Anda di halaman 1dari 32

Sejarah musik

KELOMPOK 2
 Ade Pratama Sitanggang
 Beatrice Christa Br. Tarigan
 Boby Julsandro Sinaga
 Ivana Laura Ratuela
 Sonya Angelia Nasthasya Siregar
 Timotius Lambok Sijabat
 Yoas Mehetabeel Telaumbanua
Musik abad pertangahan
Musik Abad pertengahan 375-1400
Musik abad pertengahan biasanya dipertunjukkan dalam bentuk drama liturgi, gregorian,
tipe litani berbalasan dilakukan dalam ibadah, tipe sekuensi, kanzone, rondo pertunjukan
musik polifon pada abad ke-9 – 11 konon dimulai dari Islandia dan Norwegia perkembangan
lain adalah sudah adanya sekolah-sekolah musik, organum baru, sudah ada notasi musik
juga berkembang. Sebagai pendukungMusik abad pertengahan adalah sebuah era musik
Barat, yang meliputi musik liturgi yang dipakai untuk gereja, dan musik sekuler, musik non-
relijius. Musik abad pertengahan meliputi musik vokal tunggal, seperti pujian Gregorian
dan musik paduan suara (musik dari sekelompok penyanyi), musik instrumental tunggal,
dan musik yang memakai vokal dan instrumen (biasanya dengan instrumen-instrumen
yang menyertai vokal). Pujian Gregorian dinyanyikan oleh para biarawan pada Misa Katolik.
Misa tersebut adalah adegan ulang dari Perjamuan Terakhir Yesus, yang ditujukan untuk
memberi hubungan spiritual antara manusia dan Allah. Bagian dari hubungan tersebut
dihimpun melalui musik
Musik Monofon : GREGORIAN
Istilah 'monofon' berasal dari dua Nama
kata, yaitu monos (berarti tunggal - Istilah musik Gregorian ini baru
bhs Yunani), dan phooneoo berarti dipakai oleh Sri Paus Leo (847-
berbunyi. Sehingga istilah 'musik 885) dalam suatu surat kepada
monofon' ialah suatu jenis musik pemimpin biara, Abas Honoratus
yang terdiri dari satu suara saja, yang menyebutkan carmen
tanpa iringan apapun juga. Kalimat Gregorianum(nyanyian
"tanpa iringan apapun juga" benar- Gregorian). Nyanyian ini
benar perlu dicantumkan agar sebenarnya sudah ada sebelum
monofoni ini dapat dibedakan dari Paus Gregorian meninggal pada
monodi. Menurut para pakar musik, tahun 604 dan dipengaruhi
musik Abad Pertengahan secara khusus oleh Paus
merupakan puncak kesempurnaan tersebut.
artistik musik monofon atau disebut
musik Gregorian.
TETRACHO
RD
Di teori musik, Sebuah tetrachord adalah rangkaian empat nada yang
dipisahkan oleh tiga interval. Dalam teori musik tradisional, tetrachord
selalu mencakup interval A sempurna keempat, proporsi frekuensi 4:
3 (sekitar 498 sen) —Tetapi dalam penggunaan modern ini berarti
segmen empat nada dari a skala atau baris nada, belum tentu terkait
dengan sistem tuning tertentu.
Teori musik modern menggunakan oktaf sebagai unit dasar untuk
menentukan tuning, di mana orang Yunani kuno menggunakan
tetrachord. Ahli teori Yunani kuno mengakui bahwa oktaf adalah
interval fundamental, tetapi melihatnya dibangun dari dua tetrachord
dan a seluruh nada.
DIATONI
BERWARNA
S
Sebuah tetrachord diatonik memiliki Sebuah tetrachord kromatik memiliki
interval karakteristik yang kurang interval karakteristik yang lebih besar
dari atau sama dengan setengah dari sekitar setengah interval total
dari interval total tetrachord tetrachord, namun tidak sebesar empat
tersebut (atau sekitar 249 sen). per lima interval (antara sekitar 249 dan
Interval karakteristik ini biasanya 398 sen). Secara klasik, interval
sedikit lebih kecil (sekitar 200 sen), karakteristik adalah a minor sepertiga
menjadi a seluruh nada. Secara (sekitar 300 sen), dan dua interval yang
klasik, tetrachord diatonik terdiri dari lebih kecil adalah seminada yang sama,
dua interval nada dan satu interval a mis. A – G♭–F – E.
setengah nada, mis. A – G – F – E.
Nada Finalis dan Nada
Dominan
Tempat nada finalis dalam tangga nada tertentu merupakan suatu keistimewaan pada
modalitas musik gregorian yang belum terdapat pada musik Yunani dimana nada
paling rendah dari tangga-nada yang bersangkutan berfungsi sebagai nada
finalis. Namun peranan nada finalis baru terlihat jelas pada abad ke-9
Pada abad ke-10, teori modalitas gregorian masih dilengkapi dengan teori nada
dominan yang berarti 'nada yang menguasai seluruh modus’ karena sifatnya yang
sebagai pusat terhadap seluruh gerakan melodi gregorian. Menurut teori ini, tiap
modus memiliki nada dominan yang khusus dan khas.
Nada dominan pada modus-modus otentik terletak satu kwint diatas nada dasar/nada
finalis. Pada modus-modus plagal tempatnya satu terts diatas nada finalis.
Namun pada abad ke-13, nada-nada dominan yang letaknya pada nada si dipindah
satu sekon kecil keatas menjadi do (dalam modus 3/ frigis, dan dalam modus 8/
hypomixolidis).
Akhirnya nada dominan modus 4/ hypofrigis dipindah dari sol ke la.
Hexac
hord
Pada tahun 1050 Guido dari Arezzo, seorang teoritikus di Italia menciptakan suatu metode
untuk menghafal nada. Untuk itu ia berpangkal dari Hexachord: Suatu deretan dari enam nada
berturut-turut dengan ½ nada ditengah-tengah. Setiap nada mendapat satu
ungkapan/kwalitas. Misalnya nada ketiga selalu dilanjutkan ke atas dengan ½ nada. Untuk
menghafal keenam nada itu, maka tiap nada dalam Hexachord diberi satu suku kata sebagai
nama.
½ nada selalu terletak diantara nada mi dan fa, artinya nama nada menunjuk tinggi nada
yang relatif. Maka dapat diadakan modulasi dari hexachord dengan nada c (= hexachord
naturale) ke nada dasar g (= hexachord durum) dan ke hexachord dengan nada dasar f(=
hexachord molle).
Solmisasi memungkinkan bahwa penyanyi dapat menghafal urutan nada dalam hexachord
khususnya di letak ½ nada maupun dalam modulasi.
Pada abad ke-16 solmisasi hexachord ciptaan Guido dari Arezzo ditinjau kembali dan
dilengkapi oktaf, dengan suku kata do re me fa sol la ti do.
TEORI IRAMA Teori irama Gregorian pada jaman sekarang
bukan suatu ringkasan dari naskah-naskah
DALAM MUSIK abad pertengahan. Tapi kiranya teori ini tetap
berguna agar ciri khas dan khususnya dapat
GREGORIAN diketahui secara mendalam.

 Perbedaan antara birama dan irama


Dalam musik terdapat dua prinsip, yaitu birama dan irama.Yang
pertama adalah birama. Birama lebih terikat akan suatu sistem
tekanan yang tetap (misalnya pukulan pertama pada tiap jenis-
jenis birama manapun juga dianggap berat).

● Prinsip kedua adalah irama. Irama


adalah keinginan musik untul bervariasi
antara nada panjang dan pendek, bukan
menurut pola yang di ulang-ulang dalam
setiap birama.
Perbedaan antara musik
Gregorian dan musik biasa
Pada musik Gregorian, prinsip birama yang tetap tidak ada.Prinsip
birama tetap baru dipergunakan ketika seni paduan suara
berkembang, dimana bernyanyi bersama menuntut adanya hitungan
yang mempersatukan semua suara. Namun musik Gregorian
merupakan musik vokal dan lahir sebagai cetusan dari kata latin
yang artinya musik merupakan gerakan ritmis berdasarkan aksen
bahasa dan motif musik Gregorian itu sendiri. Maka tidak mungkin
disini digunakan hitungan/beat.
Perbedaan antara Irama perkusi
dan
Orkes modernIrama
yang satu Nyanyi
dan yang lain ternyata biasanya berbeda dalam sektor alat- alat
perkusi. Bukanlah pada umumnya alat perkusi tidal dapat disetel? Lain dari pada itu, dinamika
alat- alat perkusi pada umumnya Seolah olah statis, artinya keras lembutnya sama. Tidak
demikian halnya dengan Alat-alat bukan perkusi terdapat kemungkinan peralihan/perubahan
terus menerus dan lembut sampai keras dan dari keras sampai lembut, yaitu dengan
crescendo dan decrescendo suara manusia benar-benar tidak termasuk golongan alat-alat
perkusi, meliankan sederajat dengan golongan alat-alat tiup,sehingga Kadang-kadang
dibandingkan dengan alat-alat yang disebut crofon yang berlidah gunda (seperti misalnya
:Bobo).

Selain ini yang berhubungan dengan khodrat suara manusia sendiri, perlu diperhatikan sifat
sukral dari musik Gregorian. Gaya staccato yang tepat:misalnya pada aria Opera, Sungguh
Salah tepat nya pada pembawaan musik Gregorian.

Bukankah seeing kali musik Gregorian disebut•suatu doa yang dinyanyikan? •ternyata Susana
doa lebih mudah diciptakan dengan gaya Menyanyi legato dari pada dengan gaya Menyanyi
diantara suara manusia Dipakai bagaikan alat perkusi (dengan Staccato).
Aksen pada bahasa latin.
Aksen dalam bahasa latin menyangkut suatu perkembangan Menurut
taraf"sangat berbeda. Taraf-taraf perkembangan tertentu adalah sebagai
berikut:

(a).Mula-mula dalam bahasa Yunani, dan juga pada bahasa latin, Aksen-
sesuai dengan arti harafiah kata tersebut-diwujudkan dibawakan tidak
secara dynamis, meliankan meluku melodis, artinya tiap-tiap suku kata pokok
diucapkan dengan suatu Nada yang lebih tinggi dari pada suku kata sebelum
nya dan sesudahnya.

Dan suku kata pembantu yang tidak beraksen, disebut pula tesis, sebab
ternyata di sini suara turun.
(b). Pada taraf (c).Baru pada taraf terakhir perkembangan aksen tampil segi
perkembangan berikut dynamika sebagai unsur Irama, yaitu perbedaan antara keras
dalam bahasa latin dan lembut dalam ucapan suku-suku kata masing-masing.
making diperhatikan Perkembangan ini yang berhubungan dengan hakikat Irama,
aspek panjang pendek pastilah terpengaruh oleh kontak dengan bangsa-bangsa
nya aksen, sehingga mudah dari Timur waktu "perpindahan bangsa-bangsa" Pada
Istilah-istilah yang dahulu abad 4SM.Dengan demikian diletakkan dasar untuk suatu
dipakai untuk Kebudayaan yang sama sekali baru, sehingga tidak
membedakan aspek mengherankan bilang mulai saat ini berubahlah pula pengertian
melodis pada ucapan aksen, baik di bidang senior sastra maupun seni musik.
Suku-suku kata,
Demikian pula halnya dengan tesis: kecuali pengedoran tetap
accenlus/accendere(latin)
berlaku bahwa suku kata yang bersangkutan menjadi
=menyalaakan;menyeman
panjang.Sebaliknya berlaku juga aturan umum bahwa pada
gati;menambah;meningka
suku kata suku kata yang tidak beraksen melodinya sering
tkan tesis atau
turun(=tesis melodi).Biarawan yang pertama kalinya
thesis(Yunani)
membuktikan secara ilmiah kebenaran teori, tentang irama
=perletakan, penurunan
gregorian ini adalah Dom Andre Mocquereau, OSB. (1849-1930)
(misalnya kaki dalam tari).
Irama
A B
Gregorian C D
Akhirnya semua pola
Suatu motif ritmis Panjangnya nada gregorian Tidak pernah suatu tesis
irama kecil-kecil ini tetap
selalu dimulai sama seperti halnya pada secara langsung dapat terikat pada aksen kata
dengan arsis yang diikuti oleh tesis lain akan maupun dipengaruhi oleh
nada musik Yunani ialah
bersifat kuat, tetapi satu arsis dapat ritme musik keseluruhan,
pendek, berdasarkan Chronos
langsung diikuti arsis entah kalimat ritme
crescendo,dan Prootos, artinya kesatuan
kedua.Maka dari itu dalam musik,entah ritme kalimat
berkhir dengan waktu ini tidak dapat
musik gregorian hanya bahasa. Maka dari itu
tesis yang bersifat dibagi. Tetapi nada kebebasan irama musik ini
lemah, panjang, gregorian dapat secara terdapat pola irama biner
berarti bahwa irama
descresendo. relatif dapat dipercepat yang namanya iambos gregorian tidak terikat
dan diperlambat, ( pendek-panjang) atau pola pada satu jenis birama
berhubungan dengan irama terner yang namanya tetap terulang ulang.
anapaestus ( pendek- Namun di lain pihak,
adanya arsis atau tesis.
pendek- panjang) kebebasan ini hanya
relatif saja.
Accentus ⁵⁶ atau psalmodi ⁵⁷= gaya resitatifJumalah suku kata
BENTUK BENTUK
yang berbeda beda. Namun setiap ayat dinyanyikan menurut
MUSIK pola lagu tertentu (=pslmodi), terdiri dari:
GREGORIAN
A. B. C.
Psalmodi dipakai terutama untuk
D.
ibadat harian /ofisi (pembawaan
Intium⁵⁸ Mediatio ⁵⁹ Flexa ⁶¹ Terminatio mazmur).
pada awal di tengah suatu ⁶² pada Dalam hal ini ayat- ayat mazmur
ayat kalimat, ayat, ditandi cengkok akhir diapiti dengan sebuah antifon
untuk dengan sebelum kalimat (=refren) dengan gaya silabis.
mengantar asteriscus (*) mediatio, untuk Psalmodi Gregorian ini merupakan
pada nada atau titik bila mengantar suatu perkembangan dari lagu
tenor / Tuba. dua (:) dan kalimatnya melodi dari psalmodi Yahudi
Nada berupa terlalu tenor Psalmodi respons orial
Tenor(=Domin kadens panjang kepada Suatu bentuk khusus, terdiri daru
an) diulang setengah , nada antifon dan satu ayat saja .Terdapat
ulang, biasanya Finalis. dalam Graduale, dan Alleluia
panjangnya dengan (=nyanyian sesudah bacaan kitab
tergantung melisma suci dalam ibadat misa) serta dalam
dari jumalh kecil. responsorium (= nyanyian sesudah
suku kata bacaan dalam ibadat harian / ofisi).
ayat Dalam hal ini urutanya antifon- ayat
antifon
Concent
Concentus merupakan lagu Gregorian yang non-resitatif. Menurut gayanya dapat diklasifikasikan
ussatu suku kata, dan gaya melismatis, yakni satu
berdasarkan gaya silabis, yakni satu nada untuk
suku kata medapat suatu kelompok nada. Lagu-lagu berikut termasuk dalam Concentus:
- Antifon(bunyi bersama) : atau disebut juga refren yang mengapit ayat ayat Mazmur. Dalam
Ibadat Harian (ofisi) biasanya dalam gaya silabis sebagai pembukaan dan penutup seluruh
Mazmur.
- ciptaan hermanus contracius kira–kira 1050 memakai gaya melismatis (tanpa ayat Mazmur).
Dalam ibadat - Responsorium: atau disebut juga sebuat antifon panjang dengan satu ayat
mazmur dengan gaya melismatis. Dalam ibadat Ekaristi : Graduale (nyanyian sesudah bacaan
kitab suci) dan Alleluia (nyanyian sebelum bacaan injil) – Psalmodi Responsorial.
- Ordinarium: nyanyian ibadat Ekaristi/misa , yakni Kyrie eleison (Tuhan Kasihanilah Kami) ,
Gloria in Excelsius Deo), Sanctus(Kudus), dan Agnus Dei(Anak Domba Allah)
- Hymne: suatu nyanyian yang syairnya tersusun menurut pola irama Yunani dan dalam baris-
baris dengan jumlah suku kata tertentu. Maka teksnya tidak diambil dari Kitab Suci,
melainkan suatu puisi, dan sebagainya.
. Bentuk Baru Musik
Gregorian
Bentuk baru musik Gregorian mencakup:
- Tropus: suatu tambahan pada sebuah lagu Gregorian, biasanya sebagai sisipan.
Sebuah gaya melisma diberi syair sehingga lagunya menjadi gaya silabis. Contoh
paling jelas pada Kyrie, fons bonitatis dibandingkan dengan Kyrie dari Misa II.
- Sequentia: (Lat. Sequere – mengikuti), suatu tropus khusus: melisma pada akhir
“Alleluia” yang diberi syair silabis, kemudian menjadi lagu sendiri. Contohnya:
Victimae Paschali Laudes (Hari Minggu Paska) dan Veni Sancte Spiritus
(Pentakosta).
Dalam sejarah dibeda-bedakan tiap tahap perkembangan sequential
Sequential klasik (850-1050)

- sequential klasik pasangan-pasangan ayat tidak sama panjangnya, terdapat banyak


pengecualian juga dalam ulangan-ulangannya
- Sequential sanjak (sejak abad 12) Panjangnya dan iramanya lagu pasangan
disamakan, akhirnya dihias dengan sanjak. Lagunya tidak ada lagi kaitannya pada
lagu Alleluia. Pengarang yang paling terkenal adalah Adam dari St.victor (wafat
pada 1177).
- Sequential bait (sejak abad 13)Suatu perkembangan lanjut dari sequential sanjak.
Sequential baik begitu disukai waktu abad pertengahan hingga jumlah berkembang
dengan pesat (5000 lagu)
TEORI TEORI ESTETIKA MUSIK GREGORIAN

1. Martianus capella (400)


Meskipun bukan seorang kristen , namun martianus capella secara mendalam
mempengaruhi seluruh sistem pendidikan abad pertengahan termasuk mata
pelajaran musik , maka dari itu beliau dianggap sebagai pelopor estetika musik
gregorian.
Dalam karangannya berjudul "de nuptiis philologiae et mercuri beliau menerangkan
tentang kesenian yang menurut tradisi para pengikut phytagoras disebut
septemartes liberales, "artinya "ketujuh seni bebas"

Ketujuh seni bebas atau mata pelajaran seni oleh martianus capella dibagi 2:
• Kelompok pertama dinamakan dengan nama Trivium artinya persimpangan tiga
dan terdiri atas tiga mata pelajaran pokok ialah grammatica (tata bahasa
latin),Dielectica (logika tingkat pertama jadi minor) dan Rhetorica (seni pidato).
• Dalam kelompok kesenian kedua yang dinamakan quadrivium termasuk ,
aritmetica (aljabar),Geometria (alat ukur), Astronomia(ilmu falak), musica atau
harmonia (teori musik).
Dalam buku "de nuptiis philologiae et mercuri beliau" oleh martianus capella
diuraikan pengaruh mata pelajaran yang satu pada yang lain. Maka terdapat
beberapa teori tentang musik yang juga mempengaruhi perkembangan musik
gregorian misalnya ;
• Bakat musik sebenarnya atas kemampuan menyusun lagu lagu yang bernilai
estetis baik. Maka dari itu seluruh pelajaran musik antara lain menerangkan
tentang (HARMONIA)" melodi dan "RHYthmica" (Irama)
• Tentang harmonia / melodi martianus capella menerangkan bahwa pelajaran
harus berpangkal yang paling elementer yakni dari nada nada masing
masing.
• Tentang Ryhtmica antara lain martinus capella mengungkapkan bahwa tiap
tiap motif irama terdiri dari pola waktu elementar yang dalam bentuknya
yang paling sederhana hanya terdiri dari satu arsis dan satu tesis.
• Dalam musik ternyata irama berfungsi sebagai prinsip aktif dan formal dalam
arti prinsip prinsip yang memberikan 'forma' atau bentuk atau bentuk
tertentu pada nada nada melodi. Sebaliknya melodi ternyata berfungsi
sebagai prinsip pasif dan material dalam arti sebagai prinsip yang menerima
suatu bentuk dari irama bagi dirinya / nada nada nya
2. Augustinus (354-430)
Dalam bukunya "de ordine" augustinus secara umum
menekankan , bahwa tiap tiap jenis seni suara selalu terdapat
suatu aturan baik tentang lama nya maupun ketinggiannya nada
nada masing masing.

Kemudian teori ini ditingkatkan dalam buku " de Musica". Estetika


musik ini menerangkan tentang kedua unsur pokok dari tiap tiap
musik ialah tentang irama dan melodi(harmonia). Augustinus
memberi definisi ganda tentang musik. Satu kali disebut "scienta
bene movendi yang artinya ilmu/ keterampilan untuk bergerak
secara indah dan lain kali musik disebut "scienta bene mudolandi"
artinya ilmu/keterampilan menciptakan suatu melodi yang bagus.

Dari pihak lain ternyata augustinus menilai estetis tinggi bila


terdapat suatu variasi antara irama irama elementer. Dalam
sistem estetika ini, pada umumnya sangat ditekankan sebagai
prinsip pokok keindahan berkaitan dengan kesamaan yang
bersifat simetris/ setangkup.
Anggapan lain antara lain diterangkan dalam bagian 6 dari "de
musica" dimana augustinus menguraikan pengalaman dan
kenikmatan harmoni pada musik yang dihidupkan dengan
variasi irama. Kemampuan manusia yang mendasari
pengalaman ini menurut augustinus terletak pada harmoni
yang terkandung pada hati tiap manusia, niscaya secara
tersebunyi.

Sesuai dengan pola pikiran dan estetika abad 4, maka tidak


mengherankan bahwa augustinus menekankan pula
keselarasan antara seorang seniman sejati dan sang pencipta
dari segala keindahan dunia ini. Namun augustinus tidak
melupakan juga bahwa terdapat suatu perbedaan mutlak
antara hasil penciptaan ilahi dan insani. Augustinus hanya ingin
menunjukkan bahwa ada orang yang menyebut Allah 'seniman
yang paling sempurna' sebab Dialah saja yang memiliki suatu
pengertian sempurna terhadap obyek,metode maksud di
waktu Ia menciptakan seni. Hal ini diungkapkan dalam kalimat
augustinus termasyur ,"terlambat saya mengetahui-Mu,
terlambat saya mencintai-Mu, keindahan yang demikian kuno
namun sedemikian baru.
Gregorius Agung
Diatas sudah diterangkan bahwa teori teori yang menekankan
(540-640)
pengaruh pribadi paus Gregorius Agung pada terjadinya musik
Gregorian harap diterima dengan hati hati. Meskipun demikiran
rupanya perkembangan musik merupakan suatu hasil positif dan
suatu usaha dari pemimpin tertinggi gereja secara pribadi.

Terdapat bukti bahwa Paus Gregorius Agung memperhatikan secara


resmi bidang liturgi, yaitu semua yang berhubungan dengan ibadat
resmi Gereja, yang pada waktu itu hanya dapat dirayakan secara
lengkap dengan musik dan nyanyian. Seperti yang diketahui, pada
jaman itu tidak lazim sesuatu komposisi diwariskan dengan mengebut
nama pengarang. Paus Gregorius sekurang kurangnya berfungsi
sebagai kampilator, yaitu pengumpul melodi melodi yang pada waktu
itu sudah dipakai dalam gereja masing masing. Kemudian atas dasar
kekuasaannya sebagai pemimpin tertinggi seluruh gereja beliau
memerintahkan supaya kumpulan nyanyian nyanyian ini yang disebut
"Antiphonale Gregorianum" dipakai sebagai buku nyanyian resmi pada
ibadat resmi.
Notasi Gregorian awal notasi
balok
Notasi Gregorian, ditemukan oleh Paus Agung Gregori pada tahun 590, . [1] adalah awal penulisan
musik dengan not balok. Namun, Notasi Gregorian belum ada panjang nada (dinyanyikan sesuai
perasaan penyanyi) dan masih dengan balok not yang 4 baris.

Gambar sebelah: Diambil dari Kyrie eleison (Orbis


factor).
Not balok yang sekarang ini telah sempurna sekali
untuk musik dibandingkan Notasi Gregorian.
Unsur-unsur notasi balok
Dalam notasi balok, sistem paranada bergaris lima digunakan sebagai dasar. Bersama dengan
keterangan mengenai tempo, ketukan, dinamika, dan instrumentasi yang digunakan, not
ditempatkan pada paranada dan dibaca dari kiri ke kanan. Durasi nada dilambangkan dengan 
nilai not yang berbeda-beda, sedangkan tinggi nada dilambangkan dalam posisi not secara
vertikal pada paranada. Interval dua not yang dipisahkan satu garis paranada (yaitu berada
pada dua spasi yang bersebelahan) seperti digambarkan pada ilustrasi di samping merupakan
interval terts, sedangkan interval antara not pada spasi dengan not pada garis adalah interval 
sekunde. Tanda kunci pada awal paranada menunjukkan tinggi nada yang diwakili oleh garis
dan spasi pada paranada tersebut. Pada gambar di samping, kunci-G digunakan, menandakan
bahwa garis kedua dari bawah melambangkan nada g¹. Dengan demikian, interval terts pada
gambar di samping adalah pasangan nada a1–c2, sedangkan interval sekunde merupakan
pasangan nada a1–b1. Not-not yang melambangkan tinggi nada di luar jangkauan kelima garis
paranada dapat digambarkan dengan menggunakan garis bantu yang diletakkan di atas atau di
bawah paranada.
Contoh penggunaan
notasi balok
Penggunaan notasi balok dijelaskan dalam contoh yang diambil dari bagian awal karya 
Johann Strauss, An der schönen blauen Donau yang disederhanakan ( perdengarkan).
 Di sebelah kiri atas pada awal lagu biasanya ditempatkan petunjuk tempo (yaitu kecepatan lagu),
sering kali dalam bahasa Italia, yang di sini menunjukkan "tempo waltz". Selain itu juga terdapat
penanda metronom dalam satuan BPM (beats per minute), di sini 142 ketukan per menit.

 Tanda birama menunjukkan ritme lagu. Angka di bagian atas tanda birama menunjukkan jumlah
ketukan per birama, sedangkan angka di bawah menunjukkan nilai not per ketukan. Tanda
birama 3/4 di sini menunjukkan bahwa terdapat tiga ketukan dalam birama, satu ketukan kuat
diikuti dua ketukan lemah, dan masing-masing ketukan bernilai not seperempat.

 Garis birama merupakan pemisah antarbirama.

 Pada bagian awal paranada terdapat kunci-G yang menandakan bahwa garis kedua dari bawah
melambangkan nada g¹ (berfrekuensi sekitar 418 Hz).

 Tanda mula utama yang di sini terdiri dari dua tanda mula kres pada garis nada c dan f
menunjukkan bahwa kedua nada tersebut dinaikkan setengah nada dalam semua oktaf
(dimainkan sebagai nada cis dan fis) serta menunjukkan bahwa karya musik bersangkutan ber
tangga nada D mayor atau B minor.
 Not pertama adalah not seperempat dengan nada d1, dengan dinamika (nyaring lembutnya
suara) mf (bahasa Italia, mezzo forte: agak nyaring). Dapat dilihat bahwa not tersebut langsung
diikuti garis birama walaupun tiga ketuk dalam birama tersebut belum selesai. Dengan demikian,
karya ini dimulai bukan dengan ketukan pertama bertekanan, melainkan dengan ketukan ketiga
lemah dalam suatu birama pembuka (anacrusis).

 Not kedua juga merupakan not seperempat dan bernada d 1 yang jatuh pada ketukan pertama
dalam birama berikutnya.

• Tanda legato menghubungkan not d1 tersebut dengan not fis1 dan a1, menandakan bahwa ketiga
not tersebut harus dimainkan secara legato (sambung-menyambung).

 Pada birama berikutnya terdapat not setengah bernada a 1 berdurasi dua ketukan

 Berikutnya terdapat not seperempat dengan dua kepala not pada posisi nada fis 2 dan a2,
menandakan bahwa kedua nada tersebut harus dimainkan bersamaan. Di atas not tersebut
terdapat tanda staccato, menandakan bahwa not tersebut harus dimainkan
secara staccato (terpisah nyata dari not sebelum dan sesudahnya).
 Tanda diam seperempat menandakan bahwa tidak ada nada yang dimainkan
selama (dalam hal ini) satu ketukan.

 Di bawah tiga birama terakhir terdapat tanda decrescendo, menandakan bahwa


pada ketiga birama tersebut terdapat perubahan dinamika, yaitu dimainkan
makin melembut (dapat juga ditulis decresc. atau dim., diminuendo).
Notasi angka
Dalam notasi angka, not ditentukan dengan angka 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol), 6 (la) dan 7
(si). Angka-angka tersebut menunjukkan tinggi-rendahnya nada. Ada juga angka 0 sebagai tanda
diam. Nada 1 tanpa titik merupakan nada dasar. Tanda satu titik di atas not, menunjukkan bahwa
not tersebut naik satu oktaf dari nada asli, sedangkan tanda satu titik di bawah not, menunjukkan
bahwa not tersebut turun satu oktaf dari nada asli. Nada 1 tanpa garis miring merupakan nada
natural. Tanda garis miring silang ke kanan pada not, menunjukkan bahwa not tersebut naik
setengah nada dari nada asli (berfungsi seperti tanda kres pada notasi balok). Not dengan garis
miring ke kanan ditentukan dengan angka 1 dengan simbol / (di atau do naik setengah), 2 dengan
simbol / (ri atau re naik setengah), 4 dengan simbol / (fi atau fa naik setengah), 5 dengan simbol /
(sel atau sol naik setengah) dan 6 dengan simbol / (li atau la naik setengah), sedangkan tanda garis
miring silang ke kiri pada not, menunjukkan bahwa not tersebut turun setengah nada dari nada asli
(berfungsi seperti tanda mol pada notasi balok). Not dengan garis miring ke kiri ditentukan dengan
angka 2 dengan simbol \ (ra atau re turun setengah), 3 dengan simbol \ (ma atau mi turun
setengah), 5 dengan simbol \ (sal atau sol turun setengah), 6 dengan simbol \ (le atau la turun
setengah) dan 7 dengan simbol \ (sa atau si turun setengah).
Membaca Notasi Angka

 Do = G menunjukkan nada dasar lagu tersebut.


 4/4 menunjukkan Tanda birama yang menunjukkan ritme lagu. Angka di bagian atas tanda
birama menunjukkan jumlah ketukan per birama, sedangkan angka di bawah menunjukkan nilai
not per ketukan. Tanda birama 4/4 di sini menunjukkan bahwa terdapat empat ketukan dalam
birama, satu ketukan kuat diikuti tiga ketukan lemah, dan masing-masing ketukan bernilai not
seperempat
 Tempo = 66 menunjukkan tempo lagu, artinya dalam satu menit ada 66 ketuk.
 SATB menunjukkan tipe suara yang menyanyikan baris tersebut.
 P berarti 'piano' yang berarti lembut, artinya lagi ini dengan dinamika yang lembut.
 Tanda Crescendo yang dilanjutkan dengan tanda decrescendo, menunjukkan ada perubahan
dinamika, yakni mengeras, kemudian melembut lagi.
 Garis birama yang merupakan pemisah antar birama.
Ternyata secara pribadi paus gregorius ikut menentukan keindahan
khusus dari musik gregorian mengingat:a. Jiwa musik gregorian
mencerminkan suasana ketenanganb. Bentuk musik georgian
mempunyai ; 2 keistimewaan pada pengaruh paus gregorius, ialah;

1. Yang baru dalam "Schola Cantorum" berlainan dengan semua


gaya musik masa dahulu ialah gaya neumatis musik gregorian ini.
2. 2. Yang khusus dalam "Schola Cantorum" di roma ialah komposisi
para penyanyi yang terdiri dari paduan suara pria saja.
INILAH
PRESENTASI KAMI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai