Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL TUGAS AKHIR

EKSPLORASI PENGUASAAN INTERVAL DAN AKOR PADA KARYA


YSAYE VIOLIN SONATA NO. 1 “FINALE CON BRIO”

Diajukan oleh
Glen Afif Ramadan
NIM 17001350134

kepada

PROGRAM STUDI D-4 PENYAJIAN MUSIK


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Gasal 2021/2022
Persetujuan Proposal Tugas Akhir
Program Studi D-4 Penyajian Musik

EKSPLORASI PENGUASAAN INTERVAL DAN AKOR PADA KARYA


YSAYE VIOLIN SONATA NO. 1 “FINALE CON BRIO”

Mengetahui,
Dosen Pembimbing, Diajukan oleh,

Dr. Asep Hidayat, M.Ed Glen Afif Ramadan


NIM 17001350134

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. atas rahmat dan

karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada

waktunya. Skripsi yang berjudul “Eksplorasi Penguasaan Interval dan Akor pada

Karya Yasye Violin Sonata No. 1 bagian 4, Finale con Brio” ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan D4 Penyajian Musik, Jurusan

Musik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Dari awal hingga akhir proses penulisan, penulis menyadari bahwa kerja keras

yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa adanya dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis juga ingin menyampaikan rasa

terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Josias, selaku Kepala Jurusan Program Studi D4 Penyajian Musik

2. Rahmat Raharjo, M. Sn, selaku sekretaris program studi D4 Pembagian Musik

yang selalu memberi informasi mengenai berbagai kegiatan di kampus. Serta

peranNya sebagai dosen Wali penulis yang selalu memberi dukungan tak

terbatas dan semangat yang ditularkan untuk menjadi musisi.

3. Asep Hidayat Wirayudha, M. Sn, selaku dosen pembimbing penulis yang

membimbing dan memberi saran karya tulis ini dari awal hingga akhir. Serta

peranNya sebagai dosen pengajar yang selalu memberikan kehangatan selama

proses belajar mengajar.

4. Seluruh staff dan dosen pengajar di D4 Penyajian Musik, Fakultas Seni

Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang tidak bisa disebutkan

satu persatu atas kesediaanNya dalam memberikan kenyamanan dalam

mengurus surat, kebersihan ruangan serta keramahannya terhadap penulis.


5. Kedua orang tua, kakak dan adik penulis. Terimakasih telah memberikan

segalanya. Semoga pencapaian penulis mampu menjadi hal yang

membangagakan untukckqlian semua.

6. Sahabat saya, Muhammad Ravi Arrauf dan Dubertho Christnoval Ngongady

yang selama menjalankan proses kuliah selalu berdiskusi dengan baik dan

menjadi pesaing hebat dalam menjalankan tanggung jawab sebagai resitalis.

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa karya ilmiah ini sangatlah belum

sempurna, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna

memperbaiki tata cara penulisan dan ide penulisan serta semoga karya ilmiah ini bisa

bermanfaat bagi pemain biola yang membutuhkan.

Yogyakarta, 23 Desember 2021

Glen Afif Ramadan

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Interval dalam musik merupakan jarak antara satu nada ke nada lain baik

tersusun secara ke atas ataupun ke bawah. Interval dapat pula disusun secara

bersamaan dan menghasilkan sebuah akor (sering di sebut double stop oleh pemain

instrumen gesek). Saling berkaitan juga, bahwa ada akor yang bisa dianalisa dengan

gerakan satu not ke not yang lain, tanpa harus dimainkan secara bersamaan. Dalam

hal ini pemain biola perlu mengerti semua interval yang ada dan yang istimewa pada

instrumen gesek. Adapun interval nol yang penulis rasa istimewa, karena hanya

dimiliki oleh instrumen berdawai.

Pada dasarnya hampir semua karya musik instrumen melodi pasti menjumpai

interval dan akor, baik interval atau akor yang tersusun secara vertikal atau secara

horizontal. Dalam musik Sonata No. 1 bagian terakhir “Finale con Brio” ini terdapat

kedua interval dan akor tersebut. Tentunya bentuk secara vertikal akan jauh lebih sulit

dimainkan karena pemain biola harus memainkan dua sampai empat nada dalam satu

waktu.

Pemilihan etude yang tepat merupakan cara yang baik untuk menguasai suatu

teknik dalam karya yang di rasa susah. Karena dalam etude ada tahapan-tahapan yang

perlu di mengerti terlebih dahulu, memperkenalkan motorik tangan kiri untuk

bagaimana cara memainkan interval tertentu sampai dengan tahapan-tahapan

selanjutnya. Penulis mencoba menguasai beberapa rujukan etude dari dosen dan

beberapa bimbingan dari pemain biola lain meliputi Polo, Dont Jacob dan Kreutzer.

Penguasaan tangan kanan merupakan sorotan utama juga untuk mencapai

keberhasilan, khususnya dalam produksi suara akor. Dalam eksekusinya, ada akor

yang dikehendaki oleh komposer dengan cara tertentu untuk dimainkan, produksi
suara dengan langsung memainkan dua sampai empat not, dipisah dan dimainkan

dengan dua senar kemudian diikuti dengan dua senar lainnya dan atau dieja satu

persatu (Sarabande dari Bach mendominasi cara ini). Pemain biola harus memiliki

pemahaman mengenai melodi dalam akor tersebut sehingga mampu memberi

petunjuk kepada pendengar untuk menjelaskan adanya melodi dalam akor tersebut.

Dengan memahami konsep produksi suara dengan tangan kanan ini, pemain

diharapkan mampu memilah untuk bagaimana style bermain akor sesuai dengan

tujuan pembuatan karya tersebut.

Kompleksitas interval dan akor dalam karya ini melebihi para pendahulu

Sonata biola lainnya. Di sisi lain karena musik ini menggunakan format solo biola,

pemain dituntut memegang peran sebagai melodi sekaligus accompanies, sama hal

nya dengan Sonata dan Partita dari J. S. Bach. Kompleksitas meliputi interval yang

tidak lazim pada biola, sebagai contoh prime, kwart besar, kwint dan interval sepuluh

yang harus dimainkan dengan melonggarkan frame tangan kiri. Interval sepuluh ini

sering membuat penulis merasakan cidera untuk beberapa hari. Serta whole tone

(jarak untuk beberapa nada yang dimainkan adalah satu) yang dimainkan secara

double stops. Para pendahulu Sonata belum ditemukan penulis dengan beberapa

kompleksitas tersebut.

Faktor ekstramusikal juga berperan besar untuk mencapai keberhasilan,

emosional, kualitas instrumen, kualitas bow biola dan kualitas senar yang digunakan.

Penulis mengalami berbagai cedera saat berlatih interval 10, mengalami kulit jari

sobek saat mempertahankan ketepatan nada, hal ini merupakan lumrah untuk para

pemain biola yang ingin mengembakan teknik permainan biolanya agar bisa

memainkan karya era romantik sampai saat ini. Penulis juga mengalami kesulitan saat
mencoba berlatih dengan instrumen atau bow lain yang kurang memenuhi standar dan

juga kualitas senar yang justru dapat merusak memories penjarian tangan kiri.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terbit sebuah rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana penguasaan untuk teknik interval dalam karya tersebut?

2. Bagaimana penguasaan pergerakan tangan kanan dalam membentuk suara

akor?

3. Tujuan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini untuk memberi cara penguasaan atau

gambaran latihan interval dan akor khususnya pada Ysaye Violin Sonata No. 1

“Allegro Con Brio”.

4. Manfaat

Akan difokuskan untuk menjelaskan masalah yang merujuk pada interval dan

akor khususnya dalam karya Ysaye Violin Sonata No. 1 “Allegro Con Brio”.

Sehingga dapat mewujudkan hasil suara yang tidak sumbang serta produksi akor agar

tidak terdengar seperti menyiksa biola. Tujuan ini ditetapkan dengan cara sebagai

berikut :

1. Mengerti akan ketepatan nada dari masing-masing interval dengan cara

berlatih pelan. Dengan berbagai etude yang membantu proses latihan.

BAB II
LANDASAN RESITAL

1. Tinjauan Repertoar

Interval dengan variatifnya dan akor merupakan teknik tingkat tinggi untuk

para pemain biola, dalam kasus ini penulis menggunakan dua edisi buku musik

original penerbit dari Schott Freres (Bruxelles, Paris) dan edisi urtext dari penerbit G.

Henle Verlag (Jerman) serta disertasi dari buku dengan judul “A Pedagogical

Approach To Eugene Ysaye’s Six Violin Sonatas For Solo Violin, OP. 27” yang

merupakan tugas Doctor of Musical Arts dari Andrey Curty pada tahun 2003 di

Athens, Georgia, sangat membantu dalam memberikan ide untuk gambaran berlatih

serta bagaimana akor berbunyi sesuai dengan naskah asli dari Ysaye.

Dalam edisi Schott di temukan perbedaan yang cukup banyak dengan edisi

urtext dari Henle mengenai notasi, artikulasi meliputi staccato, accent dan

pemenggalan akor. Hal ini sangat berpengaruh dalam pemilihan produksi suara yang

akan digunakan. Pemenggalan akor tertulis lebih detail pada edisi Schott. Terlihat

seperti gambar di bawah ini :

Sumber : “Six Sonates pour violon seul, Schott (kiri)” dan “Seechs Sonaten für violine solo, Henle

(kanan)

Edisi Schott membagi pemenggalan akor dengan membunyikan dua senar

terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan dua senar berikutnya yang ditandai dengan

pemisahan bendera pada akor tersebut. Sedangkan pada edisi Henle tertulis dalam

satu bendera. Hal ini sempat membuat penulis berpikir sebaiknya dibunyikan dalam

bentuk seperti apa. Dan pada eksperimen saat melakukan proses latihan dan hasil
evaluasi berulang melalui hasil rekaman, penulis memutuskan membagi akor tersebut

sesuai dengan edisi Schott untuk hasil akhir menghadapi berbagai resital. Hal ini

diperkuat dengan disertasi oleh Andrey Curty di bawah ini :

Sumber : “A Pedagogical Approach To Eugene Ysaye’s Six Violin Sonatas For Solo Violin,

OP. 27 hal. 20

Terlihat dari gambar di atas ada pembagian bagaimana akor harus dibunyikan,

baik secara langsung ataupun dieja dengan memainkan per dua senar. Garis lurus

melambangkan untuk memainkan akor secara bersamaan dalam satu gesekan,

sedangkan setengah kurva melambangkan untuk memainkan akor dengan cara dieja

dua senar dan dilanjutkan dengan dua senar berikutnya. Untuk mendukung persoalan

perbedaan penggunaan bendera pada edisi Schott dan Henle adalah tema satu yang

dikembangkan. Pemenggalan akor pada edisi Schott dimaksudkan untuk memperjelas

pengembangan tema satu dalam karya tersebut (tema satu terdapat pada gambar di

atas).
Berikutnya ditemukan perbedaan notasi karena dalam edisi Henle mengacu

pada cetakan pertama dan salinan kedua, dan Henle memberikan saran untuk

menggunakan salinan kedua untuk permasalahan ini.

Sumber : “Six Sonates pour violon seul, Schott (kiri)” dan “Seechs Sonaten für violine solo, Henle

(kanan)

Terlihat perbedaan notasi pada kedua edisi tersebut, hal ini mengakibatkan

perbedaan pula interval yang harus digunakan. Edisi Schott menggunakan interval

sext kecil sedangkan edisi Henle menggunakan interval sext. Dalam eksekusinya

lebih mudah memainkan interval sext kecil dari pada sext, karena jari tangan kiri

berdempetan sehingga pemain mampu memilih (sebagai contoh gambar pertama)

salah satu not baik a2 atau f3 sebagai patokan untuk mencari pitch yang sempurna.

Akan tetapi, penulis memutuskan untuk menggunakan edisi Henle dikarenakan tanda

flat diklaim hilang dari catatan pertama oleh komposer. Persoalan ini didukung lebih

dengan berbagai rekaman oleh pemain biola profesional di kanal youtube yang

memainkan notasi sesuai dengan edisi dari Henle.


Dalam disertasi tersebut dituliskan juga eksplorasi penguasaan interval untuk

karya Ysaye ini. Berikut gambar mengenai cara berlatih untuk birama 48-49 :

Sumber : “A Pedagogical Approach To Eugene Ysaye’s Six Violin Sonatas For Solo Violin,

OP. 27 hal. 20

Pada gambar di atas tertulis bagaimana cara melatih untuk cek ketepatan

notasi. Dimainkan dengan posisi double stop dan penjarian sesuai konsep namun yang

dimainkan hanya satu nada. Ide ini sangat membantu pemain dalam memecahkan

masalah ketepatan nada. Memerlukan keterampilan tinggi untuk memainkan interval

ters ini, karena terdapat cukup banyak bentuk frame tangan kiri dengan penjarian jari

satu dan tiga atau jari dua dan empat. Terdapat pula berbagai kombinasi penjarian

dengan penggunaan senar kosong untuk interval tiga ini. Variasi penjarian interval

ters ini merupakan variasi terbanyak, karena dari keterangan frame di atas masih ada

detail yang harus diperhatikan seperti, jika menggunakan jari satu dan tiga dan

intervalnya adalah ters kecil maka jari satu perlu kita turunkan setengah laras. Jika

intervalnya ters besar maka kita bisa menggunakan penjarian untuk interval kwart.
Kompleksitas interval tiga ini masih memiliki banyak variasi yang perlu pemain

mengerti dengan cara memperbanyak jam berlatih. Perlu dipahami juga berlatih

dengan cara meletakan tangan kiri terlebih dahulu dengan yakin akan ketepatan nada

kemudian dibunyikan dengan tangan kanan mampu membantu kita dalam eksekusi

interval.

2. Teori Yang Digunakan

Dalam karya ilmiah ini, penulis mengambil beberapa literasi yang dapat

mendukung pemahaman mengenai interval dan akor, informasi mengenai komposer

guna memberi gambaran tentang musikNya serta beberapa etude untuk menunjang

teknik permainan interval dan akor. Seechs Sonaten für Violine Solo, Op. 27 E. Ysaye

edisi G. Henle, Six Sonates pour violon seul edisi Schott, Pano Banoe, Ysaye

exercise, Carl Flesch Scale Systems, Polo etude for violin, Dont Jadon etude for violin

dan 42 violin etude Kretuzer dan buku yang di tulis oleh pemain biola professional

sekaligus guru di Amerika Serikat Bernama Leopold LaFosse dengan judul the Art of

practising Violin.

Seechs Sonaten für Violine Solo, Op. 27 E. Ysaye edisi Henle Verlag, pada

buku ini mencakup simbol-simbol yang dengan khusus dipergunakan komposer dan

informasi mengenai komposer. Simbol dengan angka (5) diperkenalkan oleh

komposer untuk membantu pemain biola saat menghadapi interval kwint, karena pada

biola interval 5 harus dimainkan dengan cara menekan dua senar dengan jari yang

sama. Dan pada eksekusinya penulis mampu memahami penempatan simbol (5) dan

bisa diletakan sebelum menghadapi interval kwint tersebut. Simbol berikutnya adalah

penggunaan bow biola secara utuh (——), simbol ini diperkenalkan komposer untuk

memberi penekanan dengan cara whole bow untuk not yang tertulis. Pada bagian
Finale con Brio ini ada beberapa tempat yang ditulis dengan simbol tersebut, hal ini

mampu memberi penjelasan terhadap notasi baik akor ataupun interval yang kita

mainkan. Dalam buku ini juga terdapat kata pengantar yang memuat informasi

mengenai komposer meliputi, Ysaye adalah murid dari dua tokoh virtuos biola yaitu

Henri Vieuxtemps dan Henri Wieniawski. Dan Ysaye ditunjuk sebagai professor biola

di Brussels Conservatory.

Berikutnya adalah Ysaye Exercises and Scales yang dibuat olehnya untuk

menunjang teknik, merupakan rekomendasi dari Ysaye untuk muridnya. Walaupun

bukan berdasarkan naskah asli dari Ysaye, tapi buku ini mendapat persetujuan dari

salah satu muridnya yang bernama Stearns. Dalam buku ini, Ysaye menekankan

keseimbangan tangan kanan untuk memainkan frasa yang panjang, tuntutan agar bow

biola tidak mengalami loncatan dari pangkal sampai ujung atau sebaliknya.

Berikutnya adalah Carl Flesch Scale System, karena Finale con Brio ini

dimainkan dalam G minor, terdapat tangga nada G minor dalam buku Carl Flesch

yang baik digunakan untuk pemanasan, dengan nomor 6 untuk intervalnya.

Melakukan berbagai variasi ritmik juga sangat disarankan. Dalam melakukan

pemanasan sebelum berlatih ke karya musik dengan frase yang variatif,

mempertahankan memori tangan kiri dan menyeimbangkan produksi suara dari

tangan kanan merupakan hal yang sangat baik untuk dilakukan, sehingga saat kita

sudah mulai berlatih karya musik kita mampu berfokus pada pembentukan frasa dan

ide musikalnya.

Terakhir adalah berbagai etude Kreutzer 42 Etudes for Violin no. 35, Polo dan

Dont Jacob. Teknik interval dan akor dalam buku-buku tersebut cukup membantu

dalam melatih musik dari Ysaye karena ada berbagai macam interval (prime, second,
ters, kwart, kwint, sext, septime, octave dan tenth). Sama halnya dengan pemanasan

menggunakan tangga nada, etude menambahkan frasa frasa pendek yang mampu kita

pahami secara langsung saat berlatih, hal ini sangat membantu kepekaan kita terhadap

frasa. Dan dengan fokus untuk teknik tertentu, etude mampu memberi tingkatan dari

awal hingga akhir untuk menguasai teknik tersebut.

Dalam buku the Art of Practising Violin terdapat beberapa cara latihan yang

mendasar, yaitu :

a. Berlatih secara perlahan untuk per bagian frase-frase musik,

b. Selalu akurat dalam berlatih perlahan yang meliputi intonasi, dinamika, ritme

dalam frase yang akan di latih.

c. Selalu memperhatikan kualitas nada yang kita keluarkan saat berlatih karena

kebiasaan latihan kita adalah kebiasaan kita saat pertunjukan. Selalu

membayangkan pertunjukan yang indah saat berlatih.

Tertulis juga dalam buku bahwa “waktu” merupakan sumber daya alam paling

berharga yang dimiliki oleh setiap manusia,dan penggunaannya akan menentukan apa

yang akan kita peroleh besok, semua tergantung dengan apa yang kita lakukan saat

ini. Jika tujuannya adalah untuk menjadi seorang professional dalam musik klasik,

maka empat sampai lima jam adalah kebutuhan minimum yang harus kita penuhi. Jika

musisi terlihat berlatih lebih dari delapan jam sehari maka alasannya adalah untuk

mengejar kebutuhan musik yang akan dilaksanan dalam waktu dekat atau bahkan

akan kehilangan waktu bermainnya sama sekali.


BAB III

METODE PENYAJIAN MUSIK

1. Teknik Pengumpulan Data

Tulisan ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Pertama

adalah observasi secara mandiri dengan membedah struktur karya secara mandiri

dalam proses latihan. Kedua, diskografi, menyaksikan pertunjukan dengan karya

tersebut melalui YouTube. Selanjutnya, bibliografi, menggunakan jurnal atau

artikel yang berkaitan dengan karya ini. Terakhir, diskusi bersama musisi yang

berkompeten, baik dosen-dosen, senior dan teman-teman.

1. Observasi
Observasi mandiri dilakukan supaya hafal terlebih dahulu dengan musiknya

dan dapat menemukan ide dan pemikiran baru sehingga dapat memainkan karya

tersebut dengan kombinasi karakter penulis dan komposer. Menggunakan buku

original urtext untuk mendapatkan informasi yang sedekat-dekatnya dengan

naskah asli yang ditulis komposer. Karena penggunaan jari berbeda dari yang

komposer tulis, maka penulis menulis penjariannya sendiri yang disesuaikan

dengan faktor anatomi penjarian yang tidak terlalu panjang. Komposer

menghendaki perbedaan penggunaan penjarian untuk di setiap karyanya

sehingga memudahkan pemain biola untuk menemukan penjarian sesuai dengan

karakternya.

2. Diskografi

Menyaksikan pertunjukan dapat membantu dalam membedah karya tersebut

dengan berbagai sudut pandang resitalis, sehingga dapat menemukan banyak

persamaan dan perbedaan dari setiap resitalis dalam memainkan karya ini.

Penulis memilih pemain biola muda dari Kanada bernama Kerson Leong yang

dapat dikenali permainan biolanya dari not pertama yang dimainkan.

Mendengarkan rekaman dari Kerson mampu memberikan gambaran terhadap

penulis berupa tensi nada, kontras dinamik, pemenggalan akor, pemenggalan

frasa dan artikulasi untuk memainkan karya tersebut.

3. Bibliografi

Selanjutnya bibliografi dilakukan sebagai acuan referensi dalam penulisan.

Disertasi dari Andrey Curty ini membedah seluruh Sonata biola dari Eugene
Ysaye dan memberikan bentuk musik secara detail, membedah teknik

berlatihnya.

4. Diskusi

Ditutup dengan pertemuan empat mata guna mendapatkan sudut pandang

baru secara langsung dan komunikasi secara langsung akan menambah berbagai

macam ide musikal dan emosi.

2. Rancangan Penyajian Musik

Format yang akan digunakan dalam penyajian musik ini adalah solo biola tanpa

iringan.

3. Strategi Penyajian Musik

Adapun strategi untuk merealisasikan seluruh pengumpulan data adalah dengan

menetapkan metode dengan jadwal latihan yang efektif.

NO Jenis Agenda Kegiatan Pelaksanaan bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Observasi

2. Menyaksikan dan mengikuti

Masterclass

3. Bibliografi

4. Sharing dan resital

5. Analisis Data

6. Menentukan Metode Latihan


7. Menerapkan Metode Latihan

8. Tugas Akhir

1. Observasi dilakukan penulis di bulan pertama pertama dengan cara membaca

keseluruhan karya musik tersebut, kemudian mulai mempelajari pemenggalan

frasa satu, frasa dua, pengembangan frasa satu dan dua serta rekapitulasi yang

berperan sebagai coda. Pada bulan pertama juga memulai menyaksikan

beberapa rekaman dari pemain biola di kanal youtube dan memulai

menentukan metode latihan untuk mencapai keberhasilan dengan efektif.

Untuk selanjutnya metode latihan yang penulis bentuk akan dilaksanakan

setiap hari di setiap bulan hingga akhir pengambilan video untuk Tugas Akhir

ini.

2. Mengikuti berbagai masterclass penulis lakukan dengan Asep Hidayat, Danny

Cery dan Giovani Biga secara luring dan daring, kelas ini sangat membantu

penulis karena mendapatkan pendengaran dari pihak kedua sebagai guru dan

juga pengajar.

3. Sharing dan resital menjadi bala bantuan utama juga oleh penulis karena

dalam resital penulis mampu melihat sebatas mana penulis sudah berlatih

dengan cara mendengarkan rekaman. Resital dilakukan sebanyak dua kali,

resital pertama merupakan mata kuliah tugas resital dari kampus dan resital

kedua penulis laksanakan pada tanggal 16 Juli bertepatan dengan hari ulang

tahun komposer.

4. Selanjutnya untuk persyaratan karya ilmiah ini, penulis memulai analisis data

dari berbagai sumber dan bibliografi di bulan ke enam dan ke tujuh.


BAB IV

A. Deskripsi Proses dan Pelaksanaan Resital

1. Proses
Dalam eksekusinya, dijumpai keseruan tersendiri dalam berlatih, mendapatkan

ide musikal dari teman, mendapat gambaran produksi suara dari artis di kanal

youtube. Tentunya dengan melalui beberapa tahapan-tahapan untuk mencapainya,

antara lain proses latihan individu, pada proses ini disadari bahwa semakin banyak

berlatih secara perlahan, tepat dan benar maka motorik jari-jari akan terbiasa dan

bergerak dengan sendirinya tanpa perlu dipikirkan lagi serta mengharuskan diri

sendiri untuk menghafal karya musik tersebut.

Kemudian Berlatih dengan metode latihan yang tertera pada buku sangat

membantu kelentukan dan kekuatan pada jari-jari. Terakhir dengan mendapatkan

masukan dari teman-teman dan contoh dari youtube mengenai bagaimana

produksi suara yang lebih baik akan membantu pengayaan terhadap bagaimana

produksi suara yang diinginkan.

2. Pelaksanaan
Untuk mencapai kata berhasil dalam resital, penulis menantang diri sendiri

untuk menghafal keseluruhan musik baik artikulasi, penjarian, frasering dan

bowing. Dengan membaca pun setidaknya mampu membawakan musik dengan

tanpa memikirkan hal-hal tersebut. Tentunya alasan ngeblank tidak diterima

karena itu mengidentifikasikan ketidaksiapan dalam resital.

Resital penulis laksanakan sebanyak tiga kali guna memenuhi syarat

pengambilan TA ini. Dilaksanakan pada semester lima, enam dan tujuh, masing-

masing di laksanakan di Auditorium Musik ISI Yogyakarta, rekaman di rumah

dan terakhir rekaman di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Pada semester

delapan penulis mencoba mengadakan resital secara pribadi untuk menguji

kemampuan diri dengan program repertoar keenam sonata biola dari Eugene

Ysaye secara daring dan dilakukan dengan live streaming di kanal youtube pribadi

pada tanggal 16 Juli 2021 lalu.

B. Capaian Resital
Keberhasilan secara intra musikal dalam suatu pertunjukan pasti

menggunakan suatu metode, dengan ketekunan dan keuletan dalam

melaksanakan metode inilah yang akan memberikan hasil di akhir. Dengan

menekuni dan menghafal bunyi dari semua interval akan sangat membantu

kita mengeksekusi nada demi nada saat resital. Serta kepekaan dari

harmonisasi sebuah akor juga sangat diperlukan. Solfeggio sangat berperan di

sini, dengan dibekali kepekaan akan harmonisasi sebuah akor tanpa didukung

dengan praktis maka hanya akan menjadi sebuah kepekaan yang kosong.
Penulis mencapai keberhasilan saat menerapkan serangkaian cara

berlatih di atas, dapat menghafal seluruh 6 sonata biola dari Ysaye ini.

Tentunya penulis akan terus melakukan sebuah pertunjukan dengan rutin,

karena penulis rasa momen ujian sesungguhnya adalah pada saat resital.

BAB V

1. Kesimpulan

Berdasarkan karya tulis ini, maka penulis menarik kesimpulan bahwa

dalam penguasaan interval dan akor memerlukan beberapa tahapan yang perlu

diperhatikan, pemahaman mengenai interval pada biola, pemilihan etude yang

sesuai, berlatih secara perlahan kemudian dilatih satu frase utuh dengan ide

musik yang sudah di konsep. Kontinuitas berlatih guna mengingat motorik

tangan kiri dan tangan kanan. Dan di akhiri dengan pergelaran yang harus

dilakukan sesering mungkin agar dapat memainkan karya keseluruhan menjadi

semakin membaik dari waktu ke waktu.

Memiliki referensi rekaman pemain luar negeri dan mengkombinasikan

dengan ide musikalitas yang kita punya serta saran dari guru atau teman

sangatlah membantu dalam proses berlatih.

2. Saran

Penulis telah melakukan serangkaian resital baik dari mata kuliah

kampus atau resital secara individu dan berhasil menarik aran pembacauntuk
mengaplikasikan beberapa metode berlatih untuk interval dan akor khususnya

pada karya Ysaye ini.

Berlatih minimal empat jam sehari di ruangan yang tenang dengan

efektifias yang sempurna akan sangat membantu dalam proses penguasaan.

Selalu ingat untuk berlatih perlahan dengan cara meletakan tangan kiri terlebih

dahulu dengan keyakinan sempurna atas ketepatan nada kemudian diikuti

dengan tangan kanan untuk mencetak kualiatas nada yang baik.

Jam terbang resital juga perlu dittingkatkan karena dalam resital ke resital

berikutnya resitalis akan selalu menampilkan yang terbaik. Dalam hal ini

penulis mempunyai rencana untuk melakukan pergelaran solo biola dari

kampus ke kampus setelah lulus dari D4 penyajian Musik untuk

mengaplikasikan hasil belajar selama empat tahun ini.


3. Lampiran

1. Score dari penerbit G.Henle Verlag


2. Score dari penerbit Schott

Anda mungkin juga menyukai