Anda di halaman 1dari 7

Nama : Abdul Rojak

NPM : 200310013

Semester : 4 (empat)

Mata Kuliah : Pragmatik

Prodi Pendidikan Bahas dan sastra Indonesia, Universitas Majalengka

Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa Menghilangkan Muka Dalam Acara


“Lapor Pak” Edisi 19.04.2021 (INTEROGRASI LUNA MAYA)

PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dari interaksi.-Interaksi yang

dilakukan manusia tidak lepas dari bahasa sebagai sarananya. Dalam proses interaksi ini

manusia akan melakukan pertukaran informasi. Proses pertukaran informasi ini akan sangat

mudah dilakukan ketika manusia benar-benar memahami bahasa sebagai sarana berinteraksi.

bertutur terdapat beberapa kategori yang menjadi kategorinya, yaitu Menghilangkan

muka subkategori menyuruh dengan cercaan, Menghilangkan muka subkategori

memperingatkan dengan sindiran, Menghilangkan subkategori dengan memperingatkan

dengan guruan.

Pada kesempatan ini penelitian akan mencoba untuk menganalisis menggunkan salah

satu kategori ketidaksantunan pada salah satu program acara yang identik dengan unsur-unsur

ketidak santunan yaitu “Ketidaksantunan Berbahasa Dalam Acara “Lapor pak” TV Trans 7”

salah satu siaran tv di indonesia. Alasan peneliti tertarik pada judul ini adalah (1) Acara

LAPOR PAK merupakan acara comedi yang lebih dominan terhadap tuturan bahasa yang

lucu dengan gurauan. (2) acara LAPOR PAK merupakan acara yang yang ditayangkan secara

langsung tanpa proses editing. (3) acara LAPOR PAK terdapat tuturan-tuturan yang dapat
termasuk kedalam fenomena ketidaksantunan bahasa. Ketidaksantunan dituturkan oleh para

finalis walau ketidaksantunan tersebut memang sudah bukan hal yang tabu lagi pada acara

tersebut, tetapi ketidaksantunan akan berimbas pada penutur dan mitra tuturnya yang secara

langsung hadir pada acara tersebut. Peneliti mencoba untuk menganalisis bentuk tuturan tidak

santun tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Ketidaksantunan Berbahasa Dalam

Acara “Lapor pak interogasi luna maya” di TV Trans 7 “ edisi 19.04.2021(kajian pragmatik).

METODE

Metode yang digunakan ialah metode deskriftif kualitatif dengan sumber tulisan, dan

data buatan.yang mana data di tulis dan di kumpulkan melalui penerapan metode simak catat.

Menurut Sudaryanto (1993:133) penyediaan data yang dilakukan dengan menyimak data

penggunaan bahasa. (Mashum, 2007:26) metode simak catat adalah metode yang digunakan

untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa. (Mashum 2005:93) tehnik

catat adalah mencari beberapa bentuk yang relevan bagi penelitinya dari penggunaan bahasa

secara tertulis.

Peneliti memilih metode deskriftif kualitatif ini untuk mengatasi masalah-permasalahan

penggunaan bahasa dalam masyarakat yang terus bermunculan. Agar tujuan masalah dalam

penelitian ini tersampaikan dengan baik, maka peneliti melibatkan disiplin ilmu yang mutlak

diperlukan. Metode ini pun sangat cocok dengan data yang akan diteliti karena data tidak

berupa angka tetapi berupa tuturan atau pernyataan-pernyataan seperti dalam penggunaan

bahasa yang selalu terkait dengan konteks pemakaiannya. Oleh karena itu, pengkajian

masalah ini akan menggunakan metode deskriftif kualitatif.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti ini berusaha menggambakan sekaligus

menginterpretasikan fenomena kebahasaan yang terjadi khususnya, menganalisis


“Ketidaksantunan Berbahasa Pengisi Acara Dalam Acara Lapor Pak dalam acara TV Trans

7” edisi 19,04,2021 (kajian pragmatik).

1.menghilangkan muka subkategori menyuruh dengan cercaan

Ketidaksantunan kategori menghilangkan muka ditandai dengan pemakaian ungkapan

yang bernuansa makna mempermalukan mitra tutur. Mitra tutur menjadi hilang mukanya

karena ungkapan yang bernuansa karena ungkapan memalukan tersebut lazimnya

disampaikan di depan banyak orang (Rahardi, dkk 2016:141).

Gambar 1.a

Andhika : Oh kamu jadi model, model minimal tinggi 170 pak

Wendy : Ia pak yang kek gini jatoh nya malahan jadi playgroup (mengarah kepada kikky)

Konteks Tuturan:

tuturan di atas adalah merupakan fenomena Ketidaksantunan berbahasa menghilangkan muka


subkategori menyuruh dengan cercaan. Konteks tuturan yaitu Wendi (42 tahun) merupakan pemain
dalam acara lapor pak, di mana ia mengucapkan kata “playgroup” kepada kikky(28tahun). Menurut
peniliti penutur di atas berdasarkan teori pragmatik , tindakan tuturan yang ujarkan Wendy kepada
kikky yang menyebut nya “playgrup” seolah-olah wendy mempermalukan kikky sehingga
kehilangan muka nya di depan banyak orang.

Gambar 1.b
Andre : gappa andi kan Panjang bagus, harus nya di singkat buku babapalu(buku laluan
lalulintas)

Kikky :wkwwkwkwkwkk Harus nya buku palalu gtu kan (Panduan lalu lintas)

Andre :Nah kalo ngomong palalu pas nih (Mengarah kepalanya wendy yang botak)

tuturan di atas adalah merupakan fenomena Ketidaksantunan berbahasa menghilangkan muka


subkategori menyuruh dengan cercaan. Konteks tuturan yaitu Andre (47tahun ) dan kikky
(28tahun) mereka berdua merupakan pemain dalam acara lapor pak dimana andre mengucapkan
kata” Nah kalo ngomong palalu pas nih” Kepada wendy (42 tahun). Menurut penliti penutur di atas
berdasarkan teori pragmatik Tindakan tuturan yang diujarkan andre kepada wenndy menyuruh
dengan cercaan sambil menunjuk kepada kepala nya wendy yang botak agar mempraktekan
menjadi model.

2. menghilangkan muka subkategori memperingatkan dengan sindirian

Ketidaksantunan menghilangkan muka dapat dimunculkan dengan pemerantian sindiran-


sindiran. Masyarakat yang berkultur tinggi sangat lazim menyampaikan maksud melalui
ungkapan-ungkapan yang tidak langsung, sehingga maknanya harus diinterpretasikan melalui
pemaknaan sanepa dan sasmita (Rahardi, dkk 2016:142)

Gambar 2.a
Andre : “Oh bisa-bisa buku panduan jangan baca buku di jalan saat sedang menyebrang kan nanti
bisa ketabrak”.

Wendi: “orang udah disupport sama dia kalau misalnya pedoman-pedoman yang kita terbitkan
dari kepolisian “

Andhika : Oh iya ini melempar(Kearah kikky) hahaha Iya Bos lempar ke temen-temen. anda tidak
paham dengan rambu-rambu lalulintas saat nya anda punya buku ini maka anda mulai sekarang
tertib lalu lintas”.

Konteks Tuturan:

Penutur di atas adalah bentuk fenomena menghilangkan muka subkategori memperingatkan


dengan sindiran. Konteks tuturan di atas adalah Andre(47 Tahun), Andhika (35 Tahun ) dan
wendi(42 Tahun) dimana mereka bertiga menyindir semua orang pejalan kaki. Menurut peneliti
berdasarkan teori pragmatik, ucapan yang di katakan oleh andre dan wendy seolah-olah menyindir
semua orang pejalan kaki yang sambil membaca buku sehingga melanggar rambu lalu lintas
pejalan kaki. Sehingga mengandung ketidaksantunan berbahasa menghilangkan muka subkategori
memperingatkan dengan sindiran.

3.Menghilangkan muka subkategori memperingatkan dengan gurauan

Bergurau tidak selalu menghasilkan hal-hal positif dalam pertutursapaan.


Memperingatkan dengan gurauan kadangkala justru membuat malu mitra tutur. Karena
merasa malu hilanglah citra diri dari mitra tutur itu (Rahardi, dkk 2016:147).

Gambar 3.a
Luna maya :Maka nya maaf-maaf ya tapi ini gppa kepala nya (menunjuk arah paha kikky
saputri)?

Kikky saputri :Kepala di sini (menujuk arah kepalanya ). Ini leher (Menujuk bahu tangan nya)

Andhika :kalo lu berdiri di sini (Meragakan lampu lalu lintas kepada kikky ) ibarat rambu-rambu
yang warna kuning hati-hati banyak anak kecil.

Konteks Tuturan :

Penutur di atas adalah fenomena bentuk tuturan menghilangkan muka subkategori


memperingatkan dengan guraun. Konteks tuturan di atas adalah Andhika(35 Tahun) dan Luna
maya(38 Tahun) dimana ia seolah-olah memperingatkan tentang rambu lalu lintas yang berwarna
kuning dengan sebagai contoh nya ialah kikky(28 Tahun). Menurut peniliti berdasarkan teori
pragmatik, Tindakan tuturan yaitu andhika dan Luna maya yang meragakan rambu lalu lintas
kepada kikky seolah-olah memperingatkan kepada semua orang akan ada nya Rambu Lalulintas.

KESIMPULAN
Berdasarkan pada penelitian yang berjudul “Ketidaksantunan Berbahasa Pengisi Acara

Dalam Acara Lapor pak Tv Transmedia” edisi 19 ,04, 2021 (kajian

pragmatik). Bahwa ketidaksantunan bertutur terdapat beberapa kategori yang menjadi

kategorinya yaitu Menghilangkan muka subkategori menyuruh dengan cercaan,

Menghilangkan muka subkategori memperingatkan dengan sindiran, Menghilangkan

subkategori dengan memperingatkan dengan guruan. Semua kategori tersebut merupakan

kesatuan dari dimensi wujud dan maksud.


Dalam hasil penelitian ini, peneliti berhasil menemukan dalam 1 vidio acara transmedia

yang berdurasi 41 menit, 42 detik terdapat 4 jenis fenomena ketidaksantunan berbahasa

antara lain: Menghilangkan muka subkategori menyuruh dengan cercaan, Menghilangkan

muka subkategori memperingatkan dengan sindiran, Menghilangkan subkategori dengan

memperingatkan dengan guruan

Anda mungkin juga menyukai