Anda di halaman 1dari 5

SULTAN ISKANDAR MUDA

(1593-1636)
Nama
: SULTAN ISKANDAR MUDA
Tempat /TgI.Lahir
:Aceh, Tahun 1593
Agama
: Islam
OrangTua
Ayah : RajaMansyurSyah
Ibu
: IndraWangsa

1.

2.

3.

4.

RIWAYAT HIDUP DAN PERJUANGAN


Tahun 1607 Sultan Iskdar Muda menduduki tahta kerajaan aceh dalam us
ia yang sangat muda.Langkah-lagkah yang dilakukannya ialah memperkokoh posisi
dan kekuatannya dengan:
Membangun Angkatan Perang dcngan mencari tenaga-tenaga muda untuk menjadi anggota
Angkatan Perang di daerah kekuasaannya.
Penataan Pemerintah melalui pembagian wilayah yang disebui mukim dan
membuat Peraturan Perekonomian Negara.
Untuk mengatur masalah perekonomian terdapat sebuah Lembaga Negara yang disebut Balai
Fundwah. Jalannyaperekonomian ditentukan juga oleh alat tukar karena
itu Sultan Ikandar Muda mengeluarkan mata uang sebagai alat tukar
Sebagai raja dari sebuah kerajaan Islam dengan sendirinya beliau untuk pembangunan
perekonomian sangat besar besar. Pada tahun 1614 Sultan iskandar Muda membangun masjid
Baitur Rahim.
Selama menjadi Raja Aceh, Sultan Iskandar Muda menunjukkan sikap anti penjajahan asing
dan sikap ini nampak terwujud di dalam menghadapi bangsa-bangsa asing yang datang ke Aech.
Ia selalu menunjjukan sikap yang tegas dan herwibawa sebagai Raja dadn sebuah Kerajaan
Merdeka
Memimpin serangan besar-besaran melawan bangsa Portugis yang berkedudukan di Maluku
pada tahun 1615. Akan tetapi kegagalan yang disertai oleh sekian banyak korban tidak
mematahkan semangat Sultan Iskandar Muda. Untuk memperkuat kerajaannya Sultan Iskandar
Muda memperluas kerajaannya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan kecil di semenanjung
Malaya tahun 1629 Pasukan Sultan Iskandar Mudu tiba di perairan Malaca dan pasukan Portugis
telah bersiap-siap untuk menghadapi mereka dan terjailah pertempuran yang sengit namun

karena pasukan Portugis dibantuk oleh pasukan Armada Johor. Pawang, Palani, Goa, dan India
akhirnya pasukan Sultan Iskandar Muda dapat dilumpuhkan
5. Pada tahun 1635 Sultan Iskandar Muda rnenyerang Panang, alasan penyerangan panang karena
Panang mcmbantu Portugis pada waktu kerajaan Aceh menyerang Portugis.
6. Setelah menjalankan tugas sebagai raja selama 29 tahun maka pada tanggal 27 Desember
1636 Sultan Iskandar Muda meninggal dunia dan dimakamkan di Aceh Besar.
7. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 007 /TK/Tahun 1993 tanggal 14 September
1993. atas jasa-jasa nya Pemerintah RI menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional dan
memberikan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra Adiprdana (Kelas II) kepada Sultan Iskandar
Muda

SULTAN HASANUDIN
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 dan
meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun, adalah
Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I
Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah
memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri
Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. dia diangkat
menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa dalam usia 24 tahun (tahun 1655).
Sementara itu belanda memberinya gelar de Haav van de Oesten alias Ayam Jantan
dari Timur karena kegigihannya dan keberaniannya dalam melawan Kolonial belanda.
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid,
Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda
yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah.
Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur
perdagangan. Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman,
Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil
menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha
menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk
melawan Kompeni.

Peperangan antara VOC dan Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dimulai pada tahun
1660. Saat itu Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone yang merupakan kerajaan taklukan
dari Kerajaan Gowa. Pada peperangan tersebut, Panglima Bone, Tobala akhirnya
tewas tetapi Aru Palaka berhasil meloloskan diri dan perang tersebut berakhir dengan
perdamaian. Akan

tetapi, perjanjian dama tersebut tidak berlangsung lama karena Sultan Hasanuddin
yang merasa dirugikan kemudian menyerang dan merompak dua kapal Belanda , yaitu
de Walvis dan Leeuwin. Belanda pun marah besar.

Lalu Belanda mengirimkan armada perangnya yang besar yang dipimpin oleh Cornelis
Speelman. Aru palaka, penguasa Kerajaan Bone juga ikut menyerang Kerajaan Gowa.
Sultan Hasanuddin akhirnya terdesak dan akhirnya sepakat untuk menandatangani
perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667. Pada tanggal 12 April 1668,
Sultan Hasanuddin kembali melakukan serangan terhadap Belanda. Namun karena
Belanda sudah kuat maka Benteng Sombaopu yang merupakan pertahanan terakhir
Kerajaan Gowa berhasil dikuasai Belanda. Hingga akhir hidupnya, Sultan Hasanuddin
tetap tidak mau bekerjasama dengan Belanda. Sultan Hasanuddin kemudian
mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670. Untuk
Menghormati jasa-jasanya, Pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional
kepadanya dengan SK Presiden Ri No 087/TK/1973.

Gajah mada
Gajah Mada ialah salah satu Patih, kemudian Mahapatih, Majapahit yang
mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya. Tidak diketahui sumber sejarah
mengenai kapan dan di mana Gajah Mada lahir. Ia memulai karirnya di Majapahit
sebagai bekel. Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanagara (1309-1328) dan
mengatasi Pemberontakan Ra Kuti, ia diangkat sebagai Patih Kahuripan pada 1319.
Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.
Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan
diri dari jabatannya. Ia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya.
Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui. Ia ingin membuat jasa dahulu pada
Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang melakukan
pemberotakan terhadap Majapahit. Keta & Sadeng pun akhirnya takluk. Patih Gajah
Mada kemudian diangkat secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi sebagai patih
di Majapahit (1334).
Sumpah Palapa
Pada waktu pengangkatannya ia mengucapkan Sumpah Palapa, yakni ia baru akan
menikmati palapa atau rempah-rempah yang diartikan kenikmatan duniawi jika telah
berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton berikut
[1]: Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada:
Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring

Seram, Tajungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, samana ingsun amukti palapa
(Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada
Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum
aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang,
Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.)
Walaupun ada sejumlah (atau bahkan banyak) orang yang meragukan sumpahnya,
Patih Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Bedahulu (Bali)
dan Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai,
dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan. Lalu Pulau Bintan,
Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti
Kapuas, Katingan, Sampit,
Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak,
Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Solok, Pasir, Barito, Sawaku,
Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.
Di zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan
Tribhuwanatunggadewi, Patih Gajah Mada terus mengembangkan penaklukan ke
wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram,
Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan,
Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran,
Timor, dan Dompo.
Perang Bubat
Dalam Kidung Sunda[2] diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu
Hayam Wuruk hendak menikahi Dyah Pitaloka putri Sunda sebagai permaisuri.
Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar
Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu.
Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka
sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda
mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan
rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan
Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur
dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu, Patih Gajah Mada dinonaktifkan dari
jabatannya.
Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa
Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira,
bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh
Madakaripura yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah
Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat
kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.

Akhir hidup
Disebutkan dalam Negarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara
keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah gering (sakit). Gajah
Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi.
Hayam Wuruk kemudian memilih enam Mahamantri Agung, untuk selanjutnya
membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara.

Anda mungkin juga menyukai