Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

MUSEUM BALLA LOMPOA


RAJA GOWA XVI

Nama : MALLOMBASSI DAENG MATTAWANG MUHAMMAD BAQIR


KARAENG BONTOMANGAPE SULTAN HASANUDDIN
TUMISANGKA RI BALLA PANGKANA
Lahir : Malam Ahad, 12 Juni 1931
Naik Tahta : Tahun 1653 s/d 1669
Mangkat : Kamis, 12 Juni 1670
Gelar : “Ayam Jantan Dari Timur”
“Pahlawan Nasional”
SK PRESIDEN RI Tgl 6 November 1973 No. 087/TK/
Keterangan Singkat :
Baginda adalah Raja Gowa XV Sultan Mallikussaid dan sebelum menduduki tahta
Kerajaan pernah memangku Jabatan Strategis kerajaan yaitu: Karaeng Anrong Guru
Lompona Tukka Jannangnngang ( Panglima Perang).

Pada hari Jumat 10 November 1667 Disebuah Desa bernama Bungaya Baginda
bersama pembesar kerajaan mengikuti perundingan dengan pihak belanda, menghasilkan
PERJANJIAN BUNGAYA ( Cappayari Bungaya).

Sultan Hasanuddin telah mengendalikan kekuasaan 16 tahun lamanya ( 1653-


1669). Baginda mangkat pada tanggal 12 Juni 1670. Telah mempertahankan keadilan dan
kebenaran dengan semboyan “Lebih memilih hancur dari pada dijajah orang-orang”
RAJA GOWA XXXV
Nama : I MANGI-MANGI DAENG MATUTU, KARAENG
BONTONOMPO SULTAN MUHAMMAD TAHIR
MUHIBUDDIN, TU MENANGA RI SUNGGUMINASA
Lahir :-
Wafat : Tahun 1946
Masa Pemerintahan : Dari Tahun 1936 s/d 1946
Keterangan Singkat :
Baginda bersaudara kandung dengan Raja Gowa Sultan Husain Dan bersama-sama
melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Setelah kerajaan gowa direhabilitasi kembali pada tahun 1935 yang sebelumnya sejak
1906 berada dalan kekuasaan hindia belanda.Belanda mendatangani perjanjian pendek dengan
pemerintah Hindia-Belanda pada Tanggal 30 November 1936,kemudian oleh Gubernur Jenderal
Hindia. Belanda pada tanggal 31 Desember 1936.
Dan tahun 1946,Sultan Muhammad tahir Muhibuddin wafat dan bergerak “Tumenanga
Ri Sungguminasa”

RAJA GOWA XXXIII


Nama : I MALLINGKAANG DAENG MANNYONRI, KARAENG
KATANGKA,SULTAN MUHAMMAD IDRIS TUMENANGA
RI KALABBI RANNA
Lahir : Tahun 1839
Wafat : Tgl 18 Mei 1895
Masa Pemerintahan : Dari tahun 1893 s/d 1895
Keterangan Singkat :
Pihak pemerintah Hindia belanda mengajukan perjanjian baru kepada Raja Gowa setelah
melalui beberapa kali perandingan statekanan Belanda berakibat perjanjian itu terpaksa diterima
dan ditanda tangani pada tgl 28 Oktober 1984. Sesungguhnya membatasi dan sangat
mempengaruhi kekuasaan Raja Gowa.

BAB III
BENTENG ROTTERDAM
AHMAD LAMO (1966-1978)
Ahmad Lamo menjadi gubernur Kepala daerah Tk I Sulawesi Selatan pada tahun 1966-1978
Salah satu keberhasilan periode masa jabatan Mayjen H.A. Lamo Ialah berhasil merehabilitasi
sarana dan prasarana atau infrastruktur provinsi/ Daerah TK I SUL-SEL sebagai akibat gangguan
keamanan/kekacauan DI/TII Selama kurang lebih 15 Tahun dan selanjutnya berhasil menumbuh
kembangkan serta memantapkan tanaman padi/beras secara ektensif dan infensif.

H. ANDI ODDANG ( 1978-1983)


Periode masa jabatan H A Oddang sebagai gubernur kepala daerah memimpin provinsi/ daerah
TK.ISulawesi Selatan pada 22 Juni 19780 Juni 1983. Beliau sangat tertarik dan mencintai
mengenai masalah perkebunan selain tetap berusaha meningkatkan produksi BERAS/ PADI
Keberhasilan AOddang pada masanya yaitu pada usaha BIDANG PERTANIAN Usaha-usaha
beliau kearah itu dapat disebutkan antara lain sebagai berikut :
1. Merintis Pembangunan Perkebunan Besar
2. Pemberdayaan Perkelapaan
3. Pembangunan Pabrik Gula
4. Crash program Lappoase
SULTAN HASANUDDIN
Nama lengkap beliau adalah I Mallombassi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng
Bontomangape Sultan Hasanuddin Sombaya ni Gowa Tumenanga ni Balla' Pangkana (yang
meninggal di istananya), lahir pada tanggal 12 januan 1631 dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670
Ayahnya bernama Sultan Malikusaid Tumenanga n Papambantunna dan Ibunya bernama I Sa'be
atau I Lo'me Tokontu beliau juga memiliki saudara perempuan yang bernama I Patima atau I
Sani Beliau adalah Raja Gowa ke 16. pada saat Sultan Hasanuddin dibobatkan menjadi Raja di
Kerajaan Gowa, umur beliau masih sangat muda, yaitu sekitar 17 tahun dan beliau memerintah
dari tahun 1653 sampai 1670. Dan sebelum dilantik menjadi Raja Gowa beliau telah menikah
dengan Putri Karaeng Pattingalloang yang bernama I Mami Daeng Sangnging Setelah Daeng
Sangnging wafat dan saat itu Sultan Hasanuddin telah menjadi Raja Gowa, kemudian ia menikah
lagi dengan saudara Daeng Sangnging yaitu 1 Bate Daeng Tommi Karaeng n Pabbineang atau
yang disebut Karaeng Bainea, dari pernikahan ini lahir dua orang anak laki-laki yaitu
1 I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tummalianga ri Allu
2 Ahmad Daeng Arenne yang meninggal pada usia sembilan tahun
Selain dua orang anak tersebut masih ada delapan orang anak dan Sultan Hasanuddin
yang dikenal yaitu :
1. Imajjawakkang
2. I Mappadulung Daeng Mattimu Karaenga Ri Campagaya Abdul Jalil
3. I Mappaoso Daeng Mangngewi Karaeng Ri Bisei
4. I Bulo Mabassung Alias I Sunggu Daeng Talebba Karaeng Langelo
5. I Simaelleng
6. I Makkararung Daeng Manjulung Karaeng Agang Je’ne
7. Isaena’, Dan
8. I Patima Daeng Takontu
BAB II
MONUMEN MANDALA
PANGLIMA MANDALA SEDANG MEMBERIKAN PENJELASAN
TUGAS-TUGAS OPERASI MANDALA (1962)
Setelah wewenang diberikam kepada Mayor Jendral Soeharto sebagai Panglima
Komandan Mandala, ia segera menyusun Organisasi Komando Mandala dengan ciri-cirinya
meliputi wilayah Indonesia Timur, menyelengarakan operasi-operasi militer pada waktunya
delam rangka Trikora Pembebasan Irian Barat.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya Mayor Jendral Soeharto senantiasa memberikan
penjelasan kepada para Perwira Stafnya mengenai Operasi Pembebasan Irian Barat.

PELANTIKAN PANGLIMA MANDALA DI ISTANA BOGOR


OLEH PRESIDEN SOEKARNO (13 JANUARI 1962)
Setelah Trikora dikomandokan di Yogyakarta, pada tanggal 2 Januari 1962 Presiden
Soekarno mengeluarkan Keputusan Nomor : 1/1962 yang isinya membentuk Komando Mandala
untuk membebaskan Irian Barat bersifat gabungan. Kemudian Presiden Soekarno menunjuk
Brifgadir Jendral (Brigjen) Soeharto dan menaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jendral
(Mayjen), sebagai Deputy Wilayah Indonesia Timur dan Panglima Komando Mandala
Pembebasan Irian Barat Mayor Jendral Soeharto dilantik oleh Presiden Soekarno pada tanggal 13
Januari 1962 di Istana Bogor.
PERLAWANAN RAKYAT MANDAR
DIBAWAH PIMPINAN MARARIA TOKAPE
MENGHADAPI EKSPEDISI BELANDA (1890)
Untuk memperlancar kegiatan ekonominya Belanda berusaha menguasai daerah Mandar
penghasil kopra terbesar di Sulawesi Selatan. Dia antara kerajaan-kerajaan Mandar, kerajaan
Balanipa merupakan basis terkuat perlawanan rakyat Mandar dalam menolak kekuasaan
Belanda. Untuk itu Belanda mengajak kerjasama dengan Maraia Tokape dari Balanipa. Namun
ternyata beliau menolaknya behkan mengadakan perlawanan terhadap Belanda dengan cara
menghadang pasukan Belanda yang mendart di Majene. Meskipun istana dipertahankan dengan
sengit akhirnya Maradia Tokape beserta pasukan pengawalnya berhasil ditangkap Belanda yang
kemudian dibawa ke Makassar selanjutnya ke Jakarta dan akhirnya dibuang ke Pacitan, Jawa
Timur.

Anda mungkin juga menyukai