Amra Reza
KONTRAPUNG KETAT
COUNTERPOINT
________________________
Kontrapung paling sering ditemukan dalam musik barat, dan telah menjadi elemen yang
esensial di dalam nya. Komponis dari berbagai masa telah menggunakan kontrapung dengan
cara yang berbeda beda, contohnya: di Abad Pertengahan, para komponis pada zaman itu
menggunakan kontrapung untuk menyisipkan berbagai macam melodi dengan jenis ritmik yang
berbeda beda; di zaman Renaissance untuk imitasi melodi; di zaman Baroque untuk memberi
kontras antara kelompok instrumen atau suara nyanyian; di periode Klasik untuk memberi
konjungsi pada tonalitas, dan organisasi musik dalam kunci nada nya; di zaman Romantik
untuk menggabungkan leitmotifs atau pecahan pendek melodi; dan di abad 20 untuk
mengaransemen komponen komponen suara.
Abad Pertengahan
Contoh paling awal dari penulisan kontrapung muncul di akhir abad ke-9 treatise Musica
enchiriadis. Disini “suara prinsipal” digabungkan dengan “suara organel” menyanyikan melodi
yang sama dengan gerakan paralel. Musik tersebut disebut organum, kemungkinan besar
dikarenakan suaranya yang menyerupai suara organ kontemporer. Pada awal abad ke-11
seorang guru dan ahli teori Guido dari Arezzo dalam Micrologus nya menjelaskan berbagai
variasi dari organum yang pengiring suara organel nya makin terasa terpisah dan individual.
Selain gerakan paralel yang mengikuti suara utama, suara itu memiliki suara dengan gerakan
miring yang memisah dan menyatu dan bertolak belakang. Pada era ini suara organel masih
terdengar aneh secara melodis dan mengikuti suara nyanyian, seakan akan ditulis satu nada
demi nada hanya untuk memberi warna atau ornamen pada setiap nada nyanyian.
Organum pada awalnya tidak jauh dari heterophony (varian melodi tunggal). Sampai di akhir
abad ke-11 organum hanya ditulis dengan gaya nada-lawan-nada, dijelaskan di 1336 sebagai
punctus contra punctum (titik lawan titik atau nada lawan nada) maka dari itu terlahirlah nama
counterpoint atau kontrapung. Di abad ke-12 poliponik yang sebenarnya terbentuk; baris
melodi menjadi lebih individual dengan diberikan ritme yang berbeda. Disitulah muncul
hierarki di antara bagian suara.
3
Renaissance
Jika di Abad Pertengahan komponis sudah mengeksplorasi hampir semua kemungkinan
kontrapung ritmik, komponis Renaissance lebih memperhatikan hubungan melodi antara
pembagian suara. Teknik yang paling sering digunakan adalah imitasi, yaitu penempatan yang
mutlak atas melodi yang mirip atau sama di setiap pembagian suara agar setiap suara
mengimitasi satu sama lain. Selama zaman Renaissance, teknik imitasi berkontribusi terhadap
kesatuan baru di antara pembagian suara, berbeda dengan hierarki yang ditemukan pada
kontrapung Abad Pertengahan. Komponis Renaissance mengutamakan hubungan melodi yang
jelas antar suara; pada umumnya imitasi dimulai dengan dentuman ritme yang sama dan
dipisahkan dalam pitch oleh interval yang sederhana seperti interval ke-V atau ke-VIII (oktaf).
Periode Baroque
Selama abad ke-17 dan awal abad ke-18, melodi linear murni kontrapung dari Renaissance,
sekarang disebut second practice. Tipe seperti ini di karakterisasi dari penerapan disonan yang
lebih renggang dan warna nada yang lebih kaya. Meskipun baris melodi secara individu
seringkali menyerupai melodi yang ada di Renaissance, melodi itu diintensifkan dan dibuat
mencolok melalui penulisan komposisi yang berbeda beda atau instrumentasi. Kontrapung tipe
ini cocok untuk menegaskan kontras dramatis dalam bentuk baru opera dan oratorio. Dalam
bentuk ini solois, ensemble, dan pembagian instrumen dikomposisikan dan dicampur dalam
berbagai macam cara.
Periode Klasik
Perubahan dari Baroque ke era Klasik dalam musik ditandai dari perubahan dari polyphonic
luxuriant menjadi tekstur homophonic yang sederhana (tekstur dari sebuah baris melodi
ditambah pengiring akor). Sebagian besar komponis dari awal era Klasik banyak yang
menghindari kontrapung, menulisnya hanya jika mempersiapkan musik gereja dalam “gaya
belajar”, banyak dari sonata keyboard dari Domenico Scarlatti dan Carl Philipp Emanuel Bach,
meskipun memiliki pendekatan homophonic, menyingkapkan permainan antara melodi utama
dan pengiring yang sangat mahir. Di akhir Periode Klasik, khususnya di musik Haydn, Mozart,
dan Beethoven, seringkali menyentuh sedikit kontrapung kepada bentuk musik yang didasarkan
oleh gaya homophonic dan tonal yang kontras. Kontrapung tersebut lalu dibentuk lagi oleh gaya
musik Klasik. Contohnya, meskipun menggabungkan baris melodi biasa disebut kontrapung.
4
Dalam cara ini mereka membentuk sebuah kesatuan nada dalam gaya homophonic. Ini
dilakukan untuk memenuhi keinginan untuk frasa nada yang lebih simetris dalam panjang dan
kadens yang jelas, atau titik pemberhentian, diperlukan untuk menandai bagian dari bentuk
klasik seperti sonata.
Haydn melewati krisis kontrapungtal nya atau gerakan menuju kontrapung selama tahun 1770.
Dia menamakan nya “sebuah sikap baru” dimana sebuah material bertema di bagikan lebih
merata kepada semua instrumen gesek daripada di berikan ke satu instrumen melodi prinsipal.
Periode Romantis
Kontrapung pada abad ke-10 memiliki sisi retrospektif yang diberi karakteristik romantis. Hal
ini menghasilkan sebuah kontrapung dalam konotasi dan emosi dan juga kontrapung musikal.
Dalam sebuah musik yang hanya instrumen murni, sebuah motif yang didengar sebelum nya di
temukan dalam finale dari Symphonie Fantastique oleh Hector Berlioz saat melodi “Dies Israe”
terdengar bersamaan dengan “Round of Sabbath”.
Abad Ke-20
Pada abad ke-20, seperti abad ke-19, memiliki kontrapung yang terinspirasi dari musik
sebelumnya. Anton Webern contohnya, menyokong kembali nya bentuk dari kontrapung yang
digunakan oleh komponis di zaman Renaissance seperti Heinrich Isaac, dan di berbagai karya
nya seperti Symphonie, ia memastikan menggunakan teknik-teknik kontrapung Renaissance
seperti kanon yang bersamaan dan gerakan mundur berlawanan diantara pembagian suara,
seperti satu suara menggunakan melodi namun dengan nada yang dibalik urutannya.
Perubahan kembali ke Baroque juga terjadi di karya musikal seperti di double fugue (sebuah
fugue yang didasarkan 2 tema berbeda) bentuk tersebut dari second movement oleh Symphonie
of Psalm oleh Igor Stravinsky.
Karakteristik dasar dari kontrapung abad ke-20 adalah pembedaan bagian suara menjadi sebuah
entitas tersendiri yang jika diperdengarkan sendiri akan terdengar statis. Ini mungkin terbentuk
dari politonalitas yang digunakan sebagai entitas nada tersendiri dari setiap kunci nada. Dan
mungkin juga membentuk kontras dari warna nada individual, daripada dari melodi, yang sering
ditemukan di musik elektronik.
5
Canto Fermus
Dalam menyusun Kontrapung dikenal apa yang disebut Canto Fermus (CF) atau Lagu Utama
sebagai patokan, yaitu merupakan arahan jalannya rangkaian kontrapung di mana melodi lawan
(kontrapung) disusun. CF bisa berada di atas atau di bawah kontrapung.
Kontrapung
Selanjutnya, kalau CF telah ditentukan, maka kontrapung dapat disusun dengan anyaman di
bawah ataupun di atas CF.
6
Nada kontrapung sama dengan nada CF durasinya, sehingga satu nada kontrapung dihadapkan
berdursasi sama dengan nada CF
Species II
Nada Kontrapung berdurasi 1/2 dengan nada CF, sehingga dua nada kontrapung dihadapkan
dengan satu nada CF,
Species III
Nada Kontrapung berdurasi 1/4 dengan nada CF, sehingga empat nada kontrapung dihadapkan
dengan satu nada CF,
7
Species IV
Nada Kontrapung disusun dengan Penundaan, sehingga satu nada kontrapung dihadapkan
dengan penundaan terhadap satu nada CF,
Species V
Sulaman bebas dari Kontrapung terhadap CF, sehingga di sisni terjadi sulaman bebas dari
nada-nada kontrapung terhadap satu nada CF.