Anda di halaman 1dari 3

KORELASI PANCASILA DENGAN AGAMA KONGHUCHU

Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius)


dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao () yang berarti agama dari orangorang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta
agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum
kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka
akan ajaran-ajaran kuno tersebut.
Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan
beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi
agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa
akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya
perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.
Korelasi Pancasila dengan Agama Konghuchu:
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
-

Dalam Ketuhanan Yang Maha Esa , Tentang Tuhan dalam budaya Tionghoa atau
mau digunakan kata Gaya Misterius (Istilah father Van Schie). Dan konsep
keTuhanan budaya Tionghoa itu seperti konsep budaya India maupun Yunani pra
penghancuran agamanya oleh agama lain. Bahkan beberapa pandangan
ada yang mirip-mirip dengan agama-agama yang diyakini di sebagian Eropa.

Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama


manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan
Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian"

atau "Shang Di".


- Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
a. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
b. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
c. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
d. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
e. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
f. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
g. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
h. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
2. Sila Kesua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Dalam Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab , Budaya Tionghoa mengenal kata
"ren" yang berarti adalah kemanusiaan. Bahkan kata keadilan dan beradab sudah

tertuang dalam banyak aliran filsafatnya.


Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):
a. Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
b. Hubungan antara Suami dan Isteri
c. Hubungan antara Orang tua dan anak
d. Hubungan antara Kakak dan Adik
e. Hubungan antara Kawan dan Sahabat
Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia
Tian/Tuhan Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup
di dalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang
mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti

hidup beriman kepada Tian dan lurus satya menegakkan firmanNya.


3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
- Dalam Persatuan Indonesia , adalah salah pandangan beberapa orang Tionghoa
yang kebetulan beragama lain ( Ini bukan bertujuan meributkan agama, tapi fakta
yang tertulis dalam sejarah ) pada masa ORLA yang beranggapan bahwa agama
Khong Hucu berkiblat pada negri leluhur. Kong Zi tidak pernah mengatakan harus
berkiblat pada negri leluhur, tapi mengabdilah pada negara tempat kamu tinggal
dan menjadi warga negaranya dan jagalah. Arti kata guo yang berarti adalah
tembok wilayah, satu orang memegang tombak sudah bermakna harus menjaga
keutuhan wilayah atau negara. Jika anda perhatikan, jauh sebelum konsep republik
Indonesia sudah ada banyak tokoh-tokoh Tionghoa yang berjuang bahu membahu
dengan tokoh-tokoh suku lain menentang penjajahan Belanda.
4. Sila keempat: Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
- Dalam Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan , dapat dibaca konsep Ru Jiao terhadap masalah
-

negara dan masyarakat, niscaya bisa melihatnya dengan jelas.


Mensius
adalah
seorang
filsuf
Tiongkok.
Ia

adalah

penerus

ajaran Khonghucu/Kongzi yang hidup sekitar 300 tahun setelah wafatnya


Khonghucu sering melakukan pembicaraan dengan para Raja atau penguasa pada
masa itu untuk meyakinkan mereka agar supaya menjadi pemimpin yang benar
dan bermoral. Disamping itu pula beliau mengajarkan tentang demokrasi dalam
pemerintahan, karena seorang Raja atau pemimpin itu dipercaya mendapatkan
mandat dari Tian (Langit) atau disebut dengan Tian Ming. Dia harus bertindak

sebagai ayah bunda rakyatnya. Ditegaskannya pula bahwa :"Tuhan melihat seperti
halnya rakyat melihat, dan Tuhan mendengar seperti halnya rakyat mendengar".
5. Sila kelima: Kesejahteraan sosial bagi seluruh rahyat indonesia
- Dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia , bisa dilihat konsep min yi
-

shi wei tian, juga prinsip menghargai sesama yang diajarkan Kong Zi.
Agama konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya
bagaimana seseorng berbakti kepada Tian (Tuhan yang maha esa) orang tua, orng
yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga mengajarkan tata cara melakukan ibadah
kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai