Anda di halaman 1dari 6

Kofusius : Cita-Cita Manusia Ideal

Oleh : Muhammad Aufa Akmal (1403618019)

“Konfusius” adalah nama latin dari istilah China Kongzi atau biasa disebut Kong Fu Tze. Di
Indonesia Konfusius lebih dikenal dengan sebutan Konghucu. Konfusius lahir pada 551 SM di daerah
Zhou, di negara bagian Lu. Ia adalah salah satu tokoh yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam sejarah
China. Ia adalah seorang guru, filsuf, pejabat pemerintah yang hidup ketika berkuasanya Dinasti Zhou
(770-221 SM).

Konfusius menyumbangkan pengaruh ajaran yang kemudian diajarkan oleh para muridnya kepada
orang banyak yang kemudian ajaran tersebut disebut Konfusianisme. Konfusius adalah seorang pemikir
hebat dan seorang pedagogis ulung. Ia disebut sebagai seorang tokoh pedagogis pertama di China.
Bahkan Karl Jaspers mensejajarkan Konfusius dengan para filsuf besar seperti Socrates, Buddha, dan
Yesus.

Konfusianisme merupakan sebuah falsafah hidup untuk menjadi orang yang berbudi baik sama
halnya yangdiajarkan dalam agama Islam, Nasrani, Buddha, Hindu, ataupun ajaran atau agama apapun
yang menyebarkan kebaikan. Menjadi pribadi yang baik dan bermoral serta dapat hidup harmonis secara
berdampingan adalah yang diajarkan dalam Konfusianisme.

Konfusius lahir di masa sulit yang diwarnai oleh perang, intrik dan perubahan besar dalam bidang
sosial ekonomi1. Kondisi sosial masyarakat China sedang mengalami kekacauan, pemerintah menerapkan
sistem Feodal dan Otoriter. Dalam kondisi demikian Konfusius mencoba menghasilkan berbagai pemikiran
untuk menanggapi segala permasalahan yang terjadi di negaranya. Ia mencita-citakan suatu tatanan sosial
yang dipandu oleh akal pikiran, kemanusiaan, dan rasa keadilan, bukan pada hasrat individu yang
semaunya karena didukung oleh status keturunan (Bangsawan)2.

A. Konfusius Sang Pendidik

Konfusius merupakan orang pertama dalam sejarah Cina yang memberi pelajaran kepada murid
dalam jumlah yang besar. Muridnya berjumlah ribuan orang, dan beberapa puluh di antara mereka menjadi
pemikir dan sarjana termasyur3. Dapat dibayangkan betapa hebat dan berpengaruhnya Konfusius pada
masa itu. Ia menjadi seorang guru yang memiliki kapasitas pengetahuan yang luas, pembawaan yang
bijak, pemikiran yang brilian, dan tentu saja sangat dihormati.

Konfusius percaya bahwa pendidikan merupakan jalan penting bagi sebuah negeri untuk
mencapai suatu kemakmuran, hal ini dikarenakan melalui pendidikan dapat menghapus kebodohan
yang ada dalam masyarakat. Pendidikan yang diajarkan konfusius kepada muridnya juga disusupi
dengan niatannya untuk memerbaiki pemerintahan pada saat itu. Konfusius memberi bekal kepada
muridnya sebuah pengajaran kepada muridnya untuk menjadi pegawai pemerintah yang tidak hanya

1
Lee Dian Rainey. Confucius & Confucianism (Chichester: John Wiley & Sons, 2010), hal.9
2
Sahrul Maulidi. Konfusius, Inspirasi dan Pencerahan untuk Hidup Lebih Bermakna (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2016),
hal.6
3
Fung Yu Lan. Sejarah Ringkas Filsafat Cina: Sejak Confusius sampai Han Fei Tzu, (Yogyakarta: Liberty, 1990), hal. 49.
menjadi alat bagi para penguasa, melainkan juga sebagai pegawai pemerintah yang berkontribusi serta
dapat menjadi pionir untuk merombak sistem pemerintahan untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Konfusius percaya bahwa pemerintahan yang etis dan baik apabila dipegang dan dijalankan juga
dengan orang yang baik pula dan tentu saja bermoral.

Konfusius mengajarkan filsafat hidup kepada muridnya dengan harapan muridnya akan
menerima dan dapat menerapkan dalam kehidupan kesehariannya. Konfusius mengembangkan sebuah
filsafat yang menekankan cinta kasih dan sikap hormat pada semua level masyarakat dan mendukung
pendidikan sebagai jalan untuk mengembangkan pikiran dan membina karakter4. Terlihat jelas bahwa
Konfusius berusaha menyebarkan ajaran-ajaran filsafatnya kepada para muridnya melalui pendidikan.
Pendidikan digunakan untuk membantu menyelaraskan kemampuan pikiran dan hati manusia untuk
menjadi pribadi yang lebih baik serta harmonis dan dapat diterima di masyarakat. Konfusius pernah
berkata kepada muridnya. “Belajar dengan giat dan jangan pernah merasa puas, serta janganlah lelah
mengajar orang lain”5.

B. Fokus Utama Konfusius

Perhatian utama Konfusius adalah manusia dan perilakunya, manusia dan pengembangan
dirinya, yaitu bagaimana agar manusia menjadi baik, bagaimana manusia dididik menjadi berbudi6. Prof .
Tu Wei Ming (2005) menjelaskan bahwa fokus utama konfusianisme adalah bagaimana kita menjadi
manusia yang sebenarnya. Pemikiran Konfusian berorientasi humanistik dan mengajarkan pendangan
hidup yang harmonis. Manusia harus hidup menjadi pribadi yang baik dan dapat hidup harmonis secara
berdampingan.
Selain itu, etika dan moral juga menjadi fokus utama Konfusius, dalam ajarannya Konfusius
sangat menekankan tentang pentingnya etika kebajikan. 5 ajaran utamanya semuanya adalah kunci
bagaimana manusia beretika seharusnya kepada segala aspek kehidupan. Konfusius menunjukan
melalui pendidikannya, manusia dapat berubah menjadi manusia yang sebenarnya.
Jadi bila kita bicara tentang Konfusius, ini berarti kita bicara tentang manusia, etika, serta
pendidikan. Menjadi manusia yang baik dengan segala kebajikannya sera hidup secara harmonis. Jika
ajaran Konfusius dapat diterapkan niscaya sebuah bangsa dapat hidup damai dalam hubungan yang
harmonis. Baik masyarakat maupun pemerintah akan menjalankan kewajibannya sesuai dengan etika
dan moral yang berlaku. Hal ini akan menciptakan pemerintahan yang etis dan masyarakat yang
bermoral. Dengan begitu, bukan tidak mungkin terciptanya kesejahteraan sosial maupun ekonomi.
Menurut Rainey, ajarana Konfusius sangat relevan dengan kondisi masa kini. “Konfusius
menghadapi banyak persoalan yang sama seperti kita: pemerintah yang menyampaikan kebohongan,
ekspansi militer, perubahan besar sosial ekonomi, sebuah masyarakat yang sepertinya kehilangan rasa
hormat terhadap pendidikan dan moral, meningkatnya kebodohan dan kelemahan. Konfusius

4
Meher Mc Arthur. Confucius (London: Quercus, 2010), hal. 1
5
Xiqin Cai. Kata-kata Bijak Konfusius (Jakarta: Kesaint Blanc, 2018), hal. 160
6
Sahrul Maulidi. Konfusius, Inspirasi dan Pencerahan untuk Hidup Lebih Bermakna (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2016),
hal. 4
menawarkan solusi atas persoalan-persoalan ini.anda akan melihat bahwa apa yang telah ia sampaikan
dapat diterapkan bagi dilema kita saat ini”

C. 5 Sifat Kebajikan
Ada banyak sifat kebajikan atau mulia yang diterangkan dalam berbagai sumber, bermacam
pula perbedaan pendapat atau pandangan tentang sifat tersebut. Namun, disini akan sedikit
menjelaskan setidaknya 5 sifat yang paling banyak terdapat dalam berbagai sumber tersebut. Yaitu Ren
(Cinta Kasih/Peri Kemanusiaan), Yi (Kebenaran), Li (Ritus/Susila), Zhi (Kebijaksanaan), Xin (Dapat
Dipercaya), dan Junzi (Manusia Berbudi).
Definisi dari setiap sifat tersebut juga sangat luas dan mendalam, disini akan coba dijelaskan
secara umum dari setaip sifat tersebut tidak menggali pengertiannya sangat mendalam, karena penulis
memiliki keterbatasan yang sangat banyak dalam mengkaji hal tersebut. Berikut adalah 5 sifat/istilah
tersebut :
1. Ren
Ren memiliki berbagai arti, seperti Perikemanusiaan, Cinta, Kebaikan, Cinta kasih, dan lainnya.
Dan dari terjemahan tersebut memiliki makna yang sangat luas. Ren menjadi salah satu ajaran dimana
Ren adalah pangkal dari kebajikan. Ren adalah aspek batiniah (Inner Moral) dimana perilaku seseorang
dimanifestasikan7. Ren menjadi dasar untuk mengimplementasikan sifat-sifat kebajikan lainnya.
Konfusius pernah berkata “Fokuskan pikiranmu hanya pada ren, maka kau akan sepenuhnya tanpa
keburukan”. Ren menjadikan manusia memiliki hubungan dengan manusia, hewan, tumbuhan, atau
apapun itu yang dilandasi dengan cinta kasih.
Ren yang dimaksud disini adalah cinta kasih yang berdasarkan kebaikan dan kebenaran. Cinta
kasih Ren berarti mencintai kebaikan. “Balaslah kebaikan dengan kebaikan; Balaslah kejahatan dengan
kelurusan,” demikian kata Konfusius. Disini berarti siapapun yang bersalah, harus diluruskan, dihukum
secara adil dan diberi pendidikan secara optimal agar dapat kembali ke jalan yang benar.
2. Yi
Selama ini, para filsuf dan pemikir sepanjang zaman mempertanyakan atau mencari tentang
kebenaran. Dalam banyak diskusi filsafat dipersoalkan bagaimana manusia bertindak benar. Umntuk
berpikir benar diperlukan aturan berpikir, yang disebut logika. Untuk bertindak benar diperlukan etika.
Kedua masalah ini telah dikupas oleh Aristoteles.
Yi, berarti kecocokaan, ketepatan, kesopanan, kebenaran, dan kewajaran. Pengertian lainnya
adalah hakikat, substansi, prinsip, kebenaran8. Sangat beragam memang arti dari Yi. Yi disini berarti
sebuah kebenaran. Kebenaran bersifat Mutlak dan Universal, namun implementasinya sesuai dengan
situasi masing-masing tiap orang.
Menurut Fung Yu Lan, Yi berarti suatu keadaan yang memang seharusnya terjadi tanpa syarat.
Untuk melakukan hal adil dan benar. Tujuannya untuk mendapatkan balasan atau keuntungan
melainkan karena hal tersebut memang harus dilakukan apa adanya sebagai sebuah hal yang benar.

7
Sahrul Maulidi. Konfusius, Inspirasi dan Pencerahan untuk Hidup Lebih Bermakna (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2016),
hal. 56

8
Chen Xunwu. Justice, Humanity and Social Tolerantion (London: Lexinton Books,2008), hal 22
Seseorang harus berbuat sesuai kebenaran yang memang sudah menjadi kewajiban tanpa tujuan motif
tertentu.
3. Li

Pada mulanya Li hanya dikaitkan dengan perilaku yang benar dalam upacara keagamaan,
tetapi selanjutnya mana Li diperluas menjadi adat istiadat, tradisi dalam masyarakat, etiket yang baik
dan kode moral9. Namun, Li dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai sopan santun, tata
krama, dan adab. Li adalah satu prinsip yang harus ditaati oleh manusia dalam menjalin hubungan
dengan manusia lain. Sebetulnya dalam arti ini merupakan ekspresi atau ujud dari kemanusiaan dan
kebenaran. Sebagai sebuah ritual, upacara, li membantu untuk disiplin diri dan pikiran dalam melakukan
sesuatu yang sesuai dengan semua situasi kemanusiaan. Li juga dapat membawa semua anggota
keluarga atau komunitas ke dalam suatu sikap khusus seperti dalam upacara pesta, pemakaman, dan
hari nasional. Praktek li dapat menyelesaikan perbedaan di antara rakyat di suatu negara dan dapat
mengurangi friksi yang muncul dalam hubungan antar sesama. Ini adalah makna li dalam interaksi sosial
yang diterima sebagai sebuah kebenaran dan secara nalar dapat diterima oleh semua anggota suatu
komunitas10.

4. Zhi

Dalam Lun Yu IV:17, Konfusius berkata kepada muridnya, “Bila melihat seorang yang
Bijaksana, berusahalah menyamainya; dan bila melihat seorang yang tidak Bijaksana, periksalah dirimu
sendiri”. Dalam nasihat tersebut terlihat jelas bahwa Konfusius menekankan para muridnya untuk
senantiasa berintrospeksi diri dan berusaha tidak cepat menilai orang lain, itulah tindakan yang bijak.

Menurut Hagen, Zhi berarti kearifan atau kebijaksanaan, bisa juga berarti kecerdasan atau
kepandaian. Zhi juga berarti mengetahui, memahami signifikansi dari sesuatu, menghargai nilai sesuatu.
Konfusius telah memperkenalkan Zhi ke dalam sistem etika. Seseorang dapat disebut memiliki
kebijaksanaan apabila ia terlepas dari kebingungan, ketersesatan dan lainnya. Ia tidak hanya mampu
membedakan antara apa yang benar dan salah, melainkan juga rasional dalam menggunakan akal
sehat.

Konfusius telah menggabungkan cinta pada kebijaksanaan dengan cinta kepada manusia.
Perpaduan antara pengetahuan dan cinta. Kebijaksanaan bersumber dari pengetahuan, yaitu
pengetahuan tentang diri manusia dan mengenali manusia. Sesorang yang mengenali diri dengan baik
maka ia pun akan mengenali orang lain dengan baik lalu akan memperlakukannya dengan baik pula,
itulah kebijaksanaan.

5. Xin

Konfusius lahir dan hidup di masa sedang terjadi persaingan dan peperangan antar penguasa.
Terjadi juga kebohongan, penipuan, penghianatan dan lain sebagainya untuk mencapai jabatan atau
posisi tertentu. Jika awal untuk mendapat kekuasaan saja sudah terjadi hal seperti itu, dikhawatirkan

9
Rainey, Lee Dian. Confucius & Confucianism (Chichester: John Wiley & Sons, 2010), hal. 36
10
Fachroer Rozie, ”Negeri Sejahtera Ala Konfusianisme Melalui Self Cultivation”, STAI Al-Ghazali Cilacap, Volume 6, Nomor 1,
Juni 2012 , hal. 190
akan menciptakan sebuah pemerintahan yang diisi oleh orang yang tidak berkompeten dan korup, dan
penyalahgunaan kekuasaan lainnya. Pemerintahan yang demikian tidak akan mendapatkan
kepercayaan dan dukungan dari masyarakatnya. Dalam situasi semacam itu terjadi keresahan di kepala
Konfusius, maka dari itu Konfusius menelurkan pemikirannya tentang Xin, dapat dipercaya. Xin ini harus
dapat digunakan (bersamaan dengan sifat kebajikan lainnya) untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Perkataan xin berasal dari gabungan kata Ren (manusia) dan Yan (katakata atau ucapan).
Manusia bersandar pada kata-katanya mengandung arti bahwa jika manusia konsisten dengan kata-
katanya maka ia layak dipercaya11. Konfusius menekankan Xin dengan harapan dapat meredakan
konflik diantara kelas penguasa dan kelas-kelas yang saling berposisi.

6. Junzi

Menurut Xinzhong Yao dalam An Introduction to Confusianism, Junzi telah diterjemahkan


sebagai ‘Orang yang memiliki kebajikan’, ‘orang yang unggul’, ‘seorang pangeran’, ‘orang yang ideal’
atau ‘seorang pria’. Secara etimologi Frasa ini berarti ‘anak raja’, mengacu pada keturunan orang yang
berkuasa dan anggota kelas atas dan menunjukan keturunan aristokrat atau keturunan mulia.

Meskipun secara etimologi frasa Junzi berarti ‘anak raja’ bukan berarti hanya keturunan
bangsawan saja yang dapat menjadi Junzi. Seorang Junzi bisa berasal dari kalangan masyarakat biasa
yang memiliki budi pekerti luhur. Walaupun seorang berasal dari keturunan bangsawan dan kalangan
terhormat namun tidk memiliki standar perilaku yang disebutkan Konfusius, maka tidak dapat disebut
Junzi, jadi, bukan semata-mata faktor keturunan12.

Junzi adalah sebuah posisi idealisme moral manusia tertinggi yang dituju dalam Konfusianisme.
Seorang yang telah melaksanakan Ren, Yi, Li, Zhi, Xin, akan menjadi seorang Junzi, yaitu manusia
budiman. Junzi berarti adalah sosok manusia ideal. Konfusius dalam Lun Yu berkata “Seorang Junzi
memegang kebenaran sebagai pokok pendiriannya, kesusilaan sebagai pedoman perbuatannya,
mengalah dalam pergaulan dan menyempurnakan diri dengan dapat dipercaya, demikianlah Junzi”.

D. Kesimpulan

Ajaran Konfusius (Konfusianisme) adalah sebuah brilian yang dihasilkan oleh Konfusius guna
menyelesaikan kondisi sosial politik pada saat itu. Mendidik, menjadi pejabat pemerintah, dan seorang
yang arif adalah bukti dirinya memiliki kompetensi sebagai filsuf, bukan hanya berkutat pada pikiran
tetapi Konfusius juga mencoba terjun dalam secara praktis kedalam masyarakat.

Konfusianisme mampu bertahan pengaruhnya sebagai akar yang kuat dalam kebudayaan
China. Konfusianisme mampu berdiri didepan pintu modernisasi, berhadapan dengan ideologi yang
bermuculan lainnya. Bahkan Konfusianisme diakui sebagai kekuatan yang penting bagi perubahan di
berbagai negara seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwa, Hong Kong, dan Singapura saat ini.

11
Isa Ma Zilaing dan Eunice Hau Huey Wen, “Apakah ajaran utama dalam konfusianisme?”, hal. 3
12
Creel, H. G. Confucius, The Man and The Myth (New York: The John Day Company, 1949), hal. 78
Daftar Pustaka :
Cai, Xiqin. 2018. Kata-kata Bijak Konfusius. Jakarta: Kesaint Blanc
Creel, H. G. 1949. Confucius, The Man and The Myth. New York: The John Day Company
Isa Ma Zilaing dan Eunice Hau Huey Wen. “Apakah ajaran utama dalam konfusianisme?”
Maulidi, Sahrul. 2016. Konfusius, Inspirasi dan Pencerahan untuk Hidup Lebih Bermakna. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Meher, Mc Arthur. 2010. Confucius. London: Quercus, 2010
Rainey, Lee Dian. 2010. Confucius & Confucianism. Chichester: John Wiley & Sons
Rozie, Fachroer. 2012 ”Negeri Sejahtera Ala Konfusianisme Melalui Self Cultivation”. Volume 6, Nomor 1, Juni.
Cilacap
Xunwu, Chen. 2008. Justice, Humanity and Social Tolerantion. London: Lexinton Books
Yu Lan, Fung. 1990. Sejarah Ringkas Filsafat Cina: Sejak Confusius sampai Han Fei Tzu. Yogyakarta: Liberty

Anda mungkin juga menyukai