Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aditya Susilo Sakti

NIM : 2121390413

Tugas UAS Kritik Jurnalistik 1

LATAR BELAKANG

Kritik musik berusaha menghubungkan karya musik dan pelakunya dengan masyarakat
musik (pendengar) sehingga terbangun suatu pemahaman atas nilai-nilai keindahan (estetika).
Terjadinya Kritik Musik disebabkan adanya ketidaksesuaian. Artinya kritikpun bermakna
subyektif bisa pula bermakna objektif. Mengkritik sebaiknya diikuti dengan semangat untuk
membenahi. Semangat untuk menciptakan kondisi yang jauh lebih baik. Contoh dalam
kehidupan sosial pasti banyak kritik dan mengkritik. Namun, saya yakin dengan prinsip saling
menghormati, realistis, dan menggunakan teknik komunikasi yang cerdas, akan
menyenangkan.

Suka Hardjana pernah menulis, bahwa “berbeda dengan dunia sastra, teater dan seni
rupa, kritik seni mempunyai tabiat dan perilakunya sendiri dalam dunia musik. Yaitu, kritik
tak didengar oleh-dan nyaris tak ada gunanya-bagi seniman musik” (Hardjana, 2004: vii). Hal
ini dapat dipahami karena ada sebagian seniman yang berpandangan bahwa musik itu cukup
dirasakan lewat bunyi sebagai esensi musik bukan dipahami lewat pengertian-pengertian
verbal. Pandangan ini tentu benar tetapi bagi yang berpandangan seperti ini mungkin kurang
menyadari bahwa pendengar musik tidak memiliki referensi yang sama baiknya dengan
pencipta atau penyaji musik. Selain itu, penganut pandangan ini barangkali kurang menyadari
pula bahwa apa yang ditampilkan dalam suatu pertunjukan merupakan obyek yang tidak hanya
dapat dirasakan lewat bunyi tetapi merupakan hal yang terbuka untuk diamati dari berbagai sisi
atau pengertian-pengertian, baik yang bersifat musikal maupun non musikal.

PEMBAHASAN

1. Deskripsi

Penulis mencoba menjabarkan deskripsi dari repertoar “Symphony No. 7 in C Major


Op.105” karya Jean Sibelius dengan menyaksikan lagu tersebut ketika latihan berlangsung dan
konser berlangsung. Dan penulis mengamati notasi/partitur yang dibawakan oleh solist
trombone agar lebih mudah mengkaji lebih dalam lagu ini. Seiring bertambahnya usia Sibelius
dan keahlian simfoniknya semakin canggih, mengarang menjadi lebih sulit baginya. Berjuang
untuk menyelesaikan Simfoni Ketujuh - dan yang terakhirnya di musim dingin tahun 1924, dia
menulis: “Saya berada di jalur yang salah. Alkohol untuk menenangkan saraf dan keadaan
pikiran saya. Betapa mengerikan usia tua bagi seorang komposer! Segala sesuatunya tidak
berjalan secepat dulu, dan kritik diri tumbuh menjadi proporsi yang mustahil." Dia
menenangkan diri sepanjang malam, dan istrinya, Aino, akan menemukannya di pagi hari
terpuruk di meja ruang makan dengan sebotol minuman keras di sampingnya.

2. Analisis

Simfoni dimulai dengan pukulan lembut pada timpani diikuti dengan nada dasar C
mayor sinkronisasi naik lambat (dimulai dari G timpani) dalam senar yang mengarah ke akord
yang tidak terduga pada jarak ke nada A Flat minor. Interval dari keenam minor antara catatan
awal G dan catatan akhir dari E♭ telah ditafsirkan sebagai referensi untuk
awal Wagner's Tristam und Isolde. Bagian ini diikuti oleh akord yang diambil dari karya
tersebut. Beberapa birama kemudian, di birama 11, sebuah motif kunci dimainkan secara
diam-diam pada flute dan klarinet.

Segera sebuah bagian yang terdengar seperti paduan suara,


dengan biola dan cello dengan lembut menyanyikan lagu seperti himne yang secara bertahap
akan membangun klimaks pertama dari simfoni ini. Saat mendekati klimaks, orkestra
menambah volume dan intensitas. Pada klimaksnya, pemain
trombone pertama mengumumkan lagu utama simfoni ini pada birama 60–64, berlabel "Aino"
dalam sketsa, diambil dari nama istri komposer. Tema ini muncul kembali pada momen-
momen kunci simfoni, setiap kali menegaskan C sebagai nada dasar.

Pada bar 93 tempo ditandai Un pochett [ino] meno adagio (sedikit lebih lambat). Tema
baru dalam mode Dorian, berdasarkan skala menaik di bagian awal lagu, lalu di birama 94 dan
95 muncul permainan oboe. Tempo secara bertahap meningkat (affrettando) dalam bagian
berurutan panjang yang mengeksplorasi beberapa nada suara. Lalu tanda mula kunci beralih ke
C minor. Temponya segera berubah menjadi Vivacissimo (sangat hidup), dengan teknik
stacatto cepat yang dimainkan oleh string dan woodwind. Suasana musik berbubah menjadi
ribut dengan tangga nada naik maupun turun yang tidak menyenangkan pada permainan string,
sedangkan pada tema solo trombone dengan tema “Aina” terdengar megah saat solist masuk.
Bagian ini diakhiri dengan progresi akor dari A♭ kembali ke kunci utama simfoni C mayor
yang diambil langsung dari karya Sibelius sebelumnya, Valse Triste dari Kuolema.
3. Interpretasi

Kritik seni dalam lagu simfoni ke 7 ini ialah kritik jurnalistik, karena ada informasi dan
pesan yang disampaikan didalam lagu ini. Penulis berkesimpulan lagu ini bercorak
ekspresionis, karena secara spontan penulis lagu menuliskan lagu ini ketika berada di jalur yang
salah karena setiap malam sewaktu membuat lagu ini seorang komposer selalu mengonsumsi
alkohol untuk ketenangan. Upaya menenangkan yang salah tersebut, bisa menghasilkan suatu
karya yang sangat indah. Karena simfoni ke 7 ini termasuk simfoni terbaik di karya komposer
Jean Sibelius. Sehingga di lagu ini komponis membayangkan sedang dihutan dengan melihat
keindahan hutan dan seisinya.

Dalam lagu ini terdapat pesan keindahan hutan di musim panas yang banyak sekali
burung bertebangan yang ditangkap oleh komposer. Kelebihan lagu ini adalah komposer dapat
menangkap secara langsung apa yang ingin disampaikan oleh Jean Sibelius serta para pemusik
yang hingga sekarang memainkan karya simfoni ke 7 ini. Pemain Trombone utama pada acara
Asia Orchestra Week, memainkan secara indah ketika konser berlangsung. Dengan
interprestasi sesuai dengan cerita suasana isi lagu. Selain itu akustik ruangan yang berada di
“Opera City Concert Hall.” Hall terbaik nomor 6 didunia ini sangat mendukung untuk
permainan orkestra yang ada Instrumen soli didalamnya. Tidak perlu membuang tenaga banyak
ketika meniup.

4. Evaluasi

Sewaktu proses di Indonesia, Jakarta City Philharmonic mempersiapkan konser


tersebut dengan maksimal, seluruh player orkestra di karantina guna untuk melatih karya
tersebut, hingga dikonserkan terlebih dahulu di Indonesia dengan Tema Konser Pamit dari
proses utama latihan Pamain Trombone Utama belum bisa memposisikan dirinya sebagai soli
dalam karya tersebut, penyatuan ansambel belum bisa menjadi satu kesatuan. Berjalannya
waktu selama proses karantina pelatihan, semakin hari semakin menyatu dengan baik ansambel
tersebut. Sehingga diadakannya konser pamit, seorang Pemain Trombone Utama ketika konser
di Indonesia kepercayaan diri dalam bermain masih kurang. Sedangkan pemain tiup kunci
utamanya adalah mental percaya diri. Jika sewaktu konser percaya diri hilang bisa
mengakibatkan ambasir tidak bergetar dan peniup akan jatuh mental.

Perbandingan konser di Tokyo dan Indonesia, sangatlah jauh presentasi yang


ditunjukan, sehingga penulis bisa menilai. Puncak permainan terbaik Trombone Utama ketika
konser adalah di acara Asia Orchestra Week di Tokyo Opera City Concert Hall. Adapun
permasalahan dan kekurangan ketika proses berlatihan hingga konser pamit adalah, pemain
Trombone Utama harus sangat melatih skill dengan mengutamakan Fleksibelitas dalam
meniup, Endurance, dan Power ketika part solo dimainkan. Dengan adanya proses latihan yang
sangat panjang, sehingga player berupaya untuk memperbaiki Fleksibelitas, Endurance, dan
Power dengan baik. karena keterbiasaan berlatih dengan ansambel atau orkestra dengan peserta
pemainnya dengan orang yang sama, akan membantu seberapa ukuran power yang dibutuhkan
atau dikeluarkan ketika bermain dalam setiap partitur solo. Sehingga di puncak acara konser di
Tokyo, Pamain Trombone Utama sangat siap dengan segala partitur simfoni ke 7 Jean Sibelius,
dengan permainan yang sangat indah dan mencapai klimaks lagu dengan baik, serta karya
tersebut dberikan apresiasi oleh penonton dengan standing ovation, tanpa henti.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Orkestra yang saat ini mulai dikenal masyarakat luas ternyata menarik untuk dibahas.
Kekayaan bunyi yang dimiliki sebuah orkestra memunculkan pesona tersendiri. Alat musik
yang terdapat dalam orkestra dapat dibagi dalam empat golongan besar, yaitu strings (alat
musik gesek), woodwind (alat musik tiup kayu), brass (alat musik tiup logam), dan percussion
(alat musik pukul). Dengan bunyi yang khas dari masing-masing alat musik tersebut, ternyata
mampu menyatu dalam sebuah harmoni yang indah.

2. Saran

Apresiasi seni dengan menikmati pertunjukan musik orkestra membuat larut para
penonton ke dalam suasana gembira dan rasa puas. Dari para anggota yang tergabung dalam
sebuah orkestra akhirnya terbentuk sebuah komunitas baru. Dalam komunitas berlaku sifat anti
struktur, dimana struktur yang ada dalam masyarakat sehari-hari lepas dan tidak berlaku dalam
sebuah komunitas dalam hal ini komunitas orkestra.

Anda mungkin juga menyukai