (魯國) (masa sekarang dekat Provinsi Shandong) adalah salah satu vassal state pada masa Dinasti Zhou (周) yang didirikan

pada abad ke 11 SM
13 Garnisun : (dari bahasa Belanda garnizoen, sendirinya dari bahasa Prancis garnison) adalah suatu korps pasukan yang ditempatkan di

suatu benteng untuk mempertahankannya melawan musuh yang dapat menyerangnya.


14 Kusumohamidjojo, Budiono. Sejarah Filsafat Tiongkok : Sebuah Pengantar Komprehensif, (Jakarta; Jalasutra, 2010), Cet.1, Hal. 82.
15 Kusumohamidjojo, Budiono. Sejarah Filsafat Tiongkok : Sebuah Pengantar Komprehensif, (Jakarta; Jalasutra, 2010), Cet.1, Hal. 83.
Walaupun Kong Zi hidup pada abad ke-6 SM, jika ia diberikan pilihan, ia akan memilih untuk hidup
setengah milenia sebelum waktunya, pada masa-masa awal dari Dinasti Zhou. Karena menurutnya zaman
tersebut adalah masa keemasan dari Dinasti Zhou. Yaitu masa dimana para pejabat memimpin melalui
percontohan moral. Masyarakat mempraktikkan ritual-ritual spiritualitas, dan harmoni sosial dapat
dirasakan di seluruh penjuru negara. Banyak hal telah berubah setelahnya, mulai dari sekitar abad ke-8 SM
negara terpecah-pecah menjadi negara-negara bagian kecil yang independen dan cenderung sering
berperang yang dikuasai oleh para penguasa-penguasa feodal yang otoritasnya tidak dijalankan melalui
percontohan moral dan perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan rakyat, namun melalui hukuman-
hukuman keras dan pemaksaan.16 Kong Zi percaya bahwa jika para penguasa-penguasa feodal dan
masyarakat pada zamannya dapat melalukan apa yang dilakukan nenek moyang mereka pada awal
pendirian Dinasti Zhou, maka kondisi yang sama seperti pada masa-masa keemasan Dinasti Zhou dulu
akan dapat direalisasikan.

Menjajal dunia politik, Kong Zi gagal dalam merebut hati para penguasa-penguasa feodal dengan
pandangan sosiopolitiknya yang mana menurut para penguasa-penguasa feodal tersebut agaknya kurang
cocok dan sulit untuk diterapkan pada masa perang antar negera saat itu.17 Namun, tekadnya untuk
merestorasi kondisi sosial pada masa keemasan Dinasti Zhou tidak padam begitu saja. Kong Zi beralih
menjadi seorang guru dan mengajarkan orang-orang yang ia harapkan akan mampu dalam memahami
pandangan sosiopolitiknya dan akan sukses dalam karir politiknya. Yang mana ia sendiri telah gagal dalam
mencapai kesuksesan dalam dunia politik.

Diantara murid-muridnya yang dipercaya berjumlah lebih dari tiga ribu orang, hanya 72 orang yeng
berhasil dalam memahami secara penuh ajarannya. Ajaran Kong Zi (Konfusianisme) menekankan pada
adat-istiadat, tata kesopanan, dan pengembagan diri. Berbeda dengan ajaran Taoisme (道教)18 yang
mengajarkan keselarasan dengan alam dan mengikuti takdir yang telah ditulis alam semesta, dan aliran
Legalisme (法 家)19 yang menekankan pada supremasi hukum dan sistem hukum-imbalan yang jelas.20

Sebagaimana disebut dalam paragraf sebelumnya, ajaran Kong Zi ini berfokus pada adat-istiadat,
tata kesopanan, dan pengembangan diri. Fokus-fokus tersebut adalah buah dari kegemaran Kong Zi
terhadap belajar sejarah, ia mendapatkan pengetahuan dan pandangan sosiopolitiknya dari sejarah awal
Dinasti Zhou, dan keinginannya untuk merestorasi keadaan sosiopolitik Dinasti Zhou yang sedang banyak
perang antar negara-negara kecil untuk kembali sebagaimana pada masa keemasan Dinasti Zhou dulu.
Yang ia anggap sebagai masa dimana kondisi sosial dan politiknya dalam titik paling tinggi dalam sejarah
Tiongkok (hingga masa Kong Zi hidup).

16 Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University Press, 2014), Cet.1, Hal.1
17 Perang antar negera-negara bagian dibawah Dinasti Zhou sudah berlangsung jauh sebelum Kong Zi lahir, bahkan Ibukota Zhou dipindahkan
ke Timur mulai dari 771 SM untuk alasan keamanan.
18 Taoisme atau Daoisme adalah ajaran yang diprakarsai oleh Lao Zi pada masa musim semi dan musim gugur (770 SM-476M)
19 Legalisme atau Fajia adalah aliran filsafat populer yang kurang diketahui siapa yang memprakarsainya namun jika dilihat dari sistem jasa

dalam pemerintahan, Administrator Shen Buhai (申不害) yang pernah menjadi Kanselir Negara Han (韓) selama lima belas tahun dibawah
adipati Zhao dari Han pada zaman negara berperang, adalah orang yang paling terkenal dalam pengembangan sistem ini.
20 Wicaksono, Michael. Han ̶ Kaisar Petani, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015), Cet.1, Hal. 396.
Dalam etika ajaran Kong Zi ada beberapa konsep yang memainkan peranan yang mendasar.

Konsep-konsep tersebut adalah Zhengming (正名), Yi (义), Ren (仁), Zhong (忠), Shu (恕), Xiao (孝), Li (

礼), dan Tianming ( 天命).21

Zhengming (正名), yang berarti pembenaran dan penegakan nama adalah konsep penting dalam
ajaran Kong Zi, dalam konsep ini, setiap realitas memiliki memiliki identitasnya masing-masing yang jika
tidak dijalankan dengan semestinya, maka akan memunculkan kekacauan dalam berbagai hal. Kong Zi
pernah berkata bahwa “biarkan penguasa adalah penguasa, menteri adalah menteri, bapak adalah bapak,
dan anak adalah anak.” Hal ini dapat diartikan bahwa dalam menjalankan kehidupan masyarakat yang
baik, setiap orang harus menjalankan peran sosialnya masing-masing sesuai dengan porsinya masing-
masing, ibarat gir dalam mesin, jika ada kekacauan pada satu komponen, maka mesin tersebut akan kacau
kinerjanya bahkan bisa-bisa rusak.

Selanjutnya Yi (义), yang berarti kebajikan adalah lawan kata dari Li (利) yang berarti keuntungan.

Menurut Kong Zi, motivasi manusia dalam hidup adalah untuk menegakkan Yi, bukan Li. Kong Zi pernah
berbicara mengenai Yi dan Li yang berbunyi “Orang besar (Jun Zi) memahami kebajikan, sementara orang
kecil (Xiao Ren) hanya memahami keuntungan” Analek 4.16.

Dalam ajaran Kong Zi, pengembangan diri seseorang dikatakan berhasil ketika seorang tersebut
berhasil dalam menjadi seorang Jun Zi (君子)22. Jun Zi sendiri adalah istilah yang telah lama memiliki
sejarahnya sendiri. Secara bahasa, Jun Zi berarti ‘anak penguasa’ atau ‘tuan penguasa’23. namun istilah
tersebut juga dapat diartikan sebagai ‘orang besar’ atau ‘orang yang berkedudukan tinggi’. Yang mana hal
tersebut mengacu pada para kaum aristokrat atau ningrat Dinasti Zhou. Untuk menjadi seorang Jun Zi,
seseorang harus dilahirkan dari garis keturunan elit, karena menjadi seorang Jun Zi adalah tentang
hubungan darah dengan elit dan bersifat turun-temurun. Namun, Kong Zi merubah, atau lebih tepatnya
menyesuaikan arti dari istilah tersebut menjadi sebuah istilah yang mengacu pada seseorang yang
‘ningrat’, bukan dalam artian ia memiliki hubungan darah dengan elit politik negara, namun ia bergelar
‘ningrat’ secara moral. Jadi, Jun Zi menurut Kong Zi adalah orang yang ‘superior’ dalam kode ritual tradisi.

Yaitu orang yang mementingkan orang lain (Shu – (恕)), dan memperlakukan orang lain dengan rasa

martabat dan rasa hormat (Xiao – (孝)).dan mengejar kebajikan (Ren - (仁)) seperti kerendahan hati,

kejujuran, kepercayaan, kebenaran, dan kasih sayang sesama umat manusia (Zhong – (忠)).

Kontras dari Jun Zi adalah Xiao Ren (小人)24ˉ25 yang secara bahasa berarti ‘orang kecil’, sama
seperti Jun Zi yang memiliki sejarahnya sendiri yang mengacu pada kaum aristokrat, Xiao Ren –pun
memiliki sejarahnya sendiri yang mengacu pada para kaum rakyat jelata. Namun di mata Kong Zi, baik Jun

21 Kusumohamidjojo, Budiono. Sejarah Filsafat Tiongkok : Sebuah Pengantar Komprehensif, (Jakarta; Jalasutra, 2010), Cet.1, Hal. 88-89
22 Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University Press, 2014), Cet.1, Hal.18
23 Zi (子) memang dapat diartikan sebagai ‘anak dari’ atau ‘tuan’. Sama seperti penggunaan ‘Mr. / Tuan’ Dalam bahasa Inggris / Indonesia yang

diikuti dengan nama keluarga (e.g. Harry Tanoesoedibjo dipanggil dengan Mr. Tanoesoedibjo atau Tuan Tanoesoedibjo), perbedaannya, di
Tiongkok dalam menggunakan Zi, nama keluarga atau marga diletakkan di depan Zi (e.g. Kong Qiu dipanggil dengan Kong Zi).
24 Xiao dalam Xiao Ren (小人) yang berarti kecil berbeda dengan Xiao (孝) yang berarti rasa hormat atau ketaatan.
25 Ren dalam Xiao Ren (小人) yang berarti manusia/orang berbeda dengan Ren (仁) yang berarti kebajikan.
Zi maupun Xiao Ren bukanlah tentang garis keturunan atau kelas sosial berdasarkan kedudukan jabatan
atau ekonomi, melainkan kedudukan seseoran berdasarkan moralnya. Oleh karena itu deapat diartikan
bahwa Xiao Ren adalah orang yang moralnya rendah, orang yang tidak patuh pada jalan yang benar, dan
tidak berlaku benar seperti para Jun Zi.

Xiao, yang berarti rasa hormat atau ketaatan adalah konsep ajaran Kong Zi yang secara garis
besar adalah kewajiban hormat-menghormati dalam lima hubungan dan kewajiban universal. Yaitu; 1)
antara penguasa dengan menterinya/bawahannya; 2) antara orang tua dengan anaknya; 3) antara suami
dengan istrinya; 4) antara kakak dengan adiknya; 5) antara teman dengan teman. Dalam aplikasinya, Xiao
ini dapat diartikan subordinasi. Seorang anak adalah subordinat dari orang tuanya, seorang prajurit adalah
subordinat dari komandannya, dan seterusnya hingga Raja / Kaisar sebagai puncak teratasnya. Dan untuk
Raja / Kaisar sebagai takhta tertinggi, seluruh subordinatnya harus setia, rela berkorban, dan mati demi
mempertahankan kewibawaan takhta Raja / Kaisarnya. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat akan
dipaksa untuk menumpas pemberontakan walaupun pemberontakan tersebut bermaksud baik.26 (e.g.
Pemberontakan serban kuning (Huangjin Zhi Luan – (黄巾之乱)) yang bermaksud untuk menggulingkan

takhta Dinasti Han(汉朝) yang korup dan telah disetir oleh 10 kasim).27

Selanjutnya adalah Li, yang berarti Ritual. Kong Zi berpendapat bahwa ritual memberikan pedoman
untuk manusia dalam urusannya dengan orang lain. Pedoman ini adalah pedoman yang membuat harmoni
sosial dapat direalisasikan. Seorang ayah, dalam mempraktikkan ritual yang tepat, berlaku sebagaimana
ayah seharusnya. Seorang anak, dalam mempraktikkan ritual yang tepat, berlaku sebagaimana anak
seharusnya.28 Dengan begitu ritual mendorong aktualisasi norma lima hubungan dan kewajiban universal
seperti yang telah dituliskan pada paragraf sebelumnya.

Terakhir adalah Tianming, yang berarti Perintah Langit. Maksud dari perintah Langit ini menurut
Kong Zi adalah jika Langit29 sudah menghendaki sesuatu, tidak bisa terjadi yang lain. Karena itu, Tianming
kerap dipahami sebagai nasib, takdir, atau keputusan Langit, tetapi kerap dipahami pula sebagai mandat
kepada kaisar. Hal ini lah mengapa Kaisar Tiongkok disebut sebagai Anak Langit atau Tian Zi (天子) dan
kekuasaannya mutlak. Namun, mandat surga ini tidaklah abadi. Hal ini diabadikan dalam Buku Sejarah
(Shujing – (書經)) mengenai keruntuhan Dinasti Shang (商朝) dan lahirnya Dinasti Zhou. Yaitu kisah
mengenai para pemimpin yang arif dan bijaksana pada awal pendirian Dinasti Shang yang makin lama
tergantikan oleh pemimpin yang bobrok. Mereka adalah para pemimpin yang kotor, suka menyelewengkan
jabatan, dan licik yang mendapat banyak tempat di pemerintahahan. Dengan kenyataan seperti itu, pada
akhirnya Langit mengurungkan mandatnya pada Dinasti Shang yang saat itu dipimpin oleh Raja Zhou dari
Shang (紂王) (Nama asli ; Di Xin - (帝辛)) dan menganugerahi mandatnya pada Dinasti yang baru yaitu
Dinasti Zhou. Hal ini harusnya memperjelas bahwa mandat Langit ini bukanlah sebuah ketetapan takdir,

26 Wang, Andri. SAM KOK – Perang Siasat VS Siasat Tiga Kerajaan, (Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), Cetakan pertama. Hal.9
27 Guanzhong, Luo. Sanguo Yanyi 三国演义 (Eng : Romance of the Three Kingdoms); diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh : C.H. Brewitt Taylor,
(World Public Library, Project Gutenberg), Chapter 1; three heroes swear brotherhood in the peach garden; one victory shatters the rebels in
battlegrounds.
28 Lihat paragraf 4, halaman ke 2.
29 Pada zaman tersebut, Tian (天) bukan sekedar ‘langit’ namun Tian adalah surga, atau beberapa orang memahaminya juga sebagai bentuk

entitas yang diagungkan. Sebagai sebuah ‘driving force’ yang mengatur seluruh hal yang terjadi.
namun sebuah ketetapan yang dimenangkan. Para pemimpin memenangkannya melalui kearifan,
kebajikan, dan budi luhur yang baik. Dan para pemimpin tersebut juga dapat kehilangannya ketika mereka
mengabaikan hal-hal tersebut semuanya.

Kong Zi meninggal pada tahun 479 SM, tepatnya pada tanggal 21 November. Di Qufu (曲阜),
negara bagian Lu. Satu tahun setelah kematian salah satu muridnya Zhong Yu (仲由).30 Saat kematiannya,
Kong Zi yakin bahwa ajarannya belum berhasil dalam membuat perubahan besar dalam kehidupan
sosiopolitik negaranya. Namun para murid, pengikut, dan keturunan Kong Zi tetap menyebarkan ajarannya.
Pada masa Dinasti Han ajaran Kong Zi mendapatkan dukungan dari Pemerintah dan bahkan ajaran Kong
Zi menjadi filsafat resmi Kekaisaran Tiongkok mulai dari tahun 141 SM atas dekrit Kaisar Wu dari Han (孝

武皇帝)) (Nama asli ; Liu Che –(刘彻)).31

Pengaruh ajaran Kong Zi tidak hanya berhenti dalam batas negara Tiongkok saja, ajaran Kong Zi

juga cukup populer di Korea, dimulai dari tahun 372 pada era Goguryeo (고구려) dimana didirikan akademi

Konfusian untuk anak-anak pejabat. Dan terus berkembang hingga era Joseon (대조선국).32

Di Jepang, Pangeran Shotoku (聖徳太子) mengisukan konstitusi yang terdapat pengaruh ajaran
Kong Zi didalamnya, dan pada era Shogun Tokugawa (徳川幕府) Konfusianisme melaju pesat hingga
menjadi pembelajaran / filsafat negara, walaupun tidak menjadi ajaran orthodoks eksklusif seperti di Joseon
dan Dinasti-dinasti Tiongkok pada saat itu.33

Ke arah selatan, di Vietnam yang pernah ‘terjajah’ sejak era Dinasti Han dan merdeka pada tahun
939 tetap menggunakan sistem ujian pejabat berdasarkan apa yang telah diterapkan pada masa mereka
dibawah kekuasaan Tiongkok hingga tahun 1910an.34

Ajaran Kong Zi terus berkembang dan bahkan sampai mendarah daging pada masyarakat Asia
Timur, Khususnya rakyat Tiongkok, namun pada abad ke 20 oleh para reformis 4 mei, Ajaran Kong Zi
dianggap sebagai penghambat negara dalam mencapai Tiongkok yang kuat dan maju. Dengan tujuan
dapat menyaingi Negara-negara Eropa di barat dan Jepang di timur. Para kaum Liberal dan Marxist pada
saat itu memiliki pandangan yang satu, yaitu untuk mengabaikan Tuan Kong Zi, dan mulai memperhatikan
Tuan Demokrasi dan Tuan Ilmu Pengetahuan. Akhirnya pada kemenangan Partai Komunis Tiongkok atas

perang saudara, Mao Zedong (毛润之) secara resmi mendeklarasikan bahwa Kong Zi adalah musuh

Republik Rakyat Tiongkok dalam mencapai ambisinya menyaingin Negara-negara Eropa di barat dan
Jepang di timur.

Walaupun Partai Komunis Tiongkok telah mendeklarasikan Kong Zi sebagai musuh negara, namun
ajaran Kong Zi yang telah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Tiongkok agaknya tidak dapat

30 Zhong Yu (仲由), nama kehormatan : Zi Lu (子路) adalah murid Kong Zi yang meninggal dalam medan perang di negara bagian Wei saat
melindungi tuannya.
31 Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University Press, 2014), Cet.1, Hal.6
32 Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University Press, 2014), Cet.1, Hal.8
33 Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University Press, 2014), Cet.1, Hal.8-9
34 Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University Press, 2014), Cet.1, Hal.9
terlepas begitu saja dan bahkan masih bisa kita dirasakan sendiri keberadaannya. Mungkin Tiongkok
bukannya harus menjadikan Kong Zi sebagai musuh negara, namun akan lebih baik untuk memodernisasi
ajaran kuno Kong Zi pada penerapannya saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, Daniel K. Confucianism, a very short introduction, (Oxford: Oxford University


Press, 2014), Cetakan pertama.

Cai, Xicin. Kata-kata bijak Konfusius; editor, Adeline Bangun dan Yayat Sri Hayati, (Jakarta;
Kesaint Blanc, 2018), Cetakan pertama.

Kusumohamidjojo, Budiono. Sejarah Filsafat Tiongkok : Sebuah Pengantar Komprehensif,


(Jakarta; Jalasutra, 2010), Cetakan pertama.

Wicaksono, Michael. Han ̶ Kaisar Petani, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015),
Cetakan pertama

Wang, Andri. SAM KOK – Perang Siasat VS Siasat Tiga Kerajaan, (Jakarta; PT Gramedia
Pustaka Utama, 2012), Cetakan pertama.

Guanzhong, Luo. Sanguo Yanyi (三国演义) (Eng : Romance of the Three Kingdoms);

diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh : C.H. Brewitt Taylor, (World Public Library, Project
Gutenberg),

https://www.ducksters.com/history/china/confucius.php

https://mmsamee.weebly.com/ancient-chinas-social-classes.html

Anda mungkin juga menyukai