Dirigen atau konduktor adalah orang yang memimpin sebuah pertunjukan musik melalui gerak
isyarat. Orkestra dan paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen.
Orkes atau Orkestra adalah kelompok musisi yang memainkan alat musik bersama. Mereka
biasanya memainkan musik klasik. Orkes yang besar kadang-kadang disebut sebagai "orkes
simfoni" atau "orkes filharmoni". Orkes simfoni memiliki sekitar 100 pemain, sementara orkes yang
kecil hanya memiliki 30 atau 40 pemain. Jumlah pemain musik bergantung pada musik yang mereka
mainkan dan besarnya tempat mereka bermain.
Orkes berasal dari kata dalam bahasa Belanda orkest yang berarti sama. Kata orkest bermuara dari
kata dalam bahasa Yunani kuno, ὀρχήστρα orkhestra, yang berarti area antara tempat duduk
penonton dan panggung, yang digunakan oleh penyanyi koor dan pemain musik. Kata tersebut
dalam bahasa Yunani Modern diterjemahkan sebagai tempat menari. Di beberapa teater,
istilah orchestra merujuk ke tempat-tempat duduk di depan panggung, atau yang sering disebut
dengan primafila atau platea. Namun, istilah ini lebih tepat disebut dengan panggung atau aula
konser.
Orkes mulai muncul pada abad ke-15 dan ke-16. Pada zaman itu, orkes terbentuk karena adanya
suatu kebutuhan dari para bangsawan. Bangsawan-bangsawan tersebut menyewa beberapa orang
musisi untuk memainkan musik di pesta-pesta dansa mereka. Setelah ada perkembangan dalam
dunia teater khususnya opera di awal abad ke-17, orkes makin dikenal oleh masyarakat karena
orkes bermain mengiringi opera dalam pentas-pentas yang ada. Sejak itu, lagu-lagu dibuat untuk
dimainkan dalam sebuah grup, dan akhirnya muncullah banyak komposer yang berkarya untuk
opera. Contoh musisi pada zaman itu antara lain Henry Purcell dari Inggris, dan Jean-Baptiste
Lully dari Prancis.
Pada abad ke-17 dan ke-18, orkes-orkes kecil terdiri dari musisi-musisi yang tersedia. Orkes
tersebut dipimpin oleh seorang komposer. Para komposer itu memiliki gaya yang berbeda-beda
dalam merekrut anggota-anggotanya. George Frideric Handel, komposer asal Jerman, hanya
memilih musisi-musisi terbaik yang ada. Sedangkan Johann Sebastian Bach, yang juga berasal dari
Jerman, merekrut hampir semua musisi yang ada di kotanya.
Lama-kelamaan, para bangsawan ini mulai secara rutin menyewa jasa musisi-musisi yang
tergabung dalam orkes untuk bermain di rumah peristirahatan mereka. Joseph Haydn, seorang
komposer asal Austria yang juga disebut sebagai Bapak Simfoni, memiliki anggota tetap untuk
bekerja sama. Namun, di saat yang sama, ada juga pemusik-pemusik yang berkeliling dari kota ke
kota lainnya, sambil menciptakan suatu karya yang dapat memamerkan kehebatannya bermain
musik.
Pada abad ke-18, semakin banyak komposer yang memiliki orkes sendiri untuk menunjukkan
karyanya kepada masyarakat, dan mereka sering disebut dengan "Academy". Pada tahun 1781,
Leipzig Gewandhaus Orchestra terbentuk dan pengorganisasiannya dilakukan oleh perkumpulan
orang-orang yang memperdagangkan tiket konser. Hal ini kemudian menjadi tren yang terus diikuti
sampai abad ke-19.
Orkes-orkes yang terbentuk pada masa itu antara lain Boston's Handel dan Haydn Society yang
dibentuk pada tahun 1815, New York Philharmonic dan Vienna Philharmonic pada tahun 1842, dan
Halle Orchestra tahun 1858 di Manchester.
Pada tahun 1803, seorang konduktor bernama Francois Antoine Habeneck mengembangkan teknik-
teknik dalam orkes, salah satunya adalah dengan melatih instrumen string terpisah dari alat musik
lainnya. Teknik lainnya adalah teknik memberi tanda masuk kepada pemain yang akan memainkan
bagiannya. Teknik-teknik ini kemudian tersebar ke seluruh Eropa dalam setiap pertunjukkan orkes.
"Orkes simfoni" atau "orkes filharmoni" adalah sebuah orkes yang beranggotakan sekitar 100 orang.
Sebuah orkes kamar (orkes yang lebih kecil) bisa beranggotakan 50 orang, dan ada juga yang lebih
sedikit daripada jumlah tersebut. Namun, jumlah anggota pasti yang digunakan di orkes berbeda-
beda, tergantung pada karya yang dimainkan dan juga luas tempat konser.
Alat musik yang dimainkan dalam orkes simfoni biasanya berupa alat musik gesek atau string, tiup
antara lain woodwind dan brass, dan pukul atau perkusi. Dalam alat musik gesek atau string, dapat
dibagi menjadi empat alat musik, yaitu biola atau violin, biola alto atau viola, cello, dan double bass
atau kontra bass. Di bagian alat musik tiup, khususnya di bagian woodwind, dibagi lagi menjadi
empat alat musik utama yaitu flute, oboe, clarinet, dan bassoon. Di bagian brass yang sering
digunakan adalah horn. Dalam alat musik perkusi, biasanya yang digunakan adalah timpani.
Perbedaan dari alat musik tiup woodwind dengan brass adalah suara yang dihasilkan, juga bahan
pembentuk instrumen tersebut. Woodwind terbuat dari kayu, dan karena sekarang sudah tidak
mudah lagi untuk menemukan kayu yang baik maka bahan pembuatnya diganti menjadi logam,
tetapi jenis suara yang dihasilkan tidak jauh berbeda dari aslinya. Brass terbuat dari kuningan, dan
suara yang dihasilkannya lebih berat dan keras daripada alat musik tiup woodwind.
Instrumen-instrumen tersebut merupakan instrumen yang selalu digunakan dalam orkes simfoni.
Selain itu, ada juga alat-alat musik tambahan yang tidak wajib digunakan, tetapi masih dapat
dikatakan standar dalam orkes. Untuk alat musik gesek/string, tambahannya adalah harpa. Untuk
alat musik tiup woodwind, instrumen tambahannya adalah piccolo, English horn, bass clarinet,
dan kontrabassoon. Untuk alat musik tiup brass, ada beberapa tambahan yaitu trumpet.
Misalnya tempo, di dalam partitur bisa ditulis 4/4 120bpm. Jika kita bermain sendiri dengan
metronome gak ada masalah, tapi saat bermain dalam sebuah kelompok orkestra ini adalah
sebuah masalah. Karena tidak semua orang bisa menjaga tempo dengan baik dan akibatnya
akan terjadi permainan yang saling mendahului, nah tugas kondektur adalah menjaga
sinkornasi tempo antar pemain. Apalagi dalam musik orkestra banyak lagu yang polymeter
atau punya beberapa pergantian ketukan dalam satu lagu. Sinkronasi permainan akan sulit
dijaga tanpa adanya konduktur.
Dinamika seperti keras atau pelannya permainan tidak tertulis dalam partitur, tugas
kondektur adalah memberi tahu pemain jika harus memainkan lagu tersebut dengan keras
atau dengan lembut.
Konduktur juga memberikan aba2 untuk persiapan jika akan masuk part tertentu dalam lagu
sehingga pemain tidak perlu ribet menghitung sudah pada bar berapa jadi mereka bisa
lebih fokus menjaga tempo dan nada. Kadang juga ada beberapa bagian musik atau frase
yang perlu diulang, konduktor lah yang akan memberikan isyarat untuk hal tersebut.
Notasi pun sebenernya lebih banyak hanya untuk pengingat dan tidak dibaca terus menerus
sepanjang lagu. Pemain lebih fokus melihat gestur dari konduktor karena dialah yang benar
- benar membentuk lagu yang sedang dimainkan.
Sikap dirigen merupakan gabungan dari sikap tangan, tubuh dan juga ekspresi wajah. Dirigen
harus memaksa penyanyi memperhatikan dirinya terutama gerakan tangannya. Dapatkah
anggota koor melihat tangan dirigen? Dapatkah mereka melihat pada saat tangan ada di bawah?
Sikap tubuh harus dalam posisi siap dan waspada, tidak terlalu kendor atau tegang. Selalu
dalam keadaan waspada dan siap. Sikap yang yang santai atau tidak peduli gampang menular.
Ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada penyanyi apa yang diharapkan dari mereka.
Seorang dirigen menggunakan kedua matanya untuk memelihara kontak dengan setiap
penyanyi, sekaligus memegang kendali.
Dirigen pada dasarnya memberi pengarahan pada penyanyi sebelum penyanyi menyanyikannya,
sehingga apa yang dilakukan koor sesuai dengan yang dikehendaki dirigen.
Penyanyi/organis harus dipersiapkan sebelum mulai dengan sikap siap. Sikap tangan seperti
sedang memegang bola yang garis tengahnya selebar badan. Kedua telapak tangan menghadap
ke bawah dengan jari-jari yang relaks. Kedua tangan pada jarak yang sama dengan badan anda.
Sikap siap ini bervariasi tergantung dari karakter lagu yang akan dibawakan.
GERAKAN AWAL
Gerakan awal diperlukan saat mulai memberi aba-aba. Sebaiknya dipelajari setelah menguasai
pola-pola dasar dan dapat melakukannya tanpa ketegangan. Gerakan awal harus dipelajari dan
dipakai, jangan lagi menghitung “satu-dua-tiga” untuk memulai nyanyian.
Gerakan awal didahului dengan sikap siap. Gerakan awal ini janganlah dipakai untuk memberi
tahu setiap kali suatu kelompok suara harus masuk. Penyanyi harus selalu dituntut untuk
menghitung semua tanda istirahat, bukan menunggu tanda dari dirigen.
Cara melakukannya :
Pada dasarnya memberi satu ketukan sebelum ketukan masuk (untuk lagu yang dimulai pada
ketukan), membuat sikap badan dan tangan yang antisipatif, serta pada saat masuk melakukan
gerakan yang mantap, seperti “yak – bam”. Selalu arahkan pandangan mata ke bagian penyanyi
yang akan mulai bernyanyi, jangan melihat pada teks. Tetap pandang mereka sampai proses
“masuk” ini diselesaikan. Jangan berpaling karena penyanyi akan merasa kecewa / diabaikan.
Gerakan awal diarahkan pada pengiring bila lagu diawali dengan intro. Disini organis harus
melihat ke dirigen sehingga masuk pada saat dan tempo serta karakter yang dimaksudkan oleh
dirigen.
GERAKAN BERHENTI
Gerakan ini penting karena biasanya penyanyi atau dirigen kehilangan konsentrasinya menjelang
akhir lagu. Aba-aba harus selalu diberikan sampai lagu berakhir, bahkan hingga beberapa saat
setelah lagu berhenti. Kontrol dirigen terhadap penyanyi harus tetap dijaga. Cara paling
sederhana adalah menghentikan gerakan tangan pada ketukan terakhir, menahannya sesuai
dengan yang dikehendaki (apakah itu beberapa ketukan atau fermata), lalu beri dua gerakan
pendek, satu ke atas, satu ke bawah, kembali ke tempat semula : seperti “ yak – stop”. Pada
saat “stop” ini semua suara harus berhenti, penyanyi mungkin masih harus mengucapkan
konsunan penutupnya.
TANGAN KIRI
Tangan kiri berfungsi untuk menolong tangan kanan, bila tangan kanan tidak lagi bisa
memberikan pengarahan yang diinginkan. Cobalah gunakan pedoman ini :
1. Pada dasarnya tangan kanan melakukan semuanya: tempo, volume, karakter, phrasing,
dan gerakan awal serta akhir.
2. Tangan kiri membantu yang hal-hal tidak dapat dilakukan sendiri oleh tangan kanan seperti
membari gerakan awal, aksen, volume, tanda untuk menahan nada pada kelompok suara
tertentu. Juga hal-hal lain seperti membalik teks, memberi karakter dengan mengepalkan
tangan atau membuat gerakan yang gemulai.
3. Membantu menekankan apa yang sudah dilakukan oleh tangan kanan.
4. Tangan kiri sebaiknya jangan melakukan pola ketukan tangan kanan terlalu banyak, hanya
pada saat awal atau bila tempo terasa terlalu berat atau cepat.
Setelah gerakan dasar dikuasai, gerakan-gerakan yang lebih sulit perlu dipelajari untuk memberi
aba-aba pada elemen musik yang lain.
DINAMIKA
Piano dan forte dapat ditunjukkan oleh ukuran gerakan tangan. Buatlah gerakan sekecil mungkin
untuk pianissimo yang masih dapat dilihat oleh penyanyi dan kemudian buatlah gerakan lebar
untuk fortissimo. Ingat-ingatlah ukuran gerakan untuk kedua ekstrim ini dan jangan
melewatinya. Bila terjadi perubahan dinamika buatlah gerakan yang menunjukkan dinamika
yang dikehendaki sebelum waktunya. Pakailah tangan kiri untuk mengatur cepat-lambatnya
suatu crescendo/diminuendo.
AKSEN
Berilah pantulan yang tinggi pada satu ketukan sebelumnya, dan kemudian jangan memantul
terlalu tinggi pada ketukan beraksen. Gunakan tangan kiri untuk membantu.
PHRASING
Phrasing adalah pengkalimatan dalam lagu. Biasanya suatu lagu terdiri atas kalimat panjang dan
kecil yang dipisahkan dengan tanda ( ‘ ) meskipun lebih sering dirigen harus menganalisa
sendiri. Biasanya di tempat ini penyanyi mengambil nafas, Untuk memberi aba-aba pada
phrasing, gerakan tangan dihentikan pada akhir suatu frase dan bergerak lagi untuk memulai
frase yang baru.
TEMPO
Perlu diperhatikan bahwa tempo cepat tidak efektif bila dilakukan dengan gerakan yang besar
(meskipun forte) dan tempo lambat tidak terlihat bila dilakukan dengan gerakan yang kecil.
KARAKTER
Sampai disini aba-aba yang diberikan itu untuk karakter lagu yang legato. Untuk gaya yang lain
diperlukan tangan yang berbeda.
Marcato. Gunakan gerakan yang lebih energik, pukulan yang lebih keras dengan sudut-sudut
balik yang lebih tajam.
Staccato. Pukulan cepat berbalik memantul dengan sudut yang tajam tanpa mengentikan
gerakan. Gerakan lebih berupa garis, bukan lagi lengkungan.
Maestoso. Agung dan megah. Buat gerakan ke bawah yang berat dan sedikit lebih lambat.
Lambat, mengalir. Ini yang paling sulit. Gerakan harus tenang tanpa hentakan, tetapi ketukan
tetap jelas. Diperlukan control otot dan syaraf. Semua gerakan harus lambat dan terus mengalir,
namun gerakan memantul tetap ada dan jelas.
BEBERAPA TIPS
Selain teknik aba-aba, ada beberapa hal di luar teknis yang bisa membantu mempelajari suatu
lagu baru, baik secara individu maupun dalam latihan.
CERMIN.
Seorang pemusik memerlukan latihan individual, tidak terkecuali seorang dirigen. Seorang
pemain instrument atau penyanyi dapat mengecek bunyi yang dihasilkan dengan telinganya.
Seorang dirigen yang berlatih sendiri mengecek penampilannya di depan cermin, karena tidak
ada suara yang dikeluarkan. Cek apakah aba-aba yang diberikan jelas.
WAJAH.
Ekspresi wajah penting dalam kepemimpinan dan juga interpretasi musik. Jangan memimpin
dengan muka seperti mayat, tanpa ekspresi. Hindari juga wajah yang terlalu tegang karena akan
mempengaruhi ketegangan otot produksi suara dari penyanyi.
MENYANYI.
Jangan ikut menyanyi bila memimpin karena suara koor tidak akan terdengar karena tertutup
suara sendiri. Meski demikian mulut boleh ikut mengucapkan teks (tanpa berbunyi) untuk
membantu penyanyi masuk atau menjaga tempo. Hendaknya ini dibatas pada awal kalimat saja.
MELIHAT KE PENYANYI
Selalu jaga kontak dengan penyanyi dengan menatap mereka terutama pada tempat-tempat
yang sulit. Jangan korbankan kontak ini untuk melihat teks karena takut kehilangan. Penyanyi
akan merasa ditinggalkan bila pada saat yang sulit dirigen menundukkan kepala dan melihat ke
teks di bawahnya.
PERSIAPAN DIRIGEN
PERSIAPAN ORGANIS
Kedua hal diatas, sebaiknya dilakukan di luar jam latihan, sehingga waktu latihan yang sangat
terbatas bisa dimanfaatkan, apalagi di kota besar dimana waktu sangat berharga. Jangan sia-
siakan orang banyak yang sudah berkumpul sementara anda sendiri melakukan tugas anda
sendiri yang belum selesai.
Sebelum mulai latihan dirigen harus mempersiapkan koornya dahulu dengan latihan pemanasan
(Vocalisi). Yang menjadi tujuan pemanasan adalah menyiapkan organ-organ produksi suara
untuk menghasilkan suara yang diinginkan, selain itu juga membangun konsentrasi yang akan
dipakai nanti dalam mempelajari lagu.
Tujuan pemanasan adalah menghasilkan suara koor yang berkualitas yang mencakup tiga hal :
* Energi. Suara yang berenergi, yang “mengangkat”, bukan suara yang datar, lelah bahkan
cenderung turun.
* Indah natural. Suara yang indah yang enak didengar, fleksibel, empuk meskipun forte atau
bernada tinggi.
* Resonansi. Suara seakan-akan berasal dari kepala, bukan dada atau tenggorokan.
Apabila ini terwujud, maka suara penyanyi akan kurang lebih sama karena dihasilkan dengan
cara yang sama. Inilah yang menjadi tujuan suatu paduan suara, yaitu dengan memadukan
suara manusia yang bermacam-macam. Mekanisme produksi suara yang dipakai untuk berbicara
harus diubah untuk bernyanyi. Pemanasan sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup pendek
(5 -10 menit) namun dengan keseriusan yang tinggi.
1. Relaksasi. Untuk mengendorkan otot-otot bernyanyi yang tegang. Putar kepala beberapa kali
(kedua arah), putar kedua bahu, mengangkat tangan ke atas, latihan nafas dengan diafragma
dengan tetap mengangkat dada.
2. Resonansi. Untuk menghasilkan suara yang bulat dan empuk. Menguap. Hmmmm (dari nada
C turun satu oktav ke bawah), bersenandung dengan lembut 5-4-3-2-1 (lalu “mi-me-ma-mo-
mu”), lalu naik setengah nada. Gunakan huruf “m” untuk membangkitkan rongga resonansi di
kepala.
3. Energi. Nyanyikan 1-2-3-4-5-4-3-2-1 dengan (do,ma,mo atau ha), terus naik setengah nada.
Juga 5555-5555-54321 dengan “ha”’ 5 nada terakhir legato.
Bila keempat hal ini sudah diberikan, bila perlu dirigen dapat juga menambah latihan lain untuk
meningkatkan paduan suaranya :
3. Ketepatan nada : mainkan nada secara acak pada organ, mintalah pada koor untuk
mengikutinya.
4. Fleksibilitas : 11234234534564567567i, dengan “ya” dan tempo yang cepat atau dengan
1231354321 (fanalafanalafanalafa)
1. Sopran : c’ – a”
2. Alto : f – d”
3. Tenor : c – a’
4. Bas : F – d’
F-G-A-B-c-d-e-f-g-a-b-c’-d’-e’-f’-g’-a’-b’-c”-d”-e”-f”-g”-a”
Tahap penyempurnaan
* Perhatikan nada-nada yang dinyanyikan tidak sesuai panjangnya (biasanya dilakukan di akhir
suatu frase).
* Setiap kali dirigen meminta penyanyi untuk mengulang, sedapat mungkin katakan
kekurangannya dan bagaimana seharusnya. Dirigen tidak perlu memberi contoh, bisa juga
dengan mengatakan “sepertinya ditempat ini alto masih ragu-ragu pada nada ‘sa’ dan tenor
terlalu terputus-putus”.
* Tekankan selalu phrasing dengan mencari kata-kata kunci/puncak setiap phrase.
* Buat akhir lagu nampak seperti akhir. Latih ritardando.
Tongkat Dirigen
Seorang dirigen dalam memimpin paduan suara biasanya menggunakan tongkat atau bisa juga dengan tangan
kosong. Tongkat tersebut dinamakan baton, dengan panjang sekitar 50-60 cm dan biasanya berwarna putih.
Penggunaan baton hanya pada pertunjukan orkestra atau paduan suara yang anggotanya cukup banyak.
Teknik Mendirigen
Penampilan seorang dirigen dalam memimpin paduan suara atau kelompok ensambel lainnya harus jelas, tegas
dan dapat dilihat oleh semua anggota kelompok yang dipimpinnya. Cara-cara seseorang dirigen dalam
memimpin adalah sebagai berikut
a. Posisi Berdiri
Badan lurus posisi salah satu kaki sedikit maju. Kedua tangan kira-kira di depan dada dengan posisi siku
disamping kiri badan. Posisi tangan kanan boleh sejajar dengan tangan kiri atau sedikit lebih tinggi.
b. Gerak Tangan
Pembagian tugas tangan kanan adalah memberi tempo, sedang tangan kiri memberikan dinamika. Pada
hitungan pertama musik, gerakan tangan selalu mengarah ke bawah (jatuh), sedangkan hitungan terakhir selalu
mengarah ke atas.
c. Aba-aba
dalam memberi aba-aba kita harus mengetahui tanda metrum lagu tersebut. Berikut ini pola gerakan tangan
saat memberi aba-aba sesuai dengan tanda metrum.