Anda di halaman 1dari 2

B.

Mitos-mitos tentang menulis


A. Pengertian Mitos dan menulis

Mitos adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi atau sesuatu yang kita percayai dan telah
dianggap sebagai sebuah kebenaran sejak dahulu tapi sebenarnya tidak benar karena tidak bisa
dibuktikan secara empiris.

Menulis adalah suatu sarana mengekspresikan perasaan dan pemikiran kita. Selain itu, menulis juga
merupakan media berbagi pengalaman dan berbagi ilmu pengetahuan. Namun banyak muncul berbagai
mitos atau pendapat yang keliru tentang menulis sehingga sering menghalangi kita untuk memulai
menulis.

Ada banyak mitos yang bisa menghalangi sesorang untuk menulis. Mitos seringkali sangat
mempengaruhi pola pikir seseorang. Padahal belum tentu sebuah mitos itu seratus persen benar.

Dalam pandangan Graves(1978) tidak banyak orang yang suka menulis. Keadaan itu dipicu oleh banyak
faktor yaitu:

1. Orang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa ia menulis.


Menulis atau mengarang memang memerlukan waktu,energy,pikiran dan perasaan. Cukup
banyak hal yang dikorbankan demi membuat sebuah tulisan. Bagi orang yang tidak tahu tujuan
dia menulis pengorbanan itu dianggap terlalu mahal atau bahkan mungkin sia-sia. Sebenarnya
banyak hal yang didapat diperoleh dari menulis. Selain memperoleh banyak informasi dan ilmu
pengetahuan dari berbagai tulisan saat ini kemampuan menulis pun dapat dijadikan lahan
nafkah dengan melihat begitu banyak orang berprofesi sebagai penulis,jurnalis,bahkan penulis
buku yang dapat hidup layak berkat menulis.
2. Orang enggan menulis karena merasa tidak berbakat dalam menulis
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk dapat menulis atau mengarang dengan baik.
Persoalannya karena menulis merupakan sebuah kemahiran maka penguasanya memerlukan
proses belajar dan latihan yang sistematis dan terus menerus. Yang berbakat menulis pun kalau
tidak pernah dilatih tidak akan memiliki kemampuan menulis yang baik. Jadi,kesanggupan
sesorang penulis untuk menulis tidak terletak pada bervakat atau tidaknya seseorang,melainkan
pada minat,kemampuan dan kegigihan untuk belajar dan berlatih menulis.
3. Orang enggan menulis karena merasa tidak tahu bagaimana menulis
Alasan tersebut sebenarnya dapat dipahami apabila mengingat pembelajaran menulis disekolah
kerap berhenti sebatas teori atau pengetahuan. Siswa dibekali begitu banyak tentang
pengetahuan karang-mengarang tetapi proses belajar yang dialaminya kurang memicu minat
dan memberinya pengalaman yang bermakna untuk menulis secara kreatif berbagai corak
karangan.
B. Sejumlah mitos kerap muncul dalam kegiatan menulis atau mengarang diantaranya:
a. Menulis itu mudah
Ada mitos yang mengatakan bahwa menulis itu mudah namun kenyataannya yang mudah itu
adalah teori menulis atau mengarang. Karena menulis bukanlah sekadar teori, melainkan
keterampilan. Teori atau pengetahuan menulis hanyalah sekadar alat untuk mempercepat dan
mempertinggi pemerolehan kemampuan seseorang dalam mengarang. Karena tanpa dilibatkan
langsung dalam kegiatan dan latihan menulis, seseorang tidak akan pernah mampu menulis
dengan baik. Ia harus mencoba dan berlatih berulang kali, memilih topik, menentukan tujuan,
mengenali pembaca, mencari informasi pendukung, menyusun kerangka karangan, serta
menata dan menuangkan ide-idenya secara runtut dan tuntas dalam racikan bahasa yang
terpahami.
b. Kemampuan Menggunakan Unsur Mekanik bahasa merupakan Inti dari Menulis
Di dalam menulis atau mengarang, seseorang memang perlu memiliki keterampilan
menggunakan unsur-unsur mekanik seperti penggunaan ejaan, pemilihan kata, pengkalimatan,
pengalineaan, dan pewacanaan. Namun, tidak hanya sebatas itu. Di dalam karangan atau tulisan
harus terkandung sesuatu atau isi yang akan disampaikan. Isi itu dapat berupa ide, gagasan,
perasaan, atau informasi yang akan diungkapan penulis kepada orang lain. Unsur mekanik
merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk mengemas dan menyajikan isi karangan agar
dapat dipahami dengan baik oleh pembacanya. Baik isi atau unsur mekanik karangan atau
tulisan sama pentingnya. Oleh karena itu, ketika mengarang atau belajar mengarang, fokus
perhatian tidak boleh hanya ditunjukkan kepada salah satunya saja, tetapi kepada keduanya
secara seimbang.
c. Menulis itu Harus Sekali Jadi
Mitos tentang menulis harus sekali jadi ini dapat memfrustasikan dan menggagalkan orang yang
menulis terutama orang yang baru mulai menulis. Karena bisa membuat tulisannya tidak pernah
selesai. Seseorang menulis, tetapi ketika sudah beberapa alinea dibuatnya, ia banyak
menemukan ketidakcocokan atau kekurangan. Ia membuang tulisannya dan mulai menulis
kembali. Dibaca lagi, ternyata masih banyak ketidaksesuaian. Lalu mengganti dan menulis lagi.
Begitulah seterusnya. Ini akan membuat tulisannya tidak pernah jadi karena ia ingin tulisannya
sempurna dalam sekali jadi. Keinginan itu sebenarnya wajar dan bagus tetapi mitos itu malah
menjadi bumerang bagi dirinya. Tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan,
penulis profesional sekali pun. Menulis merupakan sebuah proses. Sebagai proses, menulis
melibatkan beberapa tahap sebelum tulisan itu final. Tahap-tahap itu adalah fase prapenulisan,
penulisan, serta penyuntingan, perbaikan, dan penyempurnaan.

d. Siapapun dapat mengajarkan menulis


Siapa pun yang mengajar menulis atau mengarang ia harus menyukai dan memiliki pengalaman
serta keterampilan mengarang. Karena ia harus dapat menunjukkan kepada muridnya manfaat
dan nikmatnya menulis. Ia pun harus mampu mendemonstrasikan apakah mengarang itu dan
bagaimana melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai