Anda di halaman 1dari 14

JURNAL INTERVENSI PSIKOLOGI

P-ISSN: 2085-4447; E-ISSN: 2579-4337


Volume 13, Nomor 2, Desember 2021
DOI :10.20885/intervensipsikologi.vol13.iss2.art2

Article History Recevied: 30-08-2021 Reviced: 16-11-2021 Accepted: 30-12-2021

Pelatihan Goal Setting terhadap Motivasi Kerja


Karyawan di PT.X Sragen

Endah Mutiara Sari1


Wiwien Dinar Pratisti
Susatyo Yuwono

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Keywords/Kata kunci ABSTRACT/ABSTRAK:


Employee, goal setting Work motivation that becomes a drive for someone in completing their
training, work motivation work is important to be maintained and improved. The purpose of this
research was to determine the effectiveness of goal setting training to
improve work motivation for employees. This study uses a pretest-
posttest control group design. Subjects of this research were 24 employees
of PT X Sragen, which is divided into experimental and control groups.
Measurement of work motivation was using The Multidimensional Work
Motivation Scale. The data results were analyzed by ANOVA mixed design
analysis. The results of the interaction test work motivation scores
between the experimental and control groups crossed with the score
measurement time (pretest-posttest-follow up) showed an F-count value
of 27,604 and a significance of 0,000 and partial eta squared 0,556 that
means goal setting training is effective to increase work motivation on
employees. Thus, employee can empower their clearer and more targeted
goals to be more motivated at work..

karyawan, motivasi kerja, Motivasi kerja yang menjadi pendorong bagi seseorang dalam
pelatihan goal setting menyelesaikan pekerjaannya menjadi penting untuk dipelihara dan
ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
pelatihan goal setting dalam meningkatkan motivasi kerja pada
karyawan. Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest control
group design. Subyek penelitian adalah 24 orang karyawan PT X Sragen
yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pengukuran motivasi kerja dilakukan dengan The Multimensional Work
Motivation Scale. Hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA Mixed
Design. Hasil uji interaksi skor motivasi kerja antara kelompok
eksperimen dan kontrol yang disilangkan dengan waktu pengukuran
skor (pretest-posttest-follow up) menunjukkan nilai F-Hitung sebesar
27,604 dengan signifikansi 0,000 dan eta parsial kuadrat 0,556, yang
menandakan bahwa pelatihan goal setting efektif meningkatkan
motivasi kerja pada karyawan. Dengan demikian, karyawan dapat
memberdayakan tujuan mereka yang lebih jelas dan terarah untuk
lrbih termotivasi dalam bekerja.

____________________
1*Korespondensi mengenai isi artikel dapat dilakukan melalui: endahms96@gmail.com

Copyright @2021 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the 97
Creative Commons Attribution License. (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)
Endah Mutiara Sari, Wiwien Dinar Pratisti & Susatyo Yuwono

Motivasi kerja menjadi isu yang pekerjaannya. Selain itu, Wahyudi (2016)
cukup penting dalam suatu organisasi. My dalam penelitiannya juga menemukan
(2017) melakukan penelitian pada 310 motivasi kerja intrinsik 60 karyawan PT.
mahasiswa di Universitas Vaasa yang Joglosemar Surakarta berada pada 23%
bergerak dalam bidang ilmu terapan di kategori rendah, 51% kategori sedang dan
Finlandia. Mahasiswa yang menjadi 26% kategori tinggi. Karyawan yang
responden adalah mahasiswa yang sedang bermotivasi rendah tidak mencapai kriteria
bekerja dan atau pernah memiliki perusahaan dimana karyawan bekerja tidak
pengalaman kerja. Pengambilan data hanya mencakup in-role atau bekerja sesuai
dilakukan melalui survei yang dipasang job description namun juga extra-role atau
pada portal web universitas. Hasil yang bekerja melebihi dari yang perusahaan
ditemukan adalah 19,1% responden merasa harapkan.
sangat termotivasi untuk bekerja, 64,3% Motivasi karyawan dapat dilihat
memiliki motivasi, 13,4% tidak memiliki melalui aspek-aspek motivasi, yaitu motivasi
motivasi, dan 3,2% sangat tidak termotivasi. intrinsik, motivasi ekstrinsik dan amotivasi
Mahaiswa yang pernah atau sedang bekerja (Gagné et al., 2015). Motivasi intrinsik
tersebut sebanyak 93% setuju bahwa adalah kekuatan psikologis yang membuat
motivasi mereka akhirnya mempengaruhi seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan
kinerja mereka selama bekerja. Ketika tidak karena mereka merasa tertarik dan
termotivasi maka kinerja pun tidak memperoleh kepuasan dari
maksimal. Belay et al. (2012) juga aktivitas/pekerjaan itu. Motivasi ekstrinsik
melakukan penelitian untuk mengetahui adalah kekuatan psikologis yang membuat
tingkat motivasi, yaitu pada 1658 petani, seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan
181 agen perkembangan, dan 42 supervisor tertentu untuk mendapatkan imbalan atau
di sektor agrikultural di Ethiopia. Penelitian menghindari hukuman atau keadaan yang
tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa tidak disukai. Ketika tidak ada motivasi
67% agen perkembangan berada pada level intrinsik maupun ekstrinsik, muncullah
motivasi sedang, sedangkan 29% berada amotivasi, keadaan dimana seseorang
pada tingkat motivasi rendah. Adanya kehilangan motivasi dalam melaksanakan
kondisi lemahnya motivasi mempengaruhi pekerjaannya. Karyawan yang termotivasi
kinerja serta menurunnya reputasi di depan dan bersemangat dalam bekerja akan
klien dan akibatnya mengarah pada melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
ketidakpuasan kerja. dengan menggunakan kemampuan terbaik
Tidak jauh berbeda dengan Ethiopia dan yang dimiliki sehingga hasil dari
Finlandia, Indonesia juga memiliki isu pekerjaannya meningkatkan hasil produksi.
motivasi kerja yang perlu diperhatikan. Karyawan yang tidak termotivasi cenderung
Berdasarkan penelitian Sulistiyono (2015) menggunakan sedikit usaha dalam
di PT. Danarhadi Surakarta, dari 34 pekerjaan mereka, menghindari pekerjaan
karyawan yang dijadikan sampel, sebanyak atau lingkungan kerja sebanyak mungkin,
47,05% karyawan memiliki motivasi sedang resign jika ada kesempatan, dan kualitas
dan 52,95% memiliki motivasi kerja yang hasil kerja yang kurang (Ganta, 2014).
tinggi. Kondisi ini mempengaruhi kinerja Ketika karyawan termotivasi, karyawan
karyawan dimana timbul kelambanan kerja akan mengalami peningkatan kuantitas dan
dan pemanfaatan waktu kerja untuk kualitas output pekerjaannya. Hal ini
melakukan hal-hal diluar urusan dikarenakan motivasi memunculkan usaha
yang lebih besar dan loyalitas pada diri

98 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021


Pelatihan Goal Setting terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT.X Sragen

karyawan (Onukwufor & Ugwu, 2013). pada jabatan saat ini karena jika naik jabatan
Karyawan yang tidak termotivasi akan tidak terdapat perbedaan signifikan dari segi
menjadi kurang produktif, menunjukkan upah, namun terdapat peningkatan
perilaku yang tidak diinginkan seperti absen tanggung jawab. Hal ini tentu tidak
dan kecerobohan yang menyebabkan sesuai dengan misi PT X. Misi dari PT X salah
rendahnya produktivitas (Weldeyohannes, satunya adalah menciptakan peluang yang
2015) terbaik bagi karyawan untuk berkembang
PT X adalah perusahaan yang dan mencapai potensi maksimal. Kondisi
bergerak di bidang garmen/pakaian jadi karyawan di PT X adalah kehilangan
dengan jumlah karyawan mencapai 3100 motivasi dalam melaksanakan pekerjaan
orang. Berdasarkan preliminary data pada sehingga tidak ada peningkatan, perilaku
81 responden yang telah dilakukan karyawan yang enggan memperhatikan
menggunakan wawancara dan FGD (focus kualitas pekerjaan mereka di jabatan
group discussion) dengan 23 key-person (1 mereka saat ini dan enggan mencoba untuk
General Manger, 2 Manajer, 5 asisten naik jabatan dengan alasan tidak ada yang
manajer, 4 kepala bagian, 11 supervisor) dan menarik ketika mereka naik jabatan. Hal ini
menggunakan kuesioner pada 58 karyawan menandakan karyawan kurang memiliki
(13 kabag, 16 supervisor, 3 asisten motivasi untuk bekerja dengan maksimal
supervisor, 11 staf, 15 operator) terdapat sehingga masih sering melakukan kesalahan
beberapa temuan mengenai motivasi kerja dalam bekerja dan karyawan tidak memiliki
karyawan di PT X. Temuan itu ialah 12% alasan yang dapat menggerakkan dirinya
responden berpendapat bahwa karyawan untuk memegang beban kerja yang lebih
ketika diberikan suatu perintah tidak dari jabatannya saat ini walaupun
langsung dikerjakan dan harus dikontrol perusahaan membutuhkan karyawannya
dan 6% responden setuju bahwa baik untuk bisa berkembang karena rekrutmen
dirinya maupun karyawan lain di PT X belum eksternal sering tidak berhasil. Oleh karena
bekerja sesuai uraian pekerjaan yang itu, karyawan PT X perlu diberikan
menyebabkan ketidaktertarikan atas perlakuan untuk meningkatkan motivasi
pekerjaan. Selain itu, 16% responden lain kerja.
berpendapat koordinasi antar karyawan Menurut Notoadmojo, terdapat
kurang berjalan dengan baik yang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
menyebabkan konflik dan ketidaknyamanan motivasi kerja, salah satunya adalah prestasi
dalam bekerja dan 9% responden merasa (achievement) (Damayanti, 2016). Prestasi
kurang siap mental dalam menghadapi adalah hasil dari usaha dalam
tuntutan pekerjaan sehingga muncul angka menyelesaikan tujuan tertentu. Melalui
turnover. Temuan lainnya adalah 28% definisi tersebut, prestasi tidak dapat
responden sependapat bahwa karyawan dipisahkan dengan tujuan (goal) karena
masih mementingkan kepentingan pribadi tujuan adalah acuan untuk mengatakan
di luar pekerjaan sehingga sehari-hari perilaku yang dilakukan adalah suatu
terjadi absensi/kekosongan di line, 14% prestasi atau bukan. Prestasi yang dapat
responden berpendapat bahwa fasilitas dan mempengaruhi motivasi kerja ini dapat
sarana untuk meningkatkan skill dan direpresentasikan melalui goal setting.
keterikatan dengan perusahaan belum Locke & Latham (2013) menyatakan bahwa
menarik, dan 15% responden sependapat terdapat hubungan yang linear antara
bahwa adanya sistem promosi untuk jenjang prestasi dengan goal setting, dimana
karir karyawan kurang diminati oleh semakin sulit dan tinggi tujuan (goal) yang
karyawan. Karyawan memilih bertahan ditetapkan, semakin tingggi pula prestasi

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021 99


Endah Mutiara Sari, Wiwien Dinar Pratisti & Susatyo Yuwono

yang didapatkan. Goal setting dapat METODE PENELITIAN


meningkatkan motivasi kerja karena saat Desain Penelitian
seseorang mencapai apa yang menjadi Penelitian ini menggunakan
tujuannya, keadaan tersebut memberikan rancangan pra tes-pasca tes dengan
perasaan pencapaian dan penyelesaian yang kelompok kontrol. Pada rancangan pra
dapat memodifikasi motivasi instrinsik tes-pasca tes dengan kelompok kontrol,
mereka untuk bekerja (Gómez-Miñambres, kelompok yang diberikan perlakuan
2012). (kelompok eksperimen) dan kelompok
Baik dipilih sendiri maupun pembanding (kelompok kontrol)
dipilihkan oleh perusahaan, Goal yang dibandingkan dengan menggunakan ukuran
ditetapkan dalam goal setting ini dapat pra-tes dan pasca-tes (Shaughnessy et al.,
membantu sesorang untuk memberikan 2012). Namun pada penelitian ini
perhatian pada bagian yang penting dalam ditambahkan tindak lanjut setelah pasca-tes.
suatu pekerjaan (Goerg, 2015). Pada usaha Tindak lanjut dilakukan sebagai upaya
untuk mencapai suatu tujuan (goal), meningkatkan efektivitas keseluruhan dari
seseorang akan mengalihkan perhatiannya upaya penelitian yang dirancang peneliti.
sesuai dengan tujuan dan menjauhkan Pra-tes, pasca-tes dan tindak lanjut pada dua
perhatiannya dari aktivitas yang tidak kelompok dilakukan dengan menggunakan
relevan dengan tujuannya. Tujuan skala motivasi kerja.
memberikan energi pada seseorang, terlebih
tujuan yang menantang, sehingga seseorang Subjek Penelitian
akan memberikan usaha yang lebih keras Subyek penelitian ini berjumlah 24
lagi untuk mencapai tujuannya. Usaha yang orang yang memiliki kriteria menjabat
dimunculkan dalam goal setting ini sebagai staf, asisten supervisor, supervisor,
merepresentasikan motivasi dalam diri dan kepala bagian yang pernah
orang tersebut. Menurut Locke and Latham dipromosikan maupun akan dipromosikan
(2013) konsep dasar dibalik teori goal serta berada pada kategori motivasi kerja
setting adalah bahwa manusia sedang sampai rendah. Berdasarkan
menerjemahkan motivasi mereka ke dalam pertimbangan level jabatan, lama bekerja,
perilaku yang dapat diamati melalui proses tingkat pendidikan, dan hasil screening
menetapkan dan mencapai tujuan. tingkat motivasi kerja yang didapatkan, 24
Mekanisme dari tujuan ini adalah subyek tersebut dibagi menjadi 12 subyek
mengoperasionalkan motivasi dengan dimasukkan ke kelompok eksperimen dan
menggunakannya dalam bentuk perilaku. 12 subyek dimasukkan ke kelompok kontrol,
Tanpa adanya perilaku, motivasi hanya akan
menjadi kumpulan kekuatan internal yang Metode Pengumpulan Data
tidak direalisasikan dan menjadi dorongan Penelitian ini menggunakan skala
diri yang memiliki pengaruh kecil (Kurose, yang dimodifikasi dari skala motivasi kerja
2013). Berdasarkan gambaran bernama The Multidimensional Work
permasalahan di atas, peneliti ingin Motivation Scale yang berisi 19 aitem yang
mengetahui apakah pelatihan goal setting disusun oleh Gagné et al. (2015)
efektif untuk meningkatkan motivasi kerja berdasarkan aspek-aspek motivasi kerja,
karyawan? Dengan demikian, hipotesis yang yaitu amotivasi, motivasi intrinsik dan
diajukan ialah pelatihan goal setting efektif motivasi ekstrinsik (external regulation
untuk meningkatkan motivasi kerja (social & material), introjected regulation,
karyawan. dan identified regulation). Pada persiapan
skala ini, dilakukan Proofreading (penilaian

100 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021


Pelatihan Goal Setting terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT.X Sragen

kelayakan bahasa) oleh tiga ahli (dosen goals masing-masing, 5) Commitment,


bahasa inggris, praktisi perusahaan, dan dimana peserta diajak untuk merefleksikan
dosen psikologi) terlebih dahulu agar hasil goals mereka, dan 6) Penutup. Selama
terjemahan dari bahasa Inggris ke Bahasa pelatihan peserta diberikan buku saku
Indonesia menjadi lebih tepat. Ketiga hasil sehingga tidak perlu terpaku dengan
terjemahan kemudian disintesis dan tampilan slide. Peserta juga diberikan
dirumuskan menjadi skala yang telah lembar kerja pada setiap sesi sesuai materi
berbahasa Indonesia. Setelah itu dilakukan yang diberikan.
uji validitas isi oleh sembilan penilai ahli Upaya kontrol variabel sehingga
(expert judgement) dengan kriteria aitem antara kelompok eksperimen dan kontrol
dianggap valid jika nilai V = 0,72 dengan P = tidak saling mempengaruhi dilakukan
0,038. Hasil yang didapatkan adalah indeks dengan mengatur pelaksanaan intervensi.
validitas alat ukur motivasi kerja bergerak Intervensi dilakukan diluar hari kerja dan
dari 0,861 sampai 0,972, sehingga semua materi beserta lembar kerja dipersilakan
aitem alat ukur motivasi kerja dinyatakan dibawa pulang sehingga tidak terlihat oleh
valid. Kemudian dilakukan uji coba pada karyawan lain termasuk subyek di kelompok
skala 192 responden dan menghasilkan kontrol. Selain itu selama masa diberikan
reliabilitas skala. Reliabilitas skala motivasi intervensi sampai tindak lanjut, pihak yang
kerja diukur menggunakan reliabilitas dilibatkan untuk membantu subyek di
Cronbach’s Alpha dan didapatkan nilai kelompok eksperimen hanya atasan mereka
sebesar 0,818 sehingga skala ini reliabel masing-masing. Kondisi perusahaan yang
untuk dipakai dalam pengukuran motivasi setiap hari mengejar target dan lingkungan
kerja. kerja yang bising cukup mendukung untuk
membatasi interaksi antara kelompok
Prosedur Intervensi eksperimen dan kontrol pada saat bekerja.
Pelatihan goal setting ini diadaptasi
dan dimodifikasi dari modul pelatihan goal Teknik Analisis Data
setting yang disusun oleh Syah (2016) yang Analisis data penelitian ini menggunakan
disusun berdasarkan aspek-aspek goal Anava Mixed Design dimana dilakukan
setting (Locke & Latham, 2013), yaitu clarity, pengujian perpaduan dua sub analisis yaitu
challanging, feedback, goal commitment, dan Within Subject Test dan Between Subject Test.
task complexity. Modul disusun menjadi 6 Within Subject Test adalah pengujian
sesi (tidak termasuk istirahat sholat dan perbedaan skor dalam satu kelompok (pra-
makan (ISHOMA) dengan durasi ±455 menit tes vs pasca-tes) dan Between Subject Test
sehingga pelatihan dilakukan selama satu adalah pengujian perbedaan skor antar
hari saja. Keenam sesi tersebut antara lain 1) kelompok (eksperimen vs kontrol). Karena
Pembukaan dan overview, dimana peserta masing-masing sub tes tersebut terdiri dari
diberikan pengantar mengenai apa itu 2 faktor, waktu pengukuran memuat 3
motivasi kerja, 2) Work Feedback, dimana faktor (pra-tes, pasca-tes, tindak lanjut) dan
peserta diajak mengevaluasi kinerja mereka kondisi pengukuran memuat 2 faktor
3) Clarity, challanging and task complexity, (eksperimen vs kontrol) (Widhiarso, 2011).
dimana peserta mempelajari bagaimana Penggunaan Anava Mixed Design juga dapat
membuat goals berdasarkan prinsip SMART mempermudah peneliti untuk melihat
(specific, measurable, achievable, relevant, sejauh mana sumbangan pelatihan goal
time-bound), 4) Goal Feedback, dimana setting terhadap motivasi kerja.
peserta saling memberikan umpan balik atas

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021 101


Endah Mutiara Sari, Wiwien Dinar Pratisti & Susatyo Yuwono

HASIL PENELITIAN Karyawan yang masuk dalam subjek


Subjek yang terlibat dalam penelitian adalah karyawan yang telah
penelitian ini sebanyak 12 orang untuk memenuhi kriteria yaitu tingkat motivasi
kelompok eksperimen dan 12 orang untuk kerja minimal rendah atau sedang. Adapun
kelompok kontrol. Proses pemilihan subjek gambaran umum subjek penelitian yaitu
penelitian berdasarkan hasil screening. sebagai berikut.

TABEL 1 DESKRIPSI SUBYEK PENELITIAN

Prates Pascates Tindak Lanjut


Kelompok No Nama
Skor Kat. Skor Kat. Skor Kat.
1 SY 74 Sedang 93 Tinggi 81 Tinggi
2 MS 73 Sedang 77 Tinggi 79 Tinggi
3 PR 69 Sedang 82 Tinggi 94 Tinggi
4 E 70 Sedang 103 Tinggi 111 Tinggi
Eksperimen

5 SW 62 Sedang 92 Tinggi 107 Tinggi


6 YT 68 Sedang 103 Tinggi 118 Tinggi
7 HRY 71 Sedang 83 Tinggi 101 Tinggi
8 AGP 61 Sedang 86 Tinggi 91 Tinggi
9 SW 68 Sedang 88 Tinggi 95 Tinggi
10 ASB 72 Sedang 91 Tinggi 104 Tinggi
11 SH 62 Sedang 83 Tinggi 84 Tinggi
12 RKN 74 Sedang 105 Tinggi 105 Tinggi
Range 68,7 90,5 97,5

1 WMD 53 Sedang 41 Sedang 47 Sedang


2 RST 64 Sedang 53 Sedang 55 Sedang
3 SS 68 Sedang 77 Tinggi 88 Tinggi
4 RABP 67 Sedang 81 Tinggi 83 Tinggi
5 MAQ 63 Sedang 69 Sedang 78 Tinggi
Kontrol

6 NW 67 Sedang 64 Sedang 58 Sedang


7 NGTM 67 Sedang 57 Sedang 58 Sedang
8 AF 71 Sedang 68 Sedang 64 Sedang
9 KP 69 Sedang 61 Sedang 66 Sedang
10 CTR 69 Sedang 61 Sedang 75 Sedang
11 WDL 74 Sedang 76 Tinggi 56 Sedang
12 SL 68 Sedang 65 Sedang 69 Sedang
Range 66,7 64,4 66,4

102 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021


Pelatihan Goal Setting terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT.X Sragen

Data pada tabel menunjukkan menuju pascates (64,4) namun mengalami


bahwa pada kelompok eksperimen maupun sedikit kenaikan pada tindak lanjut (66,4).
kelompok kontrol berada pada kategori Meski rerata skor tindak lanjut lebih tinggi
motivasi kerja yang sama, yaitu kategori dibanding pada pascates namun rerata skor
sedang. Pada kelompok eksperimen, terjadi tindak lanjut tidak lebih tinggi daripada
peningkatan rerata skor dari prates (68,7) rerata skor prates dan tetap berada di
yang berada di kategori sedang ke pascates kategori sedang. Hal ini menunjukkan
(90,5) yang menjadi kategori tinggi, yang bahwa kelompok kontrol yang tidak
selanjutnya dari pascates ke tindak lanjut mendapatkan intervensi tidak mengalami
(97,5) tetap berada di kategori tinggi. Hal ini perubahan skor yang berarti dan cenderung
menunjukkan bahwa setiap subjek di memiliki skor dan kategori yang sama baik
kelompok eksperimen mengalami saat prates, pascates, maupun tindak lanjut.
peningkatan perubahan skor setelah Perbandingan mengenai perbedaan
mendapatkan Pelatihan Goal Setting. perubahan skor rerata antara kelompok
Berlainan dengan kelompok eksperimen dan kontrol sebelum dan
eksperimen, kelompok kontrol mengalami sesudah intervensi dapat dilihat melalui
penurunan rerata skor dari prates (66,7) grafik berikut ini.

120

97,5
100
90,5

80
68,7 66,4
64,4

60
66,7

40

20

0
Prates Pascates Tindak Lanjut

Eksperimen Kontrol

Gambar 1 Grafik Perbandingan Perubahan Skor Motivasi Kerja Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021 103


Endah Mutiara Sari, Wiwien Dinar Pratisti & Susatyo Yuwono

Pengujian untuk mengetahui perbedaan kelompok kontrol dapat dilihat melalui tabel
perubahan skor kelompok eksperimen dan dibawah ini.

Tabel 2 Uji Interaksi Skor Motivasi Kerja pada Kedua Kelompok

Kelompok Waktu Ukur F Sig. η2p

Prates-Pascates-Tindak
Eksperimen & Kontrol 27,604 0.000 0,556
lanjut

Berdasarkan pada tabel diatas bahwa (eksperimen dan kontrol). Interaksi ini
ditemukan nilai F=27,604 dengan nilai sig. menunjukkan bahwa perubahan skor pra-
0,000, (p<0,05) dan eta parsial kuadrat tes, pasca-tes menuju tindak lanjut pada
0,556, artinya terdapat interaksi antara kelompok eksperimen dan kelompok
waktu pengukuran prates – pascates – kontrol adalah berbeda secara signifikan.
tindak lanjut dan kedua kelompok

Tabel 3 Hasil Uji Pairwise Comparisons

Kelompok Waktu Ukur Mean Difference Sig


Prates &Pascates -21,833 0.000
Pascates&
Eksperi- -7,000 0.011
Tindak Lanjut
men
Prates&
-28,833* 0,000
Tindak Lanjut
Prates & Pascates 2,250 0,391
Pascates &
-2,200 0,436
Kontrol Tindak Lanjut
Prates&
0,250 0,946
Tindak Lanjut

Perbandingan skor motivasi kerja sedangkan perbandingan skor motivasi


pada kelompok eksperimen pada waktu kerja pada kelompok kontrol pada waktu
pengukuran pra-tes, pasca-tes, tindak lanjut pengukuran pra-tes, pasca-tes, tindak lanjut
menunjukkan signifikansi p<0,05, artinya menunjukkan signifikansi p>0,05, artinya
ada perbedaan yang signifikan pada skor tidak ada perbedaan yang signifikan pada
motivasi kerja kelompok eksperimen, skor motivasi kerja kelompok kontrol.

104 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021


Pelatihan Goal Setting terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT.X Sragen

Tabel 4 Sumbangan Efektif (Multivariate Test) Pelatihan Goal Setting pada Kelompok
Eksperimen

Jenis Analisis Partial Eta Squared Persentase


Wilks' lambda 0,781 78,1%

Pada kelompok eksperimen tertulis pihak perusahaan yang jabatannya adalah


pada kolom Partial Eta Squared sebesar manajer. Materi visi misi dan budaya
0,781 artinya pelatihan goal setting perusahaan disampaikan dengan membahas
memberikan sumbangsih efektif dalam satu per satu poin-poin visi misi dan budaya
meningkatkan motivasi kerja pada perusahaan menggunakan contoh kejadian
kelompok eksperimen sebesar 78,1%. yang telah terjadi di perusahaan dan
mengajak peserta untuk bersama-sama
PEMBAHASAN mengidentifikasi peranan visi misi dan
Berdasarkan hasil penelitian budaya perusahaan pada pekerjaan mereka
diketahui bahwa hipotesis diterima. Hasil uji sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat
interaksi skor motivasi kerja antara Jansson dan Hagberg (2013), dimana
kelompok eksperimen dan kontrol yang manajer dapat menggunakan visi misi
disilangkan dengan waktu pengukuran skor sebagai alat untuk berbagi pengetahuan,
(pra-tes, pasca-tes, tindak lanjut) namun lebih baik jika hal yang disampaikan
menunjukkan nilai F-hitung sebesar 27,604 juga mengenai apa yang telah manajer alami
dan signifikansi 0,000 (p<0,05). Ini terkait dengan penerapan visi misi
diperkuat dengan perbandingan hasil perusahaan dan memecahkannya menjadi
kelompok eksperimen untuk pra-tes dan pembahasan yang detail sehingga dapat
pasca-tes (MD=-21,833; p=0,000), pasca-tes memotivasi karyawan. Namun, ketika
dan tindak lanjut (MD=-7,00; p=0,011), pra- karyawan memiliki tujuan yang terlalu
tes dan tindak lanjut (MD=-28,833; berfokus pada diri sendiri, akan
p=0,000). Artinya, pelatihan goal setting berpengaruh pada keseimbangan organisasi
mampu memberikan perubahan skor sehingga menurut Goerg (2015), tujuan
motivasi kerja pada kelompok eksperimen. organisasi itu sendiri perlu disampaikan
Diketahui dari hasil bahwa kelompok kepada karyawan sehingga usaha dalam
eksperimen mengalami peningkatan pencapaian tujuan tidak terlepas dari
motivasi kerja setelah diberikan pelatihan. kepentingan organisasi. Hal ini berkaitan
Hasil penelitian ini memperkuat pendapat dengan identified regulation (Gagné et al.,
Goerg (2015) bahwa teknik goal setting 2015), dimana ketika seseorang memahami
dapat meningkatkan motivasi karyawan dengan baik visi misi dan budaya sebagai
yang ditunjukkan melalui perilaku. tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, ia
Pada pelatihan goal setting ini, merasa dirinya bertanggung jawab untuk
peserta mendapatkan sesi work feedback, mengerjakan pekerjaannya sebaik mungkin
dimana peserta diingatkan kembali dan terhindar dari rasa bersalah jika
mengenai visi misi dan budaya perusahaan. menghambat proses kerja di perusahaan.
Penelitian dari Babu dan Chalam, (2016) Selain materi mengenai visi misi dan
menemukan bahwa cukup banyak karyawan budaya perusahaan, peserta juga diberikan
yang melihat visi misi namun tidak familiar hasil evaluasi kerja yang diisi oleh atasan
dengan pernyataan yang terkandung mereka masing-masing sebelum hari
didalamnya. Materi visi misi dan budaya pelatihan. Lembar hasil evaluasi kerja
perusahaan ini disampaikan langsung oleh tersebut berfungsi sebagai performance

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021 105


Endah Mutiara Sari, Wiwien Dinar Pratisti & Susatyo Yuwono

feedback, yang berguna untuk acuan Selanjutnya memasuki sesi goal


pengembangan pribadi karyawan (Kaymaz, feedback, peserta diminta untuk melihat
2011), dan sebagai fungsi motivasional yang kembali lembar “my goals” milik mereka
menstimulus seseorang untuk melakukan masing-masing dan kemudian berpasangan
dan mencapai tujuan yang diinginkan sambil menceritakan lembar “my goals”
(Ngima & Kyongo, 2013). Saat menerima tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta
hasil evaluasi kerja, peserta memperlihatkan bisa langsung mendapatkan feedback dari
wajah yang serius, bahkan beberapa sering rekan diskusinya terkait tujuan, metode,
melihat lembar tersebut saat mengisi lembar pihak dan lama waktu yang peserta tentukan
kerja. Selain membagikan lembar hasil sudah realistis untuk dilakukan atau tidak.
evaluasi kerja, peserta juga diberikan Berdasarkan hasil lembar kerja feedback,
lembar kerja “my swot” yang berisi tentang setelah menerima feedback dari rekan
kelebihan, kelemahan, kesempatan, dan diskusi, peserta mayoritas merasa senang,
hambatan peserta dalam menjalani bangga, dan merasa diperhatikan. Hal ini
pekerjaan. sesuai dengan penelitian Marthouret dan
Pada sesi Clarity, challenging and Sigvardsson (2016), ketika mendapatkan
task complexity, peserta dipaparkan feedback yang cepat saat itu juga (quick
mengenai pentingnya membuat tujuan yang feedback) seseorang akan merasa lebih baik
jelas, menantang, namun masih dan menjadi lebih termotivasi, terutama saat
memungkinkan untuk dicapai sesuai dengan feedback yang diberikan adalah feedback
kemampuan peserta itu sendiri. Tujuan yang positif, yang dapat memfasilitasi
tidak boleh terlalu mudah atau terlalu sulit, motivasi intrinsik dengan memunculkan
melainkan harus menantang namun dapat rasa kompeten dalam mengerjakan suatu hal
dikelola (Devarajan et al., 2018). Pada sesi (Gagné et al., 2015). Peserta mendapatkan
ini peserta diminta mengisi lembar kerja “my persetujuan dari rekan diskusi yang
goals” yang berisi tentang apa tujuan yang memberikan feedback atas tujuan mereka
ingin dicapai, alasan mengapa tujuan dan rekan diskusi hanya menambahkan cara
tersebut ingin dicapai, strategi apa yang yang menurut rekan kerja lebih mudah
perlu dilakukan untuk dapat mencapai untuk mencapai tujuan tersebut.
tujuan tersebut, siapa saja yang terlibat, Persetujuan tersebut terlihat dari tidak ada
indikator ketercapaiannya bagaimana dan satupun peserta yang mengganti tujuan
jangka waktu yang diperlukan untuk dapat mereka dalam lembar “my goals”.
mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan hasil Pada sesi selanjutnya, yaitu
dari lembar kerja “my goals” ini terlihat commitment, peserta tidak diberikan materi,
beberapa peserta memiliki tujuan pribadi namun diberikan tayangan video yang
diluar pekerjaan, seperti ingin memiliki mengajak untuk tidak menggunakan alasan
bisnis dan memiliki rumah sendiri, dan ada kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah
yang menuliskan tujuan yang berkaitan ditetapkan oleh mereka sendiri. Peserta
dengan pekerjaan, seperti ingin mencapai telah terlibat langsung dalam proses
target line, naik jabatan, menguasai proses penentuan tujuan, sehingga peserta tersebut
kerja, mengurangi keluhan pelanggan, dan mampu berkomitmen pada tujuan yang ia
membuat tim kerja yang solid. Hal ini rumuskan sendiri. Komitmen dari karyawan
menunjukkan bahwa peserta tidak hanya dalam hal ini membuat karyawan itu sendiri
memiliki tujuan yang berkaitan dengan lebih memahami tujuan dan tidak mudah
kehidupan pekerjaan, melainkan juga di menyerah dalam mencapai tujuan tersebut
kehidupan pribadi. (Lunenburg, 2011).

106 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021


Pelatihan Goal Setting terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT.X Sragen

Pada konsep goal setting, keempat eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini
aspek yaitu clarity, challenging, task dikarenakan jabatan staf di PT X memiliki
complexity dan commitment bersumber pada jadwal kerja yang berbeda dengan jabatan
diri individu sendiri, namun satu aspek lain. Selain itu, peserta memberikan umpan
lainnya yaitu feedback merupakan aspek balik pelatihan dengan memberikan
yang membutuhkan peran dari pihak lain pendapat materi di sesi work feedback tidak
diluar individu tersebut. Keunikan pada semenarik materi di sesi lainnya. Hal ini
pelatihan goal setting ini adalah terdapat dapat dikarenakan penyampaian materi
dua jenis feedback yang digunakan, yaitu pada sesi 2 dilakukan oleh pihak perusahaan
goal feedback dan work feedback, dimana sendiri sehingga menimbulkan kebosanan
kedua feedback ini mendapatkan respon pada para subyek. Pada sesi 2 ini terdapat
yang cukup terlihat oleh para peserta. Work materi mengenai visi misi dan budaya
feedback pada pelatihan goal setting ini perusahaan sehingga pemateri adalah pihak
direpresentasikan melalui evaluasi kinerja perusahaan sendiri. Namun materi ini
yang diisi oleh atasan langsung peserta memang sudah sering diberikan pada
dimana peserta terlihat sangat fokus dalam karyawan di PT X. Hal ini dapat diketahui
membaca hasil evaluasi mereka karena melalui matriks training perusahaan,
biasanya evaluasi kinerja hanya dilakukan sedangkan materi lain selain visi misi dan
setahun sekali, sedangkan goal feedback budaya perusahaan adalah materi baru yang
diberikan oleh peserta kepada peserta belum ada di matriks training perusahaan
lainnya. Peserta yang mendapatkan goal sehingga lebih menarik dibandingkan
feedback dari rekan yang memiliki materi visi misi dan budaya perusahaan.
pengalaman serupa memberikan respon
yang lebih baik (seperti perasaan senang
diperhatikan) dibandingkan peserta yang SIMPULAN DAN SARAN
mendapatkan goal feedback dari rekan yang Pelatihan goal setting efektif untuk
belum pernah memiliki pengalaman serupa meningkatkan motivasi kerja pada
(seperti perasaan agak lega). Selain itu, karyawan. Kelompok eksperimen yang
tujuan (goal) yang menurut peserta mendapatkan pelatihan goal setting
menantang, tidak hanya tujuan yang bersifat mengalami peningkatan motivasi kerja,
kehidupan pekerjaan (seperti ingin menjadi sedangkan kelompok kontrol yang tidak
pimpinan yang menguasai skill) namun juga mendapatkan pelatihan goal setting tidak
bersifat kehidupan pribadi (seperti mengalami peningkatan motivasi kerja.
menginginkan rumah pribadi). Hal ini
menandakan bahwa motivasi kerja yang Saran
mendorong peserta untuk dapat Saran bagi subyek diharapkan dapat
memberikan usaha lebih pada pekerjaannya mengimplementasikan materi dan lembar
dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerja pelatihan goal setting, seperti terus
pekerjaan dan juga kehidupan pribadi, mengeskplorasi kelebihan dan kelemahan
sehingga goal feedback bagi peserta tidak diri dalam pekerjaan, berusaha untuk
hanya dibutuhkan dari atasan dan rekan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
kerja peserta melainkan juga dari keluarga memberi serta menerima umpan balik
dan orang terdekat peserta. kepada dan dari orang lain agar motivasi
Keterbatasan dalam penelitian ini untuk bekerja dapat terus berkembang.
adalah peneliti kurang mampu untuk Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
mengatur kesetaraan komposisi jabatan dan penelitian sejenis diharapkan mengontrol
latar belakang subyek pada kelompok variabel luar yang dapat mengganggu

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021 107


Endah Mutiara Sari, Wiwien Dinar Pratisti & Susatyo Yuwono

validitas penelitian, seperti melakukan diharapkan melakukan follow up pelatihan


komposisi subyek dalam kelompok dengan melibatkan atasan, rekan kerja,
eksperimen dan kontrol, rentang waktu maupun keluarga subyek sehingga efek
penelitian yang lebih lama, serta pelatihan goal setting dapat tergambar lebih
menyiapkan fasilitator yang mampu jelas melalui perilaku subyek yang
mengelola keaktifan peserta dan materi ditampakkan dalam kehidupan
pelatihan. Selain itu, peneliti selanjutnya kesehariannya.

DAFTAR PUSTAKA

Babu, S., & Chalam, G. . (2016). Impact of motivation scale: Validation evidence
organizational mission and vision on in seven languages and nine
their potential on the performance of countries. European Journal of Work
employees. International Journal of and Organizational Psychology,
Engineering and Management 24(2), 178–196.
Research, 6(6), 203–206. https://doi.org/10.1080/1359432X.20
13.877892
Belay, K., Karippai, R., Alemu, D.,
Deressa, A., & Yousuf, J. (2012). Ganta, V. C. (2014). Motivation in the
Work motivaition and job workplace to improve employee
performance of development agents performance. International Journal of
in Ethiophia. Techinal Report of Engineering Technology,
Ministry of Agriculture Ethiopia. Management, and Applied Science,
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.3576 2(6), 221–230.
.7766
Goerg, S. (2015). Goal setting and worker
Damayanti, S. (2016). Faktor-faktor yang motivation. IZA World of Labor.
berhubungan dengan motivasi kerja https://doi.org/10.15185/izawol.178
pegawai di rumah sakit umum daerah
kabupaten Penajam Paser Utara Gómez-Miñambres, J. (2012). Motivation
Kalimantan Timur tahun 2014. Jurnal through goal setting. Journal of
ARSI, 2(2), 139–149. Economic Psychology, 33(6), 1223–
1239.
Devarajan, R., Maheshwari, S., & Vohra, https://doi.org/10.1016/j.joep.2012.08
V. (2018). Managing performance: .010
Role of goal setting in creating work
meaningfulness. The Business & Jansson, C., & Hagberg, A. (2013). How
Management Review, 9(4), 261–274. managers use a corporate value
statement to motivate employees: A
Gagné, M., Forest, J., Vansteenkiste, M., case study of the Swedish banking
Crevier-Braud, L., van den Broeck, sector. In Linköping University,
A., Aspeli, A. K., Bellerose, J., Swedia.
Benabou, C., Chemolli, E., Güntert,
S. T., Halvari, H., Indiyastuti, D. L., Kaymaz, K. (2011). Performance
Johnson, P. A., Molstad, M. H., feedback: Individual based reflections
Naudin, M., Ndao, A., Olafsen, A. H., and the effect on motivation. Business
Roussel, P., Wang, Z., & Westbye, C. and Economics Research Journal,
(2015). The multidimensional work 2(4), 1309–2448.

108 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021


Pelatihan Goal Setting terhadap Motivasi Kerja Karyawan di PT.X Sragen

Kurose, C. (2013). Motivation, behavior, Shaughnessy, J. ., Zechmeister, E. ., &


and performance in the workplace. Zechmeister, J. . (2012). Metode
Semantic. penelitian dalam psikologi. In
Salemba Humanika.
Locke, E. A., & Latham, G. P. (2013).
New developments in goal setting and Sulistiyono. (2015). Pengaruh komitmen
task performance. In E. A. Locke & organisasi dan motivasi kerja
G. P. Latham (Eds.), New terhadap kinerja karyawan PT.
developments in goal setting and task Danarhadi Surakarta. In Fakultas
performance. Routledge/Taylor & Kedokteran Universitas Sebelas
Francis Group. Maret, Surakarta.

Lunenburg, F. . (2011). Goal-setting Syah, M. E. (2016). Meningkatkan


theory of motivation. International motivasi belajar bahasa Arab pada
Journal of Management, Business siswa sekolah menengah atas mellaui
and Administration, 15(1), 1–6. pelatihan goal-setting. In Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Marthouret, E., & Sigvardsson, S. (2016). Universitas Islam Indonesia,
The effect of quick feedback on Yogyakarta.
employee motivation and
performance. In Linköping Wahyudi, A. R. (2016). Hubungan antara
University, Swedia. motivasi intrinsik dan kepuasan kerja
dengan organizational citizenship
My, L. N. T. (2017). The Impact of behavior pada karyawan PT.
Employees Motivation on Joglosemar Surakarta. In Fakultas
Organizational Effectiveness. Kedokteran Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Ngima, W. M., & Kyongo, J. (2013).
Contribution of motivational Weldeyohannes, G. (2015). Employee
management to employee motivation and its impact on
performance. International Journal of productivity in the case of national
Humanisties and Social Science, alcohol and liquor factory (nalf).
3(14), 219–239. Journal of Poverty, Investment, Dan
Development, 15.
Onukwufor, J. N., & Ugwu, C. J. (2013).
Counselling for employee motivation. Widhiarso, W. (2011). Aplikasi anava
Discourse Journal of Educational campuran untuk desain eksperimen
Research, 1(2), 19–25. pre-post test design. In Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada.

Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021 109


Endah Mutiara Sari, Wiwien Dinar Pratisti & Susatyo Yuwono

110 Jurnal Intervensi Psikologi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2021

Anda mungkin juga menyukai