Anda di halaman 1dari 5

RESUME GRASHBERG: BAGIAN III

Dosen Pengampu

Ir. Supriyadi .Ph.D

Oleh :

Hernanda Rangga Saputra 112009800000036

Salwa Nurjihan Khoirunisa 112009800000039

M. Zufrial Arif 112009800000040

Muhammad Anugerah Auliana P 112009800000042

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


2022 / 1444 H

Tambang Grasberg berlokasi di daerah pegunungan Irian Jaya, Grasberg memulai kon
struksi pada musim panas 1988. Pekerjaan pertama menyediakan akses darat untuk perbekala
n pemboran lalu dilakukan penirisan. Batuan bijih Grasberg pertama sampai di pengolahan pa
da bulan desember 1989. Produksinya cepat dan efisien bahkan sampai dua kali lipat ketika s
udah dibangunnya Hoat road. Pegawai mampu menghasilkan batuan 10 ton hingga 150 ton p
er hari. Tingkat kadar ekonomis bijih0,8 % setara tembaga (tembaga sebenarnya ditambahg d
engan nilai kandungan emas yang dinyatakan dalam persen tembaga). Striping rationya yaitu
3,67. Kemiringan lereng tambangnya 42, meskipun lebih efisien di 45 derajat namun karena a
danya batuan diorite lembek maka untuk kemiringan 45 derajat akan sulit dilakukan. Sistem p
eledakan dilakukan dua kali seminggu, menggunakan 230.000 Kg ANFO (Amonium Nitrate
dan Fuel Oil) tidak meggunakan dinamit lagi karena sifat dinamit yang peka dan mudah meru
sak. Terkadang bagian tambang operasinya harus dihentikan selama 25 menit setiap harinya,
karena kabut tebal,
Tambang bawah tanah cadangan GBT Freeport terus berlangsung pula, batuan bijih dari IOZ
dan DOZ mengandung mineral bornit. Meski lebih dari131 juta ton ditambang, namun masih
terdapat prospek kearah timur dibawah letinggian 2.900 meter. Bijih dari DOZ dijuluki “pem
anis pabrik” karna kadar tembaga rata-rata yang tinggi. Pengembangan singkapan GBT dimul
ai tahun 1978 dan mencapai pabrik pengolahan pada desember 1980, ditutup pada 31 Oktober
1994 setelah 62 juta ton berhasil ditambang. Tambang DOZ dengan cadangan terbukti sebesa
r 49,7 juta ton dengan kadar rata rata 1,72 persen harus ditutup sementara setelah berproduksi
sebanyak 2,4 juta ton dan akan dilanjutkan kembali tahun 1998 atau 1999 karena pengolahan
sudah terpenuhi kapasitasnya oleh batuan bijih dari Grasberg. Penambangan IOZ 24 jam seha
ri dengan jumlah pekerja 100 sampai 120 menghasilkan 6.000 ton sehari. Mesin penggali Lor
ong besar (Bernama Long Hole Jumbo) seharga setengah juta dollar membor lubang peledaka
n dari lubang tambang horizontal atau drift. Diguakan 6 alat ini untuk membuat blok pada bat
uan bijih serta operasi penggalian undercutting. Freeport membayar kepada kontraktor sebesa
r $1.000 untuk setiap meter yang digali oleh mesin ini.
Operasi bawah tanah Freeport menggunakan metode block caving, Biaya pemboran dan pele
dakan serta biaya tenaga kerja blok caving lebih murah dari metode lain.
Pada tahun 1973 pabrik pengolahan hanya mengolah sebanyak 6.800 ton sehari, tahun 1981 9.
500 ton sehari, 1984 12.500 ton sehari, 1988 20.000 ton sehari, dan tanuh 1990 32.000 ton se
hari untuk konsentrator utara, dan untuk konsentrator selatan tahun 1992 kapasitas pabrik me
ncapai 57.600 ton sehari dan 1993 62.300 ton sehari, tahun 1994 mencapai 72.500 ton sehari
dan mencapai 115.000 ton sehari pada tahun 1995.
Pada saat ini Freeport bekerja dalam dua wilayah Kontrak Karya yang meliputi daerah seluas
3 juta hektar. Pada tahun 1991, Freeport menandatangi Kontrak Karya selama 30 tahun untuk
melakukan eksplorasi di daerah Blok A, seluas 10.000 hektar persegi meliputi Ertsberg dan G
rasberg, serta Blok B dengan luas 2 juta hektar mencakup seluruh dataran tinggi sampai ke da
erah perbatasan Papua New Guinea.
Daerah ekplorasi Freeport di Irian Jaya merupakan daerah pegunungan, berhutan lebat, dan tidak
ada jalan satupun. Hal ini mengakibatkan pada tahun 1991, sebanyak 95 persen pengiriman para
geolog ke lapangan dilakukan dengan menerjunkan dari helikopter. Prosedur ini memakan waktu
dan biaya yg dapat merusak lingkungan. Operasi pengerekan dilaksanakan dengan tingkat
ketelitian di kalangan militer karena keselamatan adalah factor utama. Geolog yang diterjunkan
dari helikopter sedang melakukan pekerjaan junctuin sampling atau mengambil contoh batuan
pada persimpangan jalan. Pada tahap ini biasanya anggaran eksplorasi akan cepat habis. Setelah
dipetakan dan pengambilan contoh batuan dipersiapkan secara detail, dilakukan pengeboran.
Untuk mengangkat contoh-contoh batuan ke atas untuk dianalisis dengan teliti ialah dilakukan
pemboran inti dengan menggunakan mata bor dari intan. Diperkirakan untuk melakukannya
memakan biaya $100-$200 per meter Panjang inti.
Diatas sungai wabu terdapat landasan helicopter, dan lebih keatas lagi ditemukan singkapan
tanpa tumbuhan dengan warna kehitaman yang disebut dengan singkapan “Eastridge Discovery
Zone”, yakni bagian pertama dari endapan skarn wabu yang harus diteliti oleh geolog freeport.
Pada singkapan ini setelah dianalisisi ternyata mengandung emas 126 gram per ton. Pada tahun
oktober 1992, pekerjaan di wabu mendapat dorongan dari Moffet untuk meningkatkan program
eksplorasi, perkemahan di Bilogai berubah dalam semalam. Bangunan untuk menginap
bermunculan, ditambah dengan dua atau tiga bangunan untuk perbekalan dan sarana untuk
mencatat hasil pemboran. Dalam hari-hari tertentu terllihat empat helikopter datang sekaligus
untuk membawa batangan besi anjungan bor. Pada akhirnya proyek ini memakan biaya sebesar
$20 juta, tetapi belum menemukan suatu cadangan yang mencukupi untuk menjamin proyek
penambangan yang ekonomis. Freeport mengoperasikan sebuah pesawat Grumman Mallard,
yang dimana biaya operasi pesawat kecil ini lebih ringan daripada helicopter serta dapat terbang
lebih cepat meskipun dalam cuaca yang buruk.

Penggunaan dan penjualan tembaga sampai pada akhir-akhir ini, seluruh penjualan konsentrat
tembaga yang merupakan satu-satunya produk Freeport, dilakukan di pasar konsentrat yang
dikenal dengan nama "custom concentrate market". Di pasar ini para penambang menjual
konsentrat kepada pabrik peleburan yang tidak meng operasikan tambang terpadu. Pada
umumnya custom smelter berlokasi dekat palabuhan, dimana kapal-kapal besar berkapasitas
35.000 ton berlabuh dengan muatan konsentrat tembaga. Sekitar 40 persen, atau 2,8 juta ton
dalam tahun 1995, penjualan tem baga hasil tambang negara-negara barat kepada pabrik
peleburan dilakukan oleh perusahaan tambang yang sama sekali tidak mempunyai kaitan dengan
perusahaan peleburan bersangkutan. Sebagian besar dari custom smelter berlokasi di Pasific
Rim, yakni di Jepang, Korea, Cina, Filipina dan Australia.

Konsentrat tembaga dijual dibawah dua jenis kontrak, "jangka panjang" dan kontrak "spot".
Kontrak jangka panjang dalam batasan kami adalah dua tahun atau lebih lama, sedang kontrak
"spot" adalah kontrak untuk sekali pengapalan atau berlaku kurang dari dua tahun. Kontrak
jangka panjang pada umumnya ditanda tangani langsung dengan perusahaan peleburan, yang
berisikan berbagai kewajiban bagi Freeport Indonesia. Bagi sebagian kecil lagi, yakni 25 persen,
penjualan dilakukan dengan para pedagang atau "trader.

Anda mungkin juga menyukai