karyawan, motivasi kerja, Motivasi kerja yang menjadi pendorong bagi seseorang dalam
pelatihan goal setting menyelesaikan pekerjaannya menjadi penting untuk dipelihara dan
ditingkatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
pelatihan goal setting dalam meningkatkan motivasi kerja pada
karyawan. Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest control
group design. Subyek penelitian adalah 24 orang karyawan PT X Sragen
yang dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pengukuran motivasi kerja dilakukan dengan The Multimensional Work
Motivation Scale. Hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA Mixed
Design. Hasil uji interaksi skor motivasi kerja antara kelompok
eksperimen dan kontrol yang disilangkan dengan waktu pengukuran
skor (pretest-posttest-follow up) menunjukkan nilai F-Hitung sebesar
27,604 dengan signifikansi 0,000 dan eta parsial kuadrat 0,556, yang
menandakan bahwa pelatihan goal setting efektif meningkatkan
motivasi kerja pada karyawan. Dengan demikian, karyawan dapat
memberdayakan tujuan mereka yang lebih jelas dan terarah untuk
lrbih termotivasi dalam bekerja.
____________________
1*Korespondensi mengenai isi artikel dapat dilakukan melalui: endahms96@gmail.com
Copyright @2021 Authors. This is an open-access article distributed under the terms of the 97
Creative Commons Attribution License. (http://creativecommons.org/licences/by-sa/4.0/)
Endah Mutiara Sari, Wiwien Dinar Pratisti & Susatyo Yuwono
Motivasi kerja menjadi isu yang pekerjaannya. Selain itu, Wahyudi (2016)
cukup penting dalam suatu organisasi. My dalam penelitiannya juga menemukan
(2017) melakukan penelitian pada 310 motivasi kerja intrinsik 60 karyawan PT.
mahasiswa di Universitas Vaasa yang Joglosemar Surakarta berada pada 23%
bergerak dalam bidang ilmu terapan di kategori rendah, 51% kategori sedang dan
Finlandia. Mahasiswa yang menjadi 26% kategori tinggi. Karyawan yang
responden adalah mahasiswa yang sedang bermotivasi rendah tidak mencapai kriteria
bekerja dan atau pernah memiliki perusahaan dimana karyawan bekerja tidak
pengalaman kerja. Pengambilan data hanya mencakup in-role atau bekerja sesuai
dilakukan melalui survei yang dipasang job description namun juga extra-role atau
pada portal web universitas. Hasil yang bekerja melebihi dari yang perusahaan
ditemukan adalah 19,1% responden merasa harapkan.
sangat termotivasi untuk bekerja, 64,3% Motivasi karyawan dapat dilihat
memiliki motivasi, 13,4% tidak memiliki melalui aspek-aspek motivasi, yaitu motivasi
motivasi, dan 3,2% sangat tidak termotivasi. intrinsik, motivasi ekstrinsik dan amotivasi
Mahaiswa yang pernah atau sedang bekerja (Gagné et al., 2015). Motivasi intrinsik
tersebut sebanyak 93% setuju bahwa adalah kekuatan psikologis yang membuat
motivasi mereka akhirnya mempengaruhi seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan
kinerja mereka selama bekerja. Ketika tidak karena mereka merasa tertarik dan
termotivasi maka kinerja pun tidak memperoleh kepuasan dari
maksimal. Belay et al. (2012) juga aktivitas/pekerjaan itu. Motivasi ekstrinsik
melakukan penelitian untuk mengetahui adalah kekuatan psikologis yang membuat
tingkat motivasi, yaitu pada 1658 petani, seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan
181 agen perkembangan, dan 42 supervisor tertentu untuk mendapatkan imbalan atau
di sektor agrikultural di Ethiopia. Penelitian menghindari hukuman atau keadaan yang
tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa tidak disukai. Ketika tidak ada motivasi
67% agen perkembangan berada pada level intrinsik maupun ekstrinsik, muncullah
motivasi sedang, sedangkan 29% berada amotivasi, keadaan dimana seseorang
pada tingkat motivasi rendah. Adanya kehilangan motivasi dalam melaksanakan
kondisi lemahnya motivasi mempengaruhi pekerjaannya. Karyawan yang termotivasi
kinerja serta menurunnya reputasi di depan dan bersemangat dalam bekerja akan
klien dan akibatnya mengarah pada melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
ketidakpuasan kerja. dengan menggunakan kemampuan terbaik
Tidak jauh berbeda dengan Ethiopia dan yang dimiliki sehingga hasil dari
Finlandia, Indonesia juga memiliki isu pekerjaannya meningkatkan hasil produksi.
motivasi kerja yang perlu diperhatikan. Karyawan yang tidak termotivasi cenderung
Berdasarkan penelitian Sulistiyono (2015) menggunakan sedikit usaha dalam
di PT. Danarhadi Surakarta, dari 34 pekerjaan mereka, menghindari pekerjaan
karyawan yang dijadikan sampel, sebanyak atau lingkungan kerja sebanyak mungkin,
47,05% karyawan memiliki motivasi sedang resign jika ada kesempatan, dan kualitas
dan 52,95% memiliki motivasi kerja yang hasil kerja yang kurang (Ganta, 2014).
tinggi. Kondisi ini mempengaruhi kinerja Ketika karyawan termotivasi, karyawan
karyawan dimana timbul kelambanan kerja akan mengalami peningkatan kuantitas dan
dan pemanfaatan waktu kerja untuk kualitas output pekerjaannya. Hal ini
melakukan hal-hal diluar urusan dikarenakan motivasi memunculkan usaha
yang lebih besar dan loyalitas pada diri
karyawan (Onukwufor & Ugwu, 2013). pada jabatan saat ini karena jika naik jabatan
Karyawan yang tidak termotivasi akan tidak terdapat perbedaan signifikan dari segi
menjadi kurang produktif, menunjukkan upah, namun terdapat peningkatan
perilaku yang tidak diinginkan seperti absen tanggung jawab. Hal ini tentu tidak
dan kecerobohan yang menyebabkan sesuai dengan misi PT X. Misi dari PT X salah
rendahnya produktivitas (Weldeyohannes, satunya adalah menciptakan peluang yang
2015) terbaik bagi karyawan untuk berkembang
PT X adalah perusahaan yang dan mencapai potensi maksimal. Kondisi
bergerak di bidang garmen/pakaian jadi karyawan di PT X adalah kehilangan
dengan jumlah karyawan mencapai 3100 motivasi dalam melaksanakan pekerjaan
orang. Berdasarkan preliminary data pada sehingga tidak ada peningkatan, perilaku
81 responden yang telah dilakukan karyawan yang enggan memperhatikan
menggunakan wawancara dan FGD (focus kualitas pekerjaan mereka di jabatan
group discussion) dengan 23 key-person (1 mereka saat ini dan enggan mencoba untuk
General Manger, 2 Manajer, 5 asisten naik jabatan dengan alasan tidak ada yang
manajer, 4 kepala bagian, 11 supervisor) dan menarik ketika mereka naik jabatan. Hal ini
menggunakan kuesioner pada 58 karyawan menandakan karyawan kurang memiliki
(13 kabag, 16 supervisor, 3 asisten motivasi untuk bekerja dengan maksimal
supervisor, 11 staf, 15 operator) terdapat sehingga masih sering melakukan kesalahan
beberapa temuan mengenai motivasi kerja dalam bekerja dan karyawan tidak memiliki
karyawan di PT X. Temuan itu ialah 12% alasan yang dapat menggerakkan dirinya
responden berpendapat bahwa karyawan untuk memegang beban kerja yang lebih
ketika diberikan suatu perintah tidak dari jabatannya saat ini walaupun
langsung dikerjakan dan harus dikontrol perusahaan membutuhkan karyawannya
dan 6% responden setuju bahwa baik untuk bisa berkembang karena rekrutmen
dirinya maupun karyawan lain di PT X belum eksternal sering tidak berhasil. Oleh karena
bekerja sesuai uraian pekerjaan yang itu, karyawan PT X perlu diberikan
menyebabkan ketidaktertarikan atas perlakuan untuk meningkatkan motivasi
pekerjaan. Selain itu, 16% responden lain kerja.
berpendapat koordinasi antar karyawan Menurut Notoadmojo, terdapat
kurang berjalan dengan baik yang beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
menyebabkan konflik dan ketidaknyamanan motivasi kerja, salah satunya adalah prestasi
dalam bekerja dan 9% responden merasa (achievement) (Damayanti, 2016). Prestasi
kurang siap mental dalam menghadapi adalah hasil dari usaha dalam
tuntutan pekerjaan sehingga muncul angka menyelesaikan tujuan tertentu. Melalui
turnover. Temuan lainnya adalah 28% definisi tersebut, prestasi tidak dapat
responden sependapat bahwa karyawan dipisahkan dengan tujuan (goal) karena
masih mementingkan kepentingan pribadi tujuan adalah acuan untuk mengatakan
di luar pekerjaan sehingga sehari-hari perilaku yang dilakukan adalah suatu
terjadi absensi/kekosongan di line, 14% prestasi atau bukan. Prestasi yang dapat
responden berpendapat bahwa fasilitas dan mempengaruhi motivasi kerja ini dapat
sarana untuk meningkatkan skill dan direpresentasikan melalui goal setting.
keterikatan dengan perusahaan belum Locke & Latham (2013) menyatakan bahwa
menarik, dan 15% responden sependapat terdapat hubungan yang linear antara
bahwa adanya sistem promosi untuk jenjang prestasi dengan goal setting, dimana
karir karyawan kurang diminati oleh semakin sulit dan tinggi tujuan (goal) yang
karyawan. Karyawan memilih bertahan ditetapkan, semakin tingggi pula prestasi
120
97,5
100
90,5
80
68,7 66,4
64,4
60
66,7
40
20
0
Prates Pascates Tindak Lanjut
Eksperimen Kontrol
Gambar 1 Grafik Perbandingan Perubahan Skor Motivasi Kerja Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Pengujian untuk mengetahui perbedaan kelompok kontrol dapat dilihat melalui tabel
perubahan skor kelompok eksperimen dan dibawah ini.
Prates-Pascates-Tindak
Eksperimen & Kontrol 27,604 0.000 0,556
lanjut
Berdasarkan pada tabel diatas bahwa (eksperimen dan kontrol). Interaksi ini
ditemukan nilai F=27,604 dengan nilai sig. menunjukkan bahwa perubahan skor pra-
0,000, (p<0,05) dan eta parsial kuadrat tes, pasca-tes menuju tindak lanjut pada
0,556, artinya terdapat interaksi antara kelompok eksperimen dan kelompok
waktu pengukuran prates – pascates – kontrol adalah berbeda secara signifikan.
tindak lanjut dan kedua kelompok
Tabel 4 Sumbangan Efektif (Multivariate Test) Pelatihan Goal Setting pada Kelompok
Eksperimen
Pada konsep goal setting, keempat eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini
aspek yaitu clarity, challenging, task dikarenakan jabatan staf di PT X memiliki
complexity dan commitment bersumber pada jadwal kerja yang berbeda dengan jabatan
diri individu sendiri, namun satu aspek lain. Selain itu, peserta memberikan umpan
lainnya yaitu feedback merupakan aspek balik pelatihan dengan memberikan
yang membutuhkan peran dari pihak lain pendapat materi di sesi work feedback tidak
diluar individu tersebut. Keunikan pada semenarik materi di sesi lainnya. Hal ini
pelatihan goal setting ini adalah terdapat dapat dikarenakan penyampaian materi
dua jenis feedback yang digunakan, yaitu pada sesi 2 dilakukan oleh pihak perusahaan
goal feedback dan work feedback, dimana sendiri sehingga menimbulkan kebosanan
kedua feedback ini mendapatkan respon pada para subyek. Pada sesi 2 ini terdapat
yang cukup terlihat oleh para peserta. Work materi mengenai visi misi dan budaya
feedback pada pelatihan goal setting ini perusahaan sehingga pemateri adalah pihak
direpresentasikan melalui evaluasi kinerja perusahaan sendiri. Namun materi ini
yang diisi oleh atasan langsung peserta memang sudah sering diberikan pada
dimana peserta terlihat sangat fokus dalam karyawan di PT X. Hal ini dapat diketahui
membaca hasil evaluasi mereka karena melalui matriks training perusahaan,
biasanya evaluasi kinerja hanya dilakukan sedangkan materi lain selain visi misi dan
setahun sekali, sedangkan goal feedback budaya perusahaan adalah materi baru yang
diberikan oleh peserta kepada peserta belum ada di matriks training perusahaan
lainnya. Peserta yang mendapatkan goal sehingga lebih menarik dibandingkan
feedback dari rekan yang memiliki materi visi misi dan budaya perusahaan.
pengalaman serupa memberikan respon
yang lebih baik (seperti perasaan senang
diperhatikan) dibandingkan peserta yang SIMPULAN DAN SARAN
mendapatkan goal feedback dari rekan yang Pelatihan goal setting efektif untuk
belum pernah memiliki pengalaman serupa meningkatkan motivasi kerja pada
(seperti perasaan agak lega). Selain itu, karyawan. Kelompok eksperimen yang
tujuan (goal) yang menurut peserta mendapatkan pelatihan goal setting
menantang, tidak hanya tujuan yang bersifat mengalami peningkatan motivasi kerja,
kehidupan pekerjaan (seperti ingin menjadi sedangkan kelompok kontrol yang tidak
pimpinan yang menguasai skill) namun juga mendapatkan pelatihan goal setting tidak
bersifat kehidupan pribadi (seperti mengalami peningkatan motivasi kerja.
menginginkan rumah pribadi). Hal ini
menandakan bahwa motivasi kerja yang Saran
mendorong peserta untuk dapat Saran bagi subyek diharapkan dapat
memberikan usaha lebih pada pekerjaannya mengimplementasikan materi dan lembar
dipengaruhi oleh faktor lingkungan kerja pelatihan goal setting, seperti terus
pekerjaan dan juga kehidupan pribadi, mengeskplorasi kelebihan dan kelemahan
sehingga goal feedback bagi peserta tidak diri dalam pekerjaan, berusaha untuk
hanya dibutuhkan dari atasan dan rekan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
kerja peserta melainkan juga dari keluarga memberi serta menerima umpan balik
dan orang terdekat peserta. kepada dan dari orang lain agar motivasi
Keterbatasan dalam penelitian ini untuk bekerja dapat terus berkembang.
adalah peneliti kurang mampu untuk Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
mengatur kesetaraan komposisi jabatan dan penelitian sejenis diharapkan mengontrol
latar belakang subyek pada kelompok variabel luar yang dapat mengganggu
DAFTAR PUSTAKA
Babu, S., & Chalam, G. . (2016). Impact of motivation scale: Validation evidence
organizational mission and vision on in seven languages and nine
their potential on the performance of countries. European Journal of Work
employees. International Journal of and Organizational Psychology,
Engineering and Management 24(2), 178–196.
Research, 6(6), 203–206. https://doi.org/10.1080/1359432X.20
13.877892
Belay, K., Karippai, R., Alemu, D.,
Deressa, A., & Yousuf, J. (2012). Ganta, V. C. (2014). Motivation in the
Work motivaition and job workplace to improve employee
performance of development agents performance. International Journal of
in Ethiophia. Techinal Report of Engineering Technology,
Ministry of Agriculture Ethiopia. Management, and Applied Science,
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.3576 2(6), 221–230.
.7766
Goerg, S. (2015). Goal setting and worker
Damayanti, S. (2016). Faktor-faktor yang motivation. IZA World of Labor.
berhubungan dengan motivasi kerja https://doi.org/10.15185/izawol.178
pegawai di rumah sakit umum daerah
kabupaten Penajam Paser Utara Gómez-Miñambres, J. (2012). Motivation
Kalimantan Timur tahun 2014. Jurnal through goal setting. Journal of
ARSI, 2(2), 139–149. Economic Psychology, 33(6), 1223–
1239.
Devarajan, R., Maheshwari, S., & Vohra, https://doi.org/10.1016/j.joep.2012.08
V. (2018). Managing performance: .010
Role of goal setting in creating work
meaningfulness. The Business & Jansson, C., & Hagberg, A. (2013). How
Management Review, 9(4), 261–274. managers use a corporate value
statement to motivate employees: A
Gagné, M., Forest, J., Vansteenkiste, M., case study of the Swedish banking
Crevier-Braud, L., van den Broeck, sector. In Linköping University,
A., Aspeli, A. K., Bellerose, J., Swedia.
Benabou, C., Chemolli, E., Güntert,
S. T., Halvari, H., Indiyastuti, D. L., Kaymaz, K. (2011). Performance
Johnson, P. A., Molstad, M. H., feedback: Individual based reflections
Naudin, M., Ndao, A., Olafsen, A. H., and the effect on motivation. Business
Roussel, P., Wang, Z., & Westbye, C. and Economics Research Journal,
(2015). The multidimensional work 2(4), 1309–2448.