Anda di halaman 1dari 1

Something In My Back

Penulis : Mayo Basfield

Riki baru saja keluar dari penjara. Dia harus menerima hukuman pidana karena menembak seluruh
keluarganya hingga tewas. Ia sendiri tidak sadar telah melakukan hal itu. Semuanya terjadi secara tidak
terduga. Riki tidak mengakui kejahatan nya di depan hakim saat pengadilan. Karena sikapnya itu, ia di
vonis 30 tahun penjara.

Perlahan, Riki mulai berubah. Kini ia dikenal sebagai narapidana yang bersikap kooperatif dengan para
petugas. Banyak teman narapidana nya menaruh hormat padanya. Rasanya Riki mulai menikmati
kehidupan nya di balik jeruji besi. Setahun telah berlalu, Riki sudah tidak memikirkan bagaimana rasanya
hidup bebas di luar. Ia lebih memilih untuk tinggal disini dengan lingkungan seperti ini dibanding dunia
luar dimana ia pasti akan dikucilkan. Namun, masalah terjadi di tubuhnya.

Setiap malam, Riki merasakan gatal yang sangat dashyat di bagian belakang pundaknya. Malam demi
malam pun berlalu, bagian yang gatal itu kemudian ditumbuhi semacam benjolan kecil berwarna hitam.
Di dalam tidurnya pun, ia bermimpi bayangan hitam selalu mengejarnya dan berkata “Kau tidak bisa lari
dari masalahmu”.

Pagi harinya, Riki melakukan aktivitas nya seperti biasanya. Teman-temannya menegur Riki tentang
benjolan hitam yang ada di punggungnya. Riki tahu mungkin ini bisa saja penyakit yang sangat
mengerikan. Karena itu, ia meminta untuk melakukan tindakan medis ke dirinya.

Dokter yang melihat keadaan nya terkejut. Ia tidak pernah mendapat kasus seperti ini sebelumnya.
Dokter mencoba segala cara untuk menghilangkan benjolan itu. Sampai akhirnya dokter memutuskan
untuk menggunakan pisau untuk mencabutnya. Mula-mula, Riki disuntikkan anastesi dan tertidur, lalu
dokter mulai mengikis benjolan itu.

Tiba-tiba benjolan itu hidup. Tentakel itu mengambil pisau milik dokter. Dokter mencoba kabur, tapi
ditangkap oleh tentakel tadi. Dokter pun tewas karena disayat terus menerus oleh tentakel itu, ruangan
pun penuh dengan cipratan darah. Riki yang terbangun pun merasa bingung karena ruangan itu sudah
berwarna merah.

Para sipir mendobrak pintu ruang kesehatan. Yang mereka temukan Riki yang memegang pisau dengan
wajah bingungnya telah menghabisi dokter. Riki mencoba mengelak, tapi para sipir langsung
membawanya ke ruang isolasi. Ruangan isolasi adalah ruangan khusus di penjara ini. Ruangan ini sangat
sempit dengan ventilasi kecil, ruangan ini bahkan tidak mempunyai penerangan.

Riki dikurung di ruang isolasi itu. Tanpa pakaian dan cahaya. Makan pun hanya seadanya. Belum lagi rasa
sakit akibat benjolan di belakang tubuhnya tidak dapat ia tahan lagi. Setiap harinya, ia hanya mendapat
rasa sakit, hanya itu.

Benjolan yang makin membesar itu memperkenalkan dirinya ke pada Riki.

“Hai, aku adalah Rasa Bersalah. Aku tidak akan bisa lepas darimu. Dan kau juga tidak bisa lepas dariku”.

“Lalu, sampai kapan kau berada di tubuhku?”

“Sampai kau kehilangan nyawamu, kau tidak akan pernah bisa lepas dari Rasa Bersalah”

Tubuh Riki mulai dilahap oleh Rasa Bersalah itu. Hingga akhirnya, tidak tersisa satu pun dari Riki.

Anda mungkin juga menyukai