Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MODUL 1
HAKIKAT MENULIS

Keterampilan Menulis PDGK4305

Dosen Pengampu/Tutor : Apriyanti


Rahmawati, M.Pd

Disusun oleh kelompok 1 :


1. Melia Sefriyani (857064788)
2. Syndaril Rohfanani (857105994)
3. Reny Argiyanti (857064803)
4. Tania Julianti (857064756)
5. Dede Ahmad Sirojudin (857106047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
MODUL 1
HAKIKAT MENULIS

Kegiatan Belajar 1 :
Konsep Menulis

A. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Menulis


Menulis atau mengarang adalah suatu aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke
dalam bentuk tertulis. Atau, kegiatan memikirkan, menggali, dan mengembangkan suatu ide dan
menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Menulis merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan
simbol-simbol tulis sebagai mediumnya. Sebagai sebuah ragam komunikasi, setidaknya terdapat
empat unsur yang terlibat dalam menulis. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai
penyampai pesan, (2) pesan atau sesuatu yang disampaikan penulis, (3) saluran atau medium
berupa lambang-lambang bahasa tulis seperti rangkaian huruf atau kalimat dan tanda baca, serta
(4) penerima pesan, yaitu pembaca, sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis.

Fungsi Dan Tujuan Menulis


Sebagai sebuah kegiatan berbahasa, menulis memiliki sejumlah fungsi dan tujuan berikut.
1. Fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya, yang
diungkapkan melalui misalnya surat atau buku harian.
2. Fungsi instrumental (direktif), yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
3. Fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial.
4. Fungsi informatif, yaitu menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan.
5. Fungsi heuristik, yaitu belajar atau memperoleh informasi.
6. Fungsi estetis, yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan.
Berbagai fungsi dan tujuan yang disebutkan diatas tidaklah selalu hadir sendiri-sendiri.
Artinya dalam satu kegiatan menulis akan terdapat lebih dari satu fungsi tersebut. Dari sini maka
kita tahu bahwa menulis besar sekali manfaatnya baik bagi diri sendiri maupun orang lain yang
membaca tulisan kita. Graves (1978), seorang tokoh yang telah banyak melakukan penelitian
tentang pembelajaran menulis menyampaikan manfaat menulis yaitu sebagai berikut;

1. Menulis Mengembangkan Kecerdasan


Menulis merupakan aktivitas yang kompleks. Dalam menulis dituntut mampu
mengharmoniskan berbagai aspek seperti pengetahuan tantang topik yang akan dituliskan,
kebiasaan menata isi tulisan secara runtut dan mudah dicerna, wawasan dan keterampilan
meracik unsur-unsur bahasa sehingga tulisan menjadi enak untuk dibaca, serta kesanggupan
menyajikan tulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan. Untuk dapat menulis seperti itu, maka
seorang calon penulis diantaranya memerlukan kemauan dan kemampuan mendengar, melihat,
membaca dengan baik, memilah, memilih, mengolah, mengorganisasikan, menyimpan informasi
yang diperoleh, menganalisis sebuah persoalan dari berbagai perspektif, memprediksi karakter
dan kemampuan pembaca serta menata tulisan secara logis, runtut, dan mudah dipahami.

Dalam menulis terdapat 9 (sembilan) proses berpikir yaitu sebagai berikut;


1. Mengingat apa yang dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya, yang tersimpan dalam
rekaman ingatan seorang penulis berkenaan dengan apa yang ditulisnya.
2. Menghubungkan apa yang telah dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya, yang
berkaitan dengan sesuatu yang ditulis seseorang, sehingga berbagai informasi itu saling
terkait satu sama lain dan membentuk satu keutuhan.
3. Mengorganisasikan informasi/pengetahuan yang dimiliki sehingga mempermudah
penulis untuk mengingat dan menatanya dalam menulis.
4. Membayangkan ciri atau karakter dari apa yang telah diketahui dan dialamu sehingga
tulisan menjadi lebih hidup.
5. Memprediksi atau meramalkan bagian tulisan selanjutnya, ketika menyusun bagian
tulisan sebelumnya. Perilaku berpikir ini akan menjadikan tulisan yang dihasilkan
mengalir dengan lancar, runtut, dan logis.
6. Memonitor atau memantau ketepatan tataan dan kaitan antar satu bagian tulisan dengan
bagian tulisan yang lainnya.
7. Menggeneralisasikan bagian demi bagian informasi yang ditulis kedalam sebuah
kesimpulan.
8. Menerapkan informasi atau sebuah kesimpulan yang telah disusun kedalam konteks yang
baru.
9. Mengevalusai apakah seluruh informasi yang diperlukan dalam tulisan telah cukup
memadai, memiliki hubungan yang erat satu sama lain sehingga membentuk suatu
kesatuan tulisan yang sistematis dan logis, serta dikemas dalam penataan dan
pemabahasan yang mudah dipahami dan menarik.

2. Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreatifitas


Dalam menulis, seseorang harus menyiapkan dan menyuplai sendiri segala sesuatunya
seperti isi tulisan, pertanyaan dan jawaban, ilustrasi, pembahasan, serta penyajian tulisannya.
Agar tulisan menjadi menarik dan enak dibaca maka apa yang ditulisakan harus ditata
sedemikian rupa sehingga menjadi logis, sistematis, dan tidak membosankan. Nah, untuk
menghasilkan tulisan seperti itu maka sangat diperlukan inisiatif dan kreativitas dari penulis.
Penulis harus mencari, menemukan dan menata sendiri bahan atau informasi dari berbagai
sumber yang terkait dengan topik yang akan ditulisnya. Berbagai aktivitas itu jika terus menerus
dilatih, maka dengan sendirinya dipastikan akan dapat memicu tumbuhnya daya inisiatif dan
kreativitas seorang penulis.
3. Menulis Menumbuhkan Kepercayaan Diri dan Keberanian
Betulkan dengan menulis akan menumbhkan keberanian? Saya ibaratkan disi menulis
seperti orang yang sedang belajar mengemudi kendaraan. Orang yang telah mahir dalam
mengemudikan mobil dan memiliki SIM tidak serta merta ia dapat mengemudikan mobil. Perlu
adanya keberanian dan mampu menepis berbagai kekhawatiran seperti khawatir salah mengnjak
gas, khawatir akan menyerempat kendaraan lain, menabrak, mati mesin di tengah jalan dan
kekhawatiran lainnya.

Begitupun dengan menulis. Dalam menulis memerlukan keberanian. Berani menampilkan


pemikirannya termasuk perasaan, cara pikir dan gaya tulisan serta keberanian menawarkannya
kepada orang lain. Tepiskan kekhawatiran seperti malu jika hasilnya jelek, khawatir salah dalam
menyampaikan sehingga menyinggung orang lain, khawatir tulisannya akan ditertawakan orang
dan berbagai kecemasan lainnya.

4. Menulis Mendorong Kebiasaan serta Memupuk Kemampuan dalam Menemukan,


Mengumpulkan, dan Mengorganisasikan Informasi
Penyebab orang gagal dalam menulis adalah karena ia sendiri tidak tahu apa yang akan
ditulisnya. Ia tidak memiliki informasi yang cukup tentang topik yang akan ditulis, serta malas
dalam mencari informasi yang diperlukan. Kondisi yang demikian ini akan mendorong seseorang
untuk mencari, mengumpulkan, menyerap dan mempelajari informasi yang diperlukan dari
berbagai sumber jika tidak ingin gagal dalam menulis. Dari sumber-sumber itu seseorang akan
memperoleh informasi yang diperlukan dalam menulis.
Lalu bagaimana menyerap berbagai informasi yang begitu banyak jumlah dan ragamnya? Bagi
penulis atau pembicara sekalipun, informasi yang diperoleh tidaklah sekedar untuk dipahami,
tetapi juga untuk dapat diingat dan digunakan kembali jika diperlukan dalam menulis atau
mengarang. Implikasinya dia akan menerapkan berbagai setrategi agar informasi yang diperoleh
terjaga dan tertata sedemikian rupa sehingga ketika diperlukan akan mudah dicari dan
dimanfaatkan tanpa harus membaca ulang semua bacaan yang pernah dipelajari sebelumnya.
Nah, motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat, kesungguhan, dan keterampilan
seseorang dalam mengumpulkan dan mengolah informasi. Sungguh besar manfaat menulis, baik
itu bagi penulis sendiri terlebih bagi orang lain.
Tetapi sangat disayangkan tidak banyak orang yang suka menulis. Kenapa ini terjasi? Dalam
pandangan Graves (1978), keadaan itu dipicu oleh banyak faktor yaitu;

 Orang enggan menulis karena tidk tahu untuk apa dia menulis
 Orang enggan menulis karena merasa tidak berbakat dalam menulis
 Orang enggan menulis karena merasa tidak tahu bagaimana menulis

Untuk alasan yang ketiga ini terkesan mengada ada karena siapapun yang pernah mengenyam
pendidikan formal tentu pernah mendapatkan pelajaran tulis-menulis atau mengarang. Namun
demikian, alasan tersebut sebenarnya juga dapat dipahami apabila mengingat pembelajaran
menulis di sekolah kerap berhenti sebatas teori atau pengetahuan.

Sejumlah mitos yang kerap muncul dalam kegiatan menulis atau mengarang diantaranya adalah
sebagai berikut;
1. Menulis Itu Mudah
Menulis dikatakan gampang jika sekedar pengetahuan atau teori tentang menulis. Tapi
mengarang bukan semata teori. Mengarang adalah akumulasi kemampuan yang terdiri dari
berbagai daya yaitu daya pikir, daya nalar, dan daya rasa yang berkaitan dengan penguasaan
persoalan kebahasaan, psikososial, tata tulis dan pengetahuan tentang isi tulisan. Teori
mengarang hanyalah alat agar orang dapat menata tulisan dengan baik sehingga dapat dipahami
dan dinikmati oleh pembacanya.
Tidak hanya itu, mengarang juga merupakan sebuah kemahiran layaknya sebuah keterampilan
yang hanya akan dikuasai melalui kegiatan belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh serta
mendapat masukan dari orang lain untuk memperbaiki cara dan kemampuan seorang penulis.
2. Kemampuan Menggunakan Unsur Mekanik Bahasa Merupakan Inti dari Menulis
Mengarang memang memerlukan kemampuan menggunkan unsur mekanik bahasa dengan
cermat. Tetapi menulis tidak sebatas itu. Sebuah karangan harus memiliki isi atau pesan yang
akan disampaikan kepada pembacanya berupa ide, pikiran, perasaan, atau informasi mengenai
sesuatu yang ditulis. Unsur mekanik menulis dan kebahasaan hanyalah sekedar alat yang
digunakan untuk mengemas dan menyajikan isi karangan sehingga pembaca mudah untuk
memahaminya.
3. Menulis itu Harus Sekali Jadi
Tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan seorang profesional sekalipun.
Apalagi kita seorang pemula yang baru belajar. Menulis atau mengarang adalah sebuah peroses
yang terdiri dari serangkaian tahapan yaitu tahap pra-penulisan, penulisan, serta penyuntingan
dan perbaikan. Dalam menulis, tahapan itu tidak bersifat linear melainkan sirkuler dan interaktif.
4. Siapapun Dapat Mengajarkan Menulis
Seorang guru menulis atau orang yang mengajarkan menulis yang baik tidak hanya menguasai
teori menulis. Karena jika tidak bagaimana mungkin ia dapat menularkan semangat dan
minatnya kepada siswa atau orang lain. Bagaimana mungkin ia dapat menceritakan kenikmatan
dan kemanfaatan menulis, bagaimana mungkin ia dapat memberikan solusi terhadap berbagai
kesulitan dalam menulis, dan bagaimana mungkin ia dapat menjadi model atau contoh menulis
yang baik bagi orang lain jika hanya menguasai teori menulis tanpa memiliki keterampilan,
kemahiran dan kesukaan menulis.

C. Bentuk Karangan

Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Masing-masing
bentuk karangan itu memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang satu sama lain berbeda-beda.
Dalam karya penulisan bahasa Indonesia juga terdapat jenis karangan, kami merangkum beberapa
jenis karangan beserta karakteristiknya yang perlu diketahui :

1. Karangan Ilmiah
Karangan Ilmiah ini biasanya digunakan untuk menulis hasil sebuah penelitian yang
telah dilakukan .

2. Karangan Semi Ilmiah


Karangan Semi ilmiah ini merupakan jenis karangan yang sebagian menyajikan
fakta dan sebagian lagi berupa fiksi.

3. Karangan Deskripsi
Karangan Deskripsi ini berguna untuk menggambarkan suatu keadaan atau objek
tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya dengan baik.

4. Karangan Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah salah satu dari jenis jenis karangan yang berisi informasi
atau pengetahuan yang disajikan secara singkat, akurat dan padat. Karangan
eksposisi atau dapat disebut teks eksposisi memiliki tujuan memaparkan atau
menjelaskan informasi tertentu guna menambah wawasan pembaca.

5. Karangan Narasi
Karangan narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa menurut
urutan kejadian atau kronologisnya baik fiksi maupun non fiksi.
Kegiatan Belajar 2 :
Menulis sebagai Proses
A. Berbagai Pendekatan Dalam Menulis

Terdapat beberapa pendapat dalam pembelajaran menulis antara lain :

1. Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang, sekali pun tidak
dikoreksi (seperti buku harian atau Surat), akan membantu meningkatkan keterampilan
menulis seseorang .
2. Pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang mengenai struktur bahasa
akan mempercepat kemahiran orang – dalam menulis .
3. Pendekatan koreksi berkata bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima
banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas tujuannya.
4. Pendekatan formal mengungkapkan bahwa keterampilan Menulisakan diperoleh bila
pengetahuan , pengalineaan, pewacanaan, serta konversi atau aturan penulisan dikuasai
dengan baik.
Menulis sebagai suatu aktivitas yang berproses , tidak tercakup dalam berbagai pendekatan di
atas. Sebagai proses , Menulis merupakan aerangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan
beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan ), penulisan (pengembangan isi karangan),
dan pas capenulis an (telaah dan revisi atau penyempurnaan tujuan ). Menurut Barra (1983:829-
831), pendekatan proses dalam menulis , terutama bagi penulispemula, mudah diikuti.

1. Tahap prapenulisan
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis , seperti halnya pemanasan (warming up)
bagi orang yang berolahraga.
Apakah mengarang itu perlu persiapan
? Apa’saja yang harus diperaiapkan?
pengalaman Anda sendiri almana?
Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain
dalam Menulis sehingga apa yang ingin ditulisdapat disajikan dengan baik.
Menemukan topik
Topik adalah pokok persoalan atau permaaatahan yang menjiwai aeluruh kmangan. Ada
pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk mencari, Misalnya : “Saya mau Menulis apa?
Apa yang akan saya tulis ? Tujuan saya Man berbicara tentang apa?” Nah, jawaban atas
pertanyaan itu berisi topik karangan.
Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan
Setelah mendapatkan topik yang baik, langkah selanjutnya adalah menentukan maksud atau
tujuan penulis an. Untuk membantu kita merumuakan tujuan, kita dapat bertanya pada
dirisendiri
, “Apakah tujuan saya Menulistopik karangan ini? Mengapa saya Menuliskarangan dengan
topik ini? Dalam rangka apa saya Menuliskarangan ini?”
Memperhatikan sasaran karangan (pembaca)
Kalau kita Menulis Surat, misalnya , kita pas ti berharap pembaca Surat dapat membaca,
memahami, dan mereapon tujuan kita. Agar isi tujuan itu kepada pembaca, kita harus
memperhatikan siapa yang akan mcinbaca karangan kita, bagaimana level pendidikan dan status
sosialnya , serta apa yang diperlukannya Britton (1975 dalam Tompkina dan Hoakiaaon, 1995)
menyatakan bahwa koberhasilan Menulisdipengaruhi oleh ketepatan pemahaman
penulisterhadapatpembaca tujuan nya. Kemampuan ini memungkinkan kita sebagai penulisuntuk
memilih informasi serta cara penyajian yang sesuai .
Mengumpulkan informasi pendukung
Ketika akan menulis , kita tidak selalu memiliki bahan dan informasi yang benar-benar alap dan
lengkap. Itulah sebabnya , sebelum menulis kita Sumbernya dari mana? Banyak! Bisa dari
bacaan, pengamatan, wawancara, serta pengetahuan dan pengalaman sendiri atau orang lain.
Tanga pengetahuan dan wawaaan yang memadai, maka tujuan kita akan dangkal dan kurang
bermakna. Jangan-jangan yang kita sampaikan hanya informasi umum, bahkan uaang, yang
telah diketahui lebih banyak dari apa yang kita aajikan. Karena itulah, peneluauran dan
pengumpulan informasi sebagai bahan tujuan sangat diperlukan.
Mengorganisasikan ide dan informasi
Setelah kita memilih topik, menentukan tujuan dan corak wacana, mempertimbangkan
kernampuan dan kebutuhan pembaca, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasi kan atau
menata ide-ide karangan agar menjadi aaling bertaut, runtut, dan padu.

2. Tahap Penulisan
Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan, berikut hal yang
memperjelas atau mendukung ide tersebut seperticontoh, Ilustrasi , informasi , bukti, atau
atasan. Akbk karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan
melalui perangkuman atuu penekanan ide-ide penting.

3. Tahap Pasca penulisan


Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan.
Kegiatannya terdiri ataspenyuntingan dan perbaikan (revisi). Kegiatan ini bisa terjadi beberapa
kali. penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan sepertiejaan,
pungtuasi, diksi, pengalimatan, pengalineaan, gaya bahasa , pencatatan kepuatakaan, dan
konversi penulis an lainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada pemerikaaan
dan perbaikan isi karangan. Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan
secaratertulis kepada pihak lain. “Aktivitas Menulismelibatkan unsur penulissebagai
penyampai pesan , pesan atau isi tujuan , saluran atau media tujuan , dan pembaca sebagai
penerima pesan . sebagai Suatu keterampilan berbahasa , Menulismerupakan kegiatan yang
kompleka karena penulisdituntut untuk dapat menyuaun. dan nicngorganisasi kan isi tujuan
nya serta menuangkannya dalam formulaai ragam bahasa tulis dan konversi penulis an
lainnya. Di balik kerumitannya, Menulis mengandung banyak manfaat bagi pengenibangan
mental,, intelektual, dan aocial seseorang.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam kegiatan penyuntingan dan perbaikan :
 Membaca keseluruhan karangan
 Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki
 Memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diubah, diganti, ditambahkan, atau
disempurnakan, serta
 Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan ketika penyuntingan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai