Anda di halaman 1dari 6

Leni Marsandy.

19 Bahasa/16

Hari/Tanggal Pengumpulan: Jumat, 20 September 2019

TUGAS SENI BUDAYA KE-2


Resume Tentang Lancaran Manyar Sewu Laras Sledro Pathet 6
dan Lancaran Manyar Sewu Laras Pelog Pathet Barang.

GENDHING LANCARAN MANYAR SEWU


Gendhing adalah susunan nada dengan laras slendro dan/atau pelog yang telah
diatur, disusun menurut notasinya, berpola, dan berirama sehingga membentuk
lagu yang sajian instrumental dan vokalnya enak didengar. Gendhing adalah
sebuah cengkok karawitan yang diatur menuju ke arah bentuk atau struktur
tertentu. Oleh karena itu, istilah karawitan sebaiknya dibatasi pada salah satu jenis
seni pertunjukan yang menampilkan orkestra gamelan, sementara istilah gending
sebaiknya digunakan untuk menyebut struktur estetik yang disajikan dalam
karawitan. Gending Lancaran Manyar Sewu memiliki dua versi, yaitu Lancaran
Manyar Sewu Laras Slendro Pathet 6 dan Lancaran Manyar SewuLaras Pelog
Pathet Barang. (Sumber:
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132010437/pendidikan/materi-kuliahkarawitan-i-
dan-ii.pdf ) (Hari/Tanggal Penyuntingan: Kamis, 19 September 2019)

LARAS SLENDRO DAN LARAS PELOG


Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada dalam
satu gembyang (oktaf), nada tersebut diantaranya ; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6
(nem). Istilah ji, ro, lu, mo, nem tersebut merupakan nama singkatan angka dari
bahasa jawa, dalam istilah musik modern bisa disebut sebagai ‘tangga nada’ yakni
susunan nada dalam satu oktaf. Kedua laras sering digunakan dalam gending yang
dimainkan dengan seperangkat gamelan jawa ji berarti siji(satu), ro
berarti loro (dua) lu berarti telu (tiga), mo berarti limo (lima) dan nem
berarti enem (enam). Selain menggunakan singkatan nama, dalam laras juga sering
digunakan istilah tradisional lainnya untuk menyebut setiap nada. Istilah
tradisional tersebut diantaranya (1) Panunggal yang berarti kepala, (2) gulu yang
berarti leher, (3) dada, (5) lima yang berarti lima jari pada tangan, dan (6) enem.

Selain laras slendro, dalam karawitan jawa juga dikenal istilah laras pelog, yakni
tangga nada yang terdiri dari tujuh nada yang berbeda. Nada-nada tersebut
diantaranya nada; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem) dan 7 (pi). Jika
dibandingkan dengan tangga nada diatonis, susunan tangga nada pelog kurang
lebih sama dengan susunan tangga nada mayor (do, re, mi, fa, so, la, si, do), namun
penyebutan untuk karawitan tetap menggunakan bahasa jawa (ji, ro, lu, pat, mo,
nem, pi). Dalam memainkan laras pelog dalam gending, masih dapat dibagi lagi
menjadi dua yaitu Pelog Barang, dan Pelog Bem. Pelog Barang tidak pernah
membunyikan nada 1, sedangkan pelog Bem tidak pernah membunyikan nada 7.
(Sumber:https://tumpi.id/laras-slendro-dan-pelog-dalam-karawitan-jawa/)
(Hari/Tanggal Penyuntingan: Kamis, 19 September 2019)

BONANG PENERUS
Bonang Penerus adalah bonang yang paling kecil, beroktaf tinggi. Pada teknik
tabuhan pipilan, bonang panerus berkecepatan dua kali lipat daripada bonang
barung. Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang panerus tidak
berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian wilayah
nadanya. Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan bonang
barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.
Bonang Penerus cara memainkannya yaitu sama persis dengan Bonang
Barung. Bonang Penerus hanya tinggal mengikuti ke mana alur lagu dari Bonang
Barung.
Sumber by; https://id.wikipedia.org/wiki/Bonang_Penerus
(Hari/tanggal penyuntingan; Kamis,19 September 2019)
Nesya Oktavia Ramadhani
19 Bahasa / 20
Hari/Tanggal Pengumpulan: Jumat, 20 September 2019

TUGAS SENI BUDAYA KE-2


Resume Tentang Lancaran Manyar Sewu Laras Sledro Pathet 6
dan Lancaran Manyar Sewu Laras Pelog Pathet Barang.

GENDHING LANCARAN MANYAR SEWU


Gendhing adalah susunan nada dengan laras slendro dan/atau pelog yang telah
diatur, disusun menurut notasinya, berpola, dan berirama sehingga membentuk
lagu yang sajian instrumental dan vokalnya enak didengar. . Gending Lancaran
Manyar Sewu memiliki dua versi, yaitu Lancaran Manyar Sewu Laras Slendro
Pathet 6 dan Lancaran Manyar SewuLaras Pelog Pathet Barang.
(Sumber: http://staffnew.uny.ac.id/upload/132010437/pendidikan/materi-kuliahkarawitan-i-dan-
ii.pdf ) (Hari/Tanggal Penyuntingan: Kamis, 19 September 2019)

LARAS SLENDRO DAN LARAS PELOG


Laras Slendro pada umumnya menghasilkan suasana yang ringan, riang gembira
dan terasa lebih ramai. Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri
dari lima nada dalam satu gembyang (oktaf), nada tersebut diantaranya ; 1 (ji), 2
(ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem).

Secara umum, laras pelog menghasilkan suasana yang bersifat memberikan kesan
gagah, agung, keramat dan sakral, khususnya pada permainan gending yang
menggunakan laras pelog nem. istilah laras pelog, yakni tangga nada yang terdiri
dari tujuh nada yang berbeda. Nada-nada tersebut diantaranya nada; 1 (ji), 2 (ro), 3
(lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem) dan 7 (pi).
(Sumber: http://staffnew.uny.ac.id/upload/132010437/pendidikan/materi-
kuliahkarawitan-i-dan-ii.pdf dan https://www.senibudayaku.com/2019/01/titilaras-
slendro-dan-pelog.html) (Hari/Tanggal Penyuntingan: Kamis, 19 September 2019)

SARON
Saron atau juga sering disebut dengan ricik adalah salah satu instrumen
gamelan yang juga termasuk ke dalam keluarga balungan. Di dalam 1(satu)
set gamelan gaya Surakarta biasanya memiliki 2 pasang saron yaitu laras
pelog dan slendro.

Saron menimbulkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung ataupun
saron panembung, dan mempunyai ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron
pada umumnya terbuat dari bahan kayu yang berbentuk seperti palu. Cara
menabuhnya ada beberapa macam yaitu yang biasa sesuai nada dan nada yang
imbal atau menabuh dengan cara bergantian antara saron 1 dengan saron
2.Cepat-lambat dan keras-lemah dalam penabuhan bergantung pada komando
dari kendang dan juga jenis gendhingnya. Seperti pada gendhing Gangsaran
yang bernuansa semisal kondisi peperangan maka ricik ditabuh dengan keras
& cepat.Sedangkan pada gendhing Gati yang bernuansa militer maka ricik
ditabuh dengan lambat namun keras. Dan ketika mengiringi lagu maka
ditabuh pelan. Cara memainkan saron yaitu tangan kanan memukul wilahan
atau lembaran logam menggunakan tabuh kemudian tangan kiri memencet
wilahan yg dipukul sebelumnya tadi yang bertujuan untuk menghilangkan
dengungan yang tersisa akibat dari pemukulan nada sebelumnya.

Sumber: https://www.visitklaten.com/artikel/saron-dan-kenong/
(Hari/Tanggal Penyuntingan: Kamis, 19 September 2019)
Jilan Syadza Salsabilla

19 Bahasa / 15

Hari/Tanggal Pengumpulan: Jumat, 20 September 2019

TUGAS SENI BUDAYA KE-2


Resume Tentang Lancaran Manyar Sewu Laras Sledro Pathet 6
dan Lancaran Manyar Sewu Laras Pelog Pathet Barang.

GENDHING LANCARAN MANYAR SEWU


Gendhing adalah susunan nada dengan laras slendro dan/atau pelog yang telah
diatur, disusun menurut notasinya, berpola, dan berirama sehingga membentuk
lagu yang sajian instrumental dan vokalnya enak didengar. . Gending Lancaran
Manyar Sewu memiliki dua versi, yaitu Lancaran Manyar Sewu Laras Slendro
Pathet 6 dan Lancaran Manyar SewuLaras Pelog Pathet Barang.

(Sumber:http://staffnew.uny.ac.id/upload/132010437/pendidikan/materi-
kuliahkarawitan-i-danii.pdf)

(Hari/TanggalPenyuntingan:Kamis,19September2019)

LARAS SLENDRO DAN LARAS PELOG


Gamelan Jawa sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua laras (tangga nada / titi
nada), yaitu Slendro dan Pelog.
Menurut mitologi Jawa, Gamelan Slendro lebih tua usianya daripada Gamelan
Pelog. Slendro memiliki 5 (lima) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 (C- D E+ G
A) dengan interval yang sama atau kalau pun berbeda perbedaan intervalnya
sangat kecil. Pelog memiliki 7 (tujuh) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E-
F# G# A B) dengan perbedaan interval yang besar. Dalam memainkan pelog,
masih dibagi menjadi dua lagi, yaitu Pelog Barang, dan Pelog Bem. Pelog Barang
tidak pernah membunyikan nada 1, sedangkan pelog Bem tidak pernah
membunyikan nada 7.
Dalam menciptakan lagu bernuansa pelog maupun slendro, ada aturan-aturannya
tersendiri. Pada gamelan, tidak ada nada re dan la. Tetapi ada beberapa lagu
yang dipaksakan menggunakan nada la, dan ini memiliki nilai arti tersendiri pada
lagu tersebut. (sumber: https://yudhipri.wordpress.com/2010/06/15/laras-slendro-
dan-pelog/) (Hari/Tanggal Penyuntingan: Kamis, 19 September 2019)

KENONG
Kenong adalah termasuk dalam salah satu alat musik yang menyusun di
gamelan Jawa. Kenong pada umumnya dimainkan dengan cara dipukul oleh
satu alat pemukul. Kenong adalah pengisi akor atau harmoni di dalam
permainkan gamelan, kenong bertugas sebagai penentu batas-batas gatra dan
menegaskan irama. Kenong termasuk dalam alat musik berpencu, tetapi
ukurannya lebih besar daripada bonang. Kenong dimainkan dengan cara
dipukul menggunakan alat pemukul kayu yang dililitkan oleh kain. Jumlah
dalam satu set kenong bervariasi namun biasanya terdiri dari sekitar 10 buah.
Kenong adalah unsur instrumen pencon gamelan yg paling gemuk, jika
dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun
mempunyai bentuk pipih.

Kenong disusun pada pangkon berupa kayu keras yang sudah dialasi oleh tali,
maka saat dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping tetapi bisa
bergoyang ke atas bawah, sehingga menimbulkan suara. Dengan bentuk
kenong yang besar maka menghasilkan suara yang rendah tetapi nyaring
dengan timber yang khas yaitu di dalam telinga orang Jawa ditangkap dengan
berbunyi ning-nong, maka dinamakanlah kenong.

Di dalam gamelan, suara kenong bertugas mengisi sela-sela antara kempul.


Setiap pencon dari kenong mempunyai satu nada yang bervariasi antara 1 (ji)
sampai 6 (nem).

(Sumber:: https://www.visitklaten.com/artikel/saron-dan-kenong/) (Hari/Tanggal


Penyuntingan: Kamis, 19 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai