Anda di halaman 1dari 7

Nama: Muhamad Diaz Januar

NPM: 180110200056

ELEMEN MUSIK SEBAGAI PENYAMPAIAN EMOSI DALAM DRAMA “MALAM


JAHANAM”
Seni drama dikategorikan menjadi drama baca dan drama pentas. Drama baca
merupakan drama yang sejatinya diciptakan hanya untuk dibaca, sedangkan drama pentas
merupakan drama yang dirancang untuk ditampilkan di panggung. Panggung dalam
pertunjukan drama dibangun untuk mendukung pementasan drama, di atas panggung itu pula
latar dan ruang tempat terjadinya peristiwa yang tertuang dalam naskah drama divisualisasikan.
Panggung yang digunakan untuk pertunjukan drama/teater memiliki banyak unsur, salah
satunya musik.
Definisi musik sendiri menurut Jamalus (1988: 1) adalah suatu hasil karya seni berupa
bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penciptanya melalui unsur-unsur pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau
struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan. Kemudian dalam jurnal berjudul “Pernanan
Musik pada Petunjukkan Teater” yang ditulis oleh Dody M. Kholid disebutkan bahwa musik
adalah salah satu bidang seni yang mengolah bunyi dan jeda (hening atau tanpa bunyi) sebagai
bahan bakunya.
Richard Wagner (1813-1883) memasukan unsur musik sebagai bagian pokok dari
drama, untuk menciptakan “jarak” dengan kehidupan nyata. Dody M. Kholid mengungkapkan
mengenai kolaborasi musik dengan seni lainnya, salah satunya dalam teater, dalam pertunjukan
teater, musik memiliki kaitan yang erat, sehingga ada yang menyebutkan pertunjukan teater
akan terawsa hambar jika tidak didukung dengan penataan musik yang mendukung cerita,
kemudian musik juga dapat dipadukan dengan unsur-unsur panggung lainnya seperti setting,
kostum, dan elemen-elemen teater lainnya. Menurut Sukanta (1996) dalam tulisannya tentang
Musik Teater yang dicetak pada jurnal “Kawit” menyatakan bahwa terdapat beberapa fungsi
tentang peranan musik sebagai ilustrasi pada pertunjukan teater, yaitu musik pembuka, musik
penutup, musik pergantian babak, musik ilustrasi, musik soundtrack, musik tema, musik
penokohan, musik aksentuasi, musik setting, dan musik pelebur emosi.
Dalam tulisan ini, penulis meneliti mengenai elemen musik dalam drama “Malam
Jahanam” yang ditampilkan oleh Teater Sativa, berdasarkan bagian-bagian yang terbagi
menurut Segitiga Freytag.
A. Pemaparan/Eksposisi

Gambar 1. Tarian Paijah bersama para Penari di awal babak

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Dalam bagian ini, terdapat latar musik yang menjadi musik pembuka
sekaligus latar musik untuk tarian yang dilakukan oleh Paijah dengan para
penari. Musik di awal pertunjukan ini berfungsi untuk memusatkan perhatian
penonton terhadap pertunjukan yang baru dimulai. Kemudian karena berfungsi
juga sebagai latar musik untuk tarian, latar musik ini menggunakan tempo yang
pelan dengan tujuan untuk menggambarkan kesedihan Paijah dan membangun
rasa emosi yang ingin disampaikan terhadap penonton.

Gambar 2. Percakapan antara Soleman dan Paijah

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Setelah latar musik pada awal babak dimainkan, latar musik yang
dimainkan adalah musik tradisional untuk memberikan gambaran latar tempat
dan mendukung dialog Soleman dan Paijah.

Gambar 3. Kedatangan Mad Kontan di bagian Eksposisi

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Kemudian dalam bagian eksposisi ini, latar musik dimainkan lagi pada
saat kedatangan tokoh Mad Kontan, latar musik di sini termasuk ke dalam musik
sebagai pengiring pergantian babak, yang fungsinya untuk menjaga emosi
penonton dari babak sebelumnya ke babak yang selanjutnya. Latar musik ini
menggunakan komposisi yang pendek, dan tempo sedang seperti memberikan
gambaran ketegangan saat kedatangan Mad Kontan.
B. Penggawatan/Komplikasi

Gambar 4. Dialog Mad Kontan dan Soleman dalam bagian Komplikasi

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Bagian pemaparan dimulai ketika Mad Kontan dan Soleman berdialog
setelah adegan kedatangan Mad Kontan. Latar musik yang digunakan pertama
kali dalam bagian Pemaparan berada pada peristiwa Soleman mengucapkan
kata Pasir ke Mad Kontan yang menjadi salah satu kunci dari alur teater ini,
pada adegan tersebut Mad Kontan terlihat ketakutan dan meminta Soleman
tidak membahasnya. Musik yang digunakan pada adegan ini termasuk fungsi
musik sebagai ilustrasi karena mengiringi dalam menggambarkan suasana batin
aktor. Tempo musik yang digunakan cenderung mirip dengan musik pembuka
pada awal pertunjukan, dan latar musik ini juga berfungsi untuk mendukung
kesedihan/ketakutan Mad Kontan.

Gambar 5. Mad Kontan ditemani Utai pergi mencari Soleman

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Latar Musik dimainkan pada saat Mad Kontan dan Utai pergi mencari
Soleman, serta menjadi penanda pergantian babak. Musik yang digunakan
cenderung sama dengan latar musik yang digunakan pada saat adegan
kedatangan Mad Kontan, namun dalam latar musik ini terlihat memiliki fungsi
lain selain menjadi jembatan antar babak, yaitu mempertahankan emosi
penonton yang mulai naik ketika Mad Kontan marah di adegan sebelumnya.
Gambar 6. Tarian Paijah dan Soleman

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Latar musik selanjutnya adalah pada adegan Paijah dan Soleman menari.
Latar musik di sini termasuk kedalam musik ilustrasi, karena dalam tarian yang
dua tokoh itu lakukan, terdapat pesan yang mengungkapkan suasana batin
mereka. Tempo yang digunakan adalah tempo yang lambat, dan jenis nada yang
digunakan merupakan nada minor, di mana biasanya ditujukan untuk
menggambarkan kesedihan. Dalam adegan ini, terdapat pesan yang
digambarkan melalui tarian dan latar musik yang dimainkan, yaitu
kebimbangan Paijah dan Soleman dalam hubungan yang mereka jalani.

Gambar 7. Pengakuan Perbuatan Soleman

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Pada adegan Soleman mengungkapkan kepada Paijah bahwa Soleman
sendiri yang membunuh Beo milik Mad Kontan, latar musik yang sebelumnya
dimainkan untuk mengiringi romansa Paijah dan Soleman berubah menjadi
latar musik yang menggambarkan ketegangan. Tempo yang digunakan masih
sama seperti latar musik sebelumnya, yaitu lambat. Jenis latar musik yang
digunakan termasuk musik ilustrasi karena latar musik yang dimainkan
mencoba mengungkapkan suasana batin Soleman yang mencoba
memberanikan diri untuk mengakui perbuatannya dan suasana batin Paijah
yang merasa ketakutan.
Gambar 8. Mad Kontan Mengambil Golok

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Latar musik yang sama dengan ketika Mad Kontan masuk ke dalam
rumah untuk mengambil golok miliknya dan Soleman mengingatkan lagi
mengenai Pasir seperti yang terjadi pada awal bagian komplikasi dimainkan
kembali. Selain menggambarkan suasana isi hati kontan, tetapi latar musik ini
juga dikategorikan sebagai musik tema, karena membawa karakter Mad Kontan
yang memiliki ketakutan terhadap ingatannya mengenai Pasir yang dikatakan
oleh Soleman.

Gambar 9 Perkelahian Soleman dan Mad Kontan

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Penggawatan ditutup dengan adegan perkelahian antara Mad Kontan
dan Soleman yang diakhiri dengan kaburnya Soleman. Dalam adegan ini
terdapat musik dengan tempo dinamis, yaitu dari sedang menjadi cepat. Latar
musik ini termasuk ke dalam musik aksentuasi karena latar musiknya memilik
fungsi untuk memperjelas maksud dari gerakan aktor.
C. Krisis/Klimaks

Gambar 10. Tangisan Paijah Atas Kematian Anakanya

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z-S6_5YgbrQ
Bagian klimaks dalam teater ini adalah ketika Paijah berteriak dari
dalam rumah dan didengar oleh tokoh tukang pijat yang sedang duduk di depan
rumah Paijah, dalam adegan klimaks ini terdapat peristiwa di mana anak Paijah
meninggal. Latar musik yang digunakan bertempo pelan dan termasuk ke dalam
musik ilustrasi karena mengungkapkan suasana batin Paijah yang begitu
terpukul dengan kematian anaknya.

D. Peleraian/Antiklimaks
Bagian peleraian atau antiklimaks menampilkan adegan ketika lampu
panggung dimatikan dan tangisan dari Paijah sudah tidak terdengar. Dalam
adegan ini tidak ada latar musik yang dimainkan, mungkin saja hal ini ditujukan
untuk menurunkan emosi penonton yang sebelumnya naik ketika menyaksikan
kematian anak Paijah.

E. Penyelesaian
Malam Jahanam berakhir dengan kesedihan. Akhir dari cerita dalam
teater ini adalah Soleman yang pergi meninggalkan Paijah, Mad Kontan yang
terus mengurusi dendamnya, dan juga kematian Utai serta anak Paijah. Pada
akhir teater terdapat latar musik yang termasuk ke dalam musik pelebur emnosi
yang bertujuan untuk meleburkan emosi penonton yang telah terbawa dengan
adegan-adegan dari pertunjukan.
Kesimpulan, teater Malam Jahanam menyisipkan latar musik yang mayoritas bertujuan
sebagai musik ilustrasi atau sebagai pengiring dalam mengungkapkan suasana batin aktor.
Dalam teater ini tidak ada musik penokohan atau musik yang menjadi ciri khas dalam
kemunculan seorang tokoh, sehingga penonton tidak tahu tokoh mana yang akan muncul di
awal babak. Kemudian banyak adegan yang menjadi terasa hambar karena tidak adanya latar
musik yang dimainkan, seperti saat soleman menceritakan ayahnya, ataupun saat Mad Kontan
memaki Paijah hingga dirinya pasrah dan meminta untuk dibunuh saja.
Pada akhirnya meskipun musik bukan elemen yang dinikmati melalui pandangan
seperti elemen lainnya, namun musik memiliki peran yang penting dalam menyampaikan pesan
dan suasana yang terjadi dalam adegan-adegan.
Daftar Pustaka

Teater Sativa. 2020. Malam Jahanam. https://www.youtube.com/


watch?v=z-S6_5YgbrQ.
M.Kholid, Dody. 2016. Peranan Musik pada Pertunjukan Teater. Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Pangestika, Riri Febrianty. 2018. Tinjauan Kreativitas Fungsional Musik
Teater Tamara pada Pertunjukan Gejolak Makan Keramat. Yogyakarta. Institut
Seni Indonesia Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai